Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mengembangkan potensi
yang ada pada siswa maka diperlukan fasilitas-fasilitas pendukung atau bisa disebut
dengan sarana prasarana penunjang proses pendidikan. Secara singkat sarana dapat
diartikan sebagai semua peralatan yang berperan langsung dalam proses
pendidikan. Sedangkan prasarana adalah semua perlengkapan yang secara tidak
langsung menunjang proses pendidikan. Sehingga diharapkan dengan adanya dan
terpenuhinya sarana dan prasarana yang ada disekolah maka sekolah tersebut dapat
mencapai tujuan pendidikan. Namun ketika diadakannya sarana dan prasarana
sekolah maka dibutuhkan manajemen atau kegiatan pengelolaan terhadap sarana
dan prasarana tersebut. Dalam proses manajemen sarana dan prasarana yang perlu
menjadi bahan pertimbangan adalah perencanaan, standardisasi, pengadaan,
pengaturan, pengelolaan, penggunaan, pemeliharaan serta penghapusan sarana dan
prasarana. Dari proses manajemen sarana dan prasarana tersebut maka harus
diperhatikan prosedur, prinsip-prinsip dan teknik dari masing-masing proses.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan.
2. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
3. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidika.
4. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami perbedaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan.
2. Mahasiswa mengerti tentang Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan.
3. Mahasiswa

mampu

mengklasifikasikan

Sarana

dan

Prasarana

Pendidikan.
4. Mahasiswa mengetahui langkah-langkah dalam proses Manajemen
Sarana dan Prasarana Pendidikan.

BAB II
MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot
yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah segenap proses
pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Proses-proses

yang

dilakukan

dalam

upaya

pengadaan

dan

pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan


penghapusan. Perencanan dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana apa
saja yang dibutuhkan di sekolah. Pengadaan adalah serangkaian kegiatan
menyediakan berbagai jenis sarana dan prasarana sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan.

Sedangkan

pengaturan

merupakan

kegiatan

inventarisasi,

penyimpanan, dan pemeliharaan. Adapun penggunaan, adalah pemanfaatan sarana


dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan. Dan penghapusan ,
merupakan kegiatan menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris.
B. KLASIFIKASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu
berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan
hubungan dengan proses pembelajaran.

Berdasarkan habis tidaknya, sarana pendidikan dibagi menjadi dua macam


a.

Sarana pendidikan yang habis dipakai, merupakan bahan atau alat yang apabila
digunakan dapat habis dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya, kapur tulis,
tinta printer, kertas tulis dan bahan-bahan kimia untuk praktek.

b.

Sarana pendidikan tahan lama adalah bahan atau alat yang dapat digunakan
secara terus-menerus atau berkali-kali dalam waktu yang relatif lama.
Misalnya, meja dan kursi, komputer, atlas, globe dan alat-alat olahraga.
Berdasarkan bergerak tidaknya, sarana pendidikan dibagi menjadi dua

macam
a.

Sarana pendidikan bergerak, merupakan sarana pendidikan yang dapat


digerakkan atau dipindah tempatkan sesuai dengan kebutuhan para
pemakainya. Misalnya, meja dan kursi, lemari arsip dan alat-alat praktek.

b.

Sarana pendidikan yang tidak bergerak adalah sarana pendidikan yang tidak
dapat dipindahkan atau sangat sulit jika dipindahkan, misalnya saluran dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), saluran kabel listrik, dan LCD yang
dipasang permanen.
Berdasarkan hubungan dengan proses pembelajaran, sarana pendidikan

dibedakan menjadi tiga, yaitu:


a.

Alat pelajaran
Alat pelajarana adalah alat yang dapat digunakan secara langsung dalam
proses pembelajaran, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik.

b.

Alat peraga
Alat peraga merupakan alat bantu pendidikan yang dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang dapat mengkonkretkan materi
pembelajaran.

c.

Media pengajaran
Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang berfungsi sebagai
perantara (medium) dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan

efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Media pengajaran


ada tiga jenis, yaitu visual, audio, dan audiovisual.
Prasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu:
a.

Prasarana langsung
Prasarana langsung adalah prasarana yang secara langsung digunakan
dalam proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, ruang
praktik dan ruang computer.

b. Prasarana tidak langsung


Prasarana tidak langsung adalah prasarana yang tidak digunakan dalam
proses pembelajaran, tetapi sangat menunjang proses pembelajaran, misalnya
ruang kantor, kantin sekolah, tanah, dan jalan menuju sekolah, kamar kecil,
ruang UKS, ruang guru, ruang kepala sekolah, taman dan tempat parkir
kendaraan.
C. PERENCANAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang memiliki arti rancangan
atau kerangka dari suatu yang akan dilakukan pada masa depan. Perencanaan sarana
dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian,
penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi
atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Perencanaan yang matang dapat meminimalisasi kemungkinan terjadi kesalahan
dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengadaan sarana dan prasarana. Dalam
kegiatan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan (Depdiknas, 2009: 8-9), ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, sebagai berikut.
1.

Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus dipandang


sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas belajar mengajar.

2.

Perencanaan harus jelas.


a. Tujuan dan sasaran
b. Jenis dan bentuk tindakan

c. Petugas pelaksana
d. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan
e. Kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan
f. Realistis, artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan
3.

Berdasarkan atas kesepakatan bersama.

4.

Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kualitas sesuai dengan skala
prioritas.

5.

Sesuai dengan anggaran yang tersedia.

6.

Mengikuti prosedur.

7.

Mengikutsertakan unsur orangtua murid.

8.

Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi, dan


kondisi yang tidak disangka sangka.

9.

Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (4 5


tahun), dan jangka panjang ( 10 15 tahun).

