Anda di halaman 1dari 9

Pandangan Agama Islam Terhadap Teroris

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bagaimana sebenarnya terorisme dan islam?. Kedua hal ini sering terjadi kesalah
pahaman yaitu mengenai konsep islam yang sering di kaitkan dengan kasus-kasus terorisme yang
terjadi di dunia. Meninjau keterlibatan tentang kedua hal tersebut, dalam makalah ini akan
membahas bagaimana ketelibatan islam dalam gerakan terorisme. Pembahasan dalam makalah
ini didasari dengan hukum-hukum islam dan motif adanya isu-isu yang salah sehingga
memojokan islam yang di anggap sebagai agama atau keyakinan yang syarat akan kekerasan dan
ideologi yang keras.
Dalam islam sendiri mengenal adanya Jihad yaitu berjuang di jalan Allah, makna inipun
kadang di salah artikan sebagai suatu tindakan yang tidak memiliki konsep hak asasi manusia
karena secara keyakinan berjuang untuk agama adalah kewajiban dan untuk merealisasikannya
dengan cara membunuh atau membinasakanpun di anggap sah dan diperbolehkan. Anggapan
seperti inilah yang sering dikaitkan dengan gerakan terorisme, justru sebenarnya terorisme
hanyalah isu yang sengaja dikaitkan dengan keyakinan islam yang benar. Isu tersebut
dimanfaatkan untuk merusak dan menghancurkan keyakinan islam, yaitu bahwa islam adalah
agama radikal dan keras yang tidak menghargai demokrasi dan kebebasan-kebebasan lainnya.
Islam memang mengatur tentang kehidupan di dunia, kebebasan tidak dipergunakan
secara salah dan berlebihan hal ini untuk kebaikan manusia sendiri. Maka dari itu islam
mempunyai hukum yang ketat, dan aturan yang tidak bisa ditawar secara logika karena
semuanya telah diatur dalam Al-Quran sebagai wahyu yang sempurna. Jihad pun dalam islam
ada aturan dan ketentuan yang harus dipatuhi bukan semata-mata tindakan menghancurkan yang
sering dikaitkan dengan terorisme. Makalah ini adalah untuk meluruskan bahwa terorisme dan
islam adalah kedua hal yang saling bertolak belakang
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Rumusan Masalah
Apa itu terorisme?
Bagaimana bisa terjadi tindakan terorisme?
Bagaimana pandangan islam tentang terorisme?
Mengapa Ideologi islam sering dikaitkan dengan gerakan terorisme
Apa hal yang mendasari isu bahwa islam syarat dengan gerakan terorisme
Bagaimana sebenarnya konsep islam mengenai jihad dan radikalisme
Bagaimana solusi terhadap tindakan terorisme?

3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tujuan
Menjelaskan pengertian terorisme
Menganalisa bentuk-bentuk terorisme
Memberi gambaran tentang terorisme dan islam yang sebenarnya
Mengklarifikasi tentang isu terorisme yang selalu dihubungkan dengan ideologi islam
Meluruskan konsep jihad dalam islam
Menghindarkan kesalahpahaman tentang islam radikal

g.
h.
i.
j.

Mengembalikan keyakinan dunia tentang islam yang sebenarnya


Meyakinkan bahwa agama islam adalah keyakinan yang cinta damai dan terarah
Menjelaskan keterkaitan islam mengenai terorisme dan hukum dalam Al-Quran
Menjauhkan islam dari keyakinan-kayakinan yang salah dan dimanfaatkan sebagai media
perpecahan untuk menghancurkan islam.

