Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PENGENALAN KITAB-KITAB HADIS”


KITAB-KITAB HADIS PRIMER
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulum Hadist
Dosen Pengampu
Syaefudin,M.Pd

Disusun Oleh:
Indah Permata Sari : 20104050021
Hanik Wal Umaro : 20104050022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Kami penyusun makalah mengucapkan Alhamdulillah sebagai rasa syukur
kita kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penyusun dapat
menempurnakan makalah ini yang berjudul “Pengenalan kitab-kitab hadis: kitab
primer”
Kami turut berterimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing
Syaefudin,M.Pd dan terimakasih juga kepada teman teman kelompok 12 yang mau
bekerja sama dalam menyelesaikan makalah. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ulum hadits.
Penulis menyadari makalah ini bukanlah tugas yang sempurna karena
memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupu sistematika dan teknik
penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, 18 Desember 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
C. TUJUAN...................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A. PENGERTIAN KITAB HADIS PRIMER....................................................................2
B. SUMBER-SUMBER PRIMER HADITS......................................................................2
C. JENIS JENIS KITAB HADIS PRIMER.......................................................................2
BAB III.................................................................................................................................2
PENUTUP............................................................................................................................2
A. KESIMPULAN.............................................................................................................2
B. SARAN........................................................................................................................2

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam mengenal dua sumber primer dalam perundang-undangan. Pertama,
Al-Qur’an dan kedua al-Hadits. Terdapat perbedaan yang signifikan pada sistem
inventarisasi sumber tersebut. Al-Qur’an sejak awal diturunkan sudah ada
perintah pembukuannya secara resmi, sehingga terpelihara dari kemungkinan
pemalsuan. Berbeda dengan hadits, tak ada perlakuan khusus yang baku padanya,
sehingga pemeliharaannya lebih merupakan spontanitas dan inisiatif para sahabat.
Hadits pada awalnya hanyalah sebuah literatur yang mencakup semua
ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Persetujuan Nabi yang
tidak diucapkan terhadap orang-orang pada zamannya, dan gambaran-gambaran
tentang pribadi Nabi. Mula-mula hadits dihafalkan dan secara lisan disampaikan
secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Setelah Nabi wafat pada
tahun 10 H., islam merasakan kehilangan yang sangat besar. Nabi Muhammad
SAW. Yang dianggap sebagai yang memiliki otaritas ajaran islam1,
Khalifah-khalifah awal membimbing kaum muslim dengan semangat
Nabi, meskipun terkadang bersandar pada penilaian pribadi mereka. Namun,
setelah beberapa lama, ketika muncul kesulitan-kesulitan yang tidak dapat lagi
mereka pecahkan sendiri, mereka mulai menjadikan sunnah, seperti yang
merupakan kebiasaan perilaku Nabi sebagai acuan dan contoh dalam memutuskan
suatu masalah. Sunnah yang hanya terdapat dalam hafalan-hafalan sahabat
tersebut dijadikan sebagai bagian dari referensi penting setelah Al-Qur’an.
Bentuk-bentuk kumpulan hafalan inilah yang kemudian disebut dengan hadits.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kitab hadis primer?
2. Apa saja jenis-jenis kitab hadis primer?
3. Bagaimana metode penulisan dalam kitab hadis primer?
4. Apa syarat hadis dapat menjadi kitab primer

1
Endio.wordpress.com (2016, 21 April) Sumber-Sumber Primer Hadis (Mashodir Ashliyyah).
Diakses pada 21 April 2016

1
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah berdasarkan materi ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hadis primer
2. Mengetahui jenis-jenis kitab hadis primer
3. Mengetahui metode penulisan dalam kitab hadis primer

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KITAB HADIS PRIMER


Kutub al-Ahadits al-Mu'tamadah (Kitab-kitab hadits induk/primer) Yaitu
kitab-kitab hadits yang ditulis oleh para Imam-Imam hadits yang memiliki riwayat
secara langsung dari Rasulullah SAW, melalui jalur sanadnya sendiri, secara
keseluruhan dari awal hingga akhir. Seperti kitab Shahih Al-Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Al-Tirmidzi, Sunan al-Nasa'i, sunan ibnu Majah, Musnad Imam
Ahmad bin Hambal dsb. Kitab-kitab seperti inilah yang harus dikenali oleh
generasi-generasi umat Islam saat ini, karena kapasitas kitab-kitab tersebut
sebagai rujukan utama daiam sunnah Nabawiyah. Dan tidak mungkin bagi
seseorang yang mengkaji hadits, meninggalkan kitab-kitab tersebut2.

