PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan, jenis dan prosedur
kegiatannya membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran
yang cermat itu diperlukan agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan
ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional yang tinggi sebagai alat untuk
pencapaian tujuan. Terlebih lagi, faktor-faktor yang ikut terlibatkan dalam kegiatan
pembelajaran sangat beranekaragam, maka kecermatan itu diperlukan agar koherensi
hubungan antar faktor tersebut dapat sinergis dalam pencapaian tujuan. Kegiatan guru
yang berkenaan dengan penelusuran, pemilihan jenis dan prosedur kegiatan serta lainlain pendukung kegiatan pembelajaran tersebut lazimnya disebut kegiatan pemilihan
metode pembelajaran.
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 1995). Metode adalah cara
yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. (Wijaya
Kusumah, 2009).
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama
kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan
perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut
mampu menguasai dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga
menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
2
membosankan bagi anak didik. Jalan pengajaran pun tampak kaku. Anak didik
tampak kurang bergairah dalam belajar, kejenuhan dan kemalasan menyelimuti
kegiatan belajar anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi
guru dan anak didik, dimana guru merasa gagal dalam menyampaikan ilmuilmunya dan anak didik merasa dirugikan karena tidak dapat menyerap ilmu yang
diberikan dengan baik. Ini berarti metode tidak dapat difungsikan oleh guru
sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Akibatnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan
bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
2. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap
bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat menerima, ada
yang sedang dan ada juga yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya
serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat atau
lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan
menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh
dapat tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut diatas,
memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya.
Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan
pelajaran bila guru menggunakan metode tanya-jawab, tetapi untuk sekelompok
lainnya mungkin mereka lebih mudah menyerap bahan pelajaran bila guru
menggunakan metode demonstrasi atau metode eksperimen.
Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah. N.K.
(1989:1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sedangkan metode
yang lain digunakan untuk mencapai tujuan yang lain pula.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat memilih dan menentukan metode,
antara lain yaitu :
1. Nilai strategis metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan.
Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan peserta didik. Bahan
pelajaran yang diberikan guru itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi)
kepada pesrta didik bila penyampaiannya menggunakan metode yang kurang
tepat. Disini lah metode menempati posisi yang sangat penting dalam
penyampaian bahan pelajaran.
Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode
justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran.
Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunyan
disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang
bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan
metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan metode
pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang
memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya
adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena
itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode
sebelum kegiatan belajar dilaksanakan di kelas.
2. Efektivitas penggunaan metode
Ketika peserta didik tidak dapat berkonsentrasi, ketika sebagian besar peserta
didik membuat kegaduhan, ketika peserta didik menunjukan kelesuannya, ketika
minat peserta didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar peserta didik
tidak
menguasai
bahan
yang
guru
sampaikan,
ketika
itulah
guru
dan
harus
Ada ahli yang mengatakan bahwa semakin baik metode itu maka semakin
efektif pula pencapaian tujuan. Adapula yang berpendapat bahwa semua metode
adalah baik dan tidak ada kelemahannya, pendapat yang seperti ini merupakan
pendapat yang keliru. Karena setiap metode pasti mempunyai titik kelemahan.
Winarno Surakhmad (1990:97), mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain :
a. Anak didik
Anak didik adalah manusia yang berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Di sekolah, guru berkewajiban untuk mendidiknya dan di ruang
kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar
belakang yang berbeda. Status sosial mereka pun bermacam-macam, sama
halnya juga dengan jenis kelamin, postur tubuh, dan dari aspek fisik lainnya
yang selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.
Jika pada aspek biologis diatas ada kesamaan dan perbedaan, amak pada
aspek intelektual, juga ada perbedaan. Para ahli sepakat bahwa secara
intelektual anak sisik selalu menunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari
cepat dan lambatnya tanggapan anak didik terhadap stimulus yang diberikan
dalam kegiatan belajar mengajar. Tinggi atau rendahnya kreatifitas anak
didik dalam mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa
dijadikan tolak ukur dari kecerdasan seorang anak. Kecerdasan seorang anak
terlihat seiring dengan meningkatnya kematangan usia anak. Daya pikir
anak bergerak dari cara berpikir yang konkret ke arah berpikir yang abstrak.
Biasanya anak usia SD lebih cenderung berpikir konkret, sedangkan anak
SLTP dan SLTA sudah mulai berpikir yang abstrak. Berdasarkan IQ,
ditentukan klasifikasi kecerdasan seseorang dengan perhitungan tertentu.
Dari IQ ini pula dapat diketahui persamaan dan perbedaan kecerdasan
seseorang.
Ada anak didik yang pendiam, kreatif, suka berbicara, tertutup (introver),
terbuka (ekstrover), pemurung, periang dan ada pula sifat yang lainnya.
Perilaku peserta didik yang seperti ini mewarnai suasana kelas. Dinamika
memang dia dicetak sebagai tenaga ahli dibidang keguruan dan wajar saja
dia menjiwai dunia guru.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi.
Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala
dalam memilih dan menentukan metode. Itulah yang biasanya disarankan
oleh mereka yang bukan berlatar belakangkan pendidikan guru. Apalagi
belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Sungguhpun begitu,
baik dia yang berlatar belakang pendidikan guru maupun dia yang berlatar
belakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama minim pengalaman
mengajar dikelas, cenderung sukar memilih metode yang tepat. Tetapi ada
juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaanya menemui kendala,
disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas metode
yang digunakan. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian,
latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan
intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
mengajar.