B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Terorisme
Terorisme adalah Tindakan yang menggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan,
dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik). Teroris adalah orang yang
menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan
politik). Teror adalah perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan
ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
Sesuai dengan pengertian tersebut sebenarnya sudah jauh dari konsep islam
sebenarnya yang tidak mempebolehkan kekerasan dan kejahatan dalam bentuk
apapun sesui dengan HR. Ahmad juz 7, hal. 410, no. 20874:
Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang
yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Ahmad juz 7, hal. 410,
no. 20874].
Karakteristik terorisme dapat ditinjau dari dua karakteristik, yaitu : pertama, karakteristik
organisasi yang meliputi: organisasi, rekrutmen, pendanaan dan hubungan internasional.
Karakter operasi meliputi: perencanaan, waktu, taktik dan solusi. Kedua, karakteristik perilaku:
motivasi, dedikasi, disiplin, keinginan membunuh dan keinginan menyerah hidup-hidup.
Karakteristik sumber daya yang meliputi: latihan/kemampuan, pengalaman perorangan
dibidang teknologi persenjataan, perlengkapan dan transportasi. Motif terorisme: teroris
terinspirasi oleh motif yang berbeda. Motif terorisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori: rasional, psikologi dan budaya yang kemudian dapat dijabarkan lebih luas menjadi:
membebaskan tanah air dan memisahkan diri dari pemerintah yang sah.
Kejahatan terorisme tergolong dalam kategori teori konspirasi. Menurut Bill,
teori konspirasi yaitu teori yang menjelaskan penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian
peristiwa adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh
sekelompok organisasi rahasia, orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau
berpengaruh.
b. Bagaimana tidakan terorisme bisa terjadi
Gerakan terorisme di berbagai belahan dunia, khususnya di Asia Tenggara dan Indonesia.
Umumnya didasari karena faktor politik karena hal tersebut merupakan faktor terpenting dalam
dunia internasional. Hal tersebut juga terjadi karena adanya keinginan dalam mementingkan
kepentingan sendiri dan ingin merebut alih kekuasaan dunia. Maka teori konspirasilah yang akan
berperan dengan mengadu domba mengatasnamakan teroris. Tindakan terorisme ini tergolong
adalam teori konspirasi, karena kasus terorisme ini direncanakan diam-diam oleh kelompok,
organisasi rahasia, orang-orang atau organisasi dimana dalam kasus terorisme ini pelaku sudah
merencanakan terlebih dahulu tindakannya tersebut secara diam-diam.
Akibat dari timbulnya gerakan terorisme yaitu banyaknya orang-orang yang menjadi
korban. Kerusakan gedung-gedung serta fasilitas umum, timbulnya saling curiga antara agama

satu dengan agama lain, Negara satu dengan Negara lain, dan lain-lain. Dalam tindakan
terorisme merupakan dimensi kekerasan yang terjadi secara fisik, yang kemudian menimbulkan
korban dan pertumpahan darah. Kekerasan dalam terorisme bukan hanya terjadi secara fisik
tetapi secara jasmani dan mental.
c.

Pandangan islam tentang terorisme


Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW dengan membawa agama islam di tengahtengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar bagi manusia
bukan suatu musibah yang membawa malapetaka. Allah SWT berfirman:
Sungguh Allah telah member kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus
dikalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab
dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. [QS. Ali Imran : 164]
Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, menerangkan bahwa
Nabi Muhammad SAW dan islam yang diserukannya, benar-benar membawa rahmat di alam semesta ini,
dan mengeluarkan manusia dari gelap gulita (tanpa mengetahui tujuan hidup), kea lam terang
benderang, sehingga mengetahui jalan yang lurus, membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan
yang menyelamatkan hidupnya di dunia dan akhirat kelak. Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam,
manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan, sebagaimana peringatan Allah dalam surat Ali Imran :
103
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara
[QS. Ali Imran 103]
Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi Muhammad
SAW membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun,
damai dan saling menebarkan kasih sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacau-balau,
terorisme timbul di mana-mana seperti sekarang ini.
Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai kepribadian yang suci pula,
serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji, sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat AlQuran dan hadits Nabi, antara lain :
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. [QS. Ali Imran : 159]
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.
[QS. At-Taubah : 128]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat lemah-lembut serta
hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada manusia, maka beliau berusaha
keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut.