D. STANDARDISASI SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH


Standardisasi sarana dan prasarana sekolah dapat diartikan sebagai suatu
penyesuaian bentuk, baik spesifikasi, kualitas maupun kuantitas sarana dan
prasarana sekolah dengan kriteria minimum yang telah ditetapkan untuk
mewujudkan transparasi dan akuntabilitas publik serta meningkatkan kinerja
penyelenggara sekolah/madrasah. Secara rinci standar sarana dan prasarana
pendidikan sekolah dasar, menegah dan kejuruan dapat dilihatdalam peraturan
berikut.
a.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun


2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA)

b.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 Tahun


2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
Dalam Permendiknas diatas, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah

diatur menjadi tiga pokok bahasan, yaitu lahan, bangunan dan kelengkapan sarana

dan prasarana sekolah. Yang dimaksud kelengkapan sarana dan prasarana memuat
berbagai macam ruang dan segala perlengkapannya.
1. Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
Sarana dan prasarana sekolah dapat dikelompokan menjadi sejumlah
prasarana dengan bermacam-macam sarana yang melengkapinya.
Kelompok ruang pembelajaran umum terdiri dari ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboraturium kimia, ruang laboraturium IPA, ruang
laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa dan ruang praktik gambar
teknik. Kelompok ruang penunjang terdiri dari ruang pimpinan, ruang guru, ruang
tatausaha, ruang beibadah, ruang konseling, ruang UKS,ruang organisasi
kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain atau olah raga.
Sementara ruang pembelajaran khusus meliputi ruang praktik yang disesuaikan
dengan program keahlian yang ada di SMK/MAK. Secara rinci, ruang
pembelajaran khusus ditetapkan dalam pedoman teknis yang disusun oleh
Direktorat Pembinaan SMK.

E. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA


Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis
sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Kebutuhan sarana dan prasarana dapat berkaitan dengan jenis dan
spesifikasi, jumlah, waktu, tempat dan harga serta sumer yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengadaan dilaksanakan sebagai bentuk realisasi atas
perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan. Beberapa cara yang dimaksud sebagai berikut.
1. Pembelian
Pembeliann adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasana pendidikan
dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk
memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
2. Produksi Sendiri

Produksi sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhn sekolah melalui


pembuata sendiri baik oleh guru, siswa ataupun karyawan. Cara ini efektif untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang bersifat ringan seperti alat peraga,
media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah dan lain-lain. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara masal sehingga bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sekolah
sendiri melainkan juga untuk dijual kesekolah lain. Kegiatan ini dapat melatih
kreatifitas dan juga melatih jiwa kewirausahaan.
3. Penerimaan Hibah
Penerimaan hibah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidika dengan jalan menerima pemberian sukarela dari pihak lain.
Penerimaan hibah dapat berasal dar pemerintah (pusat/daerah) dan pihak swasta.
4. Penyewaan
Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk
kepentingan sekolah dan sekolah membayarnya berdasarkan perjanjian sewamenyewa.
5. Peminjaman
Peminjaman adalah cara pemeuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain secara sukarela sesuai
dengan perjanjian pinjam-meminjam. Kekurangan dari cara peminjaman adalah
dapat merusak nama baik sekolah.
6. Pendaurulangan
Pendaurulangan adalah cara pemeuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang bekas agar dapat digunakann untuk
kepentingan sekolah. Jika memungkinkan cara ini dapat dilakukan untuk kegiatan
pembelajaran siswa.
7. Penukaran
Penukaran adalah cara pemeuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan menukarkan barangg yang dimiliki sekolah dengan barang
yng dimiliki pihak lain.cara ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penukaran
dilakukan dapat menguntungkan kedua belah pihak. Sementara itu, sarana dan

prasarana sekolah yang ditukarkan harulah sarana dan prasarana yang sudah tidak
bermanfaat lagi bagi sekolah.
8. Rekondisi / Rehabilitasi
Rekondisi atau memperbaiki adalah cara pemeuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan. Perbaikan dapat dilakukan
melalui cara penggantian bagian-bagian yang telah rusak sehingga sarana dan
prasarana dapat digunakan kembali sebagaimana mestinya.

Berdasarkan jenisnya, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat


dilakukan sebagai berikut.
1. Tanah
Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara membeli, meneima hibah,
dan menukar. Menurut Ari H. Gunawan (2002:136), dalam pembeliann tanah ada
beberapa kegiatan penting yang harus diperhatikan.
a. Membentuk panitia pembebasan tanah yang terdir dari 7 instansi yaitu Agraria,
Pemda, Ipeda/Ireda, PU, camat, kades dan Depdikbud.
b. Honorarium panitia maksimum

% per orang atau 1 % dari harga taksiran

atau maksimum Rp1.000.000,-.


c. Penandatanganan akta jual beli didepan Notaris/PPAT atau camat setempat.
d. Pembayaran dilakukan melalui KPN.
e. Menyelesaikan sertifikat tanah dikantor Agraria sebagai bukti otentik
kepemilikan tanah.

2. Bangunan
Pengadaan banguan dapat dilakukan dengan cara bangunan baru, membeli
bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah bangunan, dan menukar bangunan.
Membangun bangunan baru meliputi :
a. Mendirikan, merenovasi, mempeluas, dan mengubah seluruh atau sebagian
bangunan gedung
b. Membuat pagar, jalan, pengaspalan halaman pemasangan pompa, dan
pengadaan listrik.

c. Kegiatan pengerjaan tanah yang meliputi pengurugan, perbaikan, penyelidikan


dan perataan tanah.

3. Perabot
Perabot merupakan sarana pengisi ruangan. Misalnya meja, kursi, lemari,
rak, filling kabinet, dan lain-lain. Dalam pengadaan perabot sekolah (Depdiknas,
2007: 27), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti segi antropometri,
ergonomi, estetika dan segi ekonomi.
a. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan tinggi
badan atau penggal-penggal pemakai.
b. Ergonomi, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut memperhatikan
segi kenyamanan,, kesehatan dan keamanan pemakai.
c. Estetika, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai
karena bentuk dan warnannyamenarik.
d. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harga,
melainkan merupakan transformasi wujud efisiensi dan efekktifitas dalam
pengadaan dan pendayagunaan.
Masih dalam Depdiknas (2007:22), agar pembelian perabot dapat
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan dapat dipertanggungjawabkan maka
perlu adanya suatu pedoman sebagai berikut.
1. Rencana kebutuhan telah disetujui berdasarkan penelitian dan hitungan yang
mendalam. Penelitian atas barang (survei) pada umumnya meliputi spesifikasi:
a. Buatan pabrik / negaramana dan tahun pembuatannya;
b. Merek dagang;
c. Bahan-bahan yang dipakai;
d. Penyediaan suku cadang;
e. Jaminan yang diberikan oleh penjual, agen atau pabrik;
f. Cara pembayaran dan harga;
g. Model.
2. Peraturan tentang pembelian, baik pembelian langsung maupun melalui tim
pembelian.

