Anda di halaman 1dari 14

KONSEP KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK

DAN ZAKAT DALAM ISLAM

Dedi
UIN Sutan Syarif Kasim Riau
Email: dedi878@gmai.com

Abstrak
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara, sebab 78% dari dana APBN berasal dari pajak.
Sumber pajak yang jumlahnya besar ini berada di tangan penduduk muslim. Sementara penduduk muslim
di Indonesia berjumlah sekitar 87% dari total penduduk. tetapi dalam pemasukan pajak tidak berbanding
lurus dengan banyaknya jumlah penduduk muslim yang ada. Hal ini mungkin saja disebabkan penduduk
muslim enggan membayar pajak, karena telah ada kewajiban zakat dalam agama Islam. Dalam Islam
kewajiban zakat memiliki makna yang sangat fundamental. Selain berkaitan erat dengan aspek ketuhanan,
zakat juga erat kaitannya dengan aspek sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan.
Ada anggapan bahwa umat Islam di Indonesia yang membayar zakat seolah-olah terkena pengeluaran
berganda, selain membayar pajak juga membayar zakat dari penghasilan yang diperolehnya. Padahal, sampai
saat ini sebenarnya masih terjadi perdebatan di kalangan ahli agama mengenai boleh tidaknya menganggap
pajak yang telah dibayarkan sebagai pembayaran zakat. Berdasarkan konteks tersebut maka timbullah sebuah
pertanyaan, bagaimanakah pandangan ahli fiqh tentang zakat sebagai pengurang pajak? Oleh karena itu,
penulis ingin membahas dalam tulisan ini.
Kata Kunci: Pajak, Zakat

PENDAHULUAN (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada


Substansi Kajian Zakat dan Pajak yang berhak menerimanya (mustahiqq). Dengan
catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai
Zakat merupakan mashdar dari zakā yang
hawl (setahun), bukan barang tambang dan bukan
berarti berkah, tumbuh bersih dan baik. Pendapat
pertanian. Madzhab Hanafi mendefinisikan zakat
lain mengatakan bahwa kata dasar zakā, berarti
dengan menjadikan sebagian harta yang khusus
bertambah dan tumbuh, sedangkan setiap sesuatu
dari harta yang khusus sebagai milik yang khusus,
yang bertambah disebut zakat artinya bertambah. Bila
ditentukan oleh syari’at karena Allah SWT.
satu tanaman tumbuh tanpa cacat, kata-kata zakat
Madzhab Syafi’i mendefinisikan zakat dengan
berarti bersih. Adapun zakat menurut terminologi
ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh
berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
sesuai dengan cara khusus. Sedangkan madzhab
Allah untuk diserahkan kepada orang yang berhak,
Hanbali mendefinisikan zakat dengan hak yang
disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu
wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk
sendiri (Yusuf Qardhawi, 1987: 34).
kelompok yang khusus pula.
Madzhab Maliki mendefinisikan zakat
Menurut Nawawi, jumlah yang dikeluarkan
dengan mengeluarkan sebagian yang khusus dari
dari kekayaan itu disebut zakat karena yang
harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab
dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat Dalam istilah bahasa Arab, pajak dikenal dengan
lebih berarti dan melindungi kekayaan dari nama Adh-Dharibah, yang artinya adalah beban.
kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu Taymiyah, Ia disebut beban karena merupakan kewajiban
jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih tambahan atas harta setelah zakat, sehingga dalam
dan kekayaannya akan bersih pula, bersih dan pelaksanaannya akan dirasakan sebagai sebuah
bertambah maknanya. Hal ini berarti bahwa beban. Secara bahasa maupun tradisi, dharibah
makna tumbuh dan berkembang itu tidak hanya dalam penggunaannya memang mempunyai
diperuntukkan buat harta kekayaan tetapi lebih banyak arti, namun para ulama memakai
jauh dari itu (Yusuf Qardhawi, 1987). ungkapan dharibah untuk menyebut harta yang
Menurut UU No. 38 Tahun 1999 yang dipungut sebagai kewajiban dan menjadi salah
dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib satu sumber pendapatan negara. Sedangkan
disisihkan oleh seorang muslim atau badan kharaj adalah berbeda dengan dharibah, karena
yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan kharaj adalah pajak yang obyeknya adalah tanah
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang (taklukan) dan subyeknya adalah non-muslim.
berhak menerimanya.Zakat adalah hak tertentu Sementara jizyah obyeknya adalah jiwa (an-
yang diwajibkan Allah terhadap harta kaum nafs) dan subyeknya adalah juga non-muslim
muslimin yang di peruntukkan bagi fakir miskin (Gusfahmi, 2007: 27).
dan mustahik lainnya, sebagai tanda syukur atas Pajak menurut para ahli keuangan ialah
nikmat Allah dan untuk mendekatkan diri kepada kewajibab yang ditetapkan terhadap wajib
–Nya serta membesihkan diri dari hartanya pajak, yang harus disetorkan kepada negara
(Nuruddin Mhd. Ali, 2006: 6). sesuai dengan ketentuan, tanpa dapat prestasi
Para pemikir ekonomi Islam kontemporer kembali dari negara, dan hasilnya untuk
mendifinisikan zakat sebagai harta yang telah membiayai pengeluaran – pengeluaran umum
ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang, disatu pihak dan untuk merealisir sebagian
kepada masyarakat umum atau individu yang tujuan ekonomi. Sedangkan menurut Rochmat
bersifat mengikat, final, tanpa mendapat imbalan Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada
tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
kemampuan pemilik harta, yang dialokasikan dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
untuk memenuhi kebutuhan delapan golongan jasa imbalan (kontra prestasi), yang langsung
yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, serta untuk dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
memenuhi tuntutan politik bagi keuangan Islam membayar pengeluaran umum (public investment)
(Gazi Inayah, 2005: 3). (Soemarso, 2007: 3). Menurut UU No 28 Tahun
Sementara pajak disebut dengan Dharibah, 2007, pasal 1, pajak adalah kontribusi wajib
yang berarti mewajibkan, menetapkan, menentukan kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
Para ulama memakai ungkapan dharibah untuk atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
menyebut harta yang dipungut sebagai kewajiban. Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk

206 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017
keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk Teori Beban Umum
kemakmuran rakyat. Gaji Inayah berpendapat Teori ini didasarkan bahwa merupakan hak
bahwa pajak adalah kewajibab untuk membayar Allah sebagai pemberi nikmat untuk membebankan
tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau kepada hamba-Nya apa yang dikehendakinya,
pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa baik kewajiban badani maupun harta, untuk
adanya imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah melaksanakan kewajibannya dan tanda syukur
ini sesuai dengan kemampuan sipemilik harta atas nikmatnya. Dan untuk menguji siapa yang
dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan paling baik amalnya diantara mereka dan untuk
pangan secara umum dan untuk memenuhi menguji apa yang ada di dalam hati mereka.
tuntutan politik keuangan bagi pemerintah. Karena sesungguhnya manusia tidak ditakdirkan
Allah untuk bermain-main dan dibiarkan sesuka
PEMBAHASAN hatinya. Harta kekayaan adalah rizki dari Allah
Asas Teori Wajib Pajak Dan Zakat untuk manusia sebagai anugerah dan nikmat
Para filosof abad ke-19 berpendapat, bahwa darinya. Dan setelah memperoleh nikmat itu, ia
pajak diwajibkan atas dasar hubungan timbal harus mengeluarkan sebagian rizkinya itu dengan
balik negara dengan masyarakat. Menurut para tujuan meninggikan rahmat Allah, dan menolong
pendukung teori timbal balik, perjanjian ilmiah saudara-saudaranya sesama hamba Allah, sebagai
yang kokoh antara negara dengan pembayar tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan
pajak mengemukakan berbagai aliran. Mirabau kepadanya (Yusuf Qardhawi, 1987).
berpendapat bahwa pajak adalah pembayaran di Teori Persaudaraan
muka yang dilakukan oleh seseorang terhadap
Masyarakat Islam ibarat satu bangunan
perlindungan sekelompok manusia. Adam Smith
yang kokoh dan kuat, yang satu menunjang
menyatakan bahwa pajak adalah perjanjian
yang lainnya.Ia adalah satu keluarga,saling tolong
berbentuk pembayaran jasa atas pekerjaan.
menolong dan saling menjaga satu sama lainnya,
Montesque dan Hobes berpendapat bahwa pajak
bahkan ia bagaikan satu jasad, bila satu keluarga
adalah perjanjian berbentuk jaminan keamanan.
menderita, maka semuanya menderita.
Teori Kedaulatan Negara
Teori ini mempunyai pandangan, bahwa negara
(‫)اﳌﺴﻠﻢ أﺧﻮ اﳌﺴﻠﻢ ﻻ ﻳﻈﻠﻤﻪ وﻻ ﻳﺴﻠﻤﻪ‬
melakukan fungsinya untuk melayani kebutuhan Dalil Al-Quran Tentang Zakat dan Pajak
masyarakat, tidak untuk kepentingan pribadi. Dalam Al-qur’an terdapat pada surat An-
Untuk melaksanakan fungsinya negara memerlukan Nisa ayat 29:
pembiayaan, oleh karena itu negara punya hak untuk
mewajibkan penduduknya atas dasar kedaulatan ‫ِﻞ‬ َ ‫ﻳَﺎ أَﱡﻳـ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ‬
ِ ‫ِﻳﻦ آَﻣﻨُﻮا ﻻ ﺗَْﺄ ُﻛﻠُﻮا أَْﻣ َﻮاﻟَ ُﻜ ْﻢ َﺑـْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺎﻟْﺒَﺎﻃ‬
menanggung pembiayaan itu sesuai dengan tingkat Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
kemampuan masing-masing warganya. saling memakan harta sesamamu dengan cara yang
batil...

Konsep Kewajiban Membayar Pajak dan Zakat dalam Islam 207


Pada ayat diatas Allah melarang hamba- Meskipun subyek pajak yang telah ditentukan
Nya saling memakan harta sesamanya dengan sejak awal perkembangan Islam, yang hanya
jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak adalah meliputi orang-orang muslim. Ahlu Dzimmi dan
salah satu jalan yang batil untuk memakan harta Ahlu Harbi, tetap ketentuan perpajakan yang
sesamanya. Selanjutnya terdapat dalam Al-qur’an telah diundangkan oleh pemerintah Indonesia,
pada surat At- Taubah ayat 103 sebagai berikut: tidak bertentangan dengan Hukum Islam, karena
pajak yang telah dikumpulkan dari wajib pajak,
‫ِﻢ َِﺎ َو َﺻ ﱢﻞ‬ ‫ﱢ‬
ْ ‫ﱢﺮُﻫ ْﻢ َوُﺗـ َﺰﻛﻴﻬ‬ ْ ‫ِﻦ أَ ْﻣ َﻮاﳍ‬
ُ ‫ِِﻢ َﺻ َﺪﻗَ ًﺔ ﺗُ َﻄﻬ‬ ْ ‫ُﺧ ْﺬ ﻣ‬ digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan

ٌ ‫ِﻢ إِ ﱠن َﺻﻼﺗَ َﻚ َﺳ َﻜ ٌﻦ ﳍَُ ْﻢ َواﻟﻠﱠ ُﻪ َﲰِﻴ ٌﻊ َﻋﻠ‬


‫ِﻴﻢ‬ ْ ‫َﻋﻠَﻴْﻬ‬ penduduk yang sebenarnya suatu hal yang
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
menjadi salah satu sasaran ajaran Islam.
dengan zakat itu kamu membersihkandan
mensucikanmereka dan mendoalah untuk Obyek Zakat dan Pajak
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
Obyek zakat adalah kekayaan orang-orang
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S At- muslim baik yang disepakati maupun yang
Taubah:103).
diperselisihkan oleh para fuqoha’ antara lain:
Subyek Zakat dan Pajak Emas dan Perak (mata Uang), Barang-barang
Subyek zakat adalah orang-orang muslim perniagaan, Hasil tanaman (pertanian maupun
yang memiliki harta kekayaan yang cukup satu perkebunan), Hasil tambang dari rikaz dan
nishab, yang disebut dengan istilah A-Muzakkiy Penghasilan profesi (gaji, upah dan honorarium).
dalam Hukum Islam. Sementara subyek pajak Tetapi obyek pajak adalah penghasilan
sudah ditetapkan dalam undang-undang RI yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
nomor 7 Tahun 1983, Bab II Pasal 2, ayat 1 dan yang diterima atau diperolehwajib pajak baik
2 berbunyi: Yang menjadi subyek pajak adalah yang berasal dari Indonesia, maupun dari luar
orang pribadi atau perorangan warisanyang belum Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi
terbagi sebagai kesatuan menggantikan yang berhak, atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
badan yang terdiri dari perseroan terbatas, petseroan bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
komanditer, badab usaha milik negara dan daerah apapun, termasuk di dalamnya. Yang dimaksud
dengan atas nama dan dalam bentuk apapun, dengan penghasilan sebagai obyek pajak di atas
persekutuan perorangan atau perkumpulan lainnya, masih dijabarkan pada bagian lain dalam Undang-
firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau Undang ini, tapi dalam uraian ini memang senagaj
lembaga dan bentuk usaha tetap. tidak di muatnya, karena hanya dimaksudkan
Subyek pajak terdiri dari pajak dalam negeri sebagai bahan perbandingan dengan pelaksanaan
dan pajak luar negeri yaitu subyek pajak yang pajak pada masa awal perkembangan Islam
tidak bertempat tinggal, tidak didirikan, atau dimana obyek pajak ketika itu hanya terbatas
tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat pada harta perniagaan, pertanian, perkebunan
menerima atau memperoleh penghasilan dari dan peternakan. Meskipun demikian, tetap tidak
Indonesia. bertentangan dengan obyek pajak yang telah

