Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ISLAM DAN TERORISME


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Suparno, S.Ag.

Disusun Oleh :

1. Lia Maulidia (24050117120002)


2. Ichlasul Amal (24050117120004)
3. Reza Dwi Fitriani (24050117120005)
4. Tania Giovani Lasijan (24050117120027)
5. Khofifah Yunnita (24050117120033)
6. Vaninditya Ramadhania (24050117140038)

Kelas/Jurusan : A/Statistika

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
Kata Pengantar
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Islam dan Terorisme untuk masyarakat.

Makalah ini kami susun secara sistematis dan maksimal dengan kajian dan
bantuan dari berbagai pihak, terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada


kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas agar lebih
memahami bahwa agama Islam bukanlah agama yang radikal namun agama Islam
adalah agama yang mementingkan kedamaian untuk seluruh umat.

Semarang, 9 September 2017

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan.............................................................................................................. 3
2.1 Penyebab Munculnya Terorisme .............................................................................. 3
2.1.1 Latar Belakang Munculnya Terorisme Secara Umum ........................................ 3
2.1.2 Latar Belakang Terorisme di Indonesia .............................................................. 4
2.2 Ciri-ciri Islam Radikal ................................................................................................. 6
2.3 Pandangan Islam terhadap Terorisme ...................................................................... 8
2.4 Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama ........................................................... 10
2.5 Sikap Umat Islam Terhadap Teroris ........................................................................ 11
BAB III Penutup ................................................................................................................. 14
3.1 Simpulan ................................................................................................................. 14
3.2 Saran ....................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka................................................................................................................... 15

ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Terorisme bukanlah hal asing bagi masyarakat saat ini, karena sudah
banyak peristiwa maupun kejadian yang disebabkan oleh aksi terorisme.
Terbentuknya terorisme berasal dari adanya Islam radikal. Mereka beranggapan
bahwa aksi teror merupakan suatu ajang jihad di jalan-Nya. Aksi teror ini
merupakan isu global yang memengaruhi kebijakan politik seluruh negara-negara
di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi terorisme sebagai
musuh internasional. Dalam perkembangan aksi teroris saat ini telah membuat
dunia menjadi tidak aman. Saat ini tidak ada tempat yang aman dan dapat
dikatakan bebas dari ancaman teroris. Ancaman teroris dapat terjadi kapan saja
dan di mana saja serta dapat mengancam keselamatan jiwa setiap orang. Karena
dampak yang dirasakan tidak hanya bagi warga Indonesia mengenai keamanan,
tetapi dapat memengaruhi dan menimbulkan pendapat yang negatif bagi
mancanegara.

Terorisme merupakan serangan-serangan terkoordinasi dengan tujuan


menimbulkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan
perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan, seperti waktu
pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa secara acak serta sering
kali merupakan warga sipil. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa
serangan-serangan teroris dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki
justifikasi, dan oleh karena itu para pelaku "teroris" layak mendapatkan
pembalasan yang kejam. Adapun beberapa bentuk penyerangan atau teror, seperti
pemboman, pembajakan, penculikan kapal terbang, dan pembunuhan. Terorisme
tidak digunakan karena alasan militer tetapi karena alasan politik atau alasan
agama.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja penyebab munculnya terorisme?
b. Bagaimana ciri-ciri Islam radikal?
c. Sebutkan beberapa contoh kasus kekerasan yang mengatasnamakan
agama!
d. Bagaimana sikap umat Islam terhadap terorisme?

1.3 Tujuan
a. Sebagai sarana untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama
Islam
b. Mengetahui apa saja penyebab munculnya terorisme
c. Mengetahui ciri-ciri Islam radikal
d. Mengetahui cara umat Islam menyikapi terorisme

2
Bab II Pembahasan
2.1 Penyebab Munculnya Terorisme
2.1.1 Latar Belakang Munculnya Terorisme Secara Umum
Sejarah tentang terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai
dengan bentuk kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk
fanatisme aliran kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik
yang dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap
penguasa yang dianggap sebagai tiran.

Kata Terorisme berasal dari Bahasa Perancis le terreur yang semula


dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang
mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal
40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata
Terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di
Rusia. Dengan demikian kata Terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut
tindakan kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terorisme diartikan
sebagai penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan (terutama tujuan politik), atau dapat pula diartikan sebagai
praktik tindakan teror. Terorisme sendiri pada hakikatnya merupakan suatu tindak
kejahatan ekstrem yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menebarkan teror,
ancaman, ketakutan, kekhawatiran, dan rasa tidak aman di tengah-tengah
masyarakat sehingga menimbulkannya adanya pergolakan dan ketidakstabilan
baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.

Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang


Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan dunia. Pada pertengahan abad ke-19,
Terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka
percaya bahwa Terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan
revolusi politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang

3
berpengaruh. Sejarah mencatat pada tahun 1890-an aksi terorisme Armenia
melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan bencana pembunuhan masal
terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi
Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan
ideologi.

Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia II, Terorisme


dilakukan dengan cara pembunuhan politik terhadap pejabat pemerintah. Bentuk
kedua Terorisme dimulai di Aljazair pada tahun 50an, dilakukan oleh FLN (Front
de Liberation Nationale) atau Front pembebasan Nasional yang memopulerkan
“serangan yang bersifat acak” terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Hal
ini dilakukan untuk melawan apa yang disebut sebagai Terorisme negara oleh
Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun 60an dan terkenal dengan
istilah “Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa saja untuk tujuan
publisitas.

Bentuk ketiga ini berkembang melalui tiga sumber, yaitu:

a. Kecenderungan sejarah yang semakin menentang kolonialisme dan


tumbuhnya gerakan-gerakan demokrasi serta HAM.
b. Pergeseran ideologis yang mencakup kebangkitan fundamentalis agama,
radikalisme setelah era perang Vietnam dan munculnya ide perang gerilya
kota.
c. Kemajuan teknologi, penemuan senjata canggih dan peningkatan lalu
lintas.

2.1.2 Latar Belakang Terorisme di Indonesia


Penjelasan munculnya terorisme di Indonesia dapat dilihat dari dua sisi,
yakni struktural dan agensial.

a. Dari Segi Struktural

4
Kita dapat mengatakan bahwa satu dari sekian penyebab kemunculan
terorisme di Indonesia adalah globalisasi yang mendapat sambutan begitu luas di
Indonesia. Negeri ini cepat sekali mengalami modernisasi ekonomi, budaya, dan
politik. Berbagai modernisasi tersebut kerap kali dianggap sama
seperti westernisasi , di mana kemudian memicu reaksi penolakan semu, seperti
salah satunya berupa bangkitnya Islam politik tipe tertentu yang kemudian disebut
revivalis, radikal, atau fundamentalis, yang menjadi landasan ideologi kelompok
kekerasan, Jemaah Islamiyah (JI) misalnya.

Pada level nasional, terdapat sejarah berupa represi atau penekanan Islam
politik yang memuncak di era Soeharto di mana sebuah “konsensus kebangsaan”
berbasiskan nasionalisme dipaksakan kepada rakyat yang mayoritas beragama
Islam oleh sebuah rezim otoriter yang tidak ragu menggunakan kekerasan pada
rakyatnya sendiri. Rezim ini dipandang menindas dan sangat dekat dengan Barat
sehingga berdasarkan pemikiran Islam radikal dapat dikatakan sebagai murtad
(keluar dari agama/ aturan agama)

Banyak pemimpin kelompok Islam radikal yang tidak dapat menerima


konsensus kebangsaan tersebut dicap subversif oleh pemerintah dan akhirnya
melarikan diri ke luar negeri, misalnya Abdullah Sungkar dan Abu Bakar
Ba’asyir, para pemimpin JI, yang mengungsi ke Malaysia dan pada akhirnya
justru terekspos ideologi jihad global Al-Qaeda yang lebih ekstrem.

Para pemimpin ini kemudian kembali ke Indonesia sejak Indonesia


menjalani transisi yang tertatih-tatih menuju demokrasi. Kondisi transisi menuju
demokrasi ini memberi ruang bergerak yang besar bagi mereka yang ingin
membangkitkan kembali gerakan politik Islam radikal yang telah lama ditekan
dan pada akhirnya menemukan ekspresi tertingginya dalam gerakan jihad yang
lebih ekstrem, yang kemudian sering disebut sebagai “radikalisasi.”

b. Dari Segi Agensial

Dari sini, analisis mengenai penyebab munculnya teroris di Indonesia


bergerak menuju level agensial: terorisme muncul di Indonesia karena adanya

5
individu-individu yang terdeterminasi untuk melakukan tipe jihad tertentu melalui
penggunaan diskriminasi kekerasan terhadap rakyat sipil. Individu-individu ini
difasilitasi oleh kondisi Indonesia yang ideal bagi kemunculan terorisme karena
para pejabat dan birokratnya korup, kontrol pemerintah atas teritori dan
ekonominya lemah, serta perbatasannya yang sangat luas relatif tidak terjaga
dengan baik sehingga lebih mudah diinfiltrasi dan penegakan serta penindakan
permasalahan terorisme yang dianggap kurang.

2.2 Ciri-ciri Islam Radikal


Radikal berarti amat keras menuntut perubahan. Istilah Islam radikal ini
diberikan kepada kelompok-kelompok yang beraliran keras dalam menuntut
penegakan syari’at dengan jalan yang dianggap sebagai Jihad.
Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri Islam radikal dari beberapa sumber,
diantaranya:
 Dalam Buku “Gerakan Salafi Radikal di Indonesia” Tahun 2004, Pusat
Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta:
a. Mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka
perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang
berlangsung.
b. Dalam kegiatannya mereka sering kali menggunakan aksi-aksi yang keras,
bahkan tidak menutup kemungkinan kasar terhadap kegiatan kelompok
lain yang dinilai bertentangan dengan keyakinan mereka.
c. Secara sosio-kultural dan sosio-religius, kelompok radikal mempunyai
ikatan kelompok yang kuat dan menampilkan ciri-ciri penampilan diri dan
ritual yang khas.
d. Kelompok Islam radikal sering kali bergerak secara bergerilya, walaupun
banyak juga yang bergerak secara terang-terangan.
 John L. Esposito dalam bukunya, Islam: The Straight Path :
1. Mereka berpendapat bahwa Islam adalah sebuah pandangan hidup yang
bersifat total, sehingga Islam tidak dipisahkan dari politik, hukum, dan
masyarakat.

6
2. Mereka sering kali menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang
sekuler dan cenderung materialistis harus ditolak.
3. Mereka cenderung mengajak pengikutnya untuk ‘kembali kepada
Islam’sebagai sebuah usaha untuk perubahan sosial
4. Karena ideologi masyarakat Barat harus ditolak, maka secara otomatis
peraturan-peraturan sosial yang lahir dari tradisi Barat, juga harus ditolak.
5. Mereka tidak menolak modernisasi sejauh tidak bertentangan dengan
standar keagamaan yang telah mereka anggap mapan, dan tidak merusak
sesuatu yang mereka anggap sebagai kebenaran.
6. Mereka berkeyakinan, bahwa upaya-upaya Islamisasi pada masyarakat
Muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian
ataupun pembentukan sebuah kelompok yang kuat.
 Makalah “Peran Ulama dalam Mewujudkan Pemahaman Keagamaan yang
Benar“ Halaqah Penanggulangan Terorisme BNPT dan MUI
a. Radikalisme merupakan paham, tindakan yang melekat pada seseorang
atau kelompok yang menginginkan perubahan baik sosial maupun politik
dengan menggunakan kekerasan, berpikir asasi dan bertindak ekstrem.
b. Kelompok Islam radikal adalah kelompok yang mempunyai keyakinan
ideologis yang tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk
menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang berlangsung.
 Dari beberapa sumber dan ciri-ciri yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan, bahwa ciri-ciri Islam radikal yaitu :
a. Mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka
perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang
berlangsung karena menginginkan perubahan baik secara sosial maupun
politik.
b. Dalam kegiatannya seringkali menggunakan kekerasan karena mereka
yakin upaya-upaya Islamisasi pada masyarakat Muslim tidak akan
berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian ataupun pembentukan
sebuah kelompok yang kuat.

7
c. Mereka seringkali menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang
sekuler dan cenderung materialistis harus ditolak. Namun, mereka tidak
menolak modernisasi sejauh tidak bertentangan dengan standar keagamaan
yang telah mereka anggap mapan, dan tidak merusak sesuatu yang mereka
anggap sebagai kebenaran.
d. Kelompok Islam radikal seringkali bergerak secara bergerilya, walaupun
banyak juga yang bergerak secara terang-terangan

2.3 Pandangan Islam terhadap Terorisme


Saat ini terorisme telah meresahkan berbagai lapisan masyarakat. Tidak
terkecuali masyarakat muslim. Jika kita cermati dan ditelaah kembali ajaran
Islam, tindak terorisme bukanlah ajaran Islam. Islam memang menyuruh umatnya
untuk berjihad, tapi jihad yang dimaksud di sini bukanlah seperti kegiatan-
kegiatan yang dilakukan para teroris. Seperti halnya firman Allah SWT dalam
surat Al Anbiyaa’ : 107 dan surat Saba’ : 28
Artinya : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiyaa' : 107]
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [QS. Saba' : 28]

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan


rahmat bagi semesta alam, bukan menjadi pengacau yang akan menghancurkan
alam semesta. Serta sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
kepada seluruh umatnya agar senantiasa berada di jalan Allah SWT.
Di sebuah Hadist dijelaskan,
Artinya : “Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran
Islam. Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik
akhlaknya.” [HR. Ahmad juz 7, hal. 410, no. 20874]
Jika kita cermati kembali pribadi Rasulullah SAW yang diamanati oleh
Allah SWT untuk menyebarkan Islam ke seluruh umat manusia, maka jelas sekali
bahwa terorisme sama sekali tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan

8
ajaran Islam. Terorisme dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta
kebengisan dan cara-cara lain untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada
manusia untuk mencapai tujuan. Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun,
membawa kabar gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta
membawa kepada kemudahan, tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada
paksaan.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun Nabi
SAW berpesan kepada para sahabat, sabda beliau :
Artinya : “Hai manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh,
dan mohonlah kepada Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila
kalian bertemu dengan musuh, maka bersabarlah dalam menghadapi mereka, dan
ketahuilah bahwasanya surga itu di bawah bayangan pedang”. [HR. Muslim juz
3, hal. 1372]
Pesan Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau
terhadap jiwa manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin
menghindari bertemu musuh agar tidak terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa
bertemu dengan musuh, jangan takut dan jangan dihadapi dengan hawa nafsu
yang melampaui batas, tetapi hendaklah dihadapi dengan sabar dan tabah, karena
surga di bawah bayangan pedang.
Rasulullah membina dasar tauhid pada ummat manusia + 10 tahun di
Makkah dengan penuh tantangan, tindak kekejaman dan terorisme dilakukan oleh
orang-orang musyrikin dan kafirin Makkah terhadap Nabi dan para pengikutnya.
Namun teror-teror yang dilakukan oleh mereka tidak menjadikan kaum muslimin
takut, malah makin bertambah kuat dan mendorong lebih dekat dan berserah diri
(tawakal) kepada Allah SWT.
Dari beberapa ayat Al Quran dan Hadist rasul dapat kita lihat bagaimana
Islam memandang teroris dan terorisme. Islam adalah agama yang indah, penuh
kasih cinta dan sayang. Seperti yang diajarkan Rasulullah untuk menyayangi satu
sama lain. Maka salah besar jika ada yang mengklaim Islam sebagai agama teroris
dan salah besar juga jika menghancurkan umat non muslim dengan

9
mengedepankan Islam dan menancapkan kata-kata “Jihad fi sabilillah” di hati
para orang Islam.
Dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam pandangan
agama Islam tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam.

2.4 Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama


Upaya mendistorsikan Islam terus dilakukan oleh pihak-pihak yang benci
terhadap Islam. Seringkali mereka menghalalkan segala cara untuk menyerang
Islam dan pemikirannya. Isu terorisme merupakan isu dipandang paling memiliki
nilai strategis diangkat suatu saat untuk menyudutkan umat Islam beserta ajaran
jihadnya. .
Dituduhkan bahwa ajaran jihad (menurut versi mereka) adalah tindakan
amoral sekaligus menjadi akar kekerasan yang terjadi di masyarakat seperti
beberapa peristiwa pengeboman yang kian marak terjadi di tanah air. Hasilnya
umat (yang mengalami kemunduran taraf berpikirnya, seakan-akan Islam sebagai
pihak tertuduh.

Kenapa mereka memainkan isu ini dituduhkan kepada Islam dan umatnya?

Ternyata musuh-musuh Islam (peradaban kapitalisme) memahami bahwa


Islam memiliki pilar-pilar yang menjadi rahasia kebangkitannya, yaitu Aqidah,
Khilafah dan Jihad. Ketiga pilar ini dipandang sebagai penghalang utama bagi
peradaban kapitalisme untuk melanggengkan peradabannya di dunia Islam. Dan
itu semua benar, mereka sikapi dengan sangat serius melalui berbagai cara baik itu
upaya hard power maupun soft power. Cara yang paling ampuh adalah soft power.
Soft power dilakukan dengan cara-cara terselubung melalui propaganda,
merangkul media, ormas Islam, menggandeng LSM, mengangkat isu-isu krusial
guna menyerang ketiga pilar Islam yaitu Aqidah, Khilafah dan jihad. Akhirnya
penyesatan pun mereka lakukan dengan memasifkan kajian-kajian dan opini
tentang demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, anti radikalisme,
membela aliran sesat (seperti Ahmadiyah). Oleh sebab itu, umat harus disadarkan

10
agar tidak termakan oleh propaganda musuh Islam untuk menjauhkan umat dari
Islam yang sebenarnya.
Kembali pada pembahasan utama yaitu mengenai opini kekerasan yang
mengatasnamakan agama. Kata kekerasan menjadi ‘momok’ tersendiri bagi
masyarakat umum. Kita harus meluruskan istilah kekerasan ini pada konteks yang
tepat. Seandainya kita sepakat menolak segala tindak yang berbau kekerasan tanpa
disikapi dengan kritis dan terlepas dari konteks maka akan sangat kabur jadinya.
Intinya memang umat Islam tidak boleh termakan isu anti kekerasan. Harus
didudukkan konteks dan standar dalam menilai kekerasan. Islam sebagai ideologi
tidak menolak kekerasan secara mutlak. Asalkan konteks kekerasan tersebut
memang telah diatur melalui nash syara’. Ada tindakan kekerasan yang
diharamkan oleh Islam dan ada tindakan kekerasan yang di wajibkan oleh Islam.
Membunuh seseorang tanpa haq atau melakukan kerusakan fasilitas umum
adalah tindakan kekerasan yang diharamkan oleh Islam. Sedangkan memotong
tangan bagi pencuri yang telah memenuhi nisabnya, merajam bagi pelaku zina
mukhsan, menjilid pelaku zina, perang dalam jihad fi sabilillah adalah jenis
kekerasan yang diperbolehkan oleh syara’. Sebagai seorang muslim tidak boleh
menilai segala sesuatu berdasarkan nilai-nilai humanisme, hati nurani, nafsu dan
akal semata. Apabila nilai-nilai ini yang dijadikan standar maka akan rusaklah
tatanan hukum Islam.

2.5 Sikap Umat Islam Terhadap Teroris


Seperti kita ketahui bersama, belakangan ini negeri kita diguncang
sejumlah aksi teroris yang menyisakan banyak efek negatif yang menyedihkan
bagi kaum muslimin. Betapa tidak, kaum muslimin yang merupakan umat yang
cinta damai kemudian tercitrakan menjadi kaum yang suka melakukan kekerasan.

Untuk itu, perlulah kita menyikapi dengan bijak untuk membentengi


generasi-generasi Islam dari pemikiran tersebut. Beberapa sikap yang dapat
dilakukan diantaranya yaitu:

a. Mengajak kepada generasi muda kita agar memegang teguh Al Quran dan As-
sunnah serta kembalikan segala urusan kepada keduanya. Seperti yang tertuang

11
dalam QS Ali Imran:103 yang artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah dan jangan bercerai berai”. Serta Allah
berfirman, ”Dan apa saja yang kamu perselisihkan tentangnya maka hukumnya
diserahkan kepada Allah.”[QS Asy-Syura:10].Dengan demikian maka
berpegang teguh kepada agama Allah adalah benteng dan sandaran yang
kokoh.
b. Menjauhi tempat-tempat yang menjadi sumber fitnah untuk memelihara diri
dari kejahatan tersebut dan pengaruhnya yang buruk. Allah berfirman, ”Dan
peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja diantara kamu.”[QS Al Anfaal:25]. Yang demikian ini dilakukan
dengan menyegerakan diri untuk beramal saleh. Allah memelihara hamba-Nya
dari beragam fitnah. Rasulullah bersabda, “Segeralah kalian beramal sebelum
datangnya fitnah yang berurutan, ibarat kegelapan malam, yang mana
seseorang di sore hari dia beriman dan di pagi harinya dia telah menjadi kafir
atau di pagi hari dia beriman sore harinya dia telah menjadi kafir, dia menjual
agamanya dengan kesenangan dunia.”
c. Membendung dan melenyapkan segala fenomena kemaksiatan karena
sesungguhnya tidaklah kaum muslimin ditimpa oleh berbagai fitnah dan
cobaan, kejelekan dan perbedaan kecuali hanyalah bersumber dari
menyebarnya kemaksiatan dan kemungkaran, dan apa-apa yang menimpa
mereka berupa musibah tiada lain kecuali disebabkan karena perbuatan-
perbuatan tangan mereka sendiri, Allah berfirman: ”Telah tampak kerusakan-
kerusakan di daratan dan lautan disebabkan perbuatan tangan-tangan
manusia.”(QS Ar Ruum 41]
d. Menetapi jamaah kaum muslimin dan imam mereka dan menanamkan dengan
teguh pemahaman perihal ketaatan kepada pemimpin yang mengurusi kaum
muslimin di dalam hal yang makruf, Allah ta’ala berfirman, ”Hai orang-orang
yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan para pemimpin
kamu.”{QS An Nisa :59], Dan Rasulullah bersabda, ”Ada tiga hal yang mana
hati seorang muslim tidak akan dengki terhadapnya selamanya: mengikhlaskan

12
amal ibadah semata-mata karena Allah, menasehati para pemimpin dan
menetapi jamaah kaum muslimin.”
e. Senantiasa memohon pertolongan (kepada Allah) dengan berlaku sabar dalam
menghadapi berbagai macam kesulitan Allah berfirman, ”Wahai orang-orang
yang beriman mohonlah pertolongan dengan berlaku sabar dan salat,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”[QS Al Baqarah 153].
Rasulullah bersabda, ”Sangat menakjubkan perkara seorang mukmin, sungguh
semua urusannya adalah kebaikan baginya, jika dia diberi ujian dengan hal-hal
yang menyenangkan dia bersyukur, maka ini merupakan kebaikan baginya, dan
jika ia ditimpa suatu yang tidak menyenangkannya maka dia bersabar, itu
adalah kebaikan baginya. Yang demikian ini tidak dimiliki oleh siapa pun
kecuali seorang mukmin.”
f. Menangani segala urusan dengan lembut, penuh kehati-hatian, tidak tergesa-
gesa dalam mengeluarkan hukum dan fatwa, serta jauh dari sikap yang
ditimbulkan oleh perasaan spontanitas dan kemarahan. Inilah sikap para Nabi
dan Rasul serta pengikut mereka.
g. Senantiasa tasabbut (benar-benar meneliti) dalam segala urusan yang tidak
mengambil prinsip terhadap isu-isu, yang bertujuan mengganggu muslimin
serta memecah-belah dan melemahkan persatuan muslimin, Allah berfirman,
”Hai, orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat 6), dan Nabi bersabda,”
Hati-hatilah kalian dari prasangka, karena sesungguhnya persangkaan adalah
perkataan paling dusta.”
h. Dalam memvonis seseorang dengan istilah yang digunakan oleh agama seperti
menghukumi seseorang itu kafir, maka sebaiknya kita kembalikan kepada
ketentuan syariat, serta bersikap waspada dari menghukumi kaum muslimin
dengan sembarangan tanpa sikap hati-hati dan teliti, terhadap sesuatu yang
didengar.

13
BAB III Penutup
3.1 Simpulan
Terorisme merupakan suatu paham yang berbahaya. Paham ini identik
dengan kekerasan. Muncul karena pemahaman yang salah akan ilmu agama.
Minimnya ilmu agama dapat menyebabkan salah tafsir yang berakibat lebih luas
yakni tindakan yang justru tidak dibenarkan.

3.2 Saran
Pemahaman akan akidah harus selalu didahulukan. Akidah yang telah
benar dapat mencegah dari paham radikal. Banyak menghadiri kajian-kajian
Islam. Dekat dengan para ulama dan orang-orang saleh. Pilih teman yang dapat
menghantarkan kepada kebaikan.

14
Daftar Pustaka
Chitania Sari. 2015. Dua Sisi Latar Belakang Terorisme di Indonesia. Artikel.
http://www.kompasiana.com/chitaniasari/dua-sisi-latar-belakang-terorisme-di-
indonesia_561e4695967a61de07e3e9f4. (Diakses 13 September 2017 14:00 WIB)

Wikipedia. 2017. Terorisme. Artikel. https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme. (Diakses 13


September 13:30 WIB)

Wikipedia. 2017. Sejarah Terorisme. Artikel.


https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_terorisme. (Diakses 13 September 2017 13:35
WIB)

15

Anda mungkin juga menyukai