Setelah kita cermati kembali tentang dinul Islam sekaligus peribadi Rasulullah SAW yang
diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan dinul Islam ke seluruh ummat manusia, maka
jelas sekali bahwa terorisme sama sekali tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan ajaran
Islam.
Terorisme dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan dan cara-cara
lain untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada manusia untuk mencapai tujuan.
Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa khabar gembira tidak
menjadikan manusia takut dan lari, serta membawa kepada kemudahan, tidak menimbulkan
kesusahan, dan tidak ada paksaan.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi SAW berpesan
kepada para shahabat, sabda beliau :
Hai manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan mohonlah kepada
Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila kalian bertemu dengan musuh, maka
bershabarlah dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah bahwasanya surga itu dibawah
bayangan pedang. [HR. Muslim juz 3, hal. 1372
Pesan Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau terhadap jiwa
manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari bertemu musuh agar tidak
terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa bertemu dengan musuh, jangan takut dan jangan
dihadapi dengan hawa nafsu yang melampaui batas, tetapi hendaklah dihadapi dengan shabar
dan tabah, karena surga di bawah bayangan pedang.
Memang kedua hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Terorisme biasanya
digunakan untuk tujuan politik, kekuasaan, sedangkan Islam bertujuan untuk menuntun manusia
dalam mencapai kebahagiaan hidupnya dengan dilandasi rasa kasih sayang hanya semata-mata
mengharap ridla Allah SWT.
Oleh karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang mengatakan bahwa
"politik itu kotor", karena dalam mencapai tujuannya dengan menghalalkan segala cara,
sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian bagi seorang muslim haram hukumnya
mendukung, mengikuti alur politik yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan
politiknya.
Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh berpolitik, tidak boleh meraih
kekuasaan. Boleh berpolitik, tetapi tidak boleh keluar dari bingkai Islam, dengan tujuan untuk
kejayaan Islam dengan mengharap ridla Allah semata-mata.
Dalam mencapai kesuksesan cita-cita harokahnya, Rasulullah melalui cara-cara yang
ditunjukkan oleh Allah serta berusaha memenuhi persyaratan untuk memperoleh janji Allah,
karena janji Allah pasti tepat dan tidak perlu diragukan.
Rasulullah SAW membina kekuatan dari bawah, sebagaimana firman Allah :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan idzin Tuhannya. Allah membuat perumpamaanperumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimatkalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [QS. Ibrahim : 24-26]