B. SUMBER-SUMBER PRIMER HADITS


Kitab-kitab hadis yang tergolong sumber primer ada tiga macam;
1. Kitab-kitab hadis yang meriwayatkan hadis pertama kali yang mana
sanadnya nyambung sampai ke Nabi dan pengarangnya memperoleh sanad
itu secara istiqlal (tidak mengutip dari kitab lain tapi memperoleh sanadnya
sendiri). Contoh kitab kelompok ini: Kutub Sittah (Shahih Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan
Ibnu Majah)
2. Kitab-kitab yang dihukumi menginduk pada kitab-kitab jenis pertama
seperti kitab-kitab yang menggabung sejumlah kitab seperti “Al-Jam’u
Baina As-Shohihain” atau menggabung Athrof (potongan) hadis seperti
“Tuhfatu Al-Asyrof Bima’rifati Al-Athrof” atau ringkasan kitab hadis
seperti “Tahdzibu Sunan Abi Dawud”
3. Kitab-kitab yang dikarang dalam bidang-bidang lain selain hadis (mislanya
tafsir, tarikh, fikih), dengan syarat pengarangnya harus meriwayatkan hadis

2
ash-Shiddiqy. Pokok-pokok Ilmu Dirayah al-Hadits. Jakarta: Bulan Bintang Abu
Syuhbah. Op. Cit. hal. 89-92 18

3
lengkap pertama kali dengan sanadnya secara istiqlal. Misalnya kitab “Tafsir
At-Thobari”, Tarikh “Ath-Thobari” (ilmu sejarah) , “Al-Umm” (ilmu fikih)
C. JENIS JENIS KITAB HADIS PRIMER
a) Kitab al-Jami’ [arab: ‫امع‬KK‫]الج‬, yaitu kitab hadis yang disusun menurut bab
tertentu dan memuat berbagai macam, meliputi aqidah, ahkam, adab, tafsir,
tarikh, siroh, manaqib (Fadhilah orang soleh), Raqaiq (hadis yang melembutkan
hati), dst. Diantara kitab jami’ yang terkenal adalah Shahih Bukhari, Shahih
Muslim, Jami’ Abdurrazaq, dan yang lainnya..
b) Kitab al-Musnad [arab: ‫ند‬KK‫]المس‬, yaitu kitab hadis yang disusun berdasarkan
urutan huruf hijaiyah dengan mengacu kepada nama sahabat. Dimulai dari nama
sahabat yang diwali huruf [َ‫]أ‬ hingga huruf [‫]ي‬.
َ
c) Kitab sunan, adalah kiab hadis yang disusun berdasarkan bab fikih, mulai
masalah thaharah, shalat, zakat, dst. dan hanya berisi hadis marfu’ (sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan hanya ada beberapa atsar sahabat.
d) Kitab Mu`jam, secara etimologi pada awalnya diartikan sesuatu yang tidak
jelas atau sesuatu yang terkunci, kemudian diartikan semacam kamus yang
berfungsi memperjelas arti kalimat yang tidak jelas tersebut. Kitab Mu’jam
dalam terminologi studi hadis adalah: “Mu’jam adalah buku yang menyebutkan
hadis-hadis nya didasarkan pada nama sahabat atau nama syaikhnya atau
didasarkan pada nama negeri gurunya pada umumnya secara abjadi atau hija’i
(sesuai dengan urutan huruf hija’iyah) .”3
Adapun beberapa kitab hadits yang termasuk ke 4 jenis hadits Primer tersebut
yaitu:
1. KITAB SHAHIH BUKHARI
a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Shahih Bukhari
Pada akhir masa tabiin atau pertengahan abad ke-2 Hijriyah hadis-hadis
Nabi mulai dibukukan. metode hanya terbatas pada bab yang menyangkut
masalah tertentu dan masih bercampur dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabiin4.

3
Konsultasisyariah Mengenal Kitab dari https://konsultasisyariah.com/22645-
mengenal-kitab-sunan.html
4
Ahmad Husnan, Kajian Hadits dan Metode Takhrij. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar.1993, hal. 28

