Anda di halaman 1dari 19

PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN ISLAM DALAM

UPAYA MENANGKAL BAHAYA RADIKALISME


TERHADAP NKRI

• M O C H A M A D K E V I N R A F L I A N S YA H P U T R A
(192030177)
• L U T H F Y FA U Z I A N ( 1 9 2 0 3 0 1 6 7 )
• M U A M M A R F A T H U R I N S YA ( 1 9 2 0 3 0 2 0 1 )
• FIKRAM SUDIRMAN (192030164)

kevin.rafliansyah@gmail.com
PENDAHULUAN
• Saat ini, Indonesia dihadapkan dengan berbagai persoalan dan ancaman radikalisme, terorisme dan
separatism yang semuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD’45. Indonesia
merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia.
• Ideologi radikal sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila yang memiliki ciri khas masyarakatnya
yang beragam, toleran dan inklusif. Agama dapat menjadi perekat perdamaian tetapi agama juga dapat
menimbulkan ketegangan dan kekerasan sosial.
• Radikalisme merupakan ancaman terhadap ketahanan ideologi. Jika Ideologi negara sudah tidak kokoh
maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional. Hal ini menjadi ancaman serius bagi keutuhan
NKRI.
• Dalam bernegara, sebuah ideologi sangat dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk mengikat masyarakatnya
agar bisa hidup bersama dalam naungan satu ideologi. Begitu juga dengan Indonesia yang para
founding fathersnya sudah menetapkan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, maka secara
otomatis Pancasila sebagai idiologi ini wajib dipatuhi dan diikuti oleh seluruh anak bangsa.
• Ideologi Pancasila dengan prinsip Bhinneka tunggal ika mengajarkan kita untuk senantiasa hidup
dengan penuh rasa toleran. Karena adanya banyak jenis agama, suku, ras dan aliran, namun pada
hakekatnya satu jua, yaitu satu bangsa, bangsa Indonesia.
• Akhir-akhir ini muncul suatu ideologi baru di Indonesia yang sangat meresahkan masyarakat, yaitu
ideologi Islam radikal. Suatu ideologi ekslusif yang selalu mengedepankan kekerasan dalam
merealisasikan tujuannya. Ideologi radikal Islam ini sangat dipengaruhi oleh faham ISIS atau Islamic
State in Iraq and Syria, yang merupakan sebuah kelompok militan jihad yang ideologinya terus
dikembangkan keseluruh penjuru dunia melalui situs-situs, buku-buku, pendidikan di sekolah-sekolah,
kampus-kampus, ceramah, jejaring sosial seperti face book, youtube, twitter dll., hingga pengaruhnya
sampai ke Indonesia.
• Gerakan Radikalisme di Indonesia ini telah muncul pada masa kemerdekaan Indonesia, bahkan dapat
dikatakan sebagai akar gerakan Islam garis keras era reformasi. Gerakan dimaksud adalah DI/TII
(Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) dan Negara Islam Indonesia (NII) yang muncul era 1950- an
(tepatnya 1949). Darul Islam atau NII mulanya di Jawa Barat, Aceh dan Makassar. Gerakan ini
disatukan oleh visi dan misi untuk menjadikan syariat sebagai dasar negara Indonesia. Gerakan DI/TII
ini berhenti setelah semua pimpinannya terbunuh pada awal 1960- an.
• Seiring dengan berkembangnya berbagai organisasi keagamaan yang berorientasi politis, seperti
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Lasykar Jihad, Jamaah Islam Ahlussunah
Waljamaah, Forum Ulama Ummat Islam Indonesia dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Jelas ini
menjadi permasalahan yang serius bagi Indonesia dalam menyikapi gerakan radikalisme yang semakin
berkembang sehingga dapat memunculkan gerakan terorisme.
• Pada tanggal 17 Juli 2019 pemerintahan Indonesia melalui Kementerian Hukum dan Ham
(Kemenkumham) secara resmi mencabut status badan hukum ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pencabutan status tersebut dikarenakan HTI secara terang-terangan ingin mengubah sistem atau
ideologi bangsa Indonesia dengan sistem khilafah. Seperti yang telah diketahui, bentuk teror di
Indonesia begitu banyak sehingga menimbulkan keresahan terhadap masyarakat, seperti pada 10
Oktober 2019, Menkopolhukam Wiranto ditusuk oleh penyerang menggunakan kunai saat kunjungan
kerja di Pandeglang, Banten.
• Karena mengalami ke khawatiran, pemerintah segara bertindak tegas
untuk mengantisipasi gerakan radikalisme. Berbagai upaya telah
dikeluarkan dalam menangani ancaman bahaya gerakan ini. Bahkan
ormas-ormas besar yang ada di Indonesia turut serta dalam menanggapi
ancaman ini.
• Dalam menangkal ancaman ini, tentunya tidak terlepas dari peran sikap
kepemimpinan yang baik. Yang mana dalam artian ini, kepemimpinan
adalah kemampuan individu dalam mempengaruhi, memotivasi dan
membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi
keefektivisan dan keberhasilan organisasinya.
BAGAIMANA UPAYA SEORANG PEMIMPIN DALAM
PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN ISLAM MENANGKAL
KEMUNCULAN PAHAM RADIKALISME DI INDONESIA?
• Radikalisme menurut Johan Galtung yaitu any avoidable impediment to self realization. Radikalisme
merupakan terhalangnya seseorang untuk mengaktualisasikan potensi diri (terutama menyangkut hak
yang ada pada individu maupun kelompok) secara wajar. Karena radikalisme berkenaan dengan
terhalangnya hak seseorang.
• Jika dikaitkan dengan radikalisme keagamaan maka dimaknai sebagai gerakan keagamaan yang
berupaya merobak secara total suatu tatanan baik politik maupun sosial yang ada dengan menggunakan
kekerasan. Karena itu radikalisme agama merupakan masalah sosial yang kehadirannya tidak
diinginkan oleh masyarakat. Gerakan yang berpandangan menggunakan kekerasan dalam mengajarkan
keyakinan mereka. Mereka suka melakukan tindakan-tindakan teror, yang berarti menakut-nakuti atau
menyebabkan ketakutan
• Horce M. Kallen menanggapi terkait terminologi radikalisme, selain pada tataran ajaran yang
dikonstruk sedemikian rupa, juga pada tataran aksi perlawanan terhadap sistem sosial atau
pemerintahan yang diangap tidak sejalan dengan ideologi yang mereka kembangkan dan mereka
yakini.
• Radikalisme merupakan suatu paham atau ideologi yang mengakar dalam ide-ide politiknya untuk
melakukan perubahan atas kondisi yang ada, bagi dari segi ekonomi, sosial maupun politik. Selain itu,
istilah radikal mengacu kepada gagasan dan Tindakan kelompok yang bergerak untuk menumbangkan
tatanan politik mapan yakni negara-negara untuk penguasa yang bertujuan melemahkan otoritas politik
dan legitimasi negara-negara dan kekuasaan lainnya.
• Di samping itu, konteks politik di Indonesia juga menjadi alasan lain dalam kemunculan Islam radikal.
Ada kesamaan antara gerakan Islam radikal di Indonesia dan Timur Tengah. Gerakan Islam radikal di
Timur Tengah bisa diklasifikasi dalam tiga kategori.
• Pertama, gerakan itu terjadi di negara-negara yang pemerintahannya otoriter seperti di Irak dan
Suriyah. Al-Mujahidin di Irak menentang kediktatoran Saddam Hussein, demikian halnya al-Ikhwan di
Suriyah yang menentang rezim Hafidh al-Asad.
• Kedua, hal yang sama terjadi di wilayah yang dijajah dan diduduki kekuatan asing, seperti di Palestina.
Fundamentalisme di Palestina yang bahkan termanifestasi dalam bentuk ekstrem melalui jalan
kekerasan merupakan reaksi terhadap kekerasan politik yang dilakukan Israel.
• Ketiga, gerakan radikal lahir di negara yang kebijakan pemerintahannya dipandang terlampau
memihak ke Barat seperti Mesir dan Iran prarevolusi. Munculnya Ikhwanul Muslimin di Mesir tak
lepas dari sentimen massa menentang kebijakan pemerintah yang dinilai pro-Barat dan cenderung
membatasi peran kaum agamawan.