Sebagai penyegaran kembali dari inti kesan atas uraian tersebut dapatlah
dibutiri faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar, yaitu
anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, dan guru.
C. Macam-Macam Metode Mengajar
Pada pembahasan terdahulu telah banyak dibicarakan mengenai kedudukan
metode dalam kegiatan belajar mengajar dan cara memilih serta menentukan metode
yang sesuai dengan tujuan dan kondisi psikologis anak didik. Pembahasan berikut
akan membicarakan masalah macam-macam metode mengajar secara global untuk
memberikan tambahan wawasan umum. Diharapkan dengan uraian ini pembaca akan
mendapatkan gambaran mengenai macam-macam metode mengajar, dan selanjutnya
untuk mendalaminya, pembaca dapaat mencarinya dalam berbagai literatur yang
terdapat pada pustaka acuan dibagian akhir buku ini.
Patut untuk diketahui, bahwa metode-metode mengajar yang dibahas disini
belumlah
semuanya
dibicarakan
dan
11
untuk
selanjutnya
pembaca
dapat
dilakukan.
Agar teori dan praktik, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses
yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan metode eksperimen
1. Membuat siswa lebih percaya atau kebenaran atau kesimpualan
berdasarkan percobaannya.
2. Dapat mebina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan
penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
3. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
b. Kekurangan metode eksperimen
1. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
2. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
3. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
4. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan
kemampuan atau pengendalian.
13
tugas
meneliti,
tugas
menyusun
laporan
(lisan/tulisan),
tugas
dan sistematis.
c) Fase mempertanggungjawabkan tugas
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:
- Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
- Ada tanya jawab/diskusi kelas.
- Penilian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara
lainnya.
Fase mempertnggungjawabkan tugas inilah yang disebut resitasi.
Metode tugas dan resirasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,
antara lain:
a. Kelebihannya
1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual
ataupun kelompok.
2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.
3. Dapat membina tanggungjawab dan disiplin siswa.
4. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
b. Kekurangannya
1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah
orang lain.
2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan
menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota
lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu
saja.
4. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dippecahkan bersama.
15
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru disekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi,
dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga
semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Metode diskusi ada
kebaikan dan kekurangannya, di antaranya adalah:
a. kebaikan metode diskusi
1. merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan prakarsa,
dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.
2. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
3. Memperluas wawasan.
4. Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat
dalam
sering
disilihgantikan.
Sosiodrama
pada
dasarnya
16
17
5. Siswa
memperoleh
kebiasaan
untuk
menerima
dan
membagi
komponen-komponen
yang
membentuk
sesuatu,
membandingkan suatucara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat
kebenaran
sesuatu.
Metode
demonstrasi
mempunyai
kelebihan
dan
masalah
dapat
20
Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses
pendidikan, baik dilingkungan keluarga, msyarakat maupun sekolah.
Metode tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
a. Kelebihan metode tanya jawab
1. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang
kantuknya.
2. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir,
termasuk daya ingatan.
3. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab
dan mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan metode tanya jawab
1. Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa
untk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan
akrab.
2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir
dan mudah dipahami siswa.
3. Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat
menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
9. Metode latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu,
metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,
ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak
dapat disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan. Maka
22
dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah
bila memahami karakteristik metode ini.
a. Kelebihan metode latihan
1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan
huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alatalat(mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan
olahraga.
2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian,
menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda(simbol), dan
sebagainya.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk assosiasi yang dibaut,
seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol,
membaca peta dan sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta
kecepatan pelaksanaan.
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi
dalam pelaksanaannya.
6. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang
kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
23
lebih banayak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini
tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi
dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti dipedesaan, yang
kekurangan fasilitas.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah,
merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta
masalah secara lisan.
Dengan demikian. Dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara
penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan ata penjelasan lisan
secara langsung terhadap siswa.
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangannya sebagai
berikut:
a. Kelebihan metode ceramah
1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yng besar.
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5. Guru mudah menrangkan pelajaran dengan baik.
b. Kelemahan metode ceramah
1. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2. Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) yang besar
menerimanya.
3. Bisa selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
4. Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
cramahnya, ini sukar sekali.
5. Menyebabkan siswa menjadi pasif.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Kedudukan metode dalam belajar mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang
demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tetapi nyata dan memang betul-betul
dipikirkan oleh seorang guru.
Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman tentang kedudukan
metode sebagai alat motivasi intrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai
alat untuk mencapai tujuan.
b. Pemilihan dan penentuan metode
Metode mengajar yang digunakan guru dalam setiap kali pertemuan kelas
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
perumusan tujuan intruksional khusus. Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat
memilih dan menentukan metode, antara lain yaitu :
1. Nilai strategis metode
2. Efektivitas penggunaan metode
3. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
Winarno Surakhmad (1990:97), mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan
metode dipengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain :
a. Anak didik
b. Tujuan
c. Situasi
d. Fasilitas
e. Guru
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Hasibuan. 1988. Proses Belajar mengajar. Bandung: Remadja Karya.
Popham, James. 1992. Bagaimana Mengajar secara Sistematis. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Willyanzdwi. 2013. Makalah Kedudukan Pemiliha dan penentuan metode.
http://willyanzdwi.blogspot.in/2013/12/makalah-kedudukan-pemilihan-danpenentuan-metode.html. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2016 pukul 10.00
WIB.
27