10

3. Perabot yang akan dibeli dapat berbentuk sudah jadi atau belum jadi. Perabot
yang belum jadi perlu dibuat dahulu sesuai dengan kehendak pemohon.
4. Tentang pembelian perabot yang sudah jadi, kepsek/proyek perlu membuat
rencana kebutuhan, sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan.
5. Untuk pengadaan perabot yang belum jadi kepsek/ proyek perlu:
a. Menyusun kebutuhan;
b. Penunjukan konsultan perencanaan perabot;
c. Menyusun syarat-syarat teknis sesuai dengan spesifikasi dan menyedikan
gambar-gambarperabot yang akan dibeli;
d. Membuat kontrak;
e. Membuat berita acaraserah terima perabot.
6. Pembelian perabot dapat dilakukan dengan lelang, penunjukan langsung dan
penawaran.

4. Buku
Pengadaan buku dapat dilakukan dengn cara membeli, menerbitkan
sendiri, menerim hibah, dan menukarnya. Agar dapat menerbitkan buku sendiri
tanpa ada biaya percetakan, sekolah dapat membentuk tim penyusun buku dan
hasilnya dapat diterbitkan dengan cara membuat kerjasama dengan pihak penerbit
buku.
5. Alat
Pengadaan alat-alat sekolah dapat dilakukan dengan cara membeli,
membuat sendiri, dan menerima bantuan. Alat-alat yang dibutuhkan sekolah berupa
alat kantor dan alat pendidikan. Alat kantor ialah alat-alat yang biasanya digunakan
dikantor, misalnya komputer, alat hitung, alat penyimpanan uang, alat pendeteksi
uang palsu dan alat pembersih. Sementara alat pendidikan ialah alat-alat yang biasa
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, misalnya alat peraga, alat praktik, alat
kesenian dan alat olah raga.

11

F. PENGATURAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN


1. Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun sarana dan
prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana
pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan kuantitas terjamin. Kegiatan
menyimpan meliputi menerima barang, menyimpan barang, dan mengeluarkan
barang. Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan adalah tempat
penyimpanan (gudang), denah gudang, dan keamanan.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu
dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna.
G. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Secara umum tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana adalah
memberikan pelayanan secara profesional terkait sarana dan prasarana pendidikan
dengan harapan agar tercapainya proses pendidikan yang efektif dan efisien.
Adapun tujuan secara rincinya sebagai berikut:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang
efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, sehingga
selalu dalam keadaan siap pakai setiap waktu

12

A. Pengelolaan Sarana Buku


1. Perencanaan Sarana Buku
a. Perencanaan kebutuhan jenis buku berdasarkan kurikulum yang berlaku,
seperti buku mata pelajaran (buku paket), buku teks dan sumber belajar
lainnya. Adapun kebutuhan jenis buku berdasarkan kurikulum ini disusun per
tahun pelajaran dengan tujuan supaya menjadi pertimbangan ditahun pelajaran
berikutnya. Untuk mempermudah penyusunan kebutuhan jenis buku dapat
dilakukan dengan cara pengkodean sesuai dengan jenis bukunya.
b. Perencanaan kebutuhan buku tiap jenis berdasarkan jumlah siswa, jumlah guru,
dan perepustakaan, adapun rationya adalah sebagai berikut:
Buku paket pembelajaran:

1 siswa = 1 buku

1 guru mapel = 1buku


1 perpustakaan = 30 % jumlah siswa per kelas
Buku teks:

10 % x jumlah siswa per kelas x 1 buku

Berdasarkan ratio tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah kebutuhan jenis buku
cukup banyak, sehingga perlu diadakan sistem prioritas.
c. Perencanaan pengadaan buku
Perencanaan pengadaan buku dikelompokkan dalam sub kode sebagai
berikut:
1.3 - a

: Pengadaan buku melalui pusat. Seperti Pusat Pembukuan Depdikbud,


Proyek Pengadaan Buku yang ada dilingkungan Direktorat, Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.

1.3 - b : Pengadaan buku melalui Kanwil yaitu Proyek Pengadaan buku yang
sesuai dengan kurikulum.
1.3 - c

: Pengadaan buku oleh sekolah.

13

1.3 - d : Pengadaan buku oleh masyarakat (BP3, siswa, alumni, dan pemerhati)
Untuk mempermudah perencanaan pengadaan buku sebaiknya disusun satu
daftar kebutuhan jenis buku yang dilengkapi dengan sumber pengadaannya.
d. Perencanaan sumber dana pengadaan buku yang dilakukan melalui:
DIP/PO

: Proyek pusat

DIP/PO

: Kanwil

RAPBS/DIK

: diatur oleh sekolah

BP3/POMG

: diatur oleh BP3 dan sekolah

e. Perencanaan distribusi buku yang berpedoman pada perencanaan kebutuhan


buku tiap jenis yang mempertimbangkan jumlah siswa, guru dan perpustakaan.
f. Perencanaan pendayagunaan buku harus dilakukan secara optimal mungkin
dan disesuaikan dengan jadwal pelajaran. Adapun penyusunan pendayagunaan
buku dilakukan per semester. Buku-buku hasil pendayagunaan tersebut
dikelola oleh perpustakaan dan diupayakan ada satu buah dari setiap jenis buku
didalam lemari kepala sekolah.
g. Perencanaan inventarisasi penyampaian dan pemeliharaan buku bertujuan agar
sesuai dengan pedoman pengelolaan administrasi SLTP oleh Direktorat Sarana
Pendidikan Ditjen Dikdasmen Depdikbud dan kurikulum 1994. Tata cara
penyampaian dan pemeliharaan buku dibuat untuk dikomunikasikan kepada
semua pihak yang memanfaatkan buku-buku tersebut.
h. Perencanaan pelaporan posisi buku/tiap buku dilakukan pada awal semester
dan awal tahun pelajaran yang dibuat dalam bentuk daftar (format) dan
sekaligus sebagai kartu pengendali, dan hal itu dilakukan oleh pustakawan.

14

2. Organisasi Sarana Buku


a. Dalam perencanaan perlu melibatkan unsur-unsur seperti urusan kurikulum,
guru-guru mata pelajaran, urusan sarana, dan para ahli bidang pembukuan.
b. Dalam distribusi perlu mempertimbangkan
Ratio buku terhadap siswa = 1 buku : 1 siswa
Ratio buku terhadap guru = 1 buku : 1 guru
Ratio buku terhadap perpustakaan = 1 perpustakaan : 40 siswa (40 buku)
sejenis.
c. Dalam pengaturan pendayagunaan buku perlu mempertimbangkan:
1. Banyaknya siswa per kelas
2. Banyaknya guru mata pelajaran
3. Koordinasi Sarana Buku
Dalam perencanaan, pengadaan, pengelolaan, penulisan, pendistribusian,
pendayagunaan dan pemilihan jenis buku perlu adanya koordinasi dengan masingmasing unsur sehingga jenis buku yang diperlukan sesuai dengan kurikulum yang
sedang berlaku.
4. Pelaksanaan Sarana Buku
Waktu pelaksanaan sarana buku akan lebih baik jika dilakukan pada awal
tahun pelajaran, agar buku tersebut dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru. Dalam
pelaksanaan sarana buku diupayakan sesuai dengan perencanaan satu semester, dua
semester dan tahunan, sehingga tidak terjadi pengadaan buku yang berlebihan untuk
jenis yang sama. Selain itu perlu disusun pula skala prioritas yang didasarkan pada
kebutuhan. Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan melalui:
a. Proyek Pengadaan buku yang relevan berdasarkan tahun anggaran berjalan dan
atas permintaan sekolah

15

b. Sumber buku yang ada didaerahnya sesuai dengan kemampuan dana yang ada
pada RAPBS atau sumber dana lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Pengendalian/Pengawasan Sarana Buku
Pengendalian/pengawasan pengelolaan sarana buku dapat dilakukan oleh:
a. Pustakawan
1. Mencatat/membukukan buku baik harian, mingguan, semester serta
mencantumkan frekuensi pemanfaatan setiap jenis buku.
2. Mencatat keadaan buku, seperti baik, rusak atau hilang.
3. Menyusun daftar usulan penggantian buku yang rusak atau hilang kepada
kepala sekolah.
b. Kepala sekolah
1. Memeriksa laporan pustakawan
2. Mengendalikan pendistribusian dan pemanfaatan buku secara berimbang
3. Mengupayakan pengadaan buku pengganti dan buku baru.
c. Pengawas
1. Memeriksa pengelolaan perpustakaan
2. Memberikan pembinaan teknis terhadap kepala sekolah dan pustakawan.
d. Koordinator tiap mata pelajaran.
Setiap hasil pengendalian/pengawasan pengelolaan sarana buku harus
ditindaklanjuti untuk perbaikan pengelolaan dimasa mendatang.
B. Pengelolaan Alat Peraga
1. Perencanaan Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk membantu dalam
proses belajar mengajar. Alat peraga berbeda dengan alat-alat praktik, seperti alatalat laboratorium dan alat-alat/bahan-bahan kimia.

16

a. Perencanaan kebutuhan alat peraga didasarkan atas jumlah siswa dan jumlah
guru.
Siswa : alat peraga

= 4 siswa : 1 set

Guru : alat peraga

= 1 guru : set

Perbandingan ratio ini didasarkan atas hasil analisis kebutuhan alat peraga
setiap mata pelajaran, per konsep, per semester dengan per tahun pelajaran.
b. Perencanaan pengadaan alat peraga baik melalui pembelian maupun melalui
pengembangan alat sederhana
c. Perencanaan sumber dana untuk pengadaan alat peraga harus jelas. Adapun
sumber dana dapat diperoleh dari pusat, kanwil, RAPBN, OPF, BP 3,
masyarakat.
d. Perencanaan distribusi alat peraga akan lebih baik jika dipersiapkan ruang
dan tempat khusus, adanya pengelola serta dilengkapi dengan administrasi.
Adapun tata cara pendistribusian dapat dibuat dalam blanko-blanko yang
kemudian harus ditanda tangani oleh pengelola dan penerima.
e. Perencanaan pendayagunaan alat peraga akan lebih baik jika disesuaikan
dengan jadwal pelajaran.
f. Perencanaan inventarisasi, penyimpanan dan pemeliharaan
g. Perencanaan pelaporan posisi alat peraga dapat direkapitulasikan dalam suatu
daftar. Posisi alat peraga dapat digolongkan, misalnya tetap baik dan
berfungsi, rusak masih dapat diperbaiki atau tidak dapat diperbaiki, dan
hilang.
2. Organisasi Alat Peraga
Dalam perencanaan distribusi dan pengaturan alat peraga perlu melibatkan
unsur yang menguasai kurikulum, unsur sarana dan guru-guru mata pelajaran yang
memerlukan alat peraga.
3. Koordinasi Alat Peraga
Koordinasi Alat Peraga sangat diperlukan karena alat peraga dapat
diperoleh dengan cara pembelian, atau melalui pembuatan oleh teknisi.

17

4. Pelaksanaa Sarana Alat Peraga, meliputi:


a. Pengadaan alat peraga
1. Pengadaan alat peraga yang harus dibeli melalui:
Proyek yang sesuai berdasarkan atas permintaan sekolah sebagaimana yang
direncanakan
Perusahaan/toko yang ada dengan dana dari RAPBS
2. Pengadaan alat peraga melalui perakitan alat sederhana oleh teknisi, maka
dalam hal ini diperlukan persiapan.
b. Pendayagunaan alat peraga yang harus disesuaikan dengan jadwal pelajaran
dengan permintaan guru mata pelajaran yang diserahkan seminggu
sebelumnya.
5. Pengendalian/Pengawasan Alat Peraga
Pengendalian/Pengawasan Alat Peraga dapat dilakukan oleh pengawas,
kepala sekolah,dan guru mata pelajaran.
C. Pengelolaan Alat Praktik
1. Perencanaan Alat Praktik dan Bahan IPA, Kesenian Olah Raga dan
Keterampilan
Alat praktik IPA, kesenian, Olahraga dan ketrampilan pada umumnya
ditempatkan diruang khusus.
a. Perencanaan kebutuhan jenis alat dan bahan praktik IPA, Kesenian, Olah Raga
dan Keterampilan
1. Kebutuhan jenis alat dan praktikum IPA terlebih dahulu harus dilakukan
penganalisisan terhadap mata pelajaran. Penyusunan kebutuhan jenis alat
dan praktikum IPA bersumber dari buku yang dikeluarkan oleh:
2. Kebutuhan jenis alat praktik kerajinan tangan dan kesenian, olah raga dan
keterampilan. Adapun prinsipnya sama dengan kebutuhan jenis alat dan

18

praktikum IPA.
b. Perencanaan kebutuhan praktikum untuk tiap jenis berdasarkan jumlah siswa
dan metode
1. Eksperimen IPA - Fisika - Biologi, adapun perbandingan rationya adalah
siswa : alat