Rasulullah membina dasar tauhid pada ummat manusia + 10 tahun di Makkah dengan
penuh tantangan, tindak kekejaman dan terorisme dilakukan oleh orang-orang musyrikin dan
kafirin Makkah terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Namun teror-teror yang dilakukan oleh mereka tidak menjadikan kaum muslimin takut,
malah makin bertambah kuat dan mendorong lebih dekat dan berserah diri (tawakkal) kepada
Allah SWT.
d. Mengapa ideologi Islam sering dikaitkan dengan gerakan terorisme.
Menurut Pandangan dunia khusunya dunia Barat yang mempunyai ideologi demokrasi
kebanyakan menentang islam karena islam dianggap sebagai keyakinan yang berideologi
totaliter yang menolak demokrasi, kebebasan pribadi, dan setiap agama lainnya. Anggapan
seperti inilah yang digunakan sebagai alasan munculnya isu tentang terorisme yang selalu
dihubungkan dengan islam.
Munculnya tindakan terorisme banyak diyakini terkandung unsur politik yang menggunakan
kekuatan-kekuatan tidak sehat termasuk menggunakan senjata yang berbau sara yaitu agama.
Agama diyakini merupakan kekuatan yang sangat mudah dihancurkan, dengan alasan agama
manusia mampu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Di negara-negara islam dimana tidak ada pemisahan secara resmi antara hukum dan agama.
Hukum syariah adalah batu penjuru yang digunakan sebagai formulasi final dan akhir dari
hukum Allah, hukum tersebut tidak dapat direvisi atau dirumuskan oleh hanya fana dan manusia
bisa salah. Idealnya islam dan ajaran-ajarannya akan menjalankan negara dan semua hukum akan
didasarkan pada kriteria dari Al-Quran.
Hal tersebut berbeda dengan cita-cita negara Amerika yang menghendaki kebebasan
beragama, kebebasan berbicara, dan kebebasan pers, maka dari itu oleh amerika islam di anggap
menghambat tentang kemajuan dari ideologi mereka dan merupakan keyakinan yang tidak
memnuhi hak asasi manusia.
"Islam adalah agama revolusioner yang datang untuk menghancurkan pemerintahan
manapun yang dibuat oleh manusia.. Islam tidak melihat bagi bangsa untuk menjadi lebih baik
dalam kondisi lain dari bangsa Islam tidak peduli tentang tanah atau yang memiliki tanah.
Tujuan Islam adalah memerintah seluruh dunia dan menyerahkan semua umat manusia kepada
iman Islam,. Setiap bangsa atau kekuasaan di dunia ini yang mencoba untuk mendapatkan di
jalan
yang
tujuan
Islam
akan
melawan
dan
menghancurkan.
"
-- Mawlana Abul Ala Mawdudi, founder of Pakistan's Fundamentalist Movement - Mawlana
Abul Ala Maududi, pendiri Pakistan Gerakan Fundamentalis.
Oleh karena pemikiran yang salah seperti di atas, menimbulkan berbagai persepsi yang salah
tentang islam yang menjadikan islam harus dimusuhi dan dihancurkan. Salah satu cara adalah
dengan menebar tentang isu terorisme yang bertujuan untuk menguasai dunia, di balik hal itu
sebenarnya tersimpan misi politik yang tidak benar. Untuk menghancurkan islam adalah
menyusupi muslim dengan ajaran radikal yang tidak terarah.
e.

Yang menyebabkan islam sering dikaitkan dengan terorisme


Gerakan terorosme internasional sering dikaitkan dengan islam. Keberadaan teroris yang
membawa bendera islam ini memang ada dan tidak bisa dikesampingkan aksi-aksinya.
Keberadaan mereka tidak hanya mengancam peradaban barat, tetapi juga merusak islam itu

