Suryani
suryani@iainbengkulu.ac.id
Abstract: The Concept of Hadith and Sunnah According to Fazlur Rahman Persfective. This paper tries to describe the
thoughts of Fazlur Rahman about Hadith and Sunnah. The study of hadith and sunnah as sources of the two religions
of Islam is indeed very interesting to be discussed, because the two terms are often equated in understanding them
by the scholars’. But many contemporary Islamic thinkers distinguish the concepts of the two terms. Fazlur rahaman
for example, believes that the hadith is a verbal tradition, which provides information that contains two parts, the text
(matan) of the hadith and the chain of transmission or isnad. While the sunnah is a non-verbal transmission which is a
guiding concept, which is a direction rather than the rules that have been set. Fazlur Rahman distinguishes the Sunnah
from the normative Sunnah or the Edial Sunnah and the actual Sunnah and needs to be actualized in the present life in
order to become a livingSunnah.
Keywords: Verbal Sunnah, Non Verbal Sunnah, Edial Sunnah, Actual Sunnah, Living Sunnah.
Abstrak: Konsep Hadis Dan Sunnah Dalam Perspektif Fazlur Rahman. Tulisan ini berusaha mendiskripsikan pemiki-
ran Fazlur Rahman tentang Hadis dan Sunnah. Kajian hadis dan sunnah sebagai sumber kedua agama Islam memang
sangatlah menarik untuk diperbincangkan, karena kedua istilah itu seringkali disamakan dalam memahaminya oleh
para ulama’. Namun para pemikir Islam kontemporer banyak yang membedakan konsep kedua istilah itu. Fazlur raha-
man misalnya, berpendapat bahwa hadis merupakan tradisi verbal, yang memberikan informasi yang mengandung
dua bagian, teks (matan) hadis dan mata rantai tranmisis atau isnad-nya. Sedangkan sunnah merupakan teradisi non
verbal yang merupakan konsep pengayoman, yang merupakan sebuah petunjuk arah daripada peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan. Fazlur Rahman membedakan sunnah dengan sunnah normatif atau sunnah edial dan sunnah
aktual dan perlu diaktualisasikan dalam kehidupan masa sekarang agar menjadi sunnah yang hidup (living sunnah).
Kata kunci: Sunnah verbal, sunnah non verbal, sunnah edial, sunnah aktual, living sunnah.
juga ilmu-ilmu modern bagi kelanjutan karir poli- telektual (pemikiran) yang luar biasa dikalangan
tiknya. 5
umat Islam. Penutupan pintu ijtihad ini, secara
Riwayat pendidikan Fazlur Rahman, hingga 6
logis mengarahkan kepada kebutuhan terhadap
ia mendapatkan gelar Doctor Filsafat Islam (Ph.D) taqlid.10
di Universits Oxford, membawanya mengem- Kegelisahan Rahman berlanjut ketika adanya
bangkan karirnya sebagai dosen Studi Persia dan fenomena pembaharuan Islam di era modern
Filsafat islam di Unuversitas Durham dari tahun mencuat. Dimana dalam melakukan pemba-
1950 sampai 1958, hinggga pada tahun yang sama haruan umunya hanya menggunakan metode
ia hijrah ke kananda di angkatsebagai Lektor ke- dalam menangani isu-isu legal masih bertumpu
pala (associate professor) di institute Studi islam pada pendekatan yang ad hoc dan terpilah-pilah
Universitas Mc. Gill kanada. 8
(fragmented) dengan mengeksploitasi prinsip
Pada tahun 1961 ia di undang pulang ke Paki- takhayyur serta talfiq. Penerapan metode ini tentu
stan oleh presiden Ayub Khan diangkat direktur saja mneghasilkan pranata-pranata hukum yang
Riset Islam Pakistan tahun 1961-1969, ia juga di- serampangan, arbitrer dan self contradictory.