4 (5) : 1 set

Penerapan perbandingan ratio siswa ini tidak mutlak tetapi relatif karena
ada beberapa jenis alat yang dapat digunakan bersama-sama, dan ada
konsep yang dapat didemonstrasikan oleh siswa.
2. Kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan serta
keterampilan dalam proses perencanaannya haruslah dilakukan melalui
penganalisisan kebutuhan, metode penerapan serta ciri khas yang dimiliki.
c. Perencanaan pengadaan alat dan bahan praktik dapat dilakukan dengan cara
pembelian ataupun pengembangan alat praktik sederhana. Adapun prinsipnya
hampir sama dengan perencanaan pengadaan alat peraga.
d. Perencanaan sumber dana untuk pengadaan alat dan bahan praktik IPA,
kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan serta
keterampilan pada dasarnya sama dengan alat peraga.
e. Perencanaan

distribusi,

pendayagunaan,

inventarisasi,

penyimpanan,

perawatan alat dan bahan praktik dilakukan secara periodik (triwulan, tengah
tahunan dan tahunan).
2. Organisasi Alat Praktik
a. Laboratorium IPA
Struktur organisasi pengelolaan laboratorium IPA. Koordinator pengelola
laboratorium IPA contohnya guru IPA. Teknisi alat IPA yaitu orang yang telah
mengikuti pelatihan alat IPA. Laboran yaitu tenaga kependidikan yang telah
mengikuti penataran.

19

b. Alat praktik kesenian, olah raga, keterampilan/muatan lokal


Koordinatornya langsung dari guru mata pelajaran dan dibantu 1 staf tata
usaha.
c. Pendayagunaan alat praktik diorganisasikan oleh unsur-unsur yang terkait.
3. Koordinasi Alat Praktik
Koordinasi

baik

dalam

perencanaan

pengadaan,

pendistribusian,

pendayagunaan pemilihan, penilaian dan pembuatan alat praktik sederhana harus


ditingkatkan dan ditingkatkan terutama oleh guru, teknisi, laboran dan pembina
(kepala sekolah).
4. Pelaksanaan Sarana Alat Praktik
Pelaksanaan sarana alat praktik terbagi menjadi 2 jenis kegiatan, yaitu:
a. Pengendalian umum penyusunan daftar nama, spesifikasi alat praktik
dilakukan oleh Direktorat Sarana Pendidikan Ditjen Dikdasmen Depdikbud
yang termuat dalam buku pembakuan Alat Peraga/Alat Praktik, dengan kata
lain hal ini masih dilakukan proyek-proyek yang sesuai.
b. Pendayagunaan alat praktik dilakukan sesuai jadwal praktik yang telah disusun
sebelumnya dengan tujuan agar pendayagunaan alat praktik lebih efisien dan
efektif.
5. Pengendalian/Pengawasan Sarana Alat Praktik
Pengendalian/Pengawasan Sarana Alat Praktik dilakukan oleh Pengawas,
Kepala sekolah, Laboran dan dari Koordinasi mata pelajaran.
D. Pengelolaan Prasarana Ruang Kelas
1. Perencanaan Ruang Kelas
a. Perencanaan kebutuhan tambahan ruang kelas dengan cara penambahan
daya tampung sekolah atau dengan rehabilitasi ruang kelas. Adapun

20

permohonan tersebut dapat diajukan kekantor wilayah.


b. Perencanaan proses pendayagunaan RKB (Ruang Kelas Baru) atau hasil
rehab dan ruang kelas dimilliki baik yang akan digunakan sebagai ruang
teori, praktik atau untuk keperluan yang lainnya.
c. Perencanaan proses pengadaan atau proses rehabilitasi yang telah diajukan
kekantor wilayah akan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia dikantor
wilayah baik diinstansi pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
d. Perencanaan kebutuhan perabot untuk berfungsinya pembangunan RKB.
Dalam pengadaan kebutuhan perabot biasanya sudah satu paket dengan
proyek pembangunan RKB.
e. Perencanaan inventarisasi, pemeliharaan dan pelaporan ruang kelas perlu
dilakukan setiap saat. Adapun dana yang diperlukan untuk pemeliharaan
dapat diperoleh dari dana rutin, dana OPF, dan dana BP3.
2. Organisasi Prasarana Ruang Kelas
Pengorganisasian Prasarana Ruang Kelas serta fungsionalnya dapat
dilakukan oleh wakil kepala sekolah yang berada dibidang sarana dan prasarana.
Adapun tujuan dari pengorganisasian ruang kelas adalah agar setiap ruang kelas
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Koordinasi Prasarana Ruang Kelas
Koordinasi Prasarana Ruang Kelas perlu dilakukan antara semua pihak
yang ada disekolah dengan tujuan agar semua ruang kelas dapat berfungsi secara
efektif dan efisien.
4. Pelaksanaan Prasarana Ruang Kelas
Bagi sekolah yang memiliki cukup banyak ruang kelas akan lebih baik jika
sistem pembelajaran dilakukan satu shif saja, dengan tujuan agar pemeliharaan dan
perawatan ruang kelas dapat dilakukan dengan maksimal sehingga ruang kelas
tidak cepat kotor dan rusak, selain itu dengan menggunakan satu shif pencapaian
target kurikulum dapat diperoleh secara maksimal.

21

5. Pengendalian/Pengawasan Prasarana Ruang Kelas


Pengendalian/Pengawasan Prasarana Ruang Kelas harus dilakukan setiap
saat oleh seluruh warga sekolah khususnya siswa, dengan maksud agar kebersihan
dan kerapian ruang kelas dapat terkontrol dengan baik.
E. Pengelolaan Prasarana Ruang Laboratorium
1. Perencanaan Ruang Laboratorium
a. Perencanaan kebutuhan jenis laboratorium yang disesuaikan dengan
tuntutan kurikulum yang berlaku. Hal ini bertujuan agar pemanfaatan ruang
laboratorium dapat digunakan sebagaimana mestinya. Misalnya antara
ruang laboratorium kimia yang dibuat secara khusus tanpa harus dijadikan
pula sebagai ruang laboratorium fisika.
b. Perencanaan kebutuhan jumlah laboratorium untuk setiap jenis berdasarkan
jumlah siswa dengan rombongan belajar yang akan memanfaatkan. Idealnya
suatu sekolah hanya memiliki satu laboratorium untuk satu jenis mata
pelajaran yang mengharuskan menggunakan laboratorium. Namun jika
suatu sekolah memiliki banyak kelas akan lebih baik jika jumlah untuk
setiap jenis laboratorium disesuaikan, agar penggunaannya tidak bentrok
dan hasil yang diperoleh lebih baik.
c. Perencanaan kebutuhan tanah untuk membangun laboratorium adalah
mutlak diperlukan. Jikalau suatu sekolah tidak memungkinkan untuk
membuat laboratorium dikarenakan kekurangan tanah untuk membuatnya
maka harus diupayakan ada satu ruangan untuk praktik laboratorium.
d. Perencanaan kebutuhan alat laboratorium disesuaikan dengan jenis dan
jumlah siswa. Adapun jenis peralatan laboratorium ada dua yaitu kelompok
umum dan kelompok khusus. Kelompok umum yaitu peralatan yang
digolongkan menurut pemakainya. Sedangkan kelompok khusus diartikan
sebagai peralatan yang memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran.
e. Perencanaan proses pengadaan laboratorium dan alat laboratorium sama
halnya seperti pengadaan sarana dan prasarana yang lainnya. Pengadaan