4
pada awal abad ketiga Hijriyah penulisan hadis sudah tidak bercampur lagi
dengan fatwa sahabat dan tabiin, tetapi ditulis secara sendiri.
Beranjak dari pemikiran tersebut Ishaq Ibnu rahawaih Guru dari Al
Bukhari menganjurkan kepada murid-muridnya agar menulis Kitab yang hanya
memuat Hadits Shahih saja. saran tersebutlah yang menjadi motivasi bagi Imam
Bukhari untuk menulis Kitab Hadis nya, Ditambah lagi dengan dorongan moral di
mana Bukhari pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Shallallahu Alaihi Wa
Sallam ia berdiri di dekat nabi sambil mengipas-ngipas. menurut ahli tafsir mimpi
tersebut Bukhari akan membersihkan pembohong pembohong yang dilontarkan
kepada Rasulullah.
Hasil karyanya yang terkenal adalah Jami Shahih sebutan ini merupakan
sebutan yang langsung berasal dari Imam Bukhari sendiri, Jami artinya adalah
mengumpulkan atau menghimpun sedangkan Al Shahih artinya adalah yang benar
atau yang absah jadi al-jami' al-shahih menurut istilah adalah suatu kitab yang
menghimpun sejumlah hadis sahih yang meliputi al Ahkam, Adab al aqli akhir,
dan Manaqib wa Ma’Thalib. dalam Muqaddimah Fathul Bahri Ibnu Hajar
mengatakan bahwa kitab al-jami' al-shahih memiliki banyak faedah dan manfaat
dalam kitab tersebut.
b. Keunggulan Kitab Shahih Bukhari
Kitab Shahih Bukhari adalah Kitab Hadis Karya Terbesar dalam ilmu
hadits. kitab ini khusus memuat hadits-hadits Shahih saja dari 100.000 hadis yang
diakuinya sahih, hanya sebanyak 7275 hadits yang ditulisnya ke dalam Kitab
Shahih Bukhari. jumlah inilah yang diakuinya benar-benar sahih dan juga diakui
oleh mayoritas ulama hadis.5 Imam Bukhari lebih mengutamakan hadits ‘ali
dalam penyusunan hadis-hadisnya yaitu hadits yang dalam isnadnya terdapat rawi
yang lebih sedikit dibandingkan jalur isnad yang lain. 6
c. Kritik terhadap Shahih Bukhari
5
Ali Mustafa Yaqub, Op. Cit. hal. 23 An-Nawawi Maya al-Din. Syarh an-Nawawi
'ala Shabib Muslim. Beirut: Dar al-Fikr, 1978. cet ke-3. hal. 12
ash-Shiddiqy. Pokok-pokok Ilmu Dirayah al-Hadits. Jakarta: Bulan Bintang Abu
Syuhbah. Op. Cit. hal. 89-92 18
6
Aḥmad Amīn, Ḍuḥā al-Islām, Juz 2 (Kairo: Maktabah al-Wahbah al-Mishriyah, 1974), 116..

5
Ulama hadis sepakat bahwa Kitab Hadis yang paling sahih adalah kitab
Bukhari. Walaupun demikian kitab ini tidak luput dari kritikan, para ahli baik dulu
maupun Sekarang.7yang menjadi permasalahannya adalah Apakah Shahih Bukhari
telah menghimpun seluruh hadis yang sahih, dan apakah seluruh hadis yang
dimuat dalam kitab sahih seluruhnya sahih, pada permasalahan pertama Imam
Bukhari sendiri bahwa dari 100000 hadis yang diakuinya sahih hanya 7275 hadits
yang ditulis dalam kitab nya hal ini menggambarkan bahwa masih ada hadits-
hadits Shahih yang tidak dimasukkan ke dalam Kitab Shahih Bukhari. sementara
pada permasalahan kedua kritikan ditujukan kepada sanad dan Matan hadis8, yang
akhirnya memberikan kesimpulan bahwa tidak semua hadis yang ditulis dalam
Kitab Shahih Bukhari berstatus shahih. Sebagai contoh kritik yang dilakukan oleh
darruquthi ini bahwa dalam hadis Bukhari juga dimuat hadis daif karena
terputusnya sanad, atau hadits muallaq menanggapi kritik tersebut. ulama lain
menerangkan bahwa Bukhari menyadari dimuatnya dalam hadis daif dalam
kitabnya sebagai hadis pendukung,
d. Metode dan Sistematika Sahih al-Bukhari
Kitab Sahih al-Bukhari disusun dan dipersiapkan selama 16 tahun
lamanya. Cara yang ditempuh Imam al-Bukhari ialah dengan menggunakan
kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dalam disiplin ilmu hadis, diantaranya:9
a. Menta’dil dan mentajrih.
b. Memakai sharat muasarah dan liqa’.
c. Menggunakan sharat-sharat yang sudah disepakati para ulama’, yaitu
bahwa perawi harus seorang Muslim, berakal, jujur, tidak mudallis,
memiliki sifat adil, kuat ingatannya, sedikit melakukan kesalahan,
sanadnya bersambung dan matannya tidak janggal.
2. KITAB SHAHIH MUSLIM
a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Shahih Muslim

7
Muḥammad Adīb Shāliḥ, Lamhat fī Ushūl al-Ḥadīth (Beirut: al-Maktab alIslām,
1399), 123-125
8
Maurice Bucaile, Qur’an dan Sains Modern, terj. M. Rasyidi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), 362-365.
9
Sumbulah, Umi. (2013). Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang:Unit
Penerbitan UIN Maulana Malik Ibrahim