tunjuk sebagai anggota dewan penasehat Ideologi Bagi Rahman untuk keluar dari mainstream yang
Negara Pakistan tahun 196, hingga ia mengundur- berkembang saat itu adalah dengan cara mem-
kan diri pada tahun 1969, pada tahun yang sama bongkar dan mengkaji ulang terhadap ajaran Islam,
ia diangkat menjadi guru besar tamu di Universi- serta membangun seperangkat metodelogi yang
tas California, Los angles dan kemudian ditarik di sistematis dan komperhensif, khususnya yang ber-
universitas Chicago sebagai professor pemikiran hubungan dengan penggalian terhadap sumber-
Islam hingga Fazlur Rahman Wafat pada Juli ta- sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan sunnah.
hun 1988. 9
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa In-
donesia, Edisi Kedua (Cet.III, Jakarta ; Balai Pustaka, 1994),h .333.
19
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Fajar Interpratama Offset,
14
Ahmad Warsen Munawwir, Kamus al-Munawir: Arah Indonesia 2009), h . 86, lafal sunnah yang artinya secara bahasa yaitu jalan, sebagaima-
(Yogyakarta:Pondok Pesantren al-Munawwir, 19270, h.261; Maki al-Din Abu na dalam al-Qur’an , Q.S : al-Ahzab, 62.
al¬-Saladat al-Mubarak bin Asir, al-Niha yah fi Gharib al-Hadis, Jus I: Isa al-
20
Q.S: Ali Imran : 137,
Babi al¬-Halabi wa-Syurakah,t.th).h.350-351.
21
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Terjemahan Moch. Thol-
15
Mustafa al-Sibali, al-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri ‘ al-Islami chah Mansoer, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqh (Jakarta: Raja-
(Beirut: Maktabah al-Islamiyes 1405H/1985M).h.6. Grapindo Persada, 2002), h. 46, al-Qosyimi, Loc. it.
16
Abdul Majid Khon, Ulumul hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 1-2
22
Zakariyah al-Bari Mashadir, al-Ahkam al-islamiyah (t.t : Dar al-Itihad
17
Ibrahim Anis, at.al, al-Mu ‘jam al-Wasith, Jus.I (tt : Dar al-Fikr, t.th), al-Arabi Litthiba’ah, 1975M),11.36; Mustafa al-Siba’i, op. cit., h,7; Ajjaj al-
h.159; Muhammad bin Muhammad Abu Suhbah, al-Wasith fi ‘Ulum wa Khatib, al-Sunnah qabl al-Tadwin. (Ceti Kairo : Muktabah Wahbah, 1963M),
Musthalah al¬Hadis (Ceti, Jeddah : `Alamal - Ma’rifah, 1383HJ1403M),h.15; h.16.
Muhammad bin Mukarram bin Mahzhur, Lisan al-Arab, Juz II (Mesir : Dar al-
23
Lihat Syuhudi ismail, Pengantar Ilmu hadis, (Jakarta : Jakarta: Ang-
Mishriyat, tth),h.436- 439; Ahmad bin Muhammad al-Fayyumi, al-Mishbah kasa, 1991)h. 2, Hasbi al-Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu hadis, (Jakarta:
al-Munir fi Gharib al-Syrh al¬Kabir li al-Rafi’I, Juz I (Beirut : dar al-Kutb al- Bulan Bintang, 1993), h. 22-23, Ajjaj al-Khatib, ibid.
Ilmiah, 139811/1978M),h150-151.
24
Abi Abd Allah Muhammad bin Yazid al-Qazwani, Sunan Ibn Majah,
18
Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi, Qawaid al-Tandis min Funun Juz. I (Indonesia: Maktabah dahlan,t.th),h.16
Mushthalah (t.t: Dar Ihya’ al-Kutb al-’llmiyah, 1353H), h. 61; Muhammad
25
Muhammad Abu Suhbah, loc. cit., Muhammad Shabagh, al-Hadis al-
Abu Zahw, al-Hadis wa al-Muhaddisun (Beirut : Dar al-Kitab al-’ARabiyah, Nabawi Musthalahuh, balaghatuh, ‘Ulumuh, Kutubuh (Riyad : Mansyrat al-
1404W 1983M),h.11; Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuh Kutb al-Islami, 1392H/1972M),h.183-184; Abu Amr Taqi al-Din bin al-Shalah,
wa Mushtalahuh (Cet.II. t.t: Dar al-Fikr, 1395W 1975M),h.19.Mahmud al- Vim al-Hadis (al-Madinah al-Munawwarah : al-Maktabah al-’Ihniyah,
Thahhan, Taysir Mushthalahul Hadis, (Beirut: Dar al-Tsaqofah al-Islamiyah, 1972),h.271-272; Mahmud Thahhan, Tafsir Musthalah al-Hadis (Beirut: Dar
t. th), h. 15 al-Queanal-Karim, 1399H/1975M), h201.
8
Oleh sebab itu mereka memberikan definisi mengenai Sunnah (hadīs) Nabi
250
adalah perkataan-perkataan,
Vol.perbuatan dan taqir 2019
XII, No. 2, Desember Rasul Allah saw. sebagai
petunjuk dan perundang-undangan.22
Ulama’ Fiqh mendefinisikan sunnah (hadīs) adalah setiap ketetapan nabi
yang mengartikan
saw. Yang tidak termasuk farduhadis sebagai
dan wajib. 23
segala
Dengan kata sesuatu
lain dapat dipahami “Ya, Rasul Allah, engkau menasehati kami dengan
yang tidak termasuk fardu atau wajib yaitu sunnat. Oleh karena itu ulama’ Fiqh
yang merupakan sumber dalil syara’, baik dari nasehat perpisahan maka berilah kami amanat”,
menempatkan sunnah itu sebagai salah satu hukum syara’ yang lima yang
al-Qur’an maupun.
mungkin berlaku pada Sunnah
satu perbuatan, oleh karena(hadis)
itu perbuatanNabi dan
itu dikatakan beliau bersabda: hendaklah kamu bertaqwa ke-
hukumnya sunnah. Dengan demikian pengertian sunnah dalam definisi ini
ijtihad para sahabat. Contohnya membukukan pada Allah swt. meskipun yang memerintah kamu
adalah “hukum” bukan” sumber hukum”.
al-Qur’an, rnengajak
Adanya perbedaan orang
pengertian untuk
dari para ulama membaca al-
mengenai pengertian adalah budak dari Habasyah. Kamu sekalian
sunnah (hadīs)
Qur’an ini, karenasatu
dengan terdapat perbedaanbacaan,
sistem pandangan para ulama’ dan tujuan
pelembagaan akan melihat pertentangan yang sengit sesudah-
masing-masing ahli di berbagai bidang ilmu tersebut di atas. Ulama Ushul yang
hadis.
mengartikanAnggapan demikian
hadīs sebagai segala sesuatu yangini karena
merupakan para
sumber ula-
dalil syara', ku, kalau keadaan sudah demikian, maka hen-
baik dari
ma al-Qur'an beranggapan
tersebut maupun. Sunnah (hadīs) Nabi dan
bahwa ijtihad para
ijtihad sahabat.
sahabat daklah kamu berpegang teguh kepada sunnahku
Contohnya membukukan al-Qur'an, rnengajak orang untuk membaca al-Qur'an
dapat dijadikan sumber syara’ berdasarkan pada
dengan satu sistem bacaan, pelembagaan hadīs. Anggapan demikian ini karena
dan sunnah khulafah al-Rasyidin, yang mendapat
hadis Nabi
para ulama berikut
tersebut inibahwa
beranggapan : ijtihad sahabat dapat dijadikan sumber petunjuk, peganglah erat-erat dan berhati-hatilah
syara' berdasarkan pada hadīs Nabi berikut ini :
terhadap perkara yang Baru sesungguhnya setiap
ٍُْ�ِ ب َّ ُ ٍ َحذَّثَنَا ْان َىنُِذُ بٍُْ ُي ْسه ٍِى َحذَّث َنَا َػ ْبذ ُّ ُِش ب ٍِْ رَ ْك َىاٌَ ان ِّذ َي ْش ِق ِ �ِ بٍُْ أَحْ ًَذَ ب ٍِْ بَشَّ ُػ ْبذ َ َحذَّثَنَا
اسََةَ ََقُى ُل ِ س َ ٍَْاض ب َ َسًِ ْؼثُ ْانؼِشْ ب َ طاعِ قَا َل َ ًُ ْانؼَ ََلءِ (َؼنً ابٍ صَش) َحذَّثَنٍِ ََحْ ًَُ بٍُْ أَبٍِ ْان bid’ ah adalah sesat.”
ُظةً بَهُِغَةً َو ِج َهثْ يِ ْن َها ْانقُهُىب َ ظنَا َي ْى ِػ َ ػ َ سهَّ َى رَاتَ ََ ْى ٍو ف ََى َ ػهَ ُْ ِه َو
َ ُ�َّ ًَّصه َ ِ� َّ او فُِنَا َسسُى ُل َ َق
ػ َه ُْ ُك ْىَ َ ) ل َا ق َ ف ٍ
ذ هؼ ب
َِْ ِ ََا ن ُ
ْ َ نإ ْ
ذ ه ػ
ْ َا ف ِّع د ى ي َ ة َ
ظ ػ
ِ َْى ي َا ن َ تظْ ػ و َّ
�
َ َ ِ َ ل ُى س َ ََ َورَ َسفَثْ يِ ْن َها ْانؼُُُىٌُ فَقُِ َم
س ا
ٍ َُ
ٍِسنَّت ُ ِشذَِذًا فَؼَهَ ُْ ُك ْى ب َ اخت ََِلفًا ْ ٌِست ََش ْوٌَ يِ ٍْ بَ ْؼذ َ ػ ْبذًا َحبَ ِشًُّا َو َ ٌْ ِػ ِة َوإ َّ س ًْغ َو
َ انطا ِ َّ �ِ َوان َّ بِت َ ْق َىي Nabi Muhammad adalah manusia yang men-
ت فٌََِِّ ُك َّم ِ ىس ْان ًُحْ ذَثَا َ اج ِز َوإََِّا ُك ْى َو ْاْل ُ ُي ِ ػ َه ُْ َها بِاننَّ َى َ انشا ِشذٍََِ ْان ًَ ْه ِذ ٍََُِّ َػضُّىا َّ ِسنَّ ِة ْان ُخ َهفَاءُ َو jadi uswatun hasanah dalam segala peri kehidu-
(24ض ََلنَة َ ػ ٍة َ ِب ْذ
Terjemahannya: pan, oleh sebab itu wajar saja para ulama hadis
22 Terjemahannya:
Zakariyah al-Bari Mashadir, al-Ahkam al-islamiyah (t.t : Dar al-Itihad al-Arabi
membahas pribadi dan prilaku Nabi sebagai to-
Litthiba'ah, 1975M),11.36; Mustafa al-Siba'i, op. cit., h,7; Ajjaj al-Khatib, alSunnah qabl al-
“Abd Allah bin Ahmad bin Basyir bin Zak-
Tadwin. (Ceti Kairo : Muktabah Wahbah, 1963M), h.16. koh penuntun yang telah digelari Allah seorang
23
Lihat Syuhudi ismail, Pengantar Ilmu hadis, (Jakarta : Jakarta: Angkasa, 1991)h. 2,
wan al¬-Dimasyqy menceritakan kepada kami,
Hasbi al-Siddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 22-23, Ajjaj
al-Khatib, ibid.
yang patut dijadikan teladan dan tuntunan atau
al-Walid bin
Abi Abd AllahMuslim
Muhammad menceritakan
24 kepada
bin Yazid al-Qazwani, Sunan kami,
Ibn Majah, Juz. I uswatn wa qudwatun. Mereka mencatat segala as-
(Indonesia: Maktabah dahlan,t.th),h.16
`Abd Allah bin al¬ ‘Ula yakni Ibn Zabr menceri- pek terjang, kebiasaan, peristiwa ucapan-ucapan
takan kepada kami, Yahya bin Mutha’ berkata: dan perbuatan-perbuatan yang bertalian dengan
al-Urbat bin Sariah telah mendengar dan berkata Nabi saw. baik berupa penetapan syara’ maupun
pada suatu hari Rasul Allah berdiri berkhutbah di tidak. Tegasnya Nabi saw. adalah contoh teladan
tengah-tengah kami kemudian beliau memberi- dalam semua segi kehidupan duniawi dan ke-
kan nasehat kepada kami yang sangat berkesan. hidupan ukhrawi. Firnan Allah dalam Q.S. al-
Nasehat yang membuat hati kami bergetar dan Ahzab/33 : 21 :
membuat air mata bercucuran. Beliau ditanya
26
Lihat Muhammad Sabagh, Ibid.,, Muhanunad Mathuzh bin “Abd Al- 29
Fazlur Rahman, Islam, Op. cit., h. 43, Alamsyah, Kontektualisasi
lah al-Tamizi, Manhaj Dzawi al-Nazhar (Surabaya: Ahmad bin Sa’ad bin Nah- Sunnah Nabi dalam Dunia Modern: Studi pemikiran Muhammad Syahrur,
ban, 13941I/ 1974),h.8. (Bandar Lampung: Fakta Presss, 2013), h. 34. Daniel W Brown, Rethinking
27
Dengan pengertian di atas inilah dalam al-Qur’an mengggunakan tradition in Modern Islamic World, (Cambridge: Cambridge University Press,
kata sunnnah untuk menggambarkan para penentang Islam sebagai pen- 1996), 43
dukung teladan prilaku nenek moyang mereka yang bertentangan dengan 30
Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History (Islamabad: Islamic
ajaran baru yang dibawa Islam Contoh, QS.8:38, 15:13, 36:69. Al-Qur’an juga Research Institute’s, 1965), h 12
membicarahkan tentang sunnah Allah , yaitu ketentuan Allah dengan pola 31
Ibid. h 69
nasib masyarakat-masyarakat manusi, suatu ketentuan yang tidak dapat di- 32
Konsep sunnah orientalis antara lain Ignaz Goldziher malihat Hadis
ubah, Q.S, 33:62, 35:43, 42:23, 17:77. Dalam hal ini didapati dua bahagian arti, sebagai sebuah proses evolusi, Snouck Hurgronje mengatakan bahwa sun-
pertama: ketentuan masa lampau atau dalam hal ini ketentuan dari satu wu- nah adalah buatan kaum muslim sendiri, Lammens dan Morgoliouth men-
jud saja dan yang mesti di sini akan berlaku di masa yang akan datang. Fajlur gatkan bahwa sunnah merupakan karya orang Arab baik pra Islam maupun
Rahman, Islam, Op. cit., h. 53 sesudah islam sedangkan Josep Schact mengatakan bahwa Hadis tidak ber-
28
Menurut Fazlur Rahman pendapat sarjana Barat yang menyatakan hubungan dengan Nabi melainkan berhubungan dengan para tabi’in atau
bahwa sunnnah adalah praktek aktual yang telah lama ditegakkan dari gen- dengan kata lain hadis Nabi adalah timbul dikemudian hari dengan cara
erasi ke generasi selanjutnya sehinggga memperoleh status sunnah tidak proyeksi ke belakang (projecting back) lihat Wahyuni Eka Putri, dalam Kurdi,
dapat diterima, karena praktek aktual ini tidak dapat ditegakkan kecuali apa- dkk, Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis. hal: 334
bila secara abintio dianggab normatif. Fazlur Rahman, Islamic Metodology in 33
Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History. Op. cit. h.74
Historis, (Islamabad: Islamic Research Institute’s, 1965), h.1-2 34
Ibid., h.10
Suryani| Konsep Hadis dan Sunnah 251
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Ini- Rahman mengajukan dua keberatan terha-
lah yang seharusnya dijadikan landasan sebagai dap konsep sunnah kaum orientalis.32 Pertama,
pengertian sunnah bagi kaum muslim. Pernyata- keberatan logika adalah berhubungan dengan
an Rahman mengenai hal ini adalah: pendapat Ignaz yang disatu sisi menganggap sun-
“That the prophetic sunnah was a general nah sebagai “praktek normatif” dari masyarakat
umbrella-concept rathen than filled with an abso- muslim awal sedangkan disisi lain sunnah diang-
lutely specific content flows directly, at theoretical gap sebagai “praktek yang hidup serta aktual”.
level, from the fact that the sunnah si a behavioral Kedua, keberatan historis yang berhubungan
term: since not two cases, in practice, are very ex- dengan term “Nabi tidak meninggalkan warisan
actly indentical in their situational setting moral, apapun selain al-Qur’an”. Kedua keberatan ini di-
psychological and material-sunnah must, of neces- jawab Rahman dengan menunjukkan kesalahan
sity, allow of interpretation and adaption”. 30
mereka terhadap pemahaman konsepsi sunnah.
(Sunnah Nabi lebih tepat menjadi sebuah Sekaligus koreksi ini berhubungan dengan ke-
konsep pengayoman umum daripada sekedar beratan Rahman terhadap pendapat masyarakat
berisikan sebuah kandungan khusus yang bersifat Muslim awal.Menurut Rahman konsep tersebut
mutlak, pada level teoritis, yang secara langsung tidak benar karena yang normatif dan yang aktual
berasal dari fakta bahwa sunnah adalah istilah adalah saling bertentangan.33
perilaku karena tidak ada dua kasus, dalam ke- Dalam pandangan Rahman ada dua arti sun-
nyataanya, menjadi benar-benar sama dalam nah yang saling berhubungan, tetapi harus dibe-
latar belakang situasional, moral, psikologis, dan dakan. Pertama: sunnah berarti prilaku Nabi, oleh
material, maka sunnah harus menerima interpre- karenanya ia memperoleh sifat normatif, dalam
tasi dan adaptasi). hal ini sunnah Nabi disebut sunnah normatif atau
Secara harfiah atau leksikal hadis sebagai sunnah edial, yang harus dipandang sebagai se-
cerita, peraturan atau laporan adalah sebuah buah konsep teladan, pedoman dan pengayoman
narasi yang sangat singkat dan biasanya bertu- yang pada umumnya terdapat dalam ketentuan
juan memberikan informasi tentang apa yang di- yang bersifat khusus.34
katakan Nabi, dilakukan, dan disetujui atau tidak Kedua; Tradisi atau prilaku Nabi yang ber-
disetujui beliau, juga berisi informasi yang sama lanjut secara diam-diam atau non verbal, maka
tentang para sahabat terutama keempat khalifah kata sunnah juga berlaku pada kandungan aktual
yang pertama. prilaku generasi sesudah Nabi, sepanjang prilaku
Setiap hadis mengandung dua bagian, teks tersebut berupa meneladani pola prilaku Nabi.35
(matan) hadis dan mata rantai transmisi atau Pandangan pertama di atas menunjukkan,
isnadnya yang menyebutkan nama-nama penu- sunnah Nabi dipahami sebagai sebuah teladan
turnya (rawi) sebagai penopang bagi teks terse- dan pengayoman, Bukan kandungan khusus yang
but.oleh karena itu Rahman juga menyebutkan bersifat mutlak,36 Oleh karena itu membawa kon-
hadis dengan istilah tradisi verbal, sebuah tradisi sekwensi logis bahwa perlu pemahaman tentang
yang ditransmisikan. Tradisi verbal ini merupak- tingkah laku Nabi secara konteks dalam kerangka
an lawan dari tradisi non-verbal atau praktis yang historis sosiologis. Sedangkan pandangan yang
disebut dengan istilah sunnah, sebuah tradisi kedua sunnah akan mengalami perubahan den-
yang diam atau hidup. 31
gan sendirinya, yang sebahagian besar berasal
Suryani| Konsep Hadis dan Sunnah 253
dari masyarakat muslimin. Perubahan yang ter- Nabi), mengingat posisi Nabi sebagai sumber
jadi adalah sebagai hasil interpretasi atau kes- pedoman masyarakat muslim ketika itu. Hanya
impulan para sahabat terhadap sunnah normatif saja perkembangan hadis pada masa itu bersi-
Nabi, sunnah tersebut bermetemorfosis menjadi fat informal. Artinya pembicaraan perihal Nabi
sunnah aktual dan sunnah yang hidup (living hanyalah bagian dari peristiwa yang terjadi dalam
sunnah). kehidupan keseharian masyarakat pada masa itu.
