Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Disusun oleh :

1. Inayatun Muflihah
2. Febiyani Omania

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 1

SEKOLAH MADRASAH ALIYAH AL HIKMAH 1 BENDA SIRAMPOG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadiran Allah SWT. Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasnya
yaitu penyusunan makalah dengan judul “ Macam-macam Metode dalam Ilmu Hadits”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
sekolah

Dalam penulisan tugas makalah ini, penulis sadar bahwa kemampuan penulis masih
sangat terbatas, baik dalam isi maupun dalam penyusunan kalimat, oleh karena itu terdapat
banyak kekurangan sehingga tugas jauh untuk di katakan sempurna. Dan oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tugas makalah. Akhir kata semoga tugas makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya.

Benda, 11 Agustus 2023


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Jawami’atau jami’


B. Metode Sunan
C. Metode Mushannaf
D. Metode Mustadrak
E. Metodel Mustakhraj
F. Metode Musnad
G. Metode Ma’jum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Ilmu hadist baik secara riwayah maupun dirayah termasuk kajian keislaman yang
tak pernah luput dilembaga pendidikan keislaman di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Perbedaan antara ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist dirayah. Ilmu hadist
riwayah adalah yang mempelajari hadist itu sendiri.Dalam artian,ia adalah ilmu yang
mengaji isi dari perkataan rasulullah, atau sifat maupun perbuatan.Sedang ilmu hadist
dirayah adalah ilmu yang mengaji hadist dari segi diterimanya (maqbul) atau ditolaknya
suaty hadist (mardud).Jika ilmu hadist riwayah fokus pada isi hadist,maka ilmu hadist
dirayah fokus pada rantai sanad yang membawah matan hadist tersebut.

Di antara kitab – kitab yang paling sering di gunakan sebagai acuan dalam
kurikulumnya adalah Taisir Musththalah al – hadist karya Dr. Mahmud Thahhan. sebuah
ilmu dalam kitab musthalah hadist yang ringkes dan sangat sistematis. Kitab ini beliau di
susuun ketika menjadi doses ilmu hadist di Fakultas Syariyah, Universitas Islam
Madinah,dan rilis cetakan pertama pada tahun 1977.

Kitab Taisir Mushthalah al-Hadits disusun secara sitematis dan berurutan.Diawali


dengan definisi secara bahasa dan istilah,penjelasan dari definisi,syarat,dan
hukumnya,bagian;bagiannya,contoh;contohnya,dan kitab terkenal dalam topik itu.

2. Tujuan
Pembelajaran kitab taisir mushthalah al-hadits merupakan pembelajaran yang
diterapkan dimata pelajaran formal yang mana jarang sekali di terapkan disekolah lain
umumnya. Manfaat mempelajari ilmu hadits ini untuk membedakan sehat atau cacatnya
suatu riwayat hadits.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Jawami’ atau Jami’


Jami’ artinya mengumpulkan, atau banyak disebut “jawami”.kitab jami’ menurut istilah
para muhadditsin adalah kitab-kitab hadits yang disusun berdasarkan bab dan mencakup
hadits-hadits berbagai seni ajaran Islam dan sub-subnya yang secara garis besar terdiri atas
delapan bab.

Karakterisik kitab model jami’adalah kitab hadits tersebut mengumpulkan semua bab
hadits,mulai dari aqidah,fiqih,sejarah,dan adab atau akhlaq. Penyusunan kitab jami’ sebagai
berikut:

a. Penyusunan kitab secara topikal berdasarkan bab-bab fiqh;

b .Penyusunan bab-babnya dilakukan secara sistematis;

c .Kebanyakan hadits;hadits marfu;

d .Kualitas haditsnya kebanyakan shahih;

e .Memuat hadits-hadits berbagai macam masalah keagamaan seperti


akidah,hukum,perbudakan,tata cara makan dan minum,berpergian dan tinggal
dirumah,tafsir,sejarah,perilaku hidup,perkerjaan baik dan buruk

Contohnya adalah kitab al;jami’as-Shahih karya Imam Bukhari (256H).al-jami’as-Shahih


karya Imam Muslim (261 H).Jami’ al-Tirmidzi (279 H).

B. Metode Sunan

Sunan artinya :jamak dari sunnah,perjalan-perjalan.Maksudnya perjalanan-


perjalanan nabi saw. Selain itu,sunan menjadi nama bagi kitab-kitab yang hadits-
haditsnya diatur secara bab fiqih.Selain itu,kitab sunan adalah kitab-kitab yang
menghimpun hadits-hadits hukum yang marfu’.

Didalam bukunya menjelaskan karakteristik-karakteristik kitab hadits metode


sunan,yaitu:

a .Bab-babnya berurutan berdasarkan bab fiqh;

b .Penyusunan bab-babnya dilakukan secara sistematis;


c .Hanya memuat hadits-hadits marfu’ saja,dan kalaupun ada yang mauquf dan maqthu
jumlahnya sangat sedikit;

d. Tercampur antara hadits shahih,hasan dan dhaif; dan

e. Pada sebagian kecil kitab dicantumkan penjelasan tentang kualitas hadits yang
bersangkutan.

Sunan adalah bentuk plural dari kata sunnah. Sedangkan yang dimaksud dengan kitab
hadits model sunan adalah kitab hadits yang dalam penulisannya sesuai dengan bab-bab
fiqih dan hanya hadits-hadits marfu’saja yang ditulis,berbeda dengan Muwattha’ yang
didalamnya masih terdapat atsar shahabat dan tabiin.

Contohnya;Sunan Said bin Manshur(27H),Sunan as-Darimi(255H).Sunan Ibn


Majah(23 H).Sunan Abi Daud(25H).Sunan Baihaqi(58H).dan lainnya.

Metode sunan artinya: metode penyusunan kitab hadits berdasarkan tema atau bab fiqih.
Dimana tujuan penyusunan kitab sunan adalah memudahkan para ahli fiqih atau mujtahid
dalam melakukan ijtihad atau istinbath hukum.

Perlu diperhatikan,bahwa kitab sunan ini bukan hanya berisi hadits-hadits yang
shahih.Namun juga berisi hadits yang dha’if. Mengingat adanya perbedaan pendapat
mengenai kedudukan hadits dha’if.

C. Metode Muwattha’at atau mushanaf


Muwattha’ adalah penataan babnya sesuai dengan bab fiqih,dan juga hadits yang
ditulis berupa hadits Nabi, Atsar Sahabat dan Tabiin. Pengertian muwattha’ ini sama
persis dengan pengertian mushannaf [3]

Secara bahasa muwattha’ berarti sesuatu yang di persiapkan (al-muhayya’) dan


dimudahkan (al-muyyasar).Adapun secara bahasa kata musanaf berarti sesuatu yang
disusun.Adapun ulama hadits yang menggunakan metode musanaf diantaranya:

a. Musanaf karya Abd al-Malik Ibn Jurayh al-Basyiri (150 H);

b. Musanaf karya sa’id Ibn Abi’Arubah (161 H);

c. Musanaf karya Jamad Ibn Salamah (161 H) dan lain-lain.

Contohnya adalah kitab Muwattha’ karya imam Muhamamad ibn Abdurohman


atau dikenal dengan ibn Abi Dziab (158 H). kitab muwattha’ karya imam Malik bin Anas
(179H). Kitab Muwattha’ karya Imam Abu Muhamad Abdullah bin Muhammad al-
Maruzi(293 H)

Contohnya mushanaf adalah mushanaf Abu Salamah Hammad bin Salamah bin
Dinar(167H). Mushanaf Ibn Abi Saiban (235 H). Mushanaf Abu Bakar Abdurazzaq(211
H).

D. Metode Mustadrak
Mustadrak adalah kitab hadits dimana seorang penulis menambahkan hadits-
hadits yang dianggap memenuhi syarat shahih kitab hadits tertentu.Misalnya Mustadrak
al-Hakim karya Imam Al-Hakim an-Naisaburi [405H]. Imam Hakim menambahkan
hadits-hadits lain yang tidak terdapat dalam dua kitab shahih hadits Bukhari dan Muslim.

Kitab-kitab mustadrak ialah kitab yang mencatat hadits-hsdits yang tidak


disebutkan oleh ulama-ulama yang sebelumnya,padahal hadits itu shahih menurut syarat
yang dipergunakan oleh ulama tersebut.Dengan kata lain,kitab-kitab metode mustadrak
ialah kitab-kitab yang menuliskan hadits yang tidak menuliskan didalam suatu kitab yang
lain tetapi dalam menuliskan kitabnya, penulis kitab mustadrak mengikuti persyaratan
penulis kitab sebelumnya.

Secara bahasa, mustadrak artinya:tambahan atau susulan. Secara Istilah mustadrak


adalah;kitab yang menghipun hadits-hadits shahih dengan standar suatu kitab shahih,dimana

kitab shahih itu tidak memuat hadits-hadits tersebut.

Didalam bukunya, karakteristik dari kitab mustadrak sebagai berikut:

a. Menyusulkan hadits-hsdits yang tidak tercantum dalam suatu kitab hadits tertentu;

b. Dalam penulisan hadits-hadits susulan itu penulis kitab mengikuti persyaratan


periwayatan hadits yang dipakai oleh kitab itu;

c. Kualitas hadits yang diriwayatkan beragam,ada yang shahih,hasan,dan dhaif.

Kitab mustadrak yang terkenal ialah al-Mustadrak,susunan Abu Abdullah


Muhammad Ibn Abdullah Ibn Muhammad Ibn Hamdawaih al-Hakim al-Naisabury (405
H).Al-Hakim membukukan dalam kitabnya hadits-hadits yang dipandang shahih menurut
syarat-syarat yang dipakai al-Bukhairi atau Muslim dan yang dipandang shahih oleh al-
Hakim sendiri.Al-Mustadrak ini telah diringakas (dibersihkan) oleh al-Sahaby (748
H),dimana al-Sahaby menerangkan hadits-hadits sebenarnya dhaif atau mungkar.Hal ini
terjadi karena al-Hakim wafat sebelum dapat menyaring dan mengoreksi kitabnya itu.
E. Metode Mustakhraj
Mustakhraj artinya yang dikeluarkan.Maksudnya seseorang mengeluarkan hadits-
hadits dari satu kitab,dengan sanad-sanad dari dia sendiri lalu sanad-sanadnya bertemu
dengan syaikh pengarang kitab itu,atau bertemu dengan rawi yang lebih atas dari syaikh
tersebut.

Metode ini menjelaskan bahwa penyusunan hadits mustakhraj dengan


berdasarkan penulisan kembali hadits-hadits yang terdapat dalam kitab lain,kemudian
penulis kitab yang pertama tadi mencantumkan sanadnya sendiri dengan menggunakan
tipe mustakhraj. Misalnya kitab mustakhraj atas kitab shahih al-Bukhari,penulisnya
menyalin kembali hadits-hadits yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari kemudian
mencantumkan sanad dari dia sendiri bukan sanad yang terdapat dalam kitab shahih al-
Bukhari itu.

Dari penjelasan diatas bahwa dapat disimpulakan bahwa jika penulis tipe kitab
mustakhraj akan menuliskan kembali hadits-hsdits dalam suatu kitab yang kemudian
menyamakan sanad dari dirinya sendiri,hadist ini akan bertemu pada sanad yang sama

Mustakhraj adalah kitab hadits dimana seorang penulis kitab hadits menuliskan
kembali hadits-hadits kitab lain tetapi dengan sanad penulis sendiri,bukan sanad kitab
lain.Misalnya :kitab al-Mustakhraj ala Shahih al-Imam Muslim karya Abu Naim al-
Ashbahani [430 H].Imam Abu Naim al-Ashbahani menuliskan hadits-hadits Shahih
Muslim tetapi dengan sand lain,bukan sand Imam Muslim [261H].

Misalnya,kitab-kitab yang mentakhrij shahih al-Bukhari; mustakhraj al-Isma’ili


(371), mustakhraj al-Githrifi (377 H) dan mustakhraj Ibn Abi Zhul (378 H), kitab-kitab
yang mentakhrij Shahih Muslim: mustrakhraj Abu Awanah al-Isfirayani (316 H),
mustakhraj al-Humaydi (311 H) dan mustakhraj Abu Hamid al-Harawi (355 H).Kitab-
kitab yang mentakhrij hadits-hadits dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim:
mustakhraj Abu Nu’aym al-Asbahani (430 H),mustakhraj Ibn al-Akhram (344 H) dan
mustakhraj Abu Bakar al-Barqani (425 H).

F. Metode Musnad

Model musnad adalah model penulisan hadits yang pengumpulan hadistnya sesuai
dengan perawi dari shahabi. Artinya hadistnya dikumpulkan berdasarkan sahabat yang
meriwayatkan hadist tersebut.
Kitab metode musnad ini sangat banyak. Urutannya pun beragam,ada yang urutan
abjad nama sahabat,ada yang sesuai urutan masuk islamnya,ada juga yang sesuai dengan
sukunya.

Contoh kitab Musnad Imam Ahmad (241 H).Musnad Abu Daud at-Thayalisi (204
H).Musnad as-Syafi’i(204 H).Musnad Ishaq bin Rahawaih (238 H). Musnad Abu Ya’la
al-Mushili (307 H) dan lain sebagainya. Imam Ahmad bin Hanbal (241 H) dalam
musnadnya diawali dengan sahabat yang telah dijamin masuk surga dari musnad Abu
Bakar, musnad Umar, musnad Utsman, musnad Ali dan seterusnya.

Musnad merupakan suatu kitab hadits yang disusun berdasarkan nama-nama para
sahabat periwayat hadits. Susunannya didasarkan pada posisi masing-masing sahabat
dalam memeluk islam,jaminan surga ataupun dengan urutan yang lain. Musnad Ahmad
bin Hambal merupakan kitab paling popular dan isinya paling memadai. Kitab ini
disusun di era periwayatan hadits secara kritis yang berbeda dengan periode sebelumnya.
Didalamnya dimuat sekitar 40.000 hadits dengan pengulangan sekitar 10.000 hadist.
Seleksi ketat terhadap hadits-hadits yang dikumpulkan penyusunnya menjadikan kitab ini
terhindar dari riwayat mauquf dan mursal, melainkan hanya sedikit saja. Ahmad bin
Hambal(241 H). Dalam bidang hadits diakui oleh para ulama hadits sebagai seorang amir
al-mukminin fi al-hadits. Hal ini menjadikan kitab musnad karyanya dinilai sebagai kitab
hadits terbaik setelah kitab Muatta ,Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Didalam bukunya M.Hasbi ash-Shiddiqi menjelaskan kitab-kitab musnad ialah


kitab-kitab yang didalamnya disebut hadits menurut nama sahabat berdasar kepada
sejarah mereka memeluk agama Islam. Para penyusunnya memulai dengan menyebut
hadits-hadits yang diriwayatkan oleh sahabat sepuluh, kemudian hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh para sahabat yang turut dalam peperangan Badar atau ditertibkan
menurut nasab-nasab para perawi. Disebutkan lebih dahulu Bani Hasyim yang terdekat
dengan Rasulullah kemudian sesudah mereka.

G. METODE MU’JAM

Menurut Nuruddin, kitab mu’jam menurut istilah muhadditsin adalah kitab hadits
yang disusun berdasarkan susunan guru-guru penulisnya yang kebanyakan disusun
berdasarkan huruf hijaiyah, sehingga penyusun mengawali pembahasan kitab mu’jamnya
dengan hadits-hadits yang diterima dari Aban,lalu yang dari Ibrahim dan seterusnya.

Kitab mu’jam memiliki bentuk jamak yaitu mu’ajim yang memiliki pengertian
yaitu kitab hadits yang penulisnya menggunakan metode klasifikasi hadits berdasarkan
nama guru,negara atau qabilah yang kemudian sistem penyusunannya berdasarkan abjad
(tertib huruf) hijaiyah.

Karakteristik metode mu’jam adalah sebagai berikut:


a. Disusun berdasarkan nama-nama sahabat,guru-guru,negara-negara,dan lain-lain;

b. Nama-nama itu disusun berdasarkan huruf mu’jam (alfabert);

c. Kualitas hadits yang dihimpun beragam ada yang Shahih,Hasan,dan Dhaif;

d. Tidak disusun berdasarkan bab-bab fiqhiyah;

e. Sulit digunakn untuk mencari hadits berdasarkan topik tertentu.

Adapun beberapa kitab mu’jam yang masyhur adalah sebagai berikut:

a. Kitab al-Mu’jam al-Kabir karya Abu Al-Qasim Sulaiman Ibn Ahmad al-Thabrani (360
H),yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat sesuai urutan hijaiyah, kecuali hadits-
hadist riwayat Abu Hurairah yang disusun dalam kitab tersendiri,memuat 60.000 hadits.

b. Hadits al-Mu’jam al-Awsath, juga karya Abu al-Qasim Sulaiman Ibn Ahmad al-
Thabrani (360 H) yang disusun berdasarkan nama-nama gurunya yang hampir mencapai
2.000 orang dan didalamnya terdapat 3.000 hadits.

c.Kitab Mu’jam al-Shahabah karya Ahmad Ibn Ali al-Hamdani (398 H) juga dengan
judul yang sama karya Abu Ya’la Ahmad Ali al-Mushili (308 H).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Metodologi penyusunan kitab al-Hadits al-Ushuli (Kitab Sumber) terdiri atas
kitab hadits Jami’,Sunan,Musanaf,Mustadrak,Musnad,Mu’jam.

Anda mungkin juga menyukai