208 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017
ditatapkan dalam Undang –[Undang tersebut,
‫َواﻟ ﱠﺰَﻛﺎ ِة َوَﻛﺎ َن ِﻋﻨْ َﺪ َرﺑﱢ ِﻪ َﻣ ْﺮ ِﺿﻴًّﺎ‬
kecuali hanya maerupakan pengembangan dari
Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada
apa yang telah ada, sesuai dengan perkembangan mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al
perekonomian di masa sekarang ini. Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi.
Kewajiban Zakat Sebelum Islam Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang
dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang
Zakat merupakan syari’at yang telah dibawa diridhai di sisi Tuhannya.
oleh para Rasul terdahulu, lalu dikuatkan lagi
Pelaksanaan zakat merupakan salah satu
dalam Syari’at Islam yang dibawa oleh Rasulullah
wahana untuk meratakan tingkat pendapatan
SAW. Makaa sebenarnya waktu syari’at Islam tidak
masyarakat, yang sejak umat-umat terdahulu sudah
hanya melarang tradisi lama yang bertentangan
dirasakan manfaatnya, terutama sekali golongan
dengannya, serta tidak semata-mata mengadakan
ekonomi lemah (fakir miskin). Maka Syari’at
peraturan baru, tetapi dapat pula melestariakan
Islam melestarikannya dengan menyempurnakan
syafa’atnya lama yang sangat bermanfaat terhadap
syari’at-syari’atnya, sesuai dengan tuntunan situasi
kehidupan umat Islam misalnya shalat, zakat,
dan kondisi yang dialami oleh masyarakat Islam.
puasa, haji dan beberapa bentuk muamalah,
Maka kewajiban zakat mengandung unsur ibadah
misalnya jual-beli, sewa menyewa dan sebagainya.
murni (mahda) dan unsur sosial atau ibadah
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan umum (‘aammah atau ghairu mahdha).
bahwa zakat merupakan salah satu syari’at umat-
Tetapi penentuan permulaan diwajibkannya
umat terdahulu, misalnya:
zakat dalam Islam,terdapat yang saling berbeda di
Pertama, oleh Nabi Ibrahim. Sebagaimana antara para Fuqaha.
dalam Al-Qur’an berbunyi:
Pendapat pertama mengatakan bahwa

ْ ‫َو َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻫ ْﻢ أَﺋِ ﱠﻤ ًﺔ َﻳـ ْﻬ ُﺪو َن ﺑِﺄَ ْﻣ ِﺮﻧَﺎ َوأَ ْو َﺣْﻴـﻨَﺎ إِﻟَﻴْﻬ‬
‫ِﻢ‬ zakat itu diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah.
Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad
‫اﻟﺼﻼ ِة َوإِﻳﺘَ َﺎء اﻟ ﱠﺰَﻛﺎ ِة َوَﻛﺎﻧُﻮا‬ ‫ات َوإِﻗَﺎ َم ﱠ‬ َْ ‫ﻓ ِْﻌ َﻞ‬
ِ ‫اﳋْﻴـ َﺮ‬ bin Ismail Ash Shan’aaniy, Muhammad Al-
َ ‫ﻟَﻨَﺎ َﻋﺎﺑِﺪ‬
‫ِﻳﻦ‬ Khudhari dan Abdul Wahhab Khallaf dengan
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai mengemukakan beberapa alasan sebagai berikut:
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk Sebelum hijrah ke Madinah, para Ulama sepakat
dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan
kepada, mereka mengerjakan kebajikan, bahwa tidak pernah ada suatu kewajiban yang
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan harus dilakukan oleh hartawan Muslim berupa
hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.
(Al-Anbiya: 73). zakat dari hartanya. Sebelum tahun kedua
Hijriyah, tidak sedikit orang-orang yang tergolong
Kedua, oleh Nabi Ismail dalam Al-Qur’an
kaya maupun miskin, namun ketika hanya
Surat Maryam ayat 54-55 berbunyi:
merupakan kerelaan hati para pemberi infaq.

َ ‫ِﻴﻞ إِﻧﱠُﻪ َﻛﺎ َن َﺻﺎد‬


Meskipun diawal timbulnya Islam sudah ada
‫ِق اﻟْ َﻮ ْﻋ ِﺪ‬ َ ‫ِﲰﺎﻋ‬ ِ َ‫َواذ ُْﻛ ْﺮ ِﰲ اﻟْ ِﻜﺘ‬
َْ ‫ﺎب إ‬
anjuran untuk mengeluarkan infaq, namun
‫ِﺎﻟﺼﻼ ِة‬‫ َوَﻛﺎ َن ﻳَْﺄ ُﻣ ُﺮ أَ ْﻫﻠَ ُﻪ ﺑ ﱠ‬٥٤ ‫َوَﻛﺎ َن َر ُﺳﻮﻻ ﻧَﺒِﻴًّﺎ‬