22

laboratorium dan alat laboratorium dapat diajukan kekantor wilayah.


Adapun jika dana yang dibutuhkan masih kurang dapat mengusahakannya
melalui BP3 atau dana rutin.
f. Perencanaan pendayagunaan laboratorium agar berjalan efektif dan efesien
maka dibutuhkan pihak-pihak yang bertanggung jawab, seperti:
1. Koordinator laboratorium

: Dipegang oleh kepala sekolah

2. Penanggung jawab administrasi : Dipegang oleh laboran


3. Penanggung jawab teknis

: Koordinasi guru IPA

4. Penanggung jawab mata pelajaran : Guru mata pelajaran yang


bersangkutan.
g. Perencanaan inventarisasi perawatan biaya operasional dan bahan habis
pakai harus didata dan yang bertanggung jawab adalah laboran, adapun
bahan dan biaya mencari/mendapat yang bertanggung jawab adalah
koordinator guru IPA, sedangkan pengadaan/pengusahan adalah tanggung
jawab pihak sekolah.
h. Perencanaan pelaporan dapat dilakukan per semester atau per akhir tahun
adapun yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah laboran.
3. Organisasi Prasarana Ruang Laboratorium
Pengorganisasian ruang laboratorium adalah pengelola laboratorium dan
penanggung jawab teknis.
4. Koordinasi Prasarana Ruang Laboran
Koordinasi antara guru mata pelajaran dengan laboran adalah sangat
penting, hal ini dikarenakan agar penyusunan jadwal praktikum sesuai dan tidak
bentrok. Adapun keamanan dari alat-alat laboratorium yang ada adalah tanggung
jawab yang sama.
5. Pelaksanaan Prasarana Ruang Laboratorium
Agar pelaksanaan kegiatan diruang laboratorium dapat berjalan dengan
lancar, maka diperlukan peralatan yang lengkap sebagai penunjang. Pemeliharaan

23

alat dan bahan yang ada dilaboratorium juga menentukan keberhasilan


pendayagunaan laboratorium. Adapun tata tertib dan jadwal dapat dipasang
ditempat yang strategis, agar pengguna laboratorium dapat membaca dan menaati
ketentuan yang berlaku.
6. Pengendalian/Pengawasan Prasarana Ruang Laboratorium
Pengendalian/Pengawasan

Prasarana

Ruang

Laboratorium

selain

dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, dilakukan pula oleh
laboran dan penanggung jawab pengelola laboratorium. Pengawasan ruang
laboratorium harus lebih baik dari pada perawatan ruang kelas, karena menyangkut
alat dan bahan praktik. Jika alat praktik rusak atau bahan praktik habis maka
kegiatan belajar mengajar akan terganggu. Untuk itulah dibutuhkan pengawasan
laboratorium yang lebih baik.
F. Pengelolaan Prasarana Ruang Perpustakaan
1. Perencanaan Ruang Perpustakaan
Perpustakan didirikan dengan tujuan untuk menyediakan sumber belajar
kepada siswa agar tercapainya tujuan kurikulum.
a. Perencanaan kebutuhan serta luasnya ruang perpustakaan berdasarkan tipe
sekolah:
Tipe A, luas ruang perpustakaan minimal 8 x 20 m
Tipe B, luas ruang perpustakaan minimal 7 x 15 m
Tipe C, luas ruang perpustakaan minimal 7 x 10 m
Perencanaan pembuatan ruang perpustakaan setidaknya dibuat agar dapat
menampung 20 % dari jumlah seluruh siswa serta dibuat sedemikian rupa agar
dapat menarik minat dan memotivasi siswa untuk belajar diperpustakaan.
b. Perencanaan kebutuhan jenis buku harus dipersiapkan, seperti jenis buku
menurut fisik (media tercetak, dan audio visual) dan menurut isi (fiksi dan non
24

fiksi). Adapun penambahan koleksi buku harus disesuaikan dengan jumlah


siswa serta ruangannya dan presentasinya kurang lebih 10 %. Serta
perbandingan buku fiksi dan non fiksi adalah 65 % berbanding 35 %.
Pemanfaatan buku bukan hanya ditujukan untuk siswa saja tetapi untuk seluruh
warga sekolah juga.
c. Perencanaan sumber dana sangat penting, dana dapat diperoleh dari dana rutin,
BP3 ataupun dari dana sumbangan siswa. Sedangkan sumber buku dapat
diperoleh dari pembelian, tukar menukar antar perpustakaan, membuat sendiri,
sumbangan dari alumni, titipan dari perpustakaan lain, atau hadiah dari suatu
instansi atau perorangan.
d. Perencanaan proses pengadaan buku diajukan oleh pihak sekolah ke berbagai
instansi, misalnya kantor wilayah Depdikbud, Pusat Perbukuan, Museum
pusat/nasional, Pusat Pengembangan Bahasa atau kantor lainnya.
e. Perencanaan pembuatan katalog dan pengaturan operasional perpustakaan.
Katalog merupakan pedoman atau petunjuk seluruh bahan sumber yang
tersedia diperpustakaan. Kartu katalog adalah kartu yang berukuran 12,5 x 7,5
cm yang terbuat dari kertas manila yang telah diberi lambang dibagian bawah.
Jenis katalog seperti katalog pengarang, katalog judul, katalog pokok
masalah/subjek. Pengatur operasional perpustakaan ialah kepala sekolah yang
dibantu pustakawan sebagai pengelola.
f. Perencanaan pendayagunaan agar dapat berjalan efektif maka diperlukan
penjelasan dan penerapan kepada siswa. Penjelasan dapat dilakukan pada saat
upacara sedangkan penerapan dapat dilakukan dengan cara menjadwalkan
kunjungan wajib keperpustakaan kepada siswa. Perencanaan perawatan
perpustakaan dapat dilakukan dengan cara pelampingan buku, penyemprotan
obat anti rayap, menjaga suhu dan temperatur perpustakaan, dan menjaga
kebersihan perpustakaan.
g. Perencanaan inventaris buku dan pelaporan posisi buku perpustakaan harus
dilakukan, adapun perlengkapan yang diperlukan seperti buku inventaris atau
buku induk, cap inventaris, cap perpustakaan sekolah, serta perlengkapan yang
lainnya.

