Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH PERKEMBANGAN HADIS NABAWI

MAKALAH

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Studi Al-Quran dan Al-Hadis Tarbawi

Dosen pengampu

Prof. Dr. H. Kasuwi Saiban, M.Ag

Oleh :

Abdulloh Azzam

NIM : 212120074

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MA’HAD ALY AL-HIKAM
MALANG
2021
Sejarah Perkembangan Hadis Nabawi

A. PENDAHULUAN

Hadis nabawi syarif merupakan ilmu yang sangat penting karena sifatnya sebagai sumber
hukum yang kedua di dalam islam setelah alquranul karim. Dan karena sesungguhnya hadis
syarif dan Sunnah an-nabawiyah berfungsi menguraikan secara terperinci apa yang tidak
dijelaskan dalam alquran dan menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh alquran.
Karena dalam alquran terdapat ayat-ayat yang memerintahkan orang beriman untuk taat secara
mutlak kepada apa yang diperintahkan dan dilarang Rasululloh serta mengancam orang yang
menyelisihinya.

Hadis juga mempunyai peran penting dan memiliki korelasi dengan alquran. Karena sebagian
hadis ada yang menjelaskan tentang asbabun nuzul yang menguak pesan- pesan dalam ayat
alquran. Informasi asbabun nuzul terdapat dalam catatan hadis. Jadi,untuk memahami alquran
dengan baik dibutuhkan bantuan informasi dari hadis. Tanpa informasi hadis, misi alquran tidak
dapat diketahui dengan jelas, karena itu, bagi umat islam, keduanya menjadi sumber ajaran
islam. Sebagaimana sabda Rasullulloh : “aku telah tinggalkan pada kalian dua perkara. Kalian
tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitab alloh dan Sunnah Rasulnya”.
(HR.Malik,Baihaqy)

B. Penulisan dan pembukuan hadis

1. Tahapan pertama :

Ilmu hadis muncul sejak zaman Rasululloh. Para sahabat sangat antusias untuk menghafal
setiap yang disabdakan Rasululloh dan menganjurkan mereka untuk menyampaikan hadis yang
telah didengar kepada para sahabat yang lain yang tidak hadir bersama Rasululloh, Di zaman
awal Rasululloh melarang untuk menulis dan membukukan hadis agar tidak tercampur dengan
alquran. Rasululloh bersabda : “janganlah kalian menulis dariku, dan barangsiapa yang telah
menulis dariku selain alquran maka hapuslah”. (HR. Muslim) Maka para sahabat mentaati
perintah tersebut. Namun di akhir hayatnya Rasululloh mengizinkan penulisan hadis kepada
para sahabat tertentu seperti Abdulloh bin amr bin ash, dan ali bin abi tholib yang telah mencatat
sebagian hukum-hukum islam, Sebagaiman dalam hadis yang diriwayatkan, dari Abdulloh bin
Amr bin Ash, beliau mengatakan: “Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah
karena aku ingin menghafalnya. Kemudian orang orang Quraisy melarangku, mereka berkata,
“Engkau menulis semua yang kau dengar dari Rasulullah? Dan Rasulullah adalah seorang
manusia, kadang berbicara karena marah, kadang berbicara dalam keadaan lapang”. Mulai dari
sejak itu akupun tidak menulis lagi, sampai aku bertemu dengan Rasulullah dan mengadukan
masalah ini, kemudian beliau bersabda sambil menunjukkan jarinya ke mulutnya, “tulislah!
Demi yang jiwaku ada di tanganNya, tidak lah keluar dari mulutku ini kecuali kebenaran”. (HR.
Adu Dawud, Ahmad, Al Hakim).

Kondisi demikian masih sama di zaman Khulafaur Rasyidin hadis masih menyebar di
kalangan para sahabat dan belum dikumpulkan. Akan tetapi setelah islam menyebar ke seluruh
penjuru, umat membutuhkan petunjuk nabi dan Sunnah-sunnahya disisi lain munculnya
kelompok yang bertentangan dan umat berpecah menjadi beberapa sekte: Syiah,khawarij,dan
jumhur Muslimin, mulailah terjadi pemalsuan hadis dari masing – masing sekte dalam rangka
mencari dukungan politik dari masa yang lebih luas. Melihat kondisi seperti itu di akhir abad 1
hijriyah khalifa umar abdul aziz memerintahkan untuk membukukan hadis.