Konsep Kewajiban Membayar Pajak dan Zakat dalam Islam 209


infaq itu termasuk zakat karena kadarnya tidak mengeluarkan infaq, namun infaq itu tidak
ditentukan, kecuali hanya merupakan kerelaan termasuk zakat karena kadarnya tidak ditentukan,
hati para pemberi infaq. kecuali hanya merupakan kerelaan hati para
Pendapat kedua mengatakan bahwa zakat pemberi infaq.
itu diwajibkan, bersamaan dengan kewajiban Pendapat kedua mengatakan bahwa zakat itu
shalat sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Pendapat diwajibkan, bersamaan dengan kewajiban shalat
ini dikemukakan oleh Syeh Abbas Kaharoh dan sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Pendapat ini di
Ibnu Kastir. Karena pelaksana zakat merupakan kemukakan oleh Syekh Abbas Kaharoh dan Ibnu
salah satu wahana untuk meratakan tingkat Katsir; dengan mengemukakan beberapa alasan
pendapatan masyarakat, yang sejak umat-umat sebagai berikut: Ayat-ayat mengenai perintah
terdahulu sudah di rasakan manfaatnya, terutama zakat, pada umumnya beriringan dengan perintah
sekali golongan ekonomi lemah (fakir miskin). shalat. Karena itu, ketika shalat diwajibkan,
Maka syariat islam melestarikannya dengan maka zakatpun turut diwajibkan. Diantara
menyempurnakan syari’at-syari’atnya, sesuai sekian banyak ayat mengenai perintah zakat yang
dengan tuntunan situasi dan kondisi yang di alami beriringan dengan perintah shalat.
oleh masyarakat islam. Maka kewajiban zakat Karena zakat merupakan salah rukun
mengandung unsure ibadah murni (mahdah) dan islam yang begitu penting untuk dijadikan
unsur sosial atau ibadah (‘aammah atau ghairuh sarana peningkatan tarap hidup fakir-miskin
mahdah). sebagai bagian dari masyarakat islam, yang turut
Tetapi penentuan permulaan diwajibkannya menentukan berhasilnya perjuangan islam menata
zakat dalam islam, terdapat dua pendapat yang kehidupan bermasyarakat, maka banyak ayat
saling berbeda di antara para Fuqoha: Pendapat mengenai kewajiban zakat diturunkan sebelum
pertama mengatakan bahwa zakat itu di wajibkan hijrah ke madinah. Oleh karena itu banyak waktu
pada tahun kedua hijriah. Pendapat ini di yang digunakan oleh nabi untuk mempersiapkan
kemukakan oleh Muhammad bin Ismail Ash umat islam melaksanakan kewajiban itu, termasuk
Shan’aany, Muhammad Al-Khudari dan Abdul upaya untuk merukunkan antar suku dan keluarga
Wahhab Khallaf: dengan mengemukakan alasan yang saling bertentangan.
sebagai berikut: Pertama, sebelum hijrah ke Dalam Tafsir Al-Manar, Rasyid Ridha
madinah, para ulama sepakat bahwa tidak pernah menerangkan panjang lebar bahwa kerajaan Persia
ada suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh yang lebih awal menciptakan system perpajakan
hartawan muslim berupa zakat dari hartanya. yang dianggap paling lengkap ketika itu, dimana
Kedua, sebelum tahun kedua hijriah, tidak para wajib pajak dibagi menjadi empat klarifikasi,
sedikit orang-orang yang tergolong kaya maupun dengan batas umur mulai dari 20 tahun sampai
miskin, namun ketika itu tidak ada perintah 50 tahun. Pajak yang telah dikumpulkannya,
untuk mengeluarkan zakat. Ketiga, meskipun digunakan untuk memberikan gaji kepada
diawal timbulnya islam sudah ada anjuran untuk pejabat kerajaan yang berfungsi untuk mengatur

210 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017
jalannya pemerintahan melindungi kerajaan di seluruh wilayah pemerintahan islam. Maka
serta pahlawan-pahlawan yang berjasa terhadap itulah yang dimaksudkan oleh Ad-Dainury bahwa
kerajaan. Khalifah Umar yang mula-mula menerapkan
Istilah pajak dalam islam, baru dikenal pada sistem perpajakan yang sama dengan sistem yang
tahun sembilan Hijriyah menurut pendapat pernah berlaku di kerajaan Persia.
yang kuat, meskipun ada pendapat yang lemah Persamaan Zakat dan Pajak
mengatakan bahwa tahun kedelapan Hijriyah.
Pertama, Unsur Paksaan
Ketika nabi masih hidup, wajib pajak baru
terbatas pada orang-orang Dzimmi dan Ahlul Seorang muslim yang memiliki harta
Kitab yang ditaklukkan dalam peperangan. yang telah memenuhi persyaratan zakat, juga
Penarikan pajak ini, dilatarbelakangi oleh melalaikan atau tidak mau menunaikannya,
turunnya perintah dalam Al-Quran Surat At- penguasa yang diwakili oleh para petugas zakat,
Taubah ayat 29 yang berbunyi : wajib memaksanya. Dengan firman Allah dalam
QS Al-Taubah: 103:
‫اﻵﺧ ِﺮ‬ َ ‫ﻗَﺎﺗِﻠُﻮا اﻟﱠﺬ‬
ِ ‫ِﻳﻦ ﻻ ُﻳـ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوﻻ ﺑِﺎﻟَْﻴـ ْﻮِم‬
‫ﱢ‬
‫ِﻢ َِﺎ َو َﺻ ﱢﻞ‬ ْ ‫ِﻦ أَ ْﻣ َﻮاﳍ‬
ُ ‫ِِﻢ َﺻ َﺪﻗَ ًﺔ ﺗُ َﻄﻬ‬
ْ ‫ﱢﺮُﻫ ْﻢ َوُﺗـ َﺰﻛﻴﻬ‬ ْ ‫ُﺧ ْﺬ ﻣ‬
َ ‫َوﻻ ﳛَُ ﱢﺮُﻣﻮ َن َﻣﺎ َﺣ ﱠﺮَم اﻟﻠﱠ ُﻪ َوَر ُﺳﻮﻟُُﻪ َوﻻ ﻳَﺪِﻳﻨُﻮ َن د‬
‫ِﻳﻦ‬
ٌ ‫ِﻢ إِ ﱠن َﺻﻼﺗَ َﻚ َﺳ َﻜ ٌﻦ ﳍَُ ْﻢ َواﻟﻠﱠ ُﻪ َﲰِﻴ ٌﻊ َﻋﻠ‬
‫ِﻴﻢ‬ ْ ‫َﻋﻠَﻴْﻬ‬
‫اﳉ ْﺰﻳَ َﺔ‬ َ ‫ِﻦ اﻟﱠﺬ‬
َ َ‫ِﻳﻦ أُوﺗُﻮا اﻟْ ِﻜﺘ‬
ِ ْ ‫ﺎب َﺣ ﱠﱴ ُﻳـ ْﻌ ُﻄﻮا‬ َ ‫اﳊ ﱢﻖ ﻣ‬َْ
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
ُ ‫َﻋ ْﻦ ﻳَ ٍﺪ َوُﻫ ْﻢ َﺻﺎﻏ‬
‫ِﺮو َن‬ dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan mendengar lagi Maha mengetahui.
oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama
dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu Pada sebuah riwayat Abu Daud dikemukakan
orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada
mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan bahwa banyak orang yang mengingkari kewajiban
patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk. zakat di zaman Abu Bakar al- Shidiq, beliau
Kewajiban zakat dalam islam dengan dasar mengatakan: Demi Allah, saya akan memerangi
ayat tersebut, dikembangkan oleh Khalifah orang-orang yang memisahkan kewajiban shalat
Umar bin Khatab dengan mewajibkan seluruh dengan kewajiban zakat. Sesungguhnya zakat itu
penduduk yang tunduk dibawah kekuasaan hak yang terkait dengan harta. Demi Allah, jika
pemerintah islam. Lalu hasil penarikan pajak itu mereka menolak mengeluarkan zakat untuk yang
digunakannya untuk memberikan gaji kepada biasa mereka tunaikan kepada Rasulullah SAW.,
pejabat pemerintah dan serdadunya. Hal ini pasti aku akan memeranginya, karena penolakkan
dilakukan oleh khalifah setelah Kerajaan Persia tersebut.Bagi seseorang yang telah termasuk dalam
ditaklukkan oleh tentara islam, maka disanalah kategori wajib pajak, dapat dikenakan tindakkan
beliau mempelajari sistem perpajakan yang tegas oleh Negara, baik secara langsung maupun
telah berlaku di negeri itu. Lalu diterapkannya tidak langsung.