• Dalam suasana seperti itulah Islam radikal mencoba melakukan perlawanan. Perlawanan itu muncul
dalam bentuk melawan kembali kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau identitas yang
menjadi taruhan hidup. Mereka berjuang untuk menegakkan cita-cita yang mencakup persoalan hidup
secara umum, seperti keluarga atau institusi sosial lain. Mereka berjuang dengan kerangka nilai atau
identitas tertentu yang diambil dari warisan masa lalu maupun konstruksi baru. Untuk itu mereka juga
berjuang melawan musuh-musuh tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial-
keagamaan yang dipandang menyimpang. Terakhir mereka juga mengaku bahwa perjuangan mereka
atas nama Tuhan atau ide-ide lain. Padahal hal tersebut tidak diajarkan oleh agama mana pun dan
orang-orang seperti itu tidak mempunyai agama dan menyesatkan.
ISLAM DAN KEDAMAIAN
• Sementara Islam merupakan agama kedamaian. Islam tidak pernah
membenarkan praktek penggunaan kekerasan untuk menakut-nakuti dalam
menyebarkan agama. Radikalisme itu mengandung sikap jiwa yang
membawa kepada tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah
tatanan kemapanan dan menggantinya dengan gagasan baru. Makna yang
terakhir yakni radikalisme adalah sebagai pemahaman negatif dan bahkan
bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan. Islam sangat
membenci aksi kezhaliman apa pun bentuknya.
• Karena Islam senantiasa mengajarkan dan memerintahkan kepada umatnya
untuk menjunjung tinggi kedamaian, persahabatan, dan kasih sayang. Bahkan
al-Qur’an menyatakan bahwa, orang yang melakukan aksi kezhaliman
termasuk golongan orang yang merugi dalam kehidupannya. Di dunia akan
di cap sebagai pelaku kejahatan dan di akhirat kelak akan dimasukkan ke
dalam api neraka Jahannam.
• Jika dikaitkan dengan faktor kepemimpinan, inilah yang menjadi tolak ukur suatu
keberhasilan dalam berorganisasi dan memerintahkan rakyatnya. Dalam perspektif
agama Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapatkan perhatian yang
sangat besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan
untuk memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang kecil sekalipun.
• Ada beberapa istilah yang merujuk pada pemimpin dalam Islam Pertama, khalifah.
Kata khalifah berakar dari kata yang pada mulanya berarti di belakang. Dari satu sisi
kata ini menegaskan bahwa kedudukan pemimpin hendaknya berada di belakang,
untuk mengawasi dan membimbing yang dipimpinnya bagaikan pengembala. Tujuan
pengawasan dan bimbingan itu adalah memelihara serta mengantar gembalaannya
menuju arah dan tujuan penciptaannya. Kedua, pemimpin dapat pula disebut imam.
Seorang imam dalam sholat adalah dia yang diteladani gerak geriknya oleh para
makmum, sedangkan imam dalam arti pemimpin (secara umum) adalah yang
diteladani oleh masyarakatnya sekaligus selalu di depan.
PERAN ULAMA DAN KYAI DALAM MEMBINA UMATNYA
• Salah satu strategi yang penting untuk mencegah menguatnya radikalisme adalah memperkuat dan
menghidupkan kembali tradisi lokal dan memunculkan kembali local knowledge. Dakwah dan misi
agama kini cenderung memberi peluang terlalu besar bagi pengetahuan yang berasal dari luar sembari
mengabaikan dan bahkan menutup untuk tidak dikatakan menindas, pengetahuan lokal masyarakat dan
tradisi.
• Pelibatan para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh luas di wilayahnya (lokal)
itu sendiri dalam proses penyebaran nilai-nilai agama di masyarakat. Peran Ulama dan Kyai dalam
menangkal paham radikalisme agama setidaknya ada tiga peran ulama dan kyai dalam menangkal
paham tersebut.
• Pertama, Membimbing Umat. Bimbingan yang dimaksud di sini adalah bimbingan ajaran agama
kepada masyarakat. Jika kyai punya pesantren maka bimbingan dimaksud kepada para santrinya. Jika
ulama atau pimpinan ormas, maka bimbingan dimaksud kepada para anggotanya.
• Kedua, menyampaikan pesan keamanan dan ketertiban masyarakat. Pesan dimaksudkan agar
masyarakat tidak mudah tergoda dan terbujuk oleh kelompok-kelompok radikal.
• Ketiga, mitra pemerintah, dalam kaitan peran ini ulama dan kyai bekerja sama dengan pemerintah dan
aparat kepolisian untuk saling berkomunikasi dan menjalin silaturahmi. Peran-peran inilah yang
kemudian bisa menunjukkan bahwa ulama dan kyai tidak hanya sebatas berhubungan dengan
permasalahan agama saja, namun ikut turut serta menjaga kedamaian di masyarakat.
• Dilihat dari kepemimpinan perspektif Islam dan semakin luas beredarnya isu
tentang radikalisme, seperti Ketua Jam'iyyah Ahlit Thoriqoh al Mu'tabaroh
An Nahdliyah (Jatman), KH Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya
angkat bicara tentang ancaman radikalisme terhadap NKRI. Habib Luthfi
memang dikenal melalui dakwahnya yang menyejukkan dan dapat
mempersatukan umat. Terlebih di tengah kondisi sosial dan politik Indonesia
yang sangat dinamis, diperlukan tokoh agama dan ulama moderat seperti
Habib Luthfi yang menjadi teladan dan dapat merangkul segala lapisan
masyarakat lewat dakwah yang memuat pesan-pesan toleransi dan
perdamaian.
• Dalam mencegah paham radikal Habib Luthfi selalu mengingatkan dan
mengajak para jama’ah nya untuk senantiasa menjaga keutuhan dan kesatuan
NKRI. Sebagai salah satu upaya Habib Luthfi: Kuatkan Lita‘arafu untuk
tangkal radikalisme. Menyerukan agar umat Islam menguatkan lita‘arafu
(saling kenal mengenal) untuk menangkal gerakan radikal. Namun tidak
hanya kenal mengenal dalam artian secara lahiriah tetapi juga suasana
kebatinannya. 
• Menurut Habib, pelaku teror membabi buta karena tidak mengenal dari
mana dia dilahirkan dan  hidup di daerah mana serta manfaat apa yang
bisa dicurahkan untuk kemaslahatan umat. Keinginan kuat untuk
menguasai dunia dengan dalih agama menjadikan mereka kalaf dan
tidak santun dalam melakukan ‘dakwah’ versi mereka.
• Gerakan dakwah cinta tanah air oleh KH. Habib M. Luthfi cukup
relevan ditengah-tengah kondisi bangsa Indonesia sekarang ini. Sebagai
ulama, kiai, dan tokoh tarekat sufi (Rais ‘âm jam’îyah ahli ath-tharîqah
al-mu’tabarah an-nahdhîyah) telah berperan penting untuk
menumbuhkan nasionalisme dan konsisten mendakwahkan Islam
khususnya dalam upaya meneguhkan semangat cinta tanah air dan
bangsa. Syi’ar Islam dan cinta tanah air telah mendapatkan penekanan
pada setiap event dakwahnya. Sehingga apa yang dilakukan terlihat
kental dengan atribut cinta tanah air.
METODE PENELITIAN
• Terdapat survei yang cukup memprihatinkan, tentang adanya dukungan radikalisme atas nama agama
yang telah dilansir oleh Setara Institute pada bulan Maret tahun 2015 pada siswa SMA di Jakarta dan
Bandung yang menunjukkan bahwa ada 7% siswa mendukung perjuangan ISIS (Islamic State of
Suriyah and Irak). Ideologi ISIS ini ditunjukkan dengan sikap dukungan terhadap penegakan khilafiyah
Islamiyah bahkan hingga dukungan terhadap wacana pemberlakuan syariat Islam, penegakan
khilafiyah, dan mengganti pancasila sebagai ideologi Negara.
• Yang lebih meprihatinkan lagi, adanya beberapa kelompok orang tertentu yang mengharamkan hormat
kepada bendera merah putih, bahkan menuduhnya sebagai perbuatan syirik dan bid’ah. Dan, ironisnya,
semua itu diatasnamakan untuk tujuan pemurnian akidah Islam, sehingga seakan-akan cinta tanah air
itu bukan bagian dari ajaran Islam.
• Fakta ini cukup meprihatinkan dan menjadi ancaman besar bagi kehidupan
umat beragama di Indonesia serta eksistensi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ancaman tersebut tidak boleh terus menerus dibiarkan, harus
dicegah dan ditangkal sejak dini agar keutuhan NKRI tetap terjaga dari
segala ancaman, baik internal maupun eksternal. Untuk meneguhkan cinta
tanah air dan bela negara perlu di upayakan oleh semua pihak, termasuk
warga negara. Negara, TNI, Polri, rakyat, dan para tokoh agama termasuk
Kiai atau ulama (elite agama) bersama-sama untuk memberikan sumbangsih
kepada bangsa dan negara tercinta ini.
HASIL DAN DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai