Anda di halaman 1dari 17

Judul Artikel Ilmiah: nilai final=30

Pentingnya Pendidikan Agama Islam

dalam Menanggulangi Radikalisme dan Terorisme

Husnizar, Putri Rizkiyana, dan Siti Nurhabibah

Abstrak

Artikel ini mencoba mengupas tentang pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam memerangi
radikalisme dan terorisme. Tulisan ini menjelaskan bahwa radikalisme dan terorisme adalah masalah
serius yang perlu segera ditangani, dan salah satu solusinya adalah melalui Pendidikan Agama Islam
yang benar dan tepat. Artikel ini akan membahas tentang bagaimana pendidikan agama Islam yang
baik dan benar dapat membentuk pemikiran dan sikap yang moderat pada individu, serta mengajarkan
nilai-nilai Islam yang damai dan toleran. Dalam artikel ini juga akan dibahas tentang peran penting
keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan dalam menanamkan pendidikan agama Islam yang
baik dan benar pada generasi muda. Pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam
menanggulangi radikalisme dan terorisme yang semakin marak di berbagai negara. Artikel ini
membahas pentingnya pendidikan agama Islam sebagai upaya untuk memerangi ideologi yang radikal
dan ekstrem dalam masyarakat. Pendidikan agama Islam diharapkan dapat membentuk karakter
seseorang dengan nilai-nilai Islam yang toleran, moderat, dan damai. Artikel ini juga membahas peran
guru agama Islam dalam membimbing siswa untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang
ajaran Islam yang toleran dan menghargai perbedaan. Selain itu, artikel ini juga menyoroti pentingnya
peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk sikap toleransi dan menghindari tindakan
radikalisme dan terorisme. Diharapkan artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam mencegah radikalisme dan terorisme serta
memberikan solusi konkrit bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam memerangi
ideologi yang radikal dan ekstrem.

A. Pendahuluan
Masalah radikalisme dalam Islam yang masuk melalui lingkungan pendidikan fomal sepeti di
sekolah mupun peguuan tinggi merupakan masalah yang sangat menarik jika dikaji karena masuknya
paham tersebut sangat jarang diketahui oleh komponen-komponen pendidikan yang ada di sekolah.
Sepeti kasus dugaan radikalisme yang menjerat salah seoang dosen berinisial AB yang berasal dari
IPB sebagai salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia pada September 2019. 1 Berlanjut pula
pada kasus penusukan terhadap Wiranto (Menko Polhukam pada waktu itu) oleh pasangan suami Istri
yang diduga kelompok Islam radikal yang lantang menyuarakan pemerintah sebagai thaghut
(berhala). Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh elemen masyarakat Indonesia rentan terhadap
paham-paham ekstrim terutama yang menggunakan agama sebagai basis ideologinya. Munculnya
kasus-kasus kekerasan dan terorisme mengatasnamakan agama tersebut dilatarbelakangi oleh
fenomena fanatisme keagamaan yang sempit sebagai dampak dari meluasnya gerakan radikalisme

1
IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam | Volume 2 No. 01 2019
Islam. Zunly Nadia mengungkapkan bahwa radikalisme Islam dinisbatkan sebagai gerakan yang
berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan serta mempertahankan
keyakinan mereka.
Salah satu pintu masuk paham atau pemikiran radikal ke Indonesia yaitu melalui aktifitas
pendidikan dimana mayoritas pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri, terutama dikawasan Timur
Tengah. Yang amat disayangkan adalah pemahaman-pemahaman yang mereka dapatkan lantas ditelan
bulat-bulat, dan memaksakan untuk diaplikasikan ke dalam sebuah sistem kehidupan masyarakat
Indonesia yang amat berbeda dengan kehidupan di timur tengah tempet mereka belajar. Hal inilah
yang menjadikan paham radikal menjadi sangat masif dan berkembang luas di Indonesia, khususnya
pasca gerakan reformasi 1998 saat semua akses media telah bebas dari otoritas rezim pada waktu itu.
Dalam memproklamirkan maksud dan tujuan mereka, mereka memberikan sebuah ideologi
Dengan menggunakan kekerasan dan menunjukkan bahwa mereka bisa Itu merugikan banyak orang.
Namun selain itu, mereka juga menggunakan cara-cara halus Bahkan nyaris tak terlihat, yakni melalui
akses lembaga pendidikan,Institusi formal dan informal. Kegagalan demi kegagalan digunakan cara-
cara kekerasan, menciptakan kelompok-kelompok ekstremis ini memperoleh pengikut melalui jalur
baru yaitu melalui media pendidikan formal,Pengumuman, media elektronik seperti siaran televisi,
buku, internet dan teknologi informasi Saat ini memasuki sektor pendidikan formal yang cenderung
eksklusif dan tertutup.Pendidikan Islam merupakan bagian dari lembaga yang saat ini menjadi sorotan
Kerusuhan antaragama dan antaretnis telah terjadi di banyak wilayah Indonesia.
Pendidikan Islam adalah sebagian dari institusi yang ikut menjadi sorotan tatkala kerusuhan
antar agama dan etnis muncul di beberapa tempat di Indonesia. Dengan tragedi tersebut, pendidikan
dirasa perlu lebih ekstra memberikan bekal yang cukup terhadap peserta didik tentang bagaimana
mereka mengembangkan sikap toleran terhadap perbedaandan keragaman yang ada di masyarakat.
Oleh karena itu, penyadaran akan urgensi pluralisme dan desain pendidikan inklusif (terbuka)
diharapkan mampu memerankan fungsi edukasi yang mampu membentuk insan ramah dan berempati
kepada kegelisahan setiap insan tanpa terkecuali, termasuk mereka yang nonmuslim.
Dengan demikian pendidikan agama islam sangat berperan penting dalam menanggulangi
pemahaman-pemahaman yang salah seperti radikalisme dan terorisme sebagai upaya penanaman
pemahaman yang tidak melenceng dan salah.Oleh karena itu perlunya pendidikan agama islam
sebagai wadah dalam melahirkan intelektual yang memiliki nilai spiritual yang baik dan tidak mudah
terprovokasi oleh paham-paham radikal dan terorisme tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pendidikan agama islam dalam
menanggulangi radikalisme dan terorisme yaitu dengan mengumpulkan data yang mendalam serta
mengevaluasi dampak pendidikan agama islam terhadap pemahaman yang benar tentang
agama,pengembangan sikap modera,serta penolakan terhadap paham ekstrem.
Serta bertujuan meneliti faktor-faktor pendukung dalam pendidikan agama islam dan juga
dapat memberikan kontribusi dan dampak pendidikan agama islam dalam masyarakat secara luas.
A. Radikalisme dan Terorisme

1. Pengertian Radikalisme dan Terorisme


a. Pengertian Radikalisme
Gerakan radikal sebenarnya terjadi di semua agama di Dunia. Dalam setiap agama selalu
terdapat kelompok minoritas Yang militan, ekstrem, dan radikal. 2 Kata radikal berasal dari bahasa
Latin "radix". Menurut The New Shorter Oxford English Dictionary, artinya akar, sumber atau asal.
Hampir identik dengan pengertian tersebut, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikal
diartikan sebagai “memahami secara mendasar (mencapai prinsip)” dan “maju” dalam berpikir atau
bertindak”. berkaitan erat dengan sikap atau posisi yang ingin diambil seseorang dengan
menghancurkannya sama sekali dan menggantinya dengan sesuatu yang baru dan sama sekali
berbeda.Aktivisme adalah respon terhadap situasi saat ini. Reaksi datang dalam bentuk evaluasi,
penolakan, atau bahkan penolakan.3
Istilah radikalisme Islam sering dihubungkan dengan istilah fundamentalisme, Islam garis
keras, fanatisme, revivalisme,ektremisme dan terorisme. Konsekuensi dari istilah-istilah itu tidak
selalu sama, tetapi memliki kemiripan-kemiripan karakter yaitu kekerasan, baik kekerasan pemikiran
maupun kekerasan tindakan atau gerakan.Dibandingkan dengan istilah lainnya, Islam radikal yang
paling sering disamakan dengan Islam Fundamental.
Pengertian Islam radikal adalah orang Islam yang Mempunyai pikiran yang kaku dan sempit
dalam memahami Islam, Serta bersifat eksklusif dalam memandang agama-agama lainnya. Kelompok
radikal akan ada di dalam setiap agama apapun, Termasuk di agama Islam sekalipun . Islam Radikal
merupakan bentuk ekstrem dari gejala revivalisme, jika revivalisme dalam bentuk kegiatan keislaman
lebih berorientasi ke dalam dan karenanya bersifat individual. Maka pada Islam radikal, kegiatan itu
tidak hanya diarahkan ke dalam, tetapi juga di arahkan keluar. Dengan demikian Islam radikal
menjelma dalam komitmen yang tinggi tidak hanya untuk mentransformasi kehidupan individual,
tetapi sekaligus juga komunal dan sosial.
b. Pengertian Terorisme
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan
teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata
cara peperangan, seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak,
serta sering kali merupakan warga sipil.Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan
merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak
menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa
serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi. Oleh
karena itu para pelakunya (“teroris”) layak mendapatkan hukuman yang setimpal.

2.Faktor penyebab radikalisme dan Terorisme

2
Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial mengedepankan islam sebagi Inspirasi, bukan aspirasi,
(Bandung: Mizan Pustaka, 2006), hal. 102
3
Emna Laisa,” Islam dan Radikalisme “, Jurnal Islamuna, Volume 1, Nomor 1, ( Juni , 2014), hal.3
a. Faktor Penyebab Radikalisme
Berdasarkan teori konflik, radikalisme muncul sebagai Akibat adanya pendistribusian
wewenang yang tidak merata. Tidak Meratanya pendistribusian wewenang berujung pada adanya
Penumpukan kekuasaan pada satu orang, atau kelompok tertentu, Dan dengan kewenangan yang ada,
kelompok yang memiliki Kekuasaan yang besar tersebut akan cenderung mengguna-kannya Untuk
mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya. Atau dengan Kata lain, radikalisme yang dilakukan
sebagai upaya Mempertahankan dominasi kelompok atas kelompok lainnya. 4
Pembicaraan radikalisme agama kiranya lebih rumit jika Dibandingkan dengan pembicaraan
radikalisme dalam perspektif Lainnya. Agama manapun tentu saja tidak ada mengajarkan untuk
Melakukan tindakan radikalisme. Semua agama menginginkan Kedamainan baik di dunia maupun
akhirat. Namun pada Kenyataannya ditemukan kondisi berbeda dimana agama sering Terlibat, atau
dilibatkan dalam radikalisme yang dilakukan oleh Umat sebagai penyandang dan pemeluk agama
tersebut. Bahkan.Pelibatan agama pada radikalisme yang terjadi dinilai oleh Gerald O. Barney
menempati angka yang cukup tinggi,serta dalam Lintasan sejarah yang sudah cukup lama. Realita
inilah kemudian yang memunculkan tudingan bahwa agama sebagai penyebab utama yang
menjadikan dunia porak poranda, dan kehidupan penuh dengan anarkisme. Sampai ada yang
mengatakan bahwa agama harus mati, karena agama merupakan penyebab fundamental dari
radikalisme yang melanda dunia,termasuk semua persoalan sosial, ekonomi dan ekologi.5
b. Faktor penyebab Terorisme
Terorisme adalah permasalahan yang kompleks. Kompleksitas tersebut dapat dilihat Dari
upaya para ahli untuk men Indonesia guraikan terorisme melalui berbagai macam definisi untuk
Mengidentifikasi tindakan, karakteristik maupun akar permasalahannya dan dari beragam Definisi
tersebut, tidak ada satu definisi tunggal yang dapat mewakili fenomena terorisme di Seluruh dunia.
Kompleksitas juga muncul karena faktanya, label ‘terorisme’ digunakan untuk Mengidentifikasi
berbagai macam fenomena dengan lingkup yang luas.
Di beberapa negara, terorisme identik dengan aktivitas kelompok revolusioner ekstrim kiri
seperti Brigadir Merah di Italia, ataupun kelompok ekstrim kanan seperti Neo-Nazi dan m Skinheads
di Eropa. 2 Di sisi lain, dengan munculnya kelompok seperti al Qaeda, basis religius juga menjadi
bagian dari variasi identifikasi mengenai kelompok teroris, khususnya yang terjadi dalam dasawarsa
terakhir. Sebagai salah satu kelompok teroris, Al Qaeda juga menjadi semakin signifikan ketika
dengan basis religiusnya, kelompok ini diduga memiliki jaringan global yang luas dan menjadi
ancaman internasional.6

3. Dampak Radikalisme dan Terorisme


a. Dampak Radikalisme

4
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta dan Tantangan., Cetakan I, hal. 11.
5
.Simon Fisher et. al., Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak.hal. 43.
6
Eben Kaplan dan Jayshree Bajoria, “Counterterrorism in India,” Council on Foreign
Relations,2008,hal 78
Fenomena sosial yang terjadi Akhir-akhir ini selalu membuat Keresahan di masyarakat,
termasuk Adanya perilaku radikal. Perilaku itu Dapat mengganggu stabilitas Masyarakat (Puspita,
1714). Kehadiran gerakan radikal dapat Dengan sengaja dilakukan suatu Kelompok. Kelompok ini
biasanyaMenginginkan perubahan pada sistem Nilai dan sosial. Radikalisme dapat Diklasifikasikan
ke dalam Ilmu Sosial. Dalam konteks itu, agama sebagai Berfungsi sebagai kenyataan sosial.
Radikalisme juga dipengaruhi Antropologi yang muncul dari Perilaku keagamaan yang berasal dari
Proses akulturasi atau inkulturasi Budaya. Permasalahan radikalisme Harus diselesaikan dengan cara
Melihat permasalahan yang terjadi di Masyarakat (Ummah, 2012). 7
Radikalisme menyebabkan Terbentuknya politisasi dalam agama. Politisasi ini untuk
melakukanBerbagai tindakan kekerasan, baik Dalam kehidupan sosial antar individu Maupun
kelompok, sehingga Terbentuk kelompok radikal (Sosiologi et al., 2016). Radikalisme Menjadi
masalah sosial karena paham Ini memaksudkan munculnya Perubahan pada suatu sistem sosial. Pada
umumnya masyarakat tidak Menghendaki kehadiran radikalisme Agama. Beberapa data yang tidak
Pasti menunjukkan bahwa aksi Radikalisme dilakukan beberapa orang Islam. Akibatnya, Islamlah
yang dituduh menjadi salah satu pemicu aktivitas yang dilabeli sebagai kekerasan Beberapa teori
untuk menelaah radikalisme agama adalah Teori Fungsional Struktural dan Teori Konflik Internal-
Personal maupun Teori Konflik Institusional dan Interaksional. Radikalisme atasnama agama disebut
sebagai dampak dan akibat dari tingkah laku, sistem nilai maupun organisasi dari masyarakat yang
pasti banyak ditemukan dalam suatu sistem kemasyarakatan yang sedang beradaptasi dengan struktur
kemasyarakatannya.8
b. Dampak terorisme
Serangan terorisme mengakibatkan kerugian besar sala satunya kehilangan nyawa manusia.
Kerugian besar lainnya yaitu kerugian harta benda dan juga kerugian kehilangan data perusahaan,
namun terorisme merupakan risiko yang tidak dapat dihindari bila terjadi. 9
Dampak terorisme dalam kehidupan sosial sangat besar. Terorisme sebagai kejahatan social
tentunya mempunyai dampak yang luar biasa. Adapun dampak yang ditimbulkan dari suatu tindakan
terorisme biasanya tergantung pada jenis dan bentuk terorisme itu sendiri. Yaitu tindakan langsung
(derec terorim) maupun tidak langsung (inderec terorism). Oleh karenanya, ada beberapa unsur
dampak yang bisa ditimbulkan dari tindakan terorisme.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian dan tujuan pendidikan agama Islam

7
Ancok. (n.d.). Radikalisme hal. 127–128.
8
Hidayat, H. 2021. ”Radikalisme Agama Perspektif Al-Qur’an. ” Madani Jurnal Politik dan Sosial
Kemasyarakatan,Vol.13, No. 1: 1-25. https://doi.org/10.52166/madani.v13i1.2287

9
Cervone, H.F, .2017. Disaster recovery planning and business continuity for informaticians. Digital
Library Perspectives Vol.33No.2,2017 hal. 78-81
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa guna
memahami ajaran Islam secara menyeluruh dengan cara membina, mengasuh dan mengajar sebagai
aktivitas asasi dan sebagai profesi dalam masyarakat. 10
Tujuan pendidikan islamsesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip pendidikan
yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadis. Menurut (Ilyasir, 2017)mengemukakansekurang-
kurangnya terdapat lima prinsip dalam merumuskan tujuan pendidikan islam, antara lain sebagai
berikut:
Pertama: prinsip integrasi (tauhid), yakni prinsip yang memandang adanya wujud kesatuan
antara dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan akan meletakkan porsi yang seimbang
guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kedua: prinsip keseimbangan, yakni merupakan bentuk konsekuensi dari prinsip
integrasi. Keseimbangan yang proporsional antara muatan ruhaniah dan jasmaniah, antara ilmu
umum dan ilmu agama, antara teori dan prakrik, dan antara nilai yang menyangkut aqidah,
syari’ah dan akhlak.
Ketiga: prinsip persamaan dan pembebasan. Prinsip ini dikembangkan dari nilai tauhid,
bahwa Tuhan adalah Esa. Oleh karena itu setiap individu bahkan semua makhluk hidup
diciptakan oleh pencipta yang sama (Allah). perbedaan hanyalah unsure untuk memperkuat
persatuan. Melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat terbebas dari belenggu kebodohan,
kejumudan, kemiskinan dan nafsu hayawaniah-nya sendiri.
Keempat: prinsipkontinuitas dan berkelanjutan (istiqamah). Dari prinsip inilah dikenal
konsep pendidikan seumur hidup (long life education). Sebab pendidikan tak mengenal batasan
waktu akhir selama hidupnya.
Kelima: prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Jika ruh tauhid telah terkristalisasi dalam
tingkah laku, mral dan akhlak seseorang, dengan kebersihan hati dan kepercayaan yang
jauh dari kotoran maka ia akan memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat. Dengan
demikian prinsip tujuan pendidikan islam identik dengan prinsip hidup setiap muslim, yakni beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian muslim, insane shalih guna mengemban amanat Allah
sebagai khalifah dimuka bumi dan beribadah dalam menggapai ridha-Nya. 11
2.Peran pendidikan agama Islam dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan
dalam mengelola peradaban untuk lebih gemilang. Aplikasi pendidikan pada hakikatnya
bertujuan untuk memecahkan masalah dan persoalan bangsa dan negara.9Dalam menghadapi
radikalisme, pengembangan pemahamam pendidikan Islam sangat mendesak untuk digalakkan
mengingat peran penting pendidikan masih dianggap strategis dalam membina tunas-tunas
bangsa.Dengan demikian, berbagai macam permaslahan bangsa dapat di selesaikan, terutama
tindakan radikal dan terorisme oleh sekelompok orang yang mengatas namakan agama tertentu.

10
IQ (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam | Volume 2 No. 01 2019
11
Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 2 No. 5 Mei 2021
Memberikan pendidikan sejak dini kepada anak bangsa dengan menanamkan sikap dan
prilaku anti radikalisme, dapat dijadikan sebagai upaya preventif (pencegahan) terhadap
tindakan radikal dan terorisme. Pendidikan Islam jika di makna secara dalam akan sangat
berpengaruh pada perkembangan psikologis peserta didik. Melalui pendidikan Islam diharapkan
semangat saling menghargai perbedaan akan mengalir dalam darah setiap generasi dan
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya generasi baru yang anti radikal dan
menolak faham radikal saat ini berkembang.Subtansi pendidikan anti radikalisme telah ada
dalam mata pelajaran agama Islam maupun pelajaran lainnya. 12

1. Menanamkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia dan lingkungan
hidup
Akhlak Terhadap Manusia Manusia dalam hidup bermasyarakat perlu adanya tatanan
yang tepat mengarahkan pada suatu kebaikan bersama. Oleh karena itu di dalam buku etika
Islamsebagaimana ynag di rumuskan oleh Tim akhlak disebutkan bahwa “semua sifat, prilaku dan
ahklak harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh dalam berhubungan dengan
masyarakat, sifat-sifat terpuji yang harus diterapkan dan sifat-sifat tercela harus kita jauhi inilah
yang disebut dengan ahklak pergaulan”.26Sementara itu menurut Muhammad Daud dalam
bukunya pendidikan agama Islam, bahwa akhlak terhadap manusia dapat dirinci menjadi: 1).
Akhlak terhadap Rasul; antara lain: mencintainya secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
2). Akhlak terhadap ortu tua; antara lain: mencintai mereka, merendahkan diri padanya,
berkomunikasi dengan baik. 3). Akhlak terhadap diri sendiri; antara lain: jujur, ikhlas, sabar,
rendah hati. 4). Akhlak terhadap tetangga; antara lain: saling mengunjungi, saling
antu, saling hormat. 5) Akhlak terhadap masyarakat; antara lain: memuliakan tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku, saling tolong. 13c.Akhlak Terhadap LingkunganSeseorang
muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib di syukuri dengan cara mengelolanya
dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri. Sireger (1999: 93) berpendapat
di dalam bukunya Islam untuk berbagai aspek kehidupanbahwa: “Allah telah menjadikan alam ini
untuk manuisia dan untuk dimanfaatkan sesuai de ngan ridha Allah tidak untuk dirusak dan
untuk berbuat binasa.28Dalam hal ini Allah berfirman:ۡ
ِِ ِ َ ‫ص ٰلَ ِحها وٱ ْدعُوهُ َخوفًا وطَمعا ۚ ِإ َّن رحم‬ ِ ۟ ِ
‫ين‬ ٌ ‫ت ٱللَّه قَ ِر‬
َ ‫يب ِّم َن ٱل ُْم ْحسن‬ َْ َ ًَ َ ْ َ َ ْ ‫ض َب ْع َد ِإ‬
ِ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫َواَل ُت ْفس ُدوا فى‬
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat binasa di bumi sesudah dijadikan baik dan berdo’alah kepada
Allah dengan takut (kepada siksanya) dan menuntut (kasihnya) sesungguhnya rahmat
Allah dekat dengan orang-orang yang berkebajikan”. (Al-A’raf: 56)
Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap
tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap utuh dan lestari. Berakhlak pada lingkungan alam
adalah menyikapinya dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariaannya. Agama Islam

12
Jurnal AL-HIKMAH Vol 4, No 2(2022).hal.106
13
Muhammad Daud Ali, , 1998, Pendidikan Agama Islam,Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, hal.157
menekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam. Sebab alam yang
rusak akan merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia.

2. Memberikan pemahaman yang benar tentang jihad dan martabat manusia


Jihad juga merupakan salah satu konsep Islam yang paling sering dipahami, khususnya
oleh kalangan para ahli dan pengamat Barat.1Jihad merupakan bagian integral wacana Islam
sejak masa-masa awal muslim hingga kontemporer. Pembicaraan tentang jihad dan konsep-
konsep yang dikemukakan sedikit atau banyak mengalami pergeseran dan perubahan sesuai
dengan konteks dan lingkungan masing-masing pemikir. Demikian sentralnya jihad dalam Islam
sehingga cukup beralasan jika kalangan khawarijmenetapkanya sebagai rukun Islam ke
enam.14Pentingnya ajaran jihad antara lain tercermin dalam Alqurandan hadis Nabi Saw, sebagai
berikut
ٰٓ ِ ِ‫َم َي ْرتَابُو ۟ا َو َٰج َه ُدو ۟ا بِ َْأم َٰولِ ِه ْم َوَأن ُف ِس ِه ْم ِفى َسب‬ ِِ ِ
‫ٱلص ِدقُو َن‬ َ ‫يل ٱللَّ ِه ۚ ۟وُألَِئ‬
َّٰ ‫ك ُه ُم‬ ِ ۟
ْ ‫ين َء َامنُوا بِٱللَّه َو َر ُسولهۦ ثُ َّم ل‬
ِ َّ
َ ‫ِإنَّ َما ٱل ُْمْؤ منُو َن ٱلذ‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
benar.
Pertama, dalam istilah Alqurandan as-Sunnah, jihad artinya usaha yang sungguh-
sungguh untuk mengatasi kepentingan pribadi guna kepentingan kebenaran yang menjadi
pondasi dalam kepribadian seorang muslim. Usaha ini dilakukan dengan sepenuh jiwa dan
harta, dengan membelanjakan waktu, umur dan sebagainyadalam bingkai kemaslahatandengan
memikul macam-macam kesukaran dan juga dengan mengahadapi pasukan yang menumpahkan
darah. Untuk menghadapi pasukan musuh diperlukan waktu tertentu, tetapi untuk menghadapi diri
pribadi bagi seorang mukmin ialah usaha seumur hidup, jihad diwaktu pagi dan sore.
Jihadmembentuk tiga kata kunci yang dapat mengantar manusia meraih predikat.Golongan
tertinggi dari seluruh umat manusia (insān kāmil), yaitu Jihad, Ijtihad dan Mujahidin.
Kedua, menurut az-Zamakhsyari dalam kitab tafsirnya al-Kasysyaf, makna jihad adalah
penguatan iman yang sungguh-sungguh kepada Allah melalui berbagai sarana ajaran agama, yang
dapat dirangkum dalam tiga bagian: (a.)Jihad terhadap diri sendiri, yaitu , melawan hawa nafsu dan
godaan setan yang menggiring manusia ke jalan maksiat dan sesat, bukannya mengingat Allah SWT,
dan menghindari segala sesuatu yang berdampak pada individu dan masyarakat hingga hal-hal yang
merugikan. (b.)Perang suci melawan orang kafir adalah berperang dengan segenap kekuatan akal dan
menyediakan senjata melawan orang kafir. Jihad ini hanya melawan bid'ah Harbi.(C.)Jihad melawan
orang-orang munafik, yaitu perlawanan (hujjah) dengan sikap dan argumentasi yang kukuh ketika
mereka ingin menimbulkan keraguan dan propaganda negatif tentang ajaran Islam sehingga
menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Jihad ini, hanyalah mencari ridha Allah SWT dan
mempertahankan Islam di muka bumi, bukan karena selain Allah SWT. Allah akan memberikan
pahala yang besar kepada orang-orang (orang beriman) yang berupa rahmat dan ampunan atas segala

14
Muhammad Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 5997) hal.2
dosanya, berjuang dengan harta dan jiwanya dan menikmati kedudukan yang mulia di dunia dan
akhirat.15