6
Abu Al Husain muslim Ibnu Al Hajj Al Husairi atau yang dikenal dengan
nama imam muslim, dilahirkan di naisabur suatu kota kecil di Iran bagian timur
laut pada tahun 204 Hijriyah atau 820 masehi. Beliau pernah menjadi murid Imam
Bukhari ketika Imam Bukhari berkunjung ke desa naisabur, alasan penyusunan
Shahih Muslim dapat dipahami dari penjelasan imam nawawi bahwa penyusunan
Shahih Muslim dimotivasi oleh besarnya keinginan muslim untuk memilah-milah
hadis yang benar-benar Sahih Dengan hadis yang telah bercampur dengan riwayat
sahabat. untuk itu imam muslim telah mengambil cara yang sangat teliti dan
cermat bagi kitab shahihnya.10
Hal ini sesuai dari namanya Al jami' as Shahih Muslim yang maksudnya
adalah Kitab Hadis yang memuat hadis-hadis Shahih setelah dilakukan seleksi
oleh penilaiannya. di samping itu adanya keinginan imam muslim untuk menulis
Kitab Hadis yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, sebagaimana
dijelaskan oleh Imam Nawawi kecerdasan Imam muslim dalam menyeleksi hadis-
hadis terlihat dari 300.000 hadis yang berhasil dikumpulkan nya tersebut berhasil
diseleksi Hadits Shahih saja sebanyak 7272 hadits. dari jumlah ini diseleksi lagi
Hingga terkumpul 4000 hadits yang dimuat dalam kitab Shahih Muslim.
b. Keunggulan Shahih Muslim
Yang menjadi ciri khas dari penyusunan Kitab Shahih Muslim adalah
digunakan Cara atau metode yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, yaitu
dengan menghimpun hadits-hadits nada dalam satu tema lengkap dengan sanad
sanadnya lengkap pada satu tempat tidak terpisah-pisah dalam berbagai bab serta
tidak mengulang penyebutan hadis. kecuali dalam jumlah sedikit untuk
kepentingan yang mendesak, ciri lain dalam penulisan Shahih Muslim adalah
ketelitiannya dalam menggunakan dan menyampaikan kata-kata yang selalu
dipertahankan nya secara optimal dengan menjelaskan perbedaan redaksi pada
lafaz yang berbeda. begitu juga hadis-hadis muallaq yang hanya terdapat 12 buah
yang kesemuanya merupakan hadis penguat mutabir bukan hadis utama.

10
Raja Mustafa Hazin. I'lam al-Mubaditsun wa Manabijubum Fi al-Qarn al Tasalis
al-Hijri. t.t: Majma' al-Buhus al-Islamiyah. 1969. hal. 142-143

7
c. Kritik Terhadap Kitab Shahih Muslim
Kritik yang dilontarkan terhadap Shahih Muslim diantaranya, pertama
dalam Kitab Shahih Muslim masih terdapat hadits muallaq sebagaimana
tercantum dalam Mukadimah syaraakh muslim oleh Imam Nawawi. kritik
mengenai adanya hadits Mursal dan muqatil dalam Hadits Shahih Muslim dalam
Shahih Muslim, kedua hadis tersebut merupakan mutabi’ dan syawahid yang
pada asalnya merupakan hadis yang bersambung sanadnya, ketiga imam muslim
dalam shahihnya menggunakan rujukan yang berkualitas daif, padahal kitabnya
berkualitas shahih dalam hal ini Ibnu salah menjawab bahwa sebenarnya imam
muslim meriwayatkan hadits dari perawinya yang kokoh namun orang lain
menuduhnya daif tanda penyebutan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.11
d. Metode dan Sistematika Sahih Muslim
Kitab ini disusun dengan sistematika yang baik, sehingga isi hadis-
hadisnya tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan berkurang sanadnya. Secara
global kitab ini tidak ada bandingannya di dalam ketelitian menggunakan
isnadBerdasarkan jalan yang ditempuh Muslim dalam men takhrij kan hadis-
hadisnya, para ulama’ memandang bahwa Muslim meriwayatkan hadis yang
sempurna yang memiliki sharat-sharat kesahihan, memiliki sanad muttasil dengan
sharat adil dan kuat hafalan dari awal hingga akhir tanpa shadh dan illat.12Di
samping itu Muslim sangat teliti, sehingga ia bedakan antara kata haddasana
dengan kata akhbarana. Yang pertama mengandung pengertian bahwa hadis
tersebut langsung didengar melalui ucapan guru, sedangkan yang kedua hadis itu
dibacakan atas nama guru.

3. KITAB SUNAN ABU DAWUD


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Penulisan

11
Periksa Syauqī Abū Khalīl, Atlas Hadis, 8. Lihat pula Rajā’ Musṭafā Ḥāzin,
A’lām al-Muḥaddithīn fī al-Qārni al-Thānī wa al-Thālith al-Hijrī (Kairo: ttp.,
1991), 108-110.
12
As Shiddiqi, TM. Hasbi, Sejarab dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta:1999

8
Kata Sunan adalah jamak dari sunnah namun bila kata Sunan yang
digunakan oleh penulis hadis bermakna kitab yang dibagi menurut bab-bab
hukum. seperti thoharoh,salat, zakat dan seterusnya. Abu Daud Al fatani (202-
275)Hijriyah adalah penulis Kitab Sunan yang populer. ia menyusun kitab kitab
menurut bab fiqih dan membatasi isinya seputar sunan-sunan dan hukum-hukum,
Sehingga dalam kitab nya tidak dimuat kisah-kisah mau’Izzah,kabar tentang
kezuhudan, dan keutamaan amal dan lain-lain. Abu Daud adalah seorang yang
ahli dalam bidang fiqih dan hadits.13 dari hasil lawatan Abu Daud berhasil
mengumpulkan sebanyak 500.000 hadis yang dihafalnya. hadis-hadis tersebut di
seleksinya lagi hingga menjadi 4800 hadis, atau bila dijumlahkan dengan
pengulangan yang terdapat dalam kitab sunannya berjumlah 5274 hadits, kitab ini
memuat Hadits Shahih yang merupai Hadits Shahih dan mendekati Shahih.
b. Keistimewaan Sunan Abu Daud
Keistimewaan yang terdapat dalam Sunan Abu Daud adalah pertama
diberikannya perhatian yang penuh pada Matan Matan hadis. untuk itu Abu Daud
berupaya menyebutkan jalur jalur sanad lafaz-lafaz yang dipertentangkan, serta
menjelaskan tentang tambahan-tambahan lafaz. dalam Matan hadits, kedua hadis
hadis yang disebutkan dalam satu bab tidak terlalu banyak jumlahnya, ketiga Abu
Daud tidak banyak Memberikan komentar terhadap hadits-hadits yang
dipertentangkan oleh para ulama hal ini dimaksudkan agar hadis-hadis tersebut
diteliti kembali, keempat Abu Daud tidak banyak memuat Atsar sahabat walaupun
dimuat ia memperbandingkan dengan Ashar yang dianggapnya lebih kuat.
c. Kritik Terhadap Sunan Abu Daud
Ibnu Hajar al-asqalani, imam nawawi, dan Ibnu Taimiyah kritik Abu Daud
yang meliputi pertama tidak adanya penjelasan tentang kualitas suatu hadis dan
kualitas sanadnya sementara yang lain disertai dengan penjelasan, kedua adanya
hadis daif yang menurut penilaian para ahli namun tidak dijelaskan kedhaifannya
dalam Sunan Abu Daud,

ash-Shiddiqy. Pokok-pokok Ilmu Dirayah al-Hadits. Jakarta: Bulan Bintang Abu


13

Syuhbah. Op. Cit. hal. 89-92 10

9
ketiga adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Ahmad bin hambal yang
mentoleransi hadis yang oleh kalangan ulama dinilai daif. Imam al-hafizh Ibnu al-
jauzi mengemukakan kritik terhadap hadis Abu Daud bahwa beberapa hadits yang
dicantumkan nya adalah hadis maudhu atau palsu yang berjumlah 9 buah hadits.
d. Metode Dan Sistematika Sunan Abu Dawud
Cara yang diterima Abu Dawud dalam menulis kitabnya, dapat diketahui
dari suratnya yang ia kirimkan kepada penduduk Makkah atas pertanyaan yang
diajukan mengenai kitab sunannya. Inti dari surat tersebut adalah : Abu Dawud
mendengar dan menulis hadis 500.000 dan diseleksi menjadi 4.800 hadis.
a. Ia menghimpun hadis-hadis sahih, semi sahih dan tidak mencantumkan
hadis yang disepakati ulama’ untuk ditinggalkan.
b. Hadis yang lemah diberi penjelasan atas kelemahannya dan hadis yang
tidak diberi penjelasan bernilai shahih.

4. KITAB JAMI AL TIRMIDZI


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Jami Al Tirmidzi
Imam At Tirmidzi (209- 279) Hijriyah adalah seorang ahli hadis kenamaan
dan pengarang Sunan atau Jami, Al Tirmidzi kitab ini dinamakan hadits al
Tirmidzi karena berisi tentang hadis-hadis dengan materi yang berbeda-beda.
mencakup pembahasan yang populer antara lain aqidah, akhlak, ar-razzaq, adab al
Ta’am wa Asy-Syurb, Al tafsir Wal Sayr, Al Safar wa al Qiyam wa al- Qu’ud al
fitan dan al Manaqib wa al-masalib14. Imam at-tirmidzi diakui sebagai perawi
hadits yang tsiqah ia murid dari Imam Bukhari imam muslim dan Abu Daud
karena keluasan ilmunya tersebut ia berhasil menyusun kitab Jami Al Tirmidzi
yang menjadi rujukan para ulama.
b. Keistimewaan Kitab Sunan Atau Jami Al Tirmidzi
Keistimewaan kitab ini terletak dalam menggambarkan masalah yang
berhubungan dengan istilah-istilah dalam ilmu hadits, kitab ini dinilai sebagai
14
Republika.co.id (2012, 28 April) Mengenal Beragam Jenis Kitab Hadis. Diakses
pada 28 April 2012, dari https://republika.co.id/berita/m36c0b/mengenal-beragam-jenis-
kitab-hadis

10
kitab yang bermutu banyak faedah, dan baik sistematikanya dan sedikit
pengulangan isinya. keistimewaan lain dari kitab ini adalah meriwayatkan hadits
dengan sanad Ali atau sedikit sanadnya sehingga antara At Tirmidzi dengan Nabi
SAW hanya terdapat 3 orang Rawi karenanya hadits ini disebut dengan Hadits
sulasi.
c. Kritik terhadap hadits Tirmidzi
Kritik yang dikemukakan oleh al-hafizh Ibnu Al jauzi dalam wudhu
adatnya dan muridnya dan Al zahabi Hadis riwayat At Tirmidzi yang mendapat
kritikan berjumlah 30 Hadits. mengenai hal ini Imam Al Jalaluddin al-suyuthi
seorang ahli hadis Mesir telah menyanggahnya pada abad ke-9 Hijriyah.
Pada dasarnya hadis yang dikritik tersebut hanya menyangkut persoalan
pada amal Apabila para pengkritik memandangnya sebagai Hadits palsu namun
al-tirmidzi tidak memandangnya demikian sebab tidak ditemukan seorang ahli
hadis yang meriwayatkan hadis maudhu yang diketahui kepalsuannya, kecuali
pada hadis tersebut disertai penjelasan kepalsuannya
d. Metode dan Sistematika Sunan al-Tirmidhi
al-Tirmidzhi menempuh caranya yang khas, yang tidak ditemukan pada kitab al-
Kutub al-Sittah lainnya. Menurut Ahmad Muhammad Shakir184 kekhasan Sunan
Tirmidhi adalah sebagai berikut :
a. Mencantumkan riwayat dari sahabat lain tentang masalah yang dibahas
dalam hadis pokok, baik isinya semakna atau dengan makna lain bahkan
yang bertentangan sama sekali, atau keterkaitannya hanya isyarat
meskipun sangat samar.
b. Menyebutkan pendapat kalangan fuqaha’ pada setiap masalah fiqih dan
argumentasi mereka, serta menyebutkan beberapa hadis yang berbeda
dalam masalah tersebut. 15
c. Memperhatikan ta’lil hadis. ia menyebutkan tingkat kesahihan dan
keda’ifan serta menguraikan pendapatnya tentang ta’lil dan rijal al-Hadith
dengan rinci.

Qarn al-Tasalis al-Hijri, tt.: Majma' al-Buhus al-Islamiyah, 1969. Ash-Shiddiqi,


15

T.M. Hasbi,

11
5. KITAB SUNAN AN NASA'I
a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Sunan An Nasa'i
Imam An Nasa'i adalah seorang ahli hadis yang hidup antara tahun 215
-303 Hijriyah, yang telah menulis Kitab Sunan an-nasa'i yang juga dikenal dengan
sunan mujta’ba atau Sunan Al Sugra. kitab ini merupakan hasil seleksi baik secara
kualitas maupun kuantitas dari hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Sunan al-
kubra karya Imam al-nasa'i sebelumnya, yang didalamnya masih bercampur
Hadits Shahih Hasan dan Dhaif kitab ini memuat 5761 hadis Hadits.
Ketika Imam An Nasa'i selesai menyusun kitabnya yaitu Sunan al-kubra
lalu dihadiahkan Nya kepada Amir Al Ramlah Amir meminta agar al-nasa'i
memisahkan hadits-hadits Shahih saja. Kemudian al-nasa'i menulis hadits-hadits
yang telah diseleksi dari Sunan al-kubra kemudian ke dalam satu Hadis yang
disebut Sunan al-kubra yang penyusunannya menurut sistematika fiqih Sunan al-
kubra ini dikenal sebagai salah satu Kitab Hadis pokok, yang di kalangan para ahli
hadits dan para kritikus hadis karena hadis yang ditulis al-nasa'i dalam sunannya
tersebut disepakati oleh ahli hadits dan kritikus jika suatu hadis dinisbatkan
kepada Sunan al-nasa'i maka yang dimaksud adalah Hadits yang terdapat dalam
susunan sugro bukan Sunan al-kubra16.
b. Keunggulan Kitab Sunan Al-Nasa'i
Imam Nasa'i sangat berhati-hati dalam menyusun kitab Sunan Al sugra,
sehingga ulama mengatakan kitab ini berkedudukan di bawah Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim karena sedikit sekali hadis daif yang terdapat didalamnya.
Disamping itu hadits yang diriwayatkannya, diterimanya dari gurunya yang
terkemuka Jadi wajar jika penyeleksian hadis yang dilakukannya dan keluasan
wawasannya menjadikan hadits-hadits yang diriwayatkannya sebagai hadits yang
berkualitas tinggi.
c. Kritik Terhadap Sunan Al-Nasa’i
  Abu Al faraj Al jauzi mengkritik hadis-hadis yang terdapat dalam Al
Sunan al-kubra kritik tersebut diajukan pada 10 hadis yang dianggapnya sebagai