sendiri. Banyak kelompok-kelompok teroris yang mengkaitkan gerakan terorisnya dengan agama
islam melalui gerakan radikal dalam menggunakan konsep jihad yang mereka buat sehingga
menimbulkan kontroversi dalam definisi jihad di dalam umat islam.
Para golongan-golongan tertentu yang melakukan terorisme atas nama jihad, membuat
masyarakat umum salah mengartikan pengertian jihad itu sendiri. Pada dasarnya pengertian jihad
adalah perjuangann yang dilakukan oleh individu muslim maupun kelompok islam dalam
menyiarkan agama islam, dan perjuangan-perjuangan lain yang lebih luas seperti: perjuangan
dibidang pendidikan, kesehatan, moral, ekonomi, politik, keamana, hak dan kewajiban, lapangan
pekerjaan, dan lain-lain dengan segenap kemampuan yang dimiliki.
Masalah yang jarang disentuh oleh media massa ketika mengangkat isu terorisme adalah
ketidak adilan global. Padahal factor ketidakadilan gloal menjadi salah satu pemicu serangan
terhadap barat atau ojek-objek yang dianggap berhubungan dengan barat. Penjajahan yang
dilakukan barat di dunia islam, termasuk dukungan membabi buta barat terhadap penjajahan
zionis Israel di palestina, merupakan cermin dari ketidak adilan itu.
Adapun isu memerangi terorisme yang dilancarkan amerika dan sekutu-sekutunya
adalah perang melawan Islam dan kaum Muslimin. Musuh-musuh islam mencoba membidik
islam dan kaum muslimin dibalik isu terorisme. Mereka takut dangan bangkitnya kaum
muslimin. Dengan demikian mereka berusaha sekuat tenaga dan dengan bebagai macam cara
untuk menghancurkan kebangkitan kaum muslimin. Salah satunya dengan melancarkan perang
melawan terorisme.
Saat umat islam menjadi tertuduh dan semua ketakutan dengan segala hal tentang
islam, karena selalu dikait-kaitkan dengan isu terorisme. Para pelajar, aktivis islam dan
semisalnya menjadi resah. Mereka khawatir dituduh dan dianggap sebagai sarang dan penyedia,
serta membantu aktivitas terorisme.
Gerakan-gerakan dakwah pun dicurigai meskipun gerakan dakwah itu terbuka
dan tak ada sangkut pautnya dengan teroris. Beberapa orang pun mengawasi ketat anak
remajanya yang mau pergi mengaji. Padahal hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Mereka
menanyakan ngajinya sama siapa, tempat dimana, dan segala macam secara berulang-ulang.
Sikap paranoid muncul belakangan di beberapa daerah. Ini terjadi setelah televisi
dengan sangat gencar menyebarkan berita terorisme. Bukannya obyektif, pemberitaan dimedia
massa cenderung menstigmatisasi negative islam dan kaum muslimin. Sikap media ini tidak
lepas dari upaya pihak-pihak tertentu untuk menjadikan media sebagai corong dala menyerang
islam dan kaum muslimin.
Telah terjadi trial by the press (pengadilan oleh meda massa), yang dampaknya jauh lebih kejam.
Media pun tergiring oleh frame berpikir musuh-musuh Islam yang menggeneralisasi para teroris dengan
Islam. Isu memerangi terorisme yang dilancarkan Amerika dan sekutu-sekutunya disebarluaskan dan
dikerjakan oleh media massa yang pada hakikatnya untuk menghilangkan kebangkitan Islam.
Ironisnya, media massa seolah maklum saja dengan tindakan brutal Amerika dan sekutunya
menebar bom dan kematian di mana-mana. Media massa tidak pernah menyebut mereka sebagai teroris,
meski korban tewas jauh lebih banyak dan massif.
Media memang telah menjadi alat bagi kapitalisme global dalam mempertahankan hegemoninya.
Di era informasi dimana kemenangan ditentukan oleh penguasa sumber-sumber informasi, media massa
adalah salah satu pilar kapitalisme.
Barat paham betul bahwa Islam adalah musuh berikutnya setelah komunisme runtuh. Islam
adalah ancaman. Karenanya, kebangkitan Islam mesti dihalang-halangi. Caranya bisa

melalui hard dan soft power. Untuk itu barat dan antek-anteknya mendekonstruksi persepsi masyarakat
terhadap Islam untuk melahirkan sikap moderat bahkan liberal. Mereka tidak mau Islam tampil apa
adanya sesuai Al Quran dan As Sunnah. Sikap moderat dan liberal ini dianggap pas dengan hegemoni
dan determinasi barat.
Sangat tidak mengherankan bila di tengah isu terorisme yang sedang hangat sekarang tiba-tiba
muncul pernyataan beberapa tokoh yang mencoba menggeneralisasi bahwa terorisme itu adalah
keinginan menerapkan syariah Islam dalam Daulah Islam. Mereka mencoba menebar pukat harimau
untuk menjaring aktivis pergerakan Islam.
Tak mengherankan bila banyak pihak yang menganalisis bahwa aksi-aksi terorisme di Indonesia
ini sengaja dimainkan oleh pihak asing. Tujuannya adalah melemahkan umat Islam Indonesia sehingga
Islam tidak bisa bangkit menjadi sebuah kekuatan yang besar di negeri berpenduduk muslim terbesar di
dunia ini.