25

2. Organisasi Prasarana Ruang Perpustakaan


Pengelola perpustakaan adalah petugas yang mengurus, merawat, dan
mengatur perpustakaan agar dapat berfungsi dengan benar.
3. Koordinasi Prasarana Ruang Perpustakaan
Koordinasi antara petugas perpustakaan dengan guru mata pelajaran
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberi tugas kepada siswa dengan
mencari

referensi

diperpustakaan

sehingga

fasilitas

perpustakaan

dapat

dimanfaatkan. Mengadakan kegiatan studi banding dan kegiatan lomba antar


perpustakaan sangat baik untuk dilakukan karena dapat mengembangkan kualitas
perpustakaan.
4. Pelaksanaan Prasarana Ruang Perpustakaan
Penggunaan ruang perpustakaan sangat bergantung pada keterampilan dan
kemampuan petugas dalam mengelolanya.
5. Pengendalian/Pengawasan Prasarana Ruang Perpustakaan
Agar dapat berjalan sesuai dengan fungsinya maka ruang perpustakaan
harus diawasi dan dikontrol melalui tata tertib.
G. Pengelolaan Prasarana Ruang Olahraga dan Lapangan Olahraga
1. Perencanaan Ruang Olahraga dan Lapangan Olahraga
a. Perencanaan kebutuhan olahraga dan lapangan olahraga serta luasnya harus
disesuaikan dengan jumlah siswa. Sekolah yang ideal adalah sekolah yang
mempunnyai lapangan serta perlengkapan olahraga yang cukup.
b. Perencanaan kebutuhan lahan untuk bangunan atau lapangan olahraga.
Tidak sedikit sekolah-sekolah yang tidak memiliki lapangan olahraga atau
jikalau adapun tetapi kecil, hal ini dikarenakan lahan yang tidak ada ataupun
lahannya terbatas. Jika dengan pengadaan bangunan bertingkatpun masih
kurang memenuhi, maka dapat dilakukan pengadaan lahan dengan cara

26

membebaskan tanah kosong disekelilingnya jika memungkinkan.


c. Perencanaan kebutuhan perabot dan jenis alat olahraga harus dilakukan
sejak awal tahun ajaran agar praktik olahraga dapat berjalan lancar. Seperti
halnya dengan sarana dan prasarana yang lain pengadaan perabot serta alat
olahraga yang lainnya dapat diperoleh dari pengajuaan dana kekantor
wilayah ataupun BP3, ataupun didapat dari dana rutin.
d. Perencanaan pendayagunaan ruang dan lapangan olahraga.
Koordinasi antar guru olahraga dalam hal jadwal penggunaan lapangan
olahraga sangat diperlukan, khususnya untuk sekolah yang prasarana
lapangan olahraganya kurang mencukupi.
e. Perencanaan inventarisasi, perawatan dan biaya operasional habis pakai.
Pemeliharaan dan perawatan alat-alat olahraga harus dilakukan secara
teratur, adapun kondisinya dicatat dalam buku inventaris. Alat-alat olahraga
yang habis pakai dapat diantisipasi dengan pengadaan alat-alat olahraga
cadangan.
f. Perencanaan pelaporan dan posisi perabot olahraga harus dilakukan secara
berkala oleh koordinator guru olahraga setiap semester dan akhir tahun yang
dilaporkan kepada kepala sekolah melalui wakil kepala sekolah bidang
sarana dan prasarana.
2. Organisasi Prasarana Ruang Olahraga dan Lapangan Olahraga
Jika lapangan olahraga hanya digunakan oleh warga sekolah saja maka
pengelolaan cukup dilakukan oleh pihak sekolah. Namun jika lapangan dipakai oleh
pihak luar juga maka harus ada izin tertulis dari kantor wilayah.
3. Koordinasi Prasarana Ruang Olahraga dan Lapangan Olahraga
Seluruh guru olahraga dan wakil kepala sekolah bidang sarana dan
prasarana harus berusaha agar lapangan dan ruang olahraga memadai dan layak
pakai.

27

4. Pelaksanaan Prasarana Ruang Olahraga dan Lapangan Olahraga


Ruang olahraga hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu dan
digunakan pada saat cuaca tidak mendukung. Adapun lapangan olahraga dapat
berfungsi ganda misal untuk upacara, untuk lapangan voly, basket, tenis, dll.
Namun untuk lapangan loncat jauh dan tinggi harus dibuat khusus.
5. Pengendalian/Pengawasan Prasarana Ruang Olahraga dan Lapangan Olahraga
Lapangan olahraga beserta alat-alat olahraga harus dirawat dan dijaga
kondisinya agar selalu layak pakai, siap pakai dan tidak membahayakan.
H. PENGGUNAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan
prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan
pendidikan. Ada dua prinsip (Depdiknas, 2008: 42) yang harus diperhatikan dalam
pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan efisiensi. Prinsip
efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus
ditujukan semata mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan
sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sementara prinsip efisiensi
berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan secara hemat dan hati hati
sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak atau hilang.
I. TEKNIK PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA
Dalam kegiatan pemeliharaan terdapat upaya pengurusan dan pengaturan
agar sarana dan prasarana tetap dalam kondisi baik dan siap pakai. Upaya
pengurusan dan pengaturan harus dilakukan secara terus menerus dengan tujuan
antara lain:
1. Mengoptimalkan usiapakai sarana dan prasarana;
2. Menjamin sarana dan prasarana agar selaluu siap pakai;
3. Menjamin ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan;
4. Menjamin keselamatan pengguna sarana dan prasarana.

