Disusun Oleh:
TAHUN 2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
1
Ummah, Sun Choirul. 2012. Akar Radikalisme di Indonesia. Humanika Nomor 12
Azhari dan Nurdin M. Top dan banyak gerakan teror lainnya. Artinya, pada
masa pasca reformasi yang ditandai dengan terbukanya jalur demokratisasi
sudah menjadi tanah subur yang ditumbuhi golongan Islam radikal. Istilah
radikalisme dikalangan umat Islam sering dikaitkan dengan faham keagamaan,
meskipun harus diakui juga bahwa lahirnya radikalisme bisa berasal dari
berbagai sumbu seperti politik, ekonomi, maupun sosial. 2
Di era reformasi, gerakan radikal kiri berada dalam keadaan mati suri,
berbeda halnya dengan gerakan radikalisme kanan. Setelah kebebasan
demokrasi dibuka, tidak serta merta membuat gerakan radikal ini surut,
bahkan malah semakin tumbuh subur, seperti munculnya Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI),
Laskar Jundullah, Gerakan Salafi, Lasykar Jihad, Gerakan Islam Ahlussunnah
wal Jamaah, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Negara Islam Indonesia (NII) dan
2
Hafid, Wahyudin. 2020. Genealogi Radikalisme di Indonesia (Melacak Akar Sejarah Gerakan
Radikal). Al-Tafaqquh: Journal of Islamic Law, Fakultas Agama Islam UMI, Volume 1 Nomor 1)
berbagai agama bercorak lokal adalah sebuah potret merebaknya gerakan-
gerakan keagamaan ini. 3
3
Hafid, Wahyudin. 2020. Genealogi Radikalisme di Indonesia (Melacak Akar Sejarah Gerakan
Radikal). Al-Tafaqquh: Journal of Islamic Law, Fakultas Agama Islam UMI, Volume 1 Nomor 1)
dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat
dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim.
Keempat, faktor ideologis anti westernisme. Westernisme merupakan
suatu pemikiran yang membahayakan Muslim dalam mengaplikasikan syari'at
Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan
syari'at Islam.
Kelima, faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan pemerintahan
di negara-negara Islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas
berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam disebabkan
dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara besar.4
4
Saifuddin, Lukman Hakim. 2014. Radikalisme Agama dan Tantangan Kebangsaan.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI.
5
Lukman hakim Saifuddin, November 2014, hlm. 5.
sangat_patuh oleh banyak kelompok Islam, sehingga mudah terpengaruh
oleh berbagai tekanan teman sebaya (nepotisme). 6
Islam radikal yang dianut Khawarij mempunyai respon yang tidak
sepenuhnya sejalan dengan kelompok Islam lainnya, hal ini menunjukkan
bahwa ituKhawarij sangat tidak sejalan dengan perbedaan. Khawarij yang
dianut mempunyai tanggapan yang tidak sepenuhnya sejalan dengan
kelompok Islam lainnya, hal ini menunjukkan bahwa filosofi Khawarij
sangat tidak sejalan dengan perbedaan. Demikianlah disajikan berbagai
variasiteori teologi (kalam) seperti Syi'ah, Murji'ah, Mu'tazilah,
Maturidiyah, Asy'ariah, dan lain-lain, beserta penjelasan masing - masing
permasalahan yang dari Khawarij, teori-teori teologi (kalam) seperti
Syi'ah, Murji'ah, Mu'tazilah, Maturidiyah, Asy'ariah, dan lain- lain
disajikan, disertai penjelasan masing-masing permasalahan yang
dihadirkan Khawarij. kondisi membuatini umat Islam rentan terhadap
konflik sektarian; khususnya, ini menyoroti dan meratakanmenyoroti dan
bahkan memperpanjang perdebatan hingga timbul konflik antara umat
Islam dan Asyur, antara filosof dan mutakallimin, memanjangantara umat
Islam dan Tasawuf, perdebatan hingga timbul konflik antara Islam dan
Asyur, antara filosof dan mutakallimin ,antara umat Islam dan Tasawuf.7
a. Pengertian Radikalisme
Secara bahasa, radikalisme berasal dari kata “diktator” yang
mempunyai tiga ciri utama: akar, mendasar, dan ciri prinsip akar,
fundamental, dan prinsip. orang yang melakukan tindak kekerasan,
sedangkan Radikal adalah jenis perilaku yang menyasar tindak
kekerasan, di sisi lain, radikalisme bermula dari rasa takut atau
keyakinan. tidak disebutkan secara eksplisitada penyebutan
radikalisme secara eksplisit daribahasa Arab, radikalisme dalam
bahasa Arab. Radikalisme tidak tidak pernah direduksi menjadi
amenjadi satu kata atau bahkan didefinisikan kata Tunggal tepat
6
Lukman hakim sifuddin, November 2014, hlm. 5.
7
Lukman hakim Saifuddin, November 2014, hlm. 6-7.
atau bahkan didefinisikan dengan benar. Ideologi ideologi
radikalmerupakan produk berkualitas rendah yang sering dikaitkan
dengan fanatisme Islam. merupakan produk berkualitas rendah
yang sering dikaitkan dengan fanatisme Islam. Fundamentalisme
dalam Islam terkadang dikaitkan terkadang terkaitdengan istilah
lain, seperti “Islamisme, Islam radikal, ravivalisme, atau
Islamisme.” dengan istilah lain, seperti “Islamisme, Islam radikal,
ravivalisme, atau Islamisme.”8
Secara terminologi, radikalisme agama adalah untuk praktek
yang sering menimbulkan perselisihan antara dua pihak yang
bertugas mencapai tujuan tertentu agamamemperbaiki keadaan
sosial tertentu dengan cara yang melanggar hukum agama, yang
seringkali menimbulkan perselisihan yang keras antara dua pihak
yang bertugas mencapai tujuan tertentu atau memperbaiki keadaan
sosial tertentu dengan caranmetode yang melanggar hukum
agama.9
Esposito, seorang pakar tentang Islam, melakukan elaborasi
mengenai istilah “fundamentalisme” dengan mengasosiasikan
dengan tiga hal sebagai berikut: Pertama, dikatakan beraliran
fundamentalis, apabila mereka menyerukan panggilan untuk
kembali ke ajaran agama yang mendasar atau fonadasi agama yang
murni; Kedua, pemahaman dan persepsi tentang fundamentalisme
sangat dipengaruhi ole kelompok Protestan Amerika, yaitu sebuah
gerakan Protestan abad ke-20 yang menekankan penafsiran Injil
secara literal yang fundamental bagi kehidupan ajaran agama
Kristen; Ketiga, istilah fundamentalisme dan anti Amerika.
Esposito, kemudian berpendapat bahwa istilah fundamentalisme ini
sangat bermuatan politis Kristen dan stereotype Barat, serta
mengindikasikan ancaman monolitik yang tidak eksis.10
8
Mufaizin, Maret 2020, hlm. 116.
9
Mufaizin, Maret 2020, hlm. 116-117.
10
Anzar Abdullah, Februari 2016, hlm. 4.
b. Akar Sejarah Radikalisme Dalam Islam
Sejarah perilaku kekerasan dalam Islam biasanya dikaitkan
dengan masalah politik, yang kemudian berdampak pada agama
sebagai symbol, tidak dapat dibantah. Namun, pembunuhan
khalifah terjadi selama pemerintahan Khalifah Umar. Namun,
setelah gerakan radikalisme yang sistematis dan terorganisir
dimulai. Ini ditandai dengan munculnya gerakan teologis radikal
yang dikenal sebagai "Khawarij", yang berasal dari