f. Konsep Islam mengenai Jihad dan Radikalisme


1. Jihad
Menurut kamus al-Mawrid karya Albaki(1973:491), jihad berarti perang di jalan
akidah(keimanan). Pengertian jihad secara konstekstual adalah usaha semaksimal mungkin untuk
mencapai cita-cita, dan upaya untuk membela islam dengan harta, benda, jiwa, dan raga.
Jihad dalam pengertian kontekstual tersebut adalah perjuangan yang dilakukan oleh individu
muslim maupun kelompoknislam dalam menyiarkan agama islam, dan perjuangan-perjuangan
lain yang lebih luas seperti perjuangan dibidang pendidikan, kesehatan, moral, ekonomi, sosial,
budaya, politik, keamanan, hak dan kewajiban, lapangan pekerjaan dengan segenap kemampuan
yanmg dimiliki.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, Jihad berbeda dengan perang. Meskipun orang barat
mengidentikan jihad sebagia perang untuk menyiarkan islam. Jihad yang diartikan perang,
pandangan tersebut keliru dan menyesatkan. Kalaupun ada ayat yang menyampaikan untuk
perang, hal tersebut dalam rangka mempertahankan diri dari gangguan dan penganiayaan dari
pihak luar islam atau musuh-musuh islam, tidak boleh melampaui batas, dan untuk menghindari
fitnah.
banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut diantaranya firman Allah Al-Aziz Al-Hakim :




Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian
dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak
beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan
shogirun (hina, rendah, patuh). (QS. At-Taubah : 29).
Misi diturunkannya islam ke alam semesta ini adalah rahmatan lil alamin, dan sebagai
pedoman manusia dalam mengemban misi utamanya yaitu sebagai khalifah di muka bumi.
Dengan demikian umat islam dituntut untuk selalu menjaga harmoni kehidupan di antara dua
karakteristik yang ada seperti kecenderungan untuk membuat kerusakan di muka bumi dan
potensi konflik antar sesama manusia.
2. Radikalisme

Menurut istilah, radikalisme berarti pembaruan atau perubahan social dan politik yang
drastic, atau sikap ekstrem dari kelompok tertentu agar terjadi pembaruan attau perubahan social
dan politik secara drastic.
Dengan demikian, radikalisme umat beragama adalah paham yang memungkinkan
perubahan atau pembaruan social, dan politik secara drastic dengan menggunakan sikap yang
ekstrem. Radikalisme bukan ciri ajaran islam karena islam dalam menyiarkan agama
menggunakan cara bijaksana, tutur kata yang santun, dan menggunakan cara berdebat yang
dilandasi saling hormat-menghormati.
Terdapat beragam factor yang menyebabkan terjadinya radikalisme di kalangan umat
beragama. Salah satu factor umum penyebab radikalisme adalah bahwa dilingkungan umat
beragama apapun jenisnya selalu terdapat kelompok fundamentalis dan radikal. Fundamentalis
dan radikalisme merupakan masalah dan tantangan bagi umat beragama.
Selain itu ada pula factor penyebab radikalisme yang bersifat khusus, diantaranya adalah
agama digunakan sebagai pembenaran tanpa mengakui eksistensi agama lain. Kelompok radikal
agama ini mengklaim agama dan kelompoknya sebagai yang paling benar.
Bentuk-bentuk radikalisme umat beragama ada beberapa jenis, yaitu: aksi terror, bom bunuh
diri, saling menyerang, aksi kekerasan, intimidasi, perlawanan terhadap pemerintahanya, dll.
Secara umum, radikalisme umat agama mengakibatkan terjadinya terror kekerasan bahkan
menimbulkan konflik dan peperangan secara horizontal dan vertical, apalagi jika yang terlibat
berasal dari agama yang berbeda.
Upaya untuk menaggulangi radikalismeumat beragama di Indonesia khususnya, dan di
Negara-negara lain pada umumnya, dapat dilakukan dengan mengetahui secara tepat akar
permasalahannya. Selanjutnya, dicari solusi yang tepat dan bijak dengan melibatkan pihak-pihak
terkait, khususnya para pelaku radikalisme agama.
g. Solusi terhadap tindakan terorisme
Perekrutan dalam negeri bisa dengan efektif dicegah dengan melibatkan ormas islam dan
ulama. Proses deradikalisai pemikiran harus berjalan, karena meski pernah masuk penjara,
ideologi teror masih ada. Maka sia-sia saja usaha pemberantasan teroris.
Dalam konteks Indonesia, bila para ulama benar-benar pandai menjelaskan konsep
bernegara kita dengan Pancasila, nampaknya proses deradikalisasi bisa berhasil. Tidak satu
silapun dalam Pancasila yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ketuhanan yang Maha Esa
(Rabbaniyah Wattauhidiyyah), Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Insaaniyyah wal
Akhlaqiyyah), Persatuan Indonesia (Wihdah wal Ukhuwah), Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan (Hikmah wal Musyawarah), dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Al Adaalah AL Ijmitmaiyyah).
Permasalahan utama yang merupakan ketidakpuasan pada dunia internasional ini
haruslah disikapi secara bijak oleh para pemegang kebijakan, termasuk di Indonesia. Di
Indonesia, faktor kemiskinan dan kegagalan mengelola negara menjadi faktor suburnya teroris
dan terorisme. Karena itu perlu perbaikan dalam proses bernegara dan berdemokrasi.
Bagi Indonesia, kunci pemberantasan terorisme terletak pada perbaikan taraf hidup
masyarakat dan terlibatnya ulama-ormas Islam dalam proses deradikalisasi. Selama ini seolah
negara-dalam hal ini Polri-berjuang dan menikmati ongkos bantuan asing sendiri, sehingga tidak
efektif, karena hanya proses represif yang terjadi. Tindakan represif aparat yang tidak pas bisa

menimbulkan simpati masyarakat pada para pelaku teroris, sehingga menimbulkan benih baru.
Terorisme ini perlu segera dituntaskan, sehingga tidak menjadi dagangan elit politik dan Polri.
Salah satu faktor penting yang mendasari gerakan fundamentalis-radikal adalah tumbuh
suburnya paham liberalisme Islam dalam struktur kenegaraan. Ini juga patut diwaspadai, karena
liberalisme-Islam selalu berdampingan dengan kapitalisme Barat secara sosial, politik dan ekonomi. Ini
merupakan jawaban dan protes keras terhadap kebebasan yang kebablasan, misalnya mengizinkan
konvensi gay dan lesbian di negara mayoritas muslim. Ini jelas mengganggu psikologi masyarakat.
Dalam kondisi kebebasan yang keterlaluan, akan terjadi vis a vis antara liberalisme dengan radikalisme,
yang tentunya mengancam kehidupan sosial masyarakat.
Sebagai penutup, radikalisme dalam Islam nyatanya telah hadir sejak awal peradaban Islam, dan
kehadirannya menjadi hikmah yang harus dipelajari dan dipedomani. Pada akhirnya, permasalahan ini
harus diselesaikan sendiri oleh umat Islam, bukan disandarkan pada pihak lain, apalagi terus-menerus
menyalahkan pihak lain. Sudah saatnya umat Islam lepas dari kejumudan dan taqlid buta pada ulama.
Saatnya membuka lembaran baru serta berkomunikasi antar peradaban dunia, di mana Islam akan
mampu merepresantasikan diri sebagai Rahmatan lil Alamin.

C. PENUTUP
KESIMPULAN
.Dalam makalah ini telah dibahas mengenai keterlibatan islam dalam gerakan teroriisme
yang meliputi tentang terorisme, tindakan terorisme, terjadinya tindakan terorisme, pandangan
islam tentang terorisme, solusi terhadap tindakan terorisme dan sebagainya.
Walaupun islam selalu dikait-kaitkan dengan terorisme, namun kita tahu hal tersebut
karena campur tangan pihak-pihak yang sengaja merusak islam demi kepentingannya dan atau
kelompoknya. Dan terorisme tidak lahir dari islam karena islam yang sebenarnya adalah agama
yang damai.
SARAN
Hendaknya kita lebih hati-hati dalam mempelajari islam. Belajarlah islam sepenuhnya,
jangan cuma sekedar setengah-setengah maupun ikut-ikutan saja. Karena jika sampai salah kita
bisa terjebak tanpa kita sadari.

Anda mungkin juga menyukai