Berdasarkan sanggahan Rahman di atas terh- Proses periwayatan (transmisi verbal) tentang
adap pendapat orientalis secara garis besar dapat Nabi bukanlah suatu kesengajaan demi orientasi
diartikan bahwa disatu sisi ia sepakat dan me- praktis, karena satu-satunya peranan hadis yang
nyetujui pandangan orientalis yang berhubun- memberikan bimbingan dalam praktek aktual
gan dengan sunnah Nabi yang telah mengalami masyarakat muslim sudah terpenuhi oleh Nabi.38
evolusi dari generasi ke generasi, namun di sisi Namun setelah Nabi wafat yaitu pada masa
lain Rahman tidak sepakat dan membantah kon- para sahabat dan tabi’in, perkembnagan konsep
sep sunnah yang dibangun orientalis bahwa sun- hadis menjadi berubah dari kondisi informal
nah Nabi tidak memiliki akar historis dari Nabi menjadi semi-formal. Hal ini disebabkan karena
atau hasil kreasi kaum Muslim dikemudian hari. 37
generasi yang baru menanyakan perihal perilaku
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Nabi, pada masa inilah fenomena hadis berubah
sunnnah menurut Fazlur Rahman adalah sebuah“ menjadi suatu kesengajaan. Hadis pada masa ini
ideal”yang hendak dicontoh, oleh karena itu sun- menjadi sarana penyebaran sunnah Nabi yang
nah tersebut mengalami evolusi dari generasi ke mempunyai tujuan praktis, yakni sesuatu yang
generasi, dan harus dapat dikembangkan, diin- dapat menciptakan dan dapat dikembangkan
terpretasikan dan diadaptasikan. Hal ini terjadi menjadi praktek masyarakat Muslim. Sehingga
karena berdasarkan kenyataan bahwa sunnnah pada masa ini pun penafsiran bebas terhadap
itu adalah prilaku yang bersifat situasional, dalam hadis Nabi oleh para penguasa dan hakim sesuai
prakteknya tidak ada dua kasus yang sama persis dengan situasi dan kondisi yang mereka hadapi
latar belakang situasionalnya, secara moral, ma- pun menjadi suatu keniscayaan, dan pada akh-
terial dan psikologis. irnya terciptalah apa yang disebut “sunnah yang
hidup” atau sunnah aktual.
E. Transformasi “ sunnah Aktual-Hidup” Kemudian, akibat dari perkembangan hadis
dalam Bentuk Hadis Formal secara semi formal ini adalah munculnya perbe-
Selain membedakan antara sunnah “nor- daan “praktek yang aktual” (sunnah yang hidup)
mative” dan sunnah “yang hidup” atau aktual diberbagai daerah dalam imperium Islam, bah-
untuk membantah pandangan orientalis, Rah- kan terkadang saling bertentangan. Sehingga
man mengemukakan teori perkembangan munculah fase ketiga, yakni perubahan kondisi
hadis “informal-semiformal-formal”. Mengawali hadis dari semi-formal menjadi formal yang
pendapatnya tentang konsep ini, Rahman me- menuntut adanya keseragaman dan standarisasi
nyatakan bahwa pada awalnya hadis muncul di seluruh dunia Islam. Fase ini telah menyebab-
tanpa adanya dukungan sanad. Namun, terdapat kan sunnah yang hidup dan bersifat dinamis den-
dugaan yang kuat bahwa fenomena hadis telah gan proses interpretasi yang terus menerus terha-
ada sejak awal perkembangan Islam (pada masa dapnya menjadi corpus tertutup, baku-kaku dan
254 Vol. XII, No. 2, Desember 2019
(Beirut: Dar al-Tsaqofah al-Islamiyah, t. Th Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi, Qawaid al-
Mahmud al-Thahhan, Taysir Mushthalahul Hadis, Tandis min Funun Mushthalah (t.t: Dar Ihya’
Beirut: Dar al-Tsaqofah al-Islamiyah, t. Th al-Kutb al-’llmiyah, 1353H
Mahmud Thahhan, Tafsir Musthalah al-Hadis, Muhammad Shabagh, al-Hadis al-Nabawi Must-
Beirut: Dar al-Queanal-Karim, 1399H/1975M halahuh, balaghatuh, ‘Ulumuh, Kutubuh, Ri-
Maki al-Din Abu al¬-Saladat al-Mubarak bin Asir, yad : Mansyrat al-Kutb al-Islami, 1392H/1972M
al-Niha yah fi Gharib al-Hadis, Jus I: Isa al-Babi Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadis, Gorontalo
al¬-Halabi wa-Syurakah,t.th. dan Yogyakarta: Sultan Amai Press , Grha
Muhammad Abu Zahw, al-Hadis wa al-Muhad- Guru, 2011
disun, Beirut : Dar al-Kitab al-’ARabiyah, Muhanunad Mathuzh bin “Abd Allah al¬Tamizi,
1404W 1983M Manhaj Dzawi al-Nazhar, Surabaya: Ahmad
Muhammad Abu Zahw, al-Hadis wa al-Muhad- bin Sa’ad bin Nahban, 13941I/ 1974
disun, Beirut : Dar al-Kitab al-’ARabiyah, Mustafa al-Sibali, al-Sunnah wa Makanatuha fi al-
1404W 1983M Tasyri ‘ al-Islami, Beirut: Maktabah al-Islami-
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits yes 1405H/1985M
‘Ulumuh wa Mushtalahuh, Cet.II. t.t: Dar al- Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembe-
Fikr, 1395W 1975M la, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta: Gema
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Insani Press, 1995
‘Ulumuh wa Mushtalahuh, Cet.II. t.t: Dar al- Syuhudi ismail, Pengantar Ilmu hadis, Jakarta :
Fikr, 1395W 1975M Jakarta: Angkasa, 1991
Muhammad bin Muhammad Abu Suhbah, al-Wa- Taufk Adnan Amal, Islam dan Tantangan Moder-
sith fi ‘Ulum wa Musthalah al-Hadis, Ceti, Jed- nitas: studi atas pemikiran Hukum Fazlur Rah-
dah : `Alamal - Ma’rifah, 1383HJ1403M; man, Bandung; Mizan, 1992
Muhammad bin Mukarram bin Mahzhur, Lisan Zakariyah al-Bari Mashadir, al-Ahkam al-islami-
al-Arab, Juz II, Mesir : Dar al-Mishriyat, tth yah t.t : Dar al-Itihad al-Arabi Litthiba’ah,
Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi, Qawaid al- 1975M
Tandis min Funun Mushthalah, t.t: Dar Ihya’ Zakariyah al-Bari Mashadir, al-Ahkam al-islami-
al-Kutb al-’llmiyah, 1353H yah, t.t : Dar al-Itihad al-Arabi Litthiba’ah,
1975M