Konsep Kewajiban Membayar Pajak dan Zakat dalam Islam 211


Kedua, Unsur Pengelola Ketiga, Unsur Tujuan
Asas pelaksanaan pengelolaan zakat Pihak menerima zakat ialah untuk memenuhi
didasarkan pada firman Allah dalam QS Al- kebutuhan hidup terutama kebutuhan primer
Taubah ayat 60 sebagai berikut: sehari-hari dan tersucikan hati dari rasa dengki
dan kebencian yang sering menyelimuti hati
َ ِ‫ﲔ َواﻟْ َﻌﺎ ِﻣﻠ‬
‫ﲔ‬ ِ ‫ﺎﻛ‬ِ ‫َﺎت ﻟِْﻠ ُﻔ َﻘ َﺮا ِء َواﻟْ َﻤ َﺴ‬
ُ ‫اﻟﺼ َﺪﻗ‬ ‫إﱠِﳕَﺎ ﱠ‬ melihat orang kaya yang bakhil. Kepentingan
‫ﲔ‬ ِ ‫َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ َواﻟْ ُﻤ َﺆﻟﱠ َﻔ ِﺔ ُﻗـﻠُﻮُﺑـ ُﻬ ْﻢ َوِﰲ اﻟ ﱢﺮﻗ‬
َ ‫َﺎب َواﻟْ َﻐﺎ ِرِﻣ‬ kehidupan social ialah zakat yang bernilai

ُ‫ِﻦ اﷲِ َواﷲ‬ َ ‫ِﻳﻀ ًﺔ ﻣ‬


َ ‫ِﻴﻞ ﻓَﺮ‬ ‫ِﻴﻞ اﷲِ َواِﺑْ ِﻦ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴﺒ‬ ِ ‫َوِﰲ َﺳﺒ‬
ekonomis, merealisasikan fungsi harta hanya alat
perjuangan untuk menegakkan agama Allah dan
ٌ ‫ِﻴﻢ َﺣ ِﻜ‬
‫ﻴﻢ‬ ٌ ‫َﻋﻠ‬ mewujudkan keadilan sosial.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk Dalam ketentuan pajak tidak adanya imbalan
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk tertentu, demikian halnya dalam zakat. Seseoarang
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang- membayar zakat adalah selaku masyarakat islam.
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai Pajak pada zaman modern mempunyai tujuan
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah kemasyarakatan, ekonomi dan politik disamping
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
tujuan keuangan, maka zakat pun mempunyai
Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui tujuan yang lebih jauh dan jangkauan yang lebih
bahwasanya pengelolaan zakat bukanlah semata- luas pada aspek –sapek yang disebutkan tadi
mata yang dilakukan secara individual, dari dan aspek-aspek lain, semua itu sangat besar
muzakki diserahkan langsung kepada mustahik, pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi dan
tetapi dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang masyarakat (Yusuf Qardawi, 1987: 999).
khusus menangani zakat, yang memenuhi
Perbedaan Zakat dan Pajak
persyaratan yang disebut dengan amil zakat.
Terdapat beberapa perbedaan antara
Di samping berkaitan dengan perintah
zakat dan pajak yang terpenting yaitu Zakat
Al-Qur’an, pengelolaan zakat oleh amil zakat
mengandung arti suci, tumbuh, dan berkah.
yang mempunyai beberapa kelebihan atau
Orang yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih
keunggulan yaitu (Nuruddin Mhd Ali, 2006:
dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor
32) Untuk menjamin kepastian dan disiplin
lagi, karena hak orang lain telah disisihkan dan
pembayaran zakat, Menjaga perasaan rendah diri
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
para mustahik zakat, Untuk mencapai efisiensi,
Dalam pandangan Islam pajak adalah utang,
efektivitas, dan tempat sasaran dalam penggunaan
pajak tanah, dan sebagainya, yang dibayar sehingga
harta zakat menurut skala prioritas yang ada
pajak adalah beban yang berat yang dipaksakan
pada suatu tempat dan Untuk memperlihatkan
walaupun hasil pajak itu juga dimanfaatkan
syi’ah Islam dalam penyelenggaraan Negara dan
untuk membangun dan kepentingan Negara.
pemerintah yang Islami
Ada dorongan yang membuat orang tidak
berkeberatan mengeluarkan zakat itu seperti