16
Muhammad Abu Zahwu. Al-Hadits wa al-Muhaditsun, Beirut:Darul Fikr. 1984.

12
hadits maudhu penilaian mau duduk pada hadits-hadits tersebut menurut Imam al-
suyuthi jelas tidak dapat diterima dalam Sunan Nasa'i terdapat Hadits Shahih
Hasan dan Dhaif sedangkan hadits yang gaib sedikit sekali jumlahnya.
d. Metode Dan Sistematika Sunan Al-Nasa’i
Kitab Sunan al-Nasa’i adalah kitab yang muncul setelah dilihat yang
paling sedikit hadis da’if nya, tetapi paling banyak pengulangannya, sebagaimana
hadis tentang niat diulangnya sampai 16 kali. Jadi jelaslah bahwa dalam kitab
tersebut tidak hanya terikat hadis sahih, akan tetapi, terdapat pula hadis hasan,
atau yang mendekati keduanya bahkan juga terdapat hadis da’if.17

6. KITAB SUNAN IBNU MAJAH


a. Latar Belakang Penulisan Dan Penyusunan Kitab Sunan Ibnu Majah
  Imam Ibnu Majah yang hidup antara tahun 209 - 273 Hijriyah adalah
seorang penulis hadits, yang kitabnya masuk dalam kitab utama. dengan kitab
tersebut Ibnu Majah menjadi seorang ulama hadis yang sangat terkenal, ia
menyusun kitab Sunan menjadi beberapa bab dan beberapa kitab kitab Sunan ini
terdiri dari 32 kitab 1500 bab dan 4000 hadis.
b. Kekhususan Sunan Ibnu Majah
Dalam menyeleksi hadits baik sanad maupun matannya Ibnu Majah tidak
menjelaskan kriteria, serta standar yang digunakan nya. di samping itu ia juga
tidak Menjelaskan alasan,dan Tujuan penulisan kitab namun dari sejumlah 4341
hadis telah dimuatnya 3002 hadis dalam kitab Ushul Al khamsah jadi masih
tersisa 1339 hadits. yang dihimpun sendiri oleh Ibnu Majah yang dapat
dikelompokkan menjadi 428 hadis yang ber kriteria sahih 119 hadis yang ber
kriteria Hasan 613 hadis yang isnadnya lemah dan 99 hadis mungkar.
c. Kritik terhadap Hadits Ibnu Majah
Dalam kitab Sunan Ibnu Majah tidak hanya dimuat Hadits Shahih dan
Hasan saja tetapi Hadits Dhaif dan bahkan hadits mungkar pun dimasukkan oleh

17
Khaṭīb, Ushūl al-Ḥadīth, 325; Azami, Studies in Ḥadīth, 152. Lihat Ensiklop - di
Islam, 15. Bandingkan dengan Muḥammad Muḥammad Abū Syuhbah, Fī Rihāb
al-Sunnah al-Kutub al-Shihah al-Sittah (al-Azhar: Majma’ al-Buhūth alIslāmiyah,
1969), 131.

13
Ibnu Majah. agaknya Hal inilah yang menjadi sasaran kritik yang berusaha untuk
mengeluarkannya dari kelompok kitab utama, yang kemudian ada yang
menggantikannya dengan Al muwatta yang ditulis oleh Imam Malik. Namun
karena kitab Sunan Ibnu Majah berisi berbagai informasi tentang hadis,18
sementara tidak semua di dalam kitab lainnya. maka jumhur ulama tetap
memasukkan kitab ini dalam kutub al-sittah. Oleh sebab itu, Bila ditinjau dari segi
keshahihan hadits ada ulama yang menempatkan kitab Al muwatta dalam kutub
al-sittah dengan mengeluarkan Sunan Ibnu Majah.
d. Metode dan Sistematika Sunan Ibn Majah
Melihat dari sejumlah hadis yang dihimpun sendiri oleh Ibnu Mājah
tersebut, tampak sekali bahwa dia tidak memilahmilah kriteria hadis/kualitas hadis
yang dimuat di dalam Sunan-nyaSebagaimana kitab-kitab sunan yang lain, Sunan
Ibnu Mājah ini disusun berdasarkan materi dan bab fiqih. Tetapi secara rinci,
terjadi beberapa perbedaan dengan Sunan al-Nasa’i.
Di antara kitab-kitab tersebut yang masuk dalam alKutub al-Sittah ialah
kitab al-Sunan yang terkenal dengan “Sunan ibn Majah”. Dalam sunan Ibn Majah
ini banyak terdapat hadis da’if bahkan tidak sedikit hadis yang munkar. Hadis-
hadis gharib yang terdapat dalam sunan ini kebanyakan adalah da’if, karena itu
para ulama’ mutaqaddimin memandang bahwa kitab Muwatta’ Imam Malik lebih
tepat masuk dalam alKutub al-Sittah dari pada Sunan Ibn Majah.

4.000 buah.

18
Muhammad Abu Zahwu. Al-Hadits wa al-Muhaditsun, Beirut:Darul Fikr. 1984.
An-Nawawi Maya al-Din, Syarh an-Nawawi 'ala Shahih Muslim. Beirut: Dar al-
Fikr, 1978. cet ke-3

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kitab-kitab hadis yang telah dipaparkan dalam babbab terdahulu, memiliki
karakteristik khusus, yang seringkali tidak dapat diperbandingkan antara satu
dengan yang lain. Demikian juga menyangkut kelebihan dan kelemahan masing
masing, yang tampaknya satu sama lain saling melengkapi dan memperkaya
referensi tertulis bagi umat Islam. Metode penyusunan kitab hadis, baik yang
berupa jami’, dengan menghimpun seluruh hadis, baik menyakut masalah akidah,
ibadah, akhlaq dan tafsir al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam kitab Shahih al-
Bukhari dan Shahih Muslim, tentu berarti memiliki cakupan hadis dengan tema
yang lebih luas, dibandingkan dengan kitab dengan metode penyusunan Sunan
Dalam konteks penilaian atas kualitas kitab hadis di atas, Imam Ibnu
Shalāh (w. 643 H.), menyatakan bahwa kitab hadis yang paling autentik (shahīh)
--yang posisinya di bawah peringkat al-Qur’an-- adalah Shahīh al-Bukhārī dan
Shahīh Muslim. Pendapat ini kemudian diikuti dan dipopulerkan oleh Imam
Nawawī (w. 676 H.), dengan memperkuat argumentasi dan statemennya, bahwa
para ulama telah menyepakati permasalahan itu --memposisikan shahih al-
Bukhārī dan shahih Muslim pada peringkat tertinggi-- sementara umat Islam juga
menerimanya.1 Namun demikian, ternyata hadishadis yang termuat di dalam kitab
Shahīh al-Bukhārī tersebut juga tidak luput dari kritikan dari berbagai pihak, baik
di era dahulu maupun sekarang
B. SARAN
Sebagaimana telah dikemukakan di latar belakang masalah bahwa sekian
banyak ditemukan pengutipan hadits secara langsung, yakni tanpa menyebutkan
secara lengkap rantai sanad haditsnya dalam kitab ataupun buku-buku agama.
Apalagi kitab-kitab tersebut merupakan kitab faforit di Masyarakat Islam,. Hal ini
seharusnya bisa menumbuhkan semangat setiap Muslim untuk menelaah lebih
lanjut pada hadits-hadits tersebut untuk menyajikan materi-materi agama dengan
dalil agama yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Sumbulah, Umi. (2013). Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang:Unit
Penerbitan UIN Maulana Malik Ibrahim.
Endio.wordpress.com (2016, 21 April) Sumber-Sumber Primer Hadis (Mashodir
Ashliyyah). Diakses pada 21 April 2016, dari
https://endio.wordpress.com/2016/04/21/sumber-sumber-primer-hadits-mashodir-
ashliyyah/
Republika.co.id (2012, 28 April) Mengenal Beragam Jenis Kitab Hadis. Diakses pada
28 April 2012, dari https://republika.co.id/berita/m36c0b/mengenal-beragam-jenis-kitab-
hadis
Konsultasisyariah Mengenal Kitab Sunan, dari
https://konsultasisyariah.com/22645-mengenal-kitab-sunan.html
Ahmad Husnan, Kajian Hadits dan Metode Takhrij. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
1993
Ali Mustafa Yaqub, Imam Bukharai dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadits,
Jakarta: Pustaka Firdaus. 1991
Khatib, Muhammad Ajaj, Ushul al-Hadits:Ulumuh Musrhalatuhuh, Beirut: Dar al-
Fikr, 1981
Muhammad Abu Zahwu. Al-Hadits wa al-Muhaditsun, Beirut:Darul Fikr. 1984.
An-Nawawi Maya al-Din, Syarh an-Nawawi 'ala Shahih Muslim. Beirut: Dar al-
Fikr, 1978. cet ke-3

16

Anda mungkin juga menyukai