5. Mengajarkan pentingnya berkomunikasi dan berdialog dengan cara yang damai dan
tidak kekerasan
Mempromosikan pemahaman dan empati: Mengajarkan pentingnya memahami perspektif
orang lain dan mengembangkan empati adalah langkah awal dalam membangun kemampuan
berkomunikasi yang baik dan berdialog dengan cara damai. Guru atau fasilitator dapat menggunakan
aktivitas seperti permainan peran, diskusi kelompok, atau cerita inspiratif untuk membantu siswa
memahami keberagaman dan merasakan pengalaman orang lain.
Membangun keterampilan mendengarkan yang aktif: Keterampilan mendengarkan yang aktif
merupakan kunci dalam komunikasi yang efektif. Siswa perlu diajarkan bagaimana menghargai dan
memberikan perhatian penuh saat orang lain berbicara, menghindari penilaian atau prasangka, serta
mengajukan pertanyaan yang relevan. Latihan permainan peran, simulasi, atau latihan mendengarkan
dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan siswa.
Mendorong dialog terbuka dan penghargaan perbedaan: Menciptakan ruang yang aman dan
terbuka bagi siswa untuk berbagi pendapat mereka adalah penting dalam mengajarkan dialog yang
konstruktif. Guru atau fasilitator harus mendorong diskusi yang saling menghormati, menghindari
konfrontasi atau penghakiman, dan mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat. Latihan
seperti debat yang terstruktur atau diskusi kelompok dengan aturan tertentu dapat membantu
mengembangkan keterampilan dialog yang baik.16
Mengajarkan keterampilan komunikasi yang efektif: Siswa perlu diberikan pemahaman
tentang keterampilan komunikasi yang efektif, termasuk penggunaan bahasa yang jelas dan sopan,
ekspresi nonverbal yang tepat, dan penggunaan argumen yang berdasarkan fakta dan logika. Melalui
latihan permainan peran, simulasi, atau proyek kolaboratif, siswa dapat mempraktikkan dan
meningkatkan keterampilan komunikasi mereka.
Menggunakan studi kasus dan analisis media: Guru atau fasilitator dapat menggunakan studi
kasus atau analisis media tentang situasi komunikasi yang efektif dan tidak efektif. Siswa dapat
mempelajari contoh-contoh komunikasi yang menghasilkan konflik atau kekerasan, serta contoh-
contoh komunikasi yang mempromosikan pemahaman dan kerjasama. Diskusi kelompok atau tugas
individu dapat digunakan untuk menganalisis dan mencari solusi alternatif dalam situasi tersebut. 17

D.Strategi pembelajaran agama Islam untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme

1. Penekanan pada nilai-nilai Islam yang moderat

15
Mizan: Jurnal Ilmu Syariah. Volume 2No.2Desember 2014.
16
Laar, A. V. (2012). The importance of communication skills in young children. Journal of Language
and Communication, 1(1), 7-12.
17
De Rivera, J. (2018). Empathy and its relation to emotions: A social functionalist account. Emotion
Review, 10(3), 203-213.
Masuknya Islam ke Nusantara sebenarnya mempunyai proses dinamika yang Sangat panjang.
Apabila ditelusuri berdasarkan konteks sejarah, Islam di Nusantara Disebarluaskan melalui
pendekatan yang sejuk . Dalam kemunculan dan Perluasannya, Islam menyebabkan terjadinya
perubahan budaya lokal. Perubahan ini Diterima publik sebab Islam mengedepankan perilaku dan
pengalaman yang baik Serta mengedepankan aqidah yang sebenarnya. Tetapi setelah melalui proses
yang Lama dan damai, kondisi keagamaan umat Islam Indonesia mulai beralih dengan Timbulnya
bermacam-macam komunitas Islam baru bahkan termasuk Islam radikal.Lewat penalaran sederhana
menuju kepentingan bumi Islam yang berkelanjutan Gejala akhir-akhir ini bisa dimaklumi ketika
terjadi reaksi perpecahan di tubuh umat Islam3. Beberapa pihak merespon dengan tekanan agar tahap
radikalisme jadi opsi Guna mendapati perlakuan dunia yang ditaksir jauh dari penanda kesamarataan
Untuk dunia Islam. Pihak yang lain lebih menaruh letaknya yang pantas dengan Mengutamakan
tindakan terbuka selaku opsi aksi soft power selaku tahap diplomatis. 18
Muhammad Thahir bin 'Asyur juga berkata dalam bukunya, bahwa Islam sebenarnya
memerintah manusia berbuat ishlah (perbaikan dan ketentraman) kepada manusia, karena kedamaian
sesama manusia akan mendatangkan kebaikan di alam.Tidak hanya itu, terdapat pula ayat Al-Quran
yang menjelaskan mengenai teori persaudaraan, sikap saling pengertian, larangan berprasangka buruk
untuk tidak mengolok-olok orang lain, berlaku adil, melakukan perbuatan keji dan memusuhi, serta
tidak memaksakan kehendak termasuk memaksakan agama kepada orang lain.
Umat Islam sekarang ini menghadapi tantangan eksternal dan internal. Secara Eksternal,
banyak tuduhan telah dialamatkan kepada Islam, mulai dari tuduhan Terorisme, anti kemajuan,
permusuhan terhadap perempuan, dan lain sebagainya. Di Saat yang sama, secara internal umat Islam
masih terbelakang dalam pendidikan, Ekonomi dan politik.Bangsa Indonesia saat ini sedang
behadapan dengan perkembangan zaman Globalisasi pabrik milenial 4. 0 yang jadi tantangan kedepan
bila tidak ditanggapi Hingga bakal timbul kerusakan seluruh lini, termasuk timbulnya Islam radikal
serta Dilansir oleh lembaga Intelijen Negeri Republik Indonesia pada. 20 November 2018. Survey
membuktikan kalau dari 15 provinsi serta kota besar di Indonesia Membuktikan 39 persen pelajar
perguruan tinggi terkenal telah diracuni radikalisme. Permasalahan radikalisme Islam dalam 20 tahun
terakhir terus menjadi Bertambah, ditandai dengan timbulnya bermacam lembaga non mainstream
yang Setelah itu bermunculan mengangkat gagasan politik Islam. Semacam ajakan tegaknya
Khilafiah, praktik syariat Islam sampai yang sangat menyeramkan berkembang jadi Aksi teroris.Umat
Islam menghadapi tantangan dari faktor internal selain terbelakang Dalam berbagai hal, umat Islam
juga terbagi dalam beberapa kelompok yang berbeda-Beda dalam pemahaman agamanya; pertama,
kecondongan sebagian umat Islam Untuk mengambil sikap ekstrim dalam memahami agama Islam
dan hukum-Hukumnya serta berusaha menerapkan metode ini dalam penduduk orang Islam, Apalagi
dalam sebagian perkara dengan memakai kekerasan; kedua, kecondongan Ekstrim yang lain ialah

18
.Samsul Susilawati, “Muslim moderat menaggapi arus modernitas dalam bingkai multikultural,”
Edumaspul: Jurnal Pendidikan 4, no. 1 (2020): hal.246.
longgar dari agama serta patuh pada tindakan serta pikiran jelek yang berawal dari adat serta
peradaban lain.