212 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 276 Ketiga, Subyek zakat adalah orang kaya. Hal
sebagai berikut: ini dibuktikan bahwayang harus membayar zakat
adalah orang yang hartanya telah mencapai nishab.
‫َﺎت َواﷲُ ﻻ ُﳛ ﱡ‬
‫ِﺐ‬ ‫ﳝَْ َﺤ ُﻖ اﷲُ اﻟ ﱢﺮﺑَﺎ َوُﻳـ ْﺮِﰊ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺼ َﺪﻗ‬ Sedangkan pajaknampaknya tidak pandang bulu,
‫ُﻛ ﱠﻞ َﻛ ﱠﻔﺎ ٍر أَﺛِﻴ ٍﻢ‬ semua warga negara baik kaya maupun miskin
Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan
harus bayar pajak.Terutama pajak konsumsi, yaitu
sedekah, dan Allah tidak menyukai Setiap orang PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Setiap orang yang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
membeli suatubarang, secara otomatis sebenarnya
Zakat adalah ibadah yang diwajibkan dia telah membayar pajak, karena harga yang
kepada umat sebagai tanda bersyukur kepada dibayarnya itusudah termasuk PPN.
Allah dan mendekatkan diri kepadanya. Zakat Ke e m p a t , Se c a r a t e g a s , A l - Qu r’ a n
ketentuannya dari Allah dan Rasulnya, yaitu menyatakan bahwa zakat hanyadiperuntukkan
penentuan nishabnya dan penyalurannya. Zakat bagi depatan golongan mustahik, yaitu fakir,
adalah kewajiban yang bersifat permanent, terus- miskin, amil zakat, muallaf, riqob,gharimin,
menerus berjalan bersama hidup di atas bumi ini. ibnu sabil, dan fisabilillah (Q.S. At-Taubah: 60).
Wajib pajak berhubungan dengan perintah Adapun peruntukan pajak adalah sangattergantung
(penguasa) dan adakalanya orang menghindar dari situasi dan kondisi negara pada saat itu. Suatu saat
kewajiban membayar pajak, kecuali orang yang digunakan untuk membanguninfrastruktur, lain
benar-benar sadar sebagai warga Negara. Pos-pos waktu untuk program pendidikan, atau untuk
pengeluaran zakat, sudah dijelaskan dalam Al- membayar pokok dan bunga pinjaman.
Qur’an dan kemudian diikuti oleh amal perbuatan Kelima, dari aspek pemanfaatan. Menurut
Rasulullah dan para sahabatnya. Maksud dan tujuan agama Islam, zakat harus disalurkan secaralangsung
zakat mengandung pembinaan spritual dan moral kepada yang berhak (yaitu delapan asnaf mustahik),
yang lebih tinggi dari maksud dan tujuan pajak. tidak boleh ditahan-tahan terlalu lama.Sedangkan
Meskipun pajak dan zakat memiliki titik pajak, secara konsep dan praktek, pemanfaatannya
singgung yang sama, yaitu kewajiban yang adalah secara tidak langsung. Jadipembayar pajak
mengikat, dan kekuasaan yang menekan, namun tidak bisa menuntut pemerintah untuk segera
di antara keduanya terdapat perbedaan penting, menggunakannya untuk kepentinganrakyat,
yaitu (Mahjuddin, 2008: 189) tetapi tergantung pada mekanisme yang ada di
Pertama, Bahwa zakat itu adalah ibadah, dan pemerintahan (pemerintah dan DPR).
pajak adalah kewajiban kepada negara. Keenam, Agama Islam sudah mengatur
Kedua, Dari aspek kewajiban. Zakat hanya secara rinci tentang tarif zakat, danhal tersebut
diwajibkan bagi umat Islam, sedangkan umatyang sudah baku, tidak bisa diubah-ubah. Sedangkan
beragama lain tidak terkena kewajiban zakat. tarif pajak bisa diubah disesuaikandengan kondisi.
Sedangkan pajak, wajib bagi setiap warganegara, Ketujuh, Zakat adalah memberikan sebagian
baik yang beragama Islam maupun lainnya. harta menurut kadar yang ditentukan oleh

Konsep Kewajiban Membayar Pajak dan Zakat dalam Islam 213


Allahbagi orang yang mempunyai harta yang telah menjadi gugur sebagaimana telah diftwakan oleh
sampai nishabynya [10]. Sedangkan pajak tidak Nasir al- Hatab. (Ali Hasan, 2006: 89).
ada ketentuan yang jelas kecuali ditentukan oleh Fatwa Sayid Rasyid Ridha, seseorang yang
penguasaa di suatu tempat. mempunyai tanah dan telah dipungut uangnya
Kedelapan, Zakat berlaku bagi kaum separuh danseperempat oleh orang nasrani
muslimin saja, hal itu lantaran zakat berfungsi tidaklah termasuk kewajibab zakat, karena
untuk menyucikan pelakunya, dan hal itu tidak sesungguhnya dari hasil bumi itu adalah dari harta
mungkin kita katakan kepada orang kafir karena zakat yang wajib dikeluarkan pada delapan sasaran
orang kafir tidak akan menjadi suci malainkan (delapan ashnaf ) menurut nash, maka bebaslah
harus beriman terlebih dahulu. Sedangkan pajak pemilik tanah dari kewajibanya. Harta yang
berlaku bagi orang-orang kafir yang tinggal di dipungut orang nasrani tadi dianggap sebagai
tanah kekuasaan kaum muslimin. pajak dan tidak menggugurkan wajib zakat, hal
Kesembilan, Yang dihapus oleh Rasulullah ini berarti bahwa pajak tidak dapat dianggap
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penarikan sebagai zakat.
sepersepuluh dari harta manusia adalah pajak yang Fatwa Syakh Mahmud Syaltut, dalam
biasa ditarik oleh kaum jahiliyah. Adapun zakat, masalah yang dibicarakan, bahwa zakat bukanlan
maka ia bukanlah pajak, karena zakat termasuk pajak. Pada prinsipnya pendapat beliau sama
bagian dari harta yang wajib ditarik oleh imam/ dengan ulama-ulama yang mengatakan bahwa
pemimpin dan dikembalikan/diberikan kepada zakat dan pajak berbeda asas dan sasaranya. Zakat
orang-orang yang berhak. kewajibab atas Allah sedangkan pajak kewajiban
Kesepuluh, Zakat adalah salah satu bentuk kepada pemerintah (penguasa).
syari’at Islam yang cicontohkan oleh Rasulullah Pendapat Syekh Abu Zahrah, bahwa pajak itu
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan pajak sampai sekarang tidak memiliki nilai-nilai khusus,
merupakan sunnahnya orang-orang jahiliyah yang yang dapat memberikan jaminan social, padahal
asal-usulnya biasa dipungut oleh para raja Arab tujuan pokok pajak adalah menanggulangi
atau non Arab, dan diantara kebiasaan mereka masalah social kemasyarakatan.
ialah menarik pajak sepersepuluh dari barang Dari keempat pendapat ulama tersebut dapat
dagangan manusia yang melalui/melewati daerah dipahami, bahwa zakat harus di keluar sesudah
kekuasannya. memenuhi persyaratan, Waupun seseorang telah
Pendapat Ulama tentang Zakat dan Pajak membayar pajak.Sebaiknya pajak boleh dipungut
bila diperlukan, Waupun zakat sudah ditunaikan.
Syekh Ulaith dalam fatwanya dari madzhab
Maliki menyebutkan bahwa seseoarang yang Zakat Sebagai Pengurang Pajak
memiliki ternak yang sudah mencapai nisabnya Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa
dan dipungut uang setiap tahunya tetapi tidak ulama terbagi menjadi tiga pendapat dalam hal
atas nama zakat, maka ia tidak boleh berniat zakat ini. Pertama, adalah Dr.Yusuf Qardawi dengan
dan jika ia berniat zakat maka kewajibannya tidak

214 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017
pendapatnya bahwa “zakat adalah kewajiban syariah dan menempati fungsinya yang utama
agama dan pajak adalah kewajiban terhadap dalam menegakkan solidaritas social .atas dasar
negara”. Kedua, Dr. Hasan Turobi, Sudan itu ulama berpendapat bahwa zakat tidak boleh
dengan pendapatnya bahwa pajak tidak wajib di pergunakan untuk membangun jembatan ,
bahkan haram. Ketiga, adalah pendapat yang perbaikan jalan dan yang lainnya. Maka untuk
menyamakan pajak dengan zakat yaitu Masdar membiayai kepentingan umum dibolehkan
F. Masudi yang mengatakan bahwa zakat adalah adanya ketentuan pajak bagi kaum muslim.
roh dan pajak adalah badannya. Ketiga, Kaidah-kaidah hukum syara’.
Beberapa ulama berpendapat bahwa dalam Dengan menggunakan kaidah yang berlandaskan
harta kekayaan ada kewajiban lain selain zakat. nash (yaitu Al-Qur’an dan Sunnah), pajak
Dalilnya adalah surat Al-Baqarah ayat 177, surat bukan hanya dibolehkan, tetapi juga diwajibkan
Al-An’am ayat 141, surat Al-Ma’un ayat 4-7, p e m u n g u t a n n y a u n t u k m e re a l i s a s i k a n
surat Al-Maidah ayat 2, surat Al-Isra’ ayat 26, kepentingan umat dan negara, apabila sumber
surat An-Nisa’ ayat 36, surat al-Balad ayat11- penerimaan lain tidak mencukupi.
18. Jalan tengah dari dua perbedaan pendapat Keempat. Jihad atas harta dan tuntutannya
ini adalah bahwa kewajiban atas harta yang yang besar. Islam mewajibkan kepada umatnya
wajib adalah zakat, namun jika datang kondisi untuk berjihad di jalan Allah dengan harta
yang menghendaki adanya keperluan tambahan jiwa. Salah bentuk jihad dengan harta yang
(darurah), maka aka nada kewajiban tambahan diperintahkan adalah kewajiban lain di luar zakat.
lain berupa pajak (dharibah). Pendapat ini Kelima, Kerugian dibalas dengan
misalnya dikemukakan oleh Qadhi Abu Bakar keuntungan. Dana yang diperoleh dari zakat
Ibn al-Aarabi, Imam Malik, Imam Qurtubi, Imam dipergunakan untuk membiayai segala keperluan
Syatibi, Mahmud Syaltut (Gusfahmi, 2007: 181). negara yang manfaatnya kembali kepada seluruh
Ada 5 alasan yang membolehkan kewajiban rakyat.
pajak di samping pembayaran zakat yang harus di Menurut Masdar Farid Ma’udi, proses
laksanakan kaum muslim, yaitu: kemanunggalan roh zakat kedalam badan pajak
Pertama, Jaminan/ solidaritas sosial sudah barang tentu harus terjadi, pertama kali
merupakan suatu kewajiban. Pajak merupakan dari komitmen pribadi-pribadi mukmin sebagai
sumber pembiayaan bagi kebutuhan social oleh pembayar pajak. Yakni apabila selama ini pajak
karena itu, apabila dana zakat tidak mencukupi hanya ditunaikan semata-mata hanya untuk
untuk pemenuhan kebutuhan social tersebut, memenuhi keharusan (keterpaksaan)sekular kepada
maka dibolehkan adanya pungutan-pungutan di negara, maka kini dengan komitmen itu, pajak
luar zakat seperti pajak. diniati sebagai ibadah memenuhi perintah Allah
Kedua, Sasaran zakat itu terbatas, sedangkan untuk menolong sesama dan menegakkan keadilan
pembiayaan banyak sekali. Zakat harus di semesta. Dalam bahasa syari’atnya, komitmen itu
gunakan pada sasaran yang di tentukan oleh terjadi dengan cara meniatkan zakat ke dalam