Maka beliau menulis ke seluruh gubernur penjuru memerintahkan agar ulama’ syariah dan
para imam agama di negeri mereka untuk mengumpulkan hadis rasululloh dari orang yang
berilmu dan terpecaya. Di antara mereka yaitu imam ibu syihab az-zuhri yang merupakan ulama
tabi’in. Dan metode mereka di dalam membukukan hadis yaitu mengumpulkan setiap yang
dinukil dari Rasululloh di dalam menafsirkan alquran, dan menjelaskan syariat islam di dalam
akidah,ibadah,mu’amalah, dan hukum. Dan termasuk antusiasnya mereka untuk membedakan
antara sabda Rasul dan kalam tabiin mereka memperhatikan sanad. Berkata Ibnul Mubarak :
Isnad bagian agama,jikalau tidak ada sanad sungguh sembarang orang akan berkata apa yang
dikehendaki, Dan berkata ibnu sirin: Sesugguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah
dari siapakah, kalian mengambil agama kalian

2. Tahapan kedua :
Ketika permulaan abad kedua hijriyah para ulama mulai membukukan hadis yang terpisah
dari buku fiqh,tafsir dll. Sebagaimana mereka juga memiliki metode di dalam membukukan
hadis Rasululloh. bentuk karya ulama di zaman itu seperti: sunan,masanid,mushanafat dan
jawami’

C. Macam-macam kitab-kitab Sunnah Nabawiyah

Setiap imam dari para imam hadis memiliki metode di dalam penulisan hadis, diantara
mereka ada yang mensyaratkan keshahihan hadis yang dibukukan dan meletakkan kaidah-
kaidah hadis yang dihukumi shahih, seperti imam bukhori,imam muslim dan imam ibnu
khuzaimah

Dan diantara mereka ada yang mengumpulkan hadis shohih dan mendekati shohih yang
dinukil dari para perawi terpecaya,akan tetapi tidak sangat menekankan dalam hal kedhabitan.
Maka di dalam kitabnya terdapat shohih,hasan,dan dhoif seperti sunan abu daud,tirmidzi,dan
an-nasai.

Dan diantara mereka ada yang mengumpulkan setiap yang sampai kepadanya dari hadis
nabawi, tanpa memilah antara shohih dan hasan, demikian tersebut karena menginginkan
untuk menjadikan kitabnya mencakup setiap yang sampai kepadanya dari hadis rasulloh
dengan sanadnya dari Rasululloh, seperti imam abdul rozzaq as-shon’ani dan ibnu majah.
Berikut pengertian macam-macam buku tersebut

1. Kutub aljawami’ yaitu kitab yang terkumpul di dalamnya hadis rasululloh yang sampai kepada
pengarang, berkenaan dengan bidang aqidah,muamalah,tafsir,tarikh,fadhail,adab dan ahkam,
baik pengarangnya konsisten dengan kaidah shohih atau tidak, dan contoh kitab-kitab ini yaitu

 Jami’ shohih imam bukhori (W 256 H) Beliau mensyaratkan didalam kitabnya


keshohihan, dan shohih bukhori merupakan kitab yang paling shohih setelah alquran
 Jami’ shohih muslim (W 261 H) Beliau mensyaratkan di dalam kitabnya hadis shohih
tetapi syarat shohih muslim lebih ringan dari syarat bukhori, dan shohih muslim kitab
yang kedua setelah kitab bukhori
 Jami’ shohih imam tirmidzi (W 279 H) beliau tidak mensyaratkan didalamnya
keshohihan
 Jami’ shohih imam ibnu khozaimah (W 311 H) beliau mensyaratkan di dalam kitabnya
keshohihan, akan tetapi syarat-syaratnya di dalam keshohihan selain syaratnya imam
bukhori dan imam muslim

2. Kutub sunan yaitu kitab yang terkandung didalamnya hadis-hadis rasululloh yang berkaitan
dengan bab-bab fiqh seperti tentang thoharah,sholat,pusasa,zakat,haji dan nikah. dan contoh
kitab-kitab ini yaitu:

 Sunan abi daud (W 275 H) dan telah tekumpul di dalam kitabnya shohih,hasan dan beliau
tidak meriwayatkan hadis dhoif kecuali sangat jarang, dan beliau telah mengingatkan hal
itu, dan dhoifnya diterima dan tidak ada periwayatan hadis dhoif yang tertolak atau hadis
palsu
 Sunan an-nasai (W 303 H) beliau menyusun sesuai dengan bab fiqh dan didalamnya
terdapat hadis shohih,hasan dan dhoif yang diterima
 Sunan ibnu majah (W 273 H) di dalamnya terdapat hadis shohih,hasan,dhoif dan
sebagain dhoif yang tertolak

Kitab-kitab sunan ini merupakan yang paling terkenal, dan umat telah menyikapi dengan
penerimaan bersama dengan kitab jami’ shohih bukhari,muslim dan tirmidzi

3. Kutub almasanid yaitu kitab yang mengeluarkan hadis-hadisnya didasarkan pada nama-nama
sahabat.Dan diantara kitab musnad yang paling terkenal yaitu:

 Musnad imam ahmad bin hambal (W 241 H)


 Musnad alhumaidi (W 219 H)
 Musnad At-Thayalisi (W 204 H)
 Musnad abi ya’la (W 307 H)

4. Mushanafat yaitu kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqh dan mencakup terhadap
hadis marfu’, mauquf, dan maqthu’. Maka kitab ini tidak hanya berdasarkan hadis Rasululloh
akan tetapi mencakup perkataan para sahabat, dan fatwa para tabi’in dan terkadang fatwa para
atba’ tabi’in. Dan diantara kitab mushanafat yang paling terkenal yaitu:

 Mushanaf karya abi bakr abdul razzaq as-shona’ni (W 211 H)


 Mushanaf karya ibnu abi syaibah (W 235 H)
 Mushanaf karya abi sufyan waki’ bin jarrah (W 196 H)

D. Penutup

Keberadaan hadis dimulai sejak keberadaan nabi Muhammad, dan tersebar bersamaan dengan
turunnya wahyu ilahi kepada rasululloh sejak awal masa dakwah islam dimulai, sejak saat itulah
hadis sebagai sumber hukum kedua, perkembangan hadis sejak zaman nabi ke zaman sahabat ke
zaman tabiin dan seterusnya berkembang dengan pesat dan baik, banyak para sahabat dan tabiin
yang berpindah tempat untuk menemukan/mengetahui hadis rasul yang telah tersebar.
Pada zaman sahabat hadis belum dibukukan secara resmi karena mereka masih memfokuskan
tehadap pelafalan, penghafalan dan pembukuan alquran.selain itu rasululloh hidup dengan para
sahabat sehingga mudah dihubungi dan dimintai keterangan-keterangan tentang segala hal yang
berhubungan dengan ibadah dan mua’malah keseharian umat islam. Setelah pada masa tabiin,
hadis mulai dibukukan secara resmi dan perkembangan dalam penulisan hadis semakin baik.
Meski pada saat itu pengumpulan hadis masih belum terdapat penyaringan antara hadis shohih,
dhaif,maudhu’ dan sebagainya sampai abad kedua hijriyah. Banyak para ulama yang
mempelajari hadis dan membukukan kitab hadis dan pada zaman ketiga hijriyah mulailah ada
penyaringan hadis yang pertama kali dilakukan oleh imam bukhari. Beliau menulis hadis shahih
saja dalam bukunya jami’ shahih dan disusul muridnya imam muslim serta para ulama lain.
Setelah kita mengkaji sejarah perkembangan hadis nabawi kita dapat mengambil pelajaran
akan kesungguhan ulama di dalam menjaga hadis rasululloh, karena pentingnya dalam
agama,ibadah dan akidah. Dan bukti yang terbesar akan kesungguhan tersebut adalah
sambungnya sanad hadis kepada umat islam hingga zaman ini yang diriwayatkan generasi dari
generasi dan disampaikan kepada generasi berikutnya dan adapun karya para ulama di bidang
hadis juga merupakan bentuk kesungguhan umat rasululloh terhadap hadis nabinya.
Daftar Pustaka

Al-Malikiy, Muhammad Alawiy, al-Manhal al-Lathif (Cet, VII; Madinah al-Munawaroh :


Maktabah Malik Fahd, 1421 H).

Az-Zahrani, Muhammad, Tadwin as-Sunnah nasyatuhu wa tathawwuruhu (Cet I ; Riyadh :


Dar al-Hijrah, 1996 M)

Ujaj, Muhammad, As-Sunnah qabla at-Tadwin (Cet III; Beirut : Darul Fikr, 1980 M)

As-Siba’I, Musthafa, As-Sunnah wa makanatuha fi tasyri’ al-Islami (Cet III; Damaskus : Al-
Maktab Al-Islami, 1982 M)

Anda mungkin juga menyukai