2. Penerapan metode pembelajaran yang efektif dan relevan


a. Metode ceramah
Pengajar memberikan materi secara lisan dengan menjelaskan konsep, prinsip, dan fakta.
Metode ini sudah sering digunakan karena bersifat praktis dan ekonomis.Namun, metode ini tidak
selalu mulus jika digunakan terus-menerus. Mahasiswa mungkin akan kebosanan sehingga
penerimaan materi tidak dapat maksimal.Dosen pun mungkin jadi menceritakan hal-hal di luar materi
atau melantur kemana-mana. Waktu yang seharusnya digunakan untuk pembelajaranpun jadi tersisa
sedikit.
b. Metode diskusi
Salah satu metode yang banyak digunakan saat kuliah adalah diskusi. Mahasiswa dituntut
untuk aktif mengeluarkan pendapat atau gagasan untuk memecahkan masalah.Penerapannya dengan
cara membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok. Sebelum atau setelahnya dosen dapat
memberikan topik untuk dibahas dalam kelompok tersebut.Tujuan metode diskusi agar dapat bertukar
pendapat, memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, lebih teliti, dan membuat
keputusan.Kelemahan metode ini jika konsep dasarnya tidak berhasil dipahami, diskusi tidak akan
efektif. Selain itu, tidak semua anggota kelompok dapat aktif menyuarakan pendapat mereka.
c. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi dilakukan dengan cara memperagakan atau menampilkan secara
langsung suatu teori dan proses kerja suatu alat.Metode ini biasanya hanya dilakukan oleh pengajar di
hadapan para peserta didik. Alat bantu yang dapat digunakan seperti miniatur, gambar, alat praktikum,
dan sebagainya.
d. Metode karya wisata
Karya wisata paling disukai siswa di bangku sekolah, bahkan yang sudah kuliah. Metode ini
membawa mahasiswa untuk belajar dan mengamati suatu hal dengan berkunjung ke tempat-tempat
yang tepat.Kadang tempat yang dikunjungi tidak perlu jauh-jauh, seperti daerah sekitar kampus.
Tujuannya adalah mereka mendapatkan ilmu sambil menyegarkan pikiran atau rekreasi.Dosen dapat
memberikan tugas membuat laporan sebagai hasil dari field trip yang dilakukan.

e. Metode eksperimen
Berbeda dengan metode eksperimen, di sini mahasiswa dapat ikut serta mempraktikkan
materi pembelajaran. Sehingga, bukan hanya menonton apa yang diperagakan.Mereka dapat
melakukan serangkaian proses ilmiah, menggunakan alat secara langsung, dan sebagainya untuk
mendapatkan sebuah hasil.
f. Metode debat
Anda menemukan kelas dengan mahasiswa yang aktif? Metode debat akan cocok untuk
diterapkan. Apalagi di kelas sosial dan humaniora (sastra).Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok
lalu mereka akan beradu argumentasi yang didasari oleh fakta. Tujuannya untuk memecahkan suatu
masalah atau perbedaan.Selain itu, metode ini bisa meningkatkan public speaking tiap individu karena
harus mengungkapkan argumentasi mereka.
g. Metode resitasi
Metode resitasi dilakukan dengan cara membuat resume dari materi yang sudah disampaikan.
Mahasiswa diminta untuk membaca, mengulang, menulis, dan menguji tulisan mereka.Metode ini
disebut juga penugasan. Sehingga, peserta didik harus mempertanggungjawabkan tugas tersebut.

E. Cara Mengajar yang Efektif


Setelah mengetahui metodenya, pengajar tidak hanya berhenti di sana. Tetapi, harus tahu juga
cara mengajarnya agar metode tersebut tidak sia-sia diterapkan. Berikut ini adalah cara mengajar yang
baik agar kelas berjalan lancar.

1. Menyiapkan materi yang lengkap dan kreatif


Penyampaian materi yang baik, tentunya didasari oleh materi yang lengkap juga. Karena itu,
dosen harus menyiapkan materi dengan selengkap mungkin agar saat ada pertanyaan dari mahasiswa
dapat langsung dijawab. Tidak hanya itu, akan lebih menarik lagi jika materi tersebut dibawakan
secara kreatif. Di zaman yang serba online, dosen dapat mengajar sambil memanfaatkan media sosial
untuk membahas bahan ajaran.

2. Memanfaatkan teknologi
Sekarang ini ada banyak teknologi yang dapat digunakan untuk proses mengajar. Seperti
menggunakan proyektor, internet, dan sebagainya.Selain itu, penggunaan platform yang tepat juga
dapat meningkatkan kualitas mengajar. Sehingga, semangat belajar mahasiswa meningkat dan kelas
berjalan efektif.

3. Bangun interaksi dengan mahasiswa


Kelas yang efektif tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi dosen juga harus
berinteraksi dengan mahasiswanya.Bangunlah interaksi dan dekatkan diri ke mahasiswa, maka Anda
akan lebih mengerti permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga, akan lebih mudah juga untuk
membantu menyelesaikan masalah.Selain itu, mahasiswa tidak akan merasa bosan dengan kelas Anda
karena adanya tanya jawab dan komunikasi dua arah. Namun, jangan berikan mereka jawaban yang
kaku juga!

4. Variasikan metode mengajar


Ada begitu banyak metode mengajar, seorang dosen tidak hanya menggunakan satu metode
untuk satu kelas. Melainkan, memvariasikan metode tersebut agar menarik.Mahasiswa akan lebih
tertarik dalam belajar dengan beberapa metode yang digunakan. Kelas tersebut tentunya tidak jadi
monoton dan tidak membuat mengantuk.

5. Manfaatkan tren masa kini


Mahasiswa bukan lagi siswa yang duduk di bangku sekolah, tetapi sudah di jenjang
universitas. Karena itu, manfaatkanlah tren masa kini untuk menarik minat belajar mereka.Teknologi
yang canggih dan modern akan membantu Anda menemukan apa yang sedang digemari anak muda.
Gunakanlah tren tersebut untuk disambungkan dengan materi yang dibawa.

6. Pengintegrasian materi-materi keagamaan dengan pengetahuan umum


Keilmuan yang dipadukan dengan nilai-nilai spiritual keagamaan dan kemanusiaan
menjadikan kehidupan manusia lebih mulia. Dengan batas-batas nilai agama yang jelas, manusia
terjaga dari ancaman dehumanisasi. Namun substansi keterpaduan keduanya ternyata masih belum
disadari oleh masyarakat. Amin Abdullah mengatakan bahwa masyarakat masih memandang agama
dan ilmu sebagai dua entitas yang berbeda. Keduanya memiliki ranah bahasan yang berbeda dan tidak
saling bertegur sapa. Hal ini memunculkan anggapan bahwa Islam dan sains tidak dapat dipadukan,
sehingga menimbulkan pola pikir dikotomistik terutama dalam bidang pendidikan (Abdullah and
Dkk, 2003). Sedangkan, sebagaimana yang ingin ditunjukkan oleh Amin Abdullah bahwa ilmu agama
dapat saling menyapa dengan ilmu lainnya, bersinergi dalam memberikan manfaat bagi bangunan
peradaban Islam kontemporer, tidak hanya dalam masalah konsep, namun juga implementasinya
dalam dunia pendidikan Islam (Faizin, 2017) Keterpisahan ilmu-ilmu keislaman (ilmu-ilmu
keagamaan) dan sains (ilmu-ilmu rasional) menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dan
kemunduran dunia Islam. Menurut pandangan Soeroyo dalam Syafi’i Maarif, dikotomi fikrah ummat
akan melahirkan dikotomi kurikulum dalam bidang pendidikan. Padahal dalam ruang lingkup
keislaman, pendidikan merupakan suatu proses dan rencana yang sistematis dengan input yang terdiri
dari fikrah islami dan output yaitu seorang yang berkepribadian muslim, berilmu islami, dan juga
berakhlak islami.
Keterpisahan tersebut mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Perkembangan kehidupan manusia seharusnya tidak menghilangkan prinsipprinsip
Islam yang telah diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusia sehingga manusia mampu
memecahkan segala permasalahannya seiring dengan perkembangan IPTEK. Oleh karenanya
diperlukan pembenahan secara terstruktur. Sekolah merupakan suatu institusi yang dapat dijadikan
sebagai wadah yang efektif dalam mewujudkan pembenahan terkait permasalahan keilmuan yang
dikotomistik. Pembenahan tersebut dapat diimplementasikan dalam wujud pembelajaran di dalam
kelas. Pembelajaran terintegrasi merupakan upaya efektif untuk membendung pandangan masyarakat
yang dikotomistik (Ma’arif, 1991) Kecenderungan untuk mengintegrasikan ilmu agama dan
pengetahuan umum ditawarkan kembali untuk mengantisipasi perkembangan pendidikan Islam dan
menghadapi tantangan dan tuntutan zaman yang terus berubah. Seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia, komunitas Muslim beradaptasi dengan berbagai berbagai cara seperti dengan
mengadakan pembaruan, khususnya di bidang pendidikan. Gagasan integrasi keilmuan ini bukanlah
sebuah wacana untuk meraih simpatik akademik, melainkan sebuah kebutuhan mendesak yang harus
dijalankan sebagai pedoman akademik yang ada (Ikhwan, 2014). Karena dapat dipandang dari segi
apa pun, pendidikan menempati posisi strategis dalam upaya pembaruan, baik yang terkait dengan
kelembagaan maupun isi dan tujuan pendidikan, termasuk integrasi ilmu agama dengan ilmu umum
(Amir HM, 2017)19

E.Kolaborasi antar lembaga dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme

1. Peran lembaga pendidikan agama Islam


Lembaga pendidikan Islam merupakah sebuah sarana dalam lingkungan masyarakat sebagai
sebuah tempat pembelajaran yang didalamnya mengandung ajaran - ajaran Islam. Islam merupakan
agama dengan jumlah pemeluk paling banyak di Indonesia. Islam memberikan spirit yang tinggi
kepada umatnya untuk melakukan pencarian ilmu, dalam hal ini dapat dilihat dari banyak nya Al
Qur'an dan Al Hadist yang menerangkan tentang keutamaan dan perintah dalam menuntut ilmu. Salah
satu sarana penyebaran Islam yaitu melalui jalur pendidikan. Melalui jalur pendidikan ini, tentunya
ada lembaga pendidikan yang berperan didalamnya untuk memajukan perkembangan Islam di
Indonesia. Berkembangnya pendidikan Islam di Indonesia menjadikan prioritas utama masyarakat
muslim karena besarnya arti pendidikan dalam mengkaji pengajaran Islam yang masih dikemas
dengan sederhana. Tujuan dibentuknya lembaga pendidikan Islam di Indonesia yaitu sebagai
peningkatan keimanan peserta didik dalam masyarakat yang luas agar mereka dapat lebih memahami,
mengenal, dan menjunjung tinggi nilai ajaran agama Islam. Selain itu juga bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik demi kemajuan Islam yang meluas baik kepada bangsa dan
negara. Yang kedepannya dapat menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman, sehingga terbentuk generasi
yang berakhlak karimah dan taat serta tunduk patuh kepada Allah SWT.
Tujuan pendidikan Islam itu sendiri tidak hanya bersifat kehidupan akhirat, tetapi juga
bersifat duniawi. Sehingga tercipta pula generasi yang dapat menghadapi tantangan kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan
(sains) dan teknologi. Di pondok pesantren pula memasukkan pelajaran bahasa asing ke dalam
kurikulum wajib.
Hasil menunjukkan bahwa peran lembaga pendidikan Islam diantaranya adalah sebagai (1)
tempat pengenalan, pembiasaan, dan penguatan karakter dan akhlak mulia, (2) tempat awal untuk
mewujudkan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada stabilitas dan ketahanan nasional, (3) tempat berlindung bagi anak. 20

2. Peran Lembaga Pemerintah Dan Masyarakat


Peran lembaga sosial yang pertama adalah sebagai penyedia pedoman dalam bersikap serta
bertingkah laku untuk masyarakat.Sehingga setiap individu dapat saling menjaga kenyamanan satu
sama lainnya. Sekaligus untuk memberikan pedoman pada masyarakat agar dapat menentukan sikap
terbaik ketika menghadapi suatu masalah.
Lembaga sosial juga memiliki sebagai penjaga keutuhan atau sebagai penyatu seluruh
individu dalam masyarakat, agar menjadi satu organisasi yang memiliki visi dan misai sama.Melalui

19
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 10. No. I 2019 hal.185
20
Nurul Fauziah,Peran Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia,Jurnal Ariyulinda,Nita,2022.
berbagai kegiatan di lembaga sosial, setiap individu akan paham bagaimana cara bersikap serta
bertingkah laku dalam hubungan sosial.Mengarahkan masyarakat agar dapat membangun sistem
pengendalian sosial. Dengan segala peraturan yang ada dalam lembaga sosial, serta sanksi yang
mengikat seluruh anggota maupun masyarakat luas, maka lembaga sosial memiliki sebagai
pengendali sosial serta lembaga yang memiliki sistem atas pengendalian tersebut.
Sehingga lembaga sosial juga memiliki peran sebagai pencegah terjadinya segala tindakan
kekerasan serta kejahatan di masyarakat.Lembaga sosial juga berperan sebagai tempat belajar untuk
setiap anggota masyarakat. Peran ini tidak hanya dimiliki oleh lembaga sosial yang bergerak di bidang
pendidikan saja, akan tetapi untuk lembaga sosial yang bergerak di bidang lainnya.Karena setiap
bidang akan dikenal norma-normanya dalam lembaga lalu dikenal oleh para anggotanya dan akan
diterapkan dalam kehidupan keseharian.Peran lembaga sosial selanjutnya adalah sebagai penegak.
Mengingat bahwa lembaga sosial memiliki sanksi serta hukuman yang diterapkan dalam
lembaga.Melalui serangkaian peraturan inilah lembaga sosial dapat menjadi pengawas sekaligus
penegak untuk meluruskan berbagai kesalahan dari anggota maupun masyarakat luas.Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada umumnya lembaga sosial dapat berdiri karena nilai maupun
norma atau aturan yang telah diciptakan oleh masyarakat dan diterapkan pula oleh masyarakat untuk
mengatur manusia agar mencapai satu tujuan yaitu, hidup dengan damai.
Fungsi lembaga negara adalah membantu pemerintahan dalam mewujudkan tujuan untuk
membangun Indonesia menjadi negara maju. Selain itu, lembaga tersebut juga hadir agar dapat
membangun kesejahteraan masyarakat dengan memberi fasilitas yang layak untuk membuat rakyat
lebih sejahtera.

3. Mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan


Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang
tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi
pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran
masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis. Keterlibatan
masyarakat luas, merupakan salah satu kunci yang sangat penting dalam keberhasilan pembangunan.
Dengan keterlibatan masyarakat ke dalam proses pembangunan, maka pemerintah tidak lagi
menerapkan sistem pembangunan yang Top Down namun akan menerapkan sistem Bottom Up
dimana usulan yang berasal dari masyarakat akan menjadi masukan penting dalam upaya
pembangunan daerah. Keterlibatan masyarakat merupakan tingkatan proses masyarakat untuk hadir,
terlibat secara aktif, menjadi bagian penting dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, pengendalian
dan pelestarian kegiatan. Tingkatan proses ini sekalipun tidak bisa mewadahi semua komponen, tetapi
ada saluran dan mekanisme dimana kesemuanya dapat melibatkan dan mempercayakan kepada pihak
lain. Hal ini dikenali sebagai suatu bentuk keterwakilan.Keterwakilan berjalan efektif manakala model
komunikasi dengan pihak yang diwakili bersifat dua arah. Kehadiran masyarakat adalah awal dari
pelibatan diri terhadap adanya suatu tindakan bersama. Dalam contoh model pengorganisasian
masyarakat, proses kehadiran perlu dimulai dengan sosialisasi yang tepat. Tanpa adanya sosialisasi
yang tepat, harapan menghindari mobilisasi akan sia-sia belaka.Terlibat secara aktif adalah bentuk
keberanian menampilkan buah pikiran, menyumbangkan tenaga, dana, dan bahan-bahan lain untuk
mendukung terwujudnya suatu output kegiatan. Dimensi keterlibatan aktif adalah juga kerelaan untuk
melakukan pengorbanan dari resources yang dimiliki.Menjadi bagian dari pengambilan keputusan,
berarti berperan serta dalam merumuskan dan menetapkan keputusan. Dilema pengambilan keputusan
yang sering terjadi masyarakat adalah adanya anggapan berakhirnya “jam tayang” justru pada saat
ending cerita dari lakon yang ditampilkan memerlukan pelibatan segenap aktor. Keadaan ini
menyebabkan pengambilalihan kewenangan di tangan para rent seeker atau para pengambil
keuntungan.

F.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan konsep pentingnya pendidikan agama islam
dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Kesimpulannya hasil penelitian ini membahas tentang bagaimana pendidikan agama Islam
yang baik dan benar dapat membentuk pemikiran dan sikap yang moderat pada individu, serta
mengajarkan nilai-nilai Islam yang damai dan toleran.Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pendidikan agama Islam dalam
mencegah radikalisme dan terorisme serta memberikan solusi konkrit bagi pemerintah, lembaga
pendidikan, dan masyarakat dalam memerangi ideologi yang radikal dan ekstrem.
Dengan demikian pendidikan agama islam sangat berperan penting dalam menanggulangi
pemahaman-pemahaman yang salah seperti radikalisme dan terorisme sebagai upaya penanaman
pemahaman yang tidak melenceng dan salah.Oleh karena itu perlunya pendidikan agama islam
sebagai wadah dalam melahirkan intelektual yang memiliki nilai spiritual yang baik dan tidak mudah
terprovokasi oleh paham-paham radikal dan terorisme tersebut.
Daftar Kepustakaan

Abdallah, Opini harian Koran Tempo, edisi, 13 September 2016.

Buddy Munawar Rahman, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (Jakarta:Paramadina, 1994),
546-549.

Hasyim Syafiq, Penanggulangan Radikalisme dan Ekstremisme Berbasis Agama Kun Wazis, Isu
Radikalisme-Terorisme danPendidikan Ponpes REPUBLIKA.CO.ID, Sabtu , 17 June 2017

Laisa Emna, Islam dan Radikalisme (Islamuna Volume 1 Nomor 1 Juni 2014), hlm.2. Mulyadi
Arif,Peran guru agama Islam dalam Menanggulangi Paham Radikalisme, (Safira Vol
2/No.1/2017) hal.50

Nadia Zunly, Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Zilal al-Qur’an Karya Sayyid
Quth,Mukaddimah, 18 (2), 2012: 301-323

Ahamadi, Abu, 2001, Ilmu Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta.Mazhahiri,


Husain, 2003,Pintar Mendidik Anak, Jakarta; Lentera Basritami Al-Abrasyi, athiyah Muhammad,
2003,Prinsip-prisip Dasar Pendidikan Islam,Bandung; Pustaka Setia
Suryana, Toto, et. al, 1997, Pendidikan Agama Islam, Bandung; Tiga Mutiara

Abd A‘la, Jahiliyah Kotemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan, Yogyakarta: LkiS, 2014.

Abu Zahroh, Muhammad. Tarikh al-madzahib al-Islamiyah I. Kairo : Dar al-Fikr al-Araby.tt.

Abu al-Fida‘ Ismail bin Umar bin Kasir al-Qarsy al-Dimasyq, Tafsir al-Quran al-„Azhim, ditahqiq
oleh Sami bin Muhammad Salamah. Juz IV. t.t : Dar Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi‘,
1999.

Anda mungkin juga menyukai