Konsep Kewajiban Membayar Pajak dan Zakat dalam Islam 215


pembayaran pajak (dengan mekanisme niat dalama dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; kaum
hati masing-masing pembayar pajak yang beriman), muslimin itu bertransaski dengan syaratnya,
sama sekali tidak memerlukan ijin undang-undang kecuali satu syarat yang tidak boleh dilakukan,
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang
atau perintah formal apapun juga. Akan tetapi haram.” (HR. al-Turmudzi).
dari sesuatu yang bersifat personal dan sederhana
(Masdar Farid Mas’udi, 2002: 78). Dalam konteks pajak sebagai zakat, negara
harus melayani rakyat. Pengertian rakyat di sini
Dengan masuknya spirit zakat ke dalam pajak,
adalah asnaf delapan tersebut. Rakyat di sini beda
maka menurut Masdar Farid: Rakyat wajib pajak
dengan pengertian rakyat dalam UUD 1945 pasal
beriman akan menunaikan pembayaran pajaknya
33; bumi, laut, air dan kekayaan di dalamnya
bukan lagi semata-mata sebagai keharusan sekular
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
yang tak bermakna, melainkan sebagai tuntutan
rakyat. Ternyata yang menikmati adalah para
iman, sebagai ibadah karena Allah bagi tegaknya
pajabat yang korup.Rakyat yang dimaksud di sini
keadilan dan kemaslahatan semesta. Rakyat
harus dimulai dari yang paling kecil yang dalam
pembayar pajak akan terpangggil oleh imannya
konteks zakat adalah fakir miskin.Tapi intinya
untuk secara langsung atau melalui wakil-wakilnya,
segala hal yang dibayarkan melalui pajak harus
selalu kritis (ber-amar ma’ruf nahi munkar)
dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemaslahatan
terhadap negara dalam hal pengelolaan pajak serta
rakyat.Kalau pajak tersebut digunakan untuk
kekuasaan yang ditimbulkannya, apakah benar-
membiayai tentara, maka tentara tersebut harus
benar mensejahterakan rakyat, terutama yang
yang manusiawi kepada rakyatnya, bukannya
lemah, atau justru untuk menyengsarakannya.
malah menembaki rakyat.Kalau pajak tersebut
Rakyat pembayar pajak dengan spiritualitas (niat)
digunakan untuk membiayai birokrasi, maka
zakat akan segera merubah persepsinya terhadap
birokrasi tersebut harus maksimal melayani
negara, dari kebiasaan memandang negara
masyarakat bukannya malah menyunat uang
sebagai dewa perkasa yang bersemayam di ubun-
rakyat. Ia harus melayani tanpa pandang bulu.
ubunnya menjadi hanya sebagai administratur
(‘amil) yang harus selalu melayani kepentingan
KESIMPULAN
segenap rakyat, sekali lagi dengan prioritas utama
yakni fuqara’ dan masakin-nya. Jadi penjabaran diatas, dapat disimpulkan
Gagasan seperti ini pada dasarnya merupakan bahwasa antara hukum pembayaran pajak dan
intisari dari ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi pembayaran zakat terdapat beberapa persamaan
wa sallam, bahwa berbagai pamahaman boleh dan perbedaan. Setelah adanya beberapa pendapat
dikembangkan untuk memenuhi kemaslahatan dari para ahli fuqoha’ terkait dengan pembayaran
manusia, asal jangan sampai menghalalkan yang zakat ataupun pajak, bahwasanya pajak dan zakat
haram, atau mengharamkan yang dihalakan hanya berbanding tipis. Jika pajak dilakukan oleh
seperti terdapat dalam hadits nabi berikut: seorang individu perkepala untuk memenuhi
Artinya : “Diceritakan kepada kami oleh Katsir
kewajibannya sebagai warga Negara, taua bisa juga
bin Abdullah bin ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani dikatakan sebagai upeti sebagai kas wajib Negara.

216 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017
Sedangkan zakat itu dikeluarkan hanya bagi pada proporsinya. Dengan begitu akan tercipta
orang Islam dan diberikan kepada hanya orang kedamaian dan kesejahteraan warga Negara
Islam juga. Sebab, zakat adalah kewajiban sebagai Indonesia yang tidak membeda-bedakan hak dan
orang muslim. Sedangkan pajak, tidak hanya kewajiban, serta tetap menjaga kerukunan hidup
terbatas pada umat muslim saja, tapi melihat bermasyarakat dan beragama.
kebijakan Negara mengatur pajak dalam undang-
undang yang telah ditentukan. Melihat beberapa DAFTAR PUSTAKA
perbedaan diatas, akhirnya muncul beberapa
Ahmad, Amrullah. (1999). Strategi Dakwah di
problem dalam pengeluaran zakat dan pajak.
Tengah Era reformasi menuju Indonesia Baru
Dimana memang hal itu menjadikan iri beberapa
dalam memasuki Abad 21. Bandung: SMF
golongan, entah itu dari golongan muslim sendiri,
Dakwah IAIN Sunan Gunung Jati.
atau pun non muslim yang menjadi warga Negara
Indonesia. problem tersebut membuat beberapa Ahmad, Zainal Abidin. (1979). Dasar-Dasar
fuqoha’ memberikan beberapa keputusan. dari Ekonomi Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
semua pendapat tersebut, pada intinya mereka Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il.
hanya ingin meringankan beban orang muslim. (t.th). Shahih al-Bukhari. Semarang: Usaha
Karena memang ketika orang muslim diwajibkan Keluarga.
membayar zakat yang memang menjadi kewajiban,
Gusfahmi (2007). Pajak Menurut Syari’ah. Jakarta:
mereka juga diwajibkan membayar pajak, karena
PT Raja Grafindo Persada.
mereka merupakan warga Negara Indonesia.
sedangkan warga non muslim, karena mereka Hafidhuddin, Didin. (2002). Zakat Dalam
tidak ada kewajiban membayar zakat, maka Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
mereka hanya diwajibkan membayar pajak. Press.
Namun peraturan tetaplah peraturan. Semua
Hasan, M. Ali. (2006). Zakat dan Infak Salah
yang telah diatur dalam undang-undang haruslah
Satu Mengatasi Problema Sosial di Indonesia.
dipatuhi oleh seluruh warga Indonesia. Begitupun
Jakarta: Kencana.
zakat, yang memang telah diatur oleh Allah
dalam Al-Qur’an, maka juga harus ditaati oleh Ilyas, Wirawan B. & Burton, Richard. (2007).
seluruh pemeluk agama Islam. Bukankah Allah Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
sudah memberikan keringanan (rukhsah) kepada Inayah, Gazi. (1995). al-Iqtishad al-Islami az-Zakah
delapan golongan yang berhak menerima zakat, wa ad-dharibah. Terjemah oleh Zainuddin
maka mereka tidak diwajibkan membayar zakat, Adnan dan Nailul Falah. Yogyakarta: Tiara
selama mereka tidak melanggar syari’at agama Wacana.
Islam yang membuat mereka harus mengeluarkan
Mas’udi, Masdar Farid. (2002). Agama Keadilan:
zakat. Maka sebagai warga Negara Indonesia yang
Risalah Zakat (Pajak) Dalam Islam. Jakarta:
baik, dan sebagai muslim yang taat, wajiblah bagi
P3M.
kita untuk mentaati dan menjalani semua sesuai

Konsep Kewajiban Membayar Pajak dan Zakat dalam Islam 217


Muslim, Imam. (2000). Shahih Muslim. Riyad: Zalum, Abdul Qadir. (1988). al-Amwal fi daulah
Dar al-Salam. al-Khilafah. Dar al-ilmi lilmalayin. Terjemah
oleh Ahmad. Bogor: Pustaka Thariq al-Izzah.
Nuruddin Mhd. Ali (2006). Zakat Sebagai
Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal. Jakarta: Zuhdi, Masjfuk. (1987). Pengantar Hukum
PT Raja Grafindo Persada. Syariah. Jakarta: Haji Mas Agung.

Qardhawi, Yusuf. (1973). Fiqh az-Zakah. Beirut:


Muasssasah al-Risalah.

218 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai