Disusun oleh :
1. Inayatun Muflihah
2. Febiyani Omania
Segala puji syukur kehadiran Allah SWT. Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugasnya
yaitu penyusunan makalah dengan judul “ Macam-macam Metode dalam Ilmu Hadits”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
sekolah
Dalam penulisan tugas makalah ini, penulis sadar bahwa kemampuan penulis masih
sangat terbatas, baik dalam isi maupun dalam penyusunan kalimat, oleh karena itu terdapat
banyak kekurangan sehingga tugas jauh untuk di katakan sempurna. Dan oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tugas makalah. Akhir kata semoga tugas makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Ilmu hadist baik secara riwayah maupun dirayah termasuk kajian keislaman yang
tak pernah luput dilembaga pendidikan keislaman di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Perbedaan antara ilmu hadist riwayah dan ilmu hadist dirayah. Ilmu hadist
riwayah adalah yang mempelajari hadist itu sendiri.Dalam artian,ia adalah ilmu yang
mengaji isi dari perkataan rasulullah, atau sifat maupun perbuatan.Sedang ilmu hadist
dirayah adalah ilmu yang mengaji hadist dari segi diterimanya (maqbul) atau ditolaknya
suaty hadist (mardud).Jika ilmu hadist riwayah fokus pada isi hadist,maka ilmu hadist
dirayah fokus pada rantai sanad yang membawah matan hadist tersebut.
Di antara kitab – kitab yang paling sering di gunakan sebagai acuan dalam
kurikulumnya adalah Taisir Musththalah al – hadist karya Dr. Mahmud Thahhan. sebuah
ilmu dalam kitab musthalah hadist yang ringkes dan sangat sistematis. Kitab ini beliau di
susuun ketika menjadi doses ilmu hadist di Fakultas Syariyah, Universitas Islam
Madinah,dan rilis cetakan pertama pada tahun 1977.
2. Tujuan
Pembelajaran kitab taisir mushthalah al-hadits merupakan pembelajaran yang
diterapkan dimata pelajaran formal yang mana jarang sekali di terapkan disekolah lain
umumnya. Manfaat mempelajari ilmu hadits ini untuk membedakan sehat atau cacatnya
suatu riwayat hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
Karakterisik kitab model jami’adalah kitab hadits tersebut mengumpulkan semua bab
hadits,mulai dari aqidah,fiqih,sejarah,dan adab atau akhlaq. Penyusunan kitab jami’ sebagai
berikut:
B. Metode Sunan
e. Pada sebagian kecil kitab dicantumkan penjelasan tentang kualitas hadits yang
bersangkutan.
Sunan adalah bentuk plural dari kata sunnah. Sedangkan yang dimaksud dengan kitab
hadits model sunan adalah kitab hadits yang dalam penulisannya sesuai dengan bab-bab
fiqih dan hanya hadits-hadits marfu’saja yang ditulis,berbeda dengan Muwattha’ yang
didalamnya masih terdapat atsar shahabat dan tabiin.
Metode sunan artinya: metode penyusunan kitab hadits berdasarkan tema atau bab fiqih.
Dimana tujuan penyusunan kitab sunan adalah memudahkan para ahli fiqih atau mujtahid
dalam melakukan ijtihad atau istinbath hukum.
Perlu diperhatikan,bahwa kitab sunan ini bukan hanya berisi hadits-hadits yang
shahih.Namun juga berisi hadits yang dha’if. Mengingat adanya perbedaan pendapat
mengenai kedudukan hadits dha’if.
Contohnya mushanaf adalah mushanaf Abu Salamah Hammad bin Salamah bin
Dinar(167H). Mushanaf Ibn Abi Saiban (235 H). Mushanaf Abu Bakar Abdurazzaq(211
H).
D. Metode Mustadrak
Mustadrak adalah kitab hadits dimana seorang penulis menambahkan hadits-
hadits yang dianggap memenuhi syarat shahih kitab hadits tertentu.Misalnya Mustadrak
al-Hakim karya Imam Al-Hakim an-Naisaburi [405H]. Imam Hakim menambahkan
hadits-hadits lain yang tidak terdapat dalam dua kitab shahih hadits Bukhari dan Muslim.
a. Menyusulkan hadits-hsdits yang tidak tercantum dalam suatu kitab hadits tertentu;
Dari penjelasan diatas bahwa dapat disimpulakan bahwa jika penulis tipe kitab
mustakhraj akan menuliskan kembali hadits-hsdits dalam suatu kitab yang kemudian
menyamakan sanad dari dirinya sendiri,hadist ini akan bertemu pada sanad yang sama
Mustakhraj adalah kitab hadits dimana seorang penulis kitab hadits menuliskan
kembali hadits-hadits kitab lain tetapi dengan sanad penulis sendiri,bukan sanad kitab
lain.Misalnya :kitab al-Mustakhraj ala Shahih al-Imam Muslim karya Abu Naim al-
Ashbahani [430 H].Imam Abu Naim al-Ashbahani menuliskan hadits-hadits Shahih
Muslim tetapi dengan sand lain,bukan sand Imam Muslim [261H].
F. Metode Musnad
Model musnad adalah model penulisan hadits yang pengumpulan hadistnya sesuai
dengan perawi dari shahabi. Artinya hadistnya dikumpulkan berdasarkan sahabat yang
meriwayatkan hadist tersebut.
Kitab metode musnad ini sangat banyak. Urutannya pun beragam,ada yang urutan
abjad nama sahabat,ada yang sesuai urutan masuk islamnya,ada juga yang sesuai dengan
sukunya.
Contoh kitab Musnad Imam Ahmad (241 H).Musnad Abu Daud at-Thayalisi (204
H).Musnad as-Syafi’i(204 H).Musnad Ishaq bin Rahawaih (238 H). Musnad Abu Ya’la
al-Mushili (307 H) dan lain sebagainya. Imam Ahmad bin Hanbal (241 H) dalam
musnadnya diawali dengan sahabat yang telah dijamin masuk surga dari musnad Abu
Bakar, musnad Umar, musnad Utsman, musnad Ali dan seterusnya.
Musnad merupakan suatu kitab hadits yang disusun berdasarkan nama-nama para
sahabat periwayat hadits. Susunannya didasarkan pada posisi masing-masing sahabat
dalam memeluk islam,jaminan surga ataupun dengan urutan yang lain. Musnad Ahmad
bin Hambal merupakan kitab paling popular dan isinya paling memadai. Kitab ini
disusun di era periwayatan hadits secara kritis yang berbeda dengan periode sebelumnya.
Didalamnya dimuat sekitar 40.000 hadits dengan pengulangan sekitar 10.000 hadist.
Seleksi ketat terhadap hadits-hadits yang dikumpulkan penyusunnya menjadikan kitab ini
terhindar dari riwayat mauquf dan mursal, melainkan hanya sedikit saja. Ahmad bin
Hambal(241 H). Dalam bidang hadits diakui oleh para ulama hadits sebagai seorang amir
al-mukminin fi al-hadits. Hal ini menjadikan kitab musnad karyanya dinilai sebagai kitab
hadits terbaik setelah kitab Muatta ,Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
G. METODE MU’JAM
Menurut Nuruddin, kitab mu’jam menurut istilah muhadditsin adalah kitab hadits
yang disusun berdasarkan susunan guru-guru penulisnya yang kebanyakan disusun
berdasarkan huruf hijaiyah, sehingga penyusun mengawali pembahasan kitab mu’jamnya
dengan hadits-hadits yang diterima dari Aban,lalu yang dari Ibrahim dan seterusnya.
Kitab mu’jam memiliki bentuk jamak yaitu mu’ajim yang memiliki pengertian
yaitu kitab hadits yang penulisnya menggunakan metode klasifikasi hadits berdasarkan
nama guru,negara atau qabilah yang kemudian sistem penyusunannya berdasarkan abjad
(tertib huruf) hijaiyah.
a. Kitab al-Mu’jam al-Kabir karya Abu Al-Qasim Sulaiman Ibn Ahmad al-Thabrani (360
H),yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat sesuai urutan hijaiyah, kecuali hadits-
hadist riwayat Abu Hurairah yang disusun dalam kitab tersendiri,memuat 60.000 hadits.
b. Hadits al-Mu’jam al-Awsath, juga karya Abu al-Qasim Sulaiman Ibn Ahmad al-
Thabrani (360 H) yang disusun berdasarkan nama-nama gurunya yang hampir mencapai
2.000 orang dan didalamnya terdapat 3.000 hadits.
c.Kitab Mu’jam al-Shahabah karya Ahmad Ibn Ali al-Hamdani (398 H) juga dengan
judul yang sama karya Abu Ya’la Ahmad Ali al-Mushili (308 H).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metodologi penyusunan kitab al-Hadits al-Ushuli (Kitab Sumber) terdiri atas
kitab hadits Jami’,Sunan,Musanaf,Mustadrak,Musnad,Mu’jam.