28

Perlu diketahui juga bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah


bukan hanya tanggung jawab wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana
saja, melainkan tugas seluuh warga sekolah.
Dalam memelihara sarana dan prasarana ada lima tahapan yang harus
diperhatikan pengelola sekolah. Tahapan yang dimaksud sebagai berikut.
A. Penyadaran
Tahap yang paling awal dalam pemeliharaan sarana dan prasarana adalah
tahap penyadaran pentingnya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Pengenalan dan penyadaran pentingnya pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah dapat dlakukan dengan tiga cara, yaitu menggunakan rumus
AMBAK, menjelaskan kerugian yang dapat terjadi terjadi jika pemeliharaan tidak
dilakukan, dan menyosialisasikan penggunaan gedung sekolah.
B. Pemahaman
Pemahan diberikan kepada stakeholders dengan cara menjelaskan program
pemeliaraan yang dibuat oleh sekolah. Program pemahaman pemeliharaan sarana
dan prasarana mencakup manfaat pemeliharaan, tujuan dan sasaran, hubungan
pemeliharaan dengan manajemen aset sekolah, jenis pemeliharaan dan lingkup
masing-masing serta peran serta seluruh stakeholders. Progam pemeliharaan perlu
dijelaskan secara utuh agar tujuan pemeliharaan dapat tercapai dengan optimal.
C. Pengorganisasian
Pada tahap ini diatur dengan jelas siapa yang bertanggung jawab, siapa
yang melaksankan dan siapa yang mengendalikan. Pengorganisasian pengelola
pemeliharaan melibatkan seluruh warga sekolah.
Dalam hal ini kepala sekolah adalah penanggung jawab utama dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana.
Organisasi membagi personel pemeliharaan berrdasarkan waktu. Ada
kelompok

personel

yang

bertugas

melakukan

pemeliharaan

rutin

(harian/mingguan) yakni siswa dan guru dan yang melakukan pemeliharaan secara
berkala yang diilaksanakan oleh tim teknis.

29

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan pemeliharaan terbagi menjadi pemeliharaan rutin dan
berkala. Pemeliharaan rutin bertujuan untuk menjaga sarana dan prasarana agar
tetap dalam kondisinyaman dan bertahan lama. Kegiatannya mencakup
membersihkan komponen didalam maupun diluar ruangan dan merapikan letak
benda. Maka dari itu, dalam pemeliharaan rutin harus ada pembagian wilayah
tugasdengan jelas. Sementara pemeliharaan berkala bertujuan untuk merawat
sekaligus memperbaiki jika ada kerusakan agar sarana dan prasarana dapat
berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
E. Pendataan
Pendataan sarana dan prasarana dilakukan untuk menginventarisasi sarana
dan prasarana sekolah terkait dengan ketersediaan dan kondisinnya. Petugas yang
ditunjuk unuk menyurvei sarana dan prasarana harus memahami komponen apa
saja yang perlu diinventarisasi dan kondisi yang perlu diamati dan dicatat. Hasil
pendataan akan sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan penggunaan sarana dan
prasaranadan untuk kepentingan pelaporan. Selain itu, data hasil survei juga
bermnfaat untuk mengajukan pengadaan barang pengganti ke Dinas Pendidikan.
J. PENGHAPUSAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan
untuk mengeluarkan/menghilangkan sara dan prasarana dari daftar inventaris
karena sarana dan prasarana sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran sekolah.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2009: 281 282), barang
barang yang dapat dihapuskan dari inventaris harus memenuhi salah satu atau lebih
syarat syarat dibawah ini.
1. Rusak dan tidak dapat diperbaiki atau digunakan lagi.
2. Kegunaan tidak seimbang dengan biaya pemeliharaan.
3. Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang.
4. Tidak sesuai dengan kebutuhan masa kini.

30

5. Ada penurunan efektivitas kerja.


K. PRINSIP-PRINSIP SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
Menurut Hunt Pierce dalam Endang H. Dan Sukarti N. (2001: 113 114),
prinsip dasar dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut.
1. Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambarkan cita
dan citra masyarakat seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan
pancasila.
2. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan perlengkapan perabot
sekolah hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dan pertimbangan
suatu tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat.
3. Lahan bangunan dan perlengkapan perlengkapan perabot sekolah hendaknya
disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak anak didik, demi
terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di
waktu belajar, bekerja, dan bermain sesuai dengan bakat mereka masing
masing.
4. Lahan bangunan dan perlengkapan perlengkapan perabot sekolah serta alat
alatnya hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang
bersumber dari kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi anak
anak/murid murid dan guru.
5. Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif,
melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar
mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan
fungsi dan profesinya.
6. Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk
mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakan dengan tepat
fungsi bangunan dan perlengkapannya.
7. Sebagai penanggung jawab harus mampu memelihara dan menggunakan
bangunan dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya
kesehatan, keamanan, kebahagiaan dan keindahan serta kemajuan dari sekolah
dan masyarakat.

31

8. Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan


sekolah yang dipercayakan kepadanya, melainkan harus memerhatikan seluruh
keperluan alat alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.

32

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot
yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.
Prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang
secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah segenap proses
pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secara langsung
maupun tidak langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Proses-proses

yang

dilakukan

dalam

upaya

pengadaan

dan

pendayagunaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan dan


penghapusan.
1. Perencanan dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana apa saja yang
dibutuhkan di sekolah.
2. Pengadaan adalah serangkaian kegiatan menyediakan berbagai jenis sarana dan
prasarana sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.
3. Pengaturan

merupakan

kegiatan

inventarisasi,

penyimpanan,

dan

pemeliharaan.
4. Penggunaan, adalah pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk
mendukung proses pendidikan.
5. Penghapusan , merupakan kegiatan menghilangkan sarana dan prasarana dari
daftar inventaris.

33

B. SARAN
Penulis berharap makalah Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
ini bukan hanya menjadi referensi utama bagi pembacanya, namun pembaca akan
mencari penjabaran lebih lanjut mengenai poin-poin pembahasan dalam makalah
ini. Seperti dalam pepatah Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula makalah
ini. Dalam pembuatan makalah ini tentunya terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dari pembaca yang budiman.

34

DAFTAR PUSTAKA
Ari Kunto, Suharsimi. dan Lia Yuliana, 2012. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta : Aditya Media.
Arifi, M dan Barnawi, 2014. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA
Gunawan, Ary H. 2002. Administrasi Sekolah. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : PT. RINEKA
CIPTA

35

Anda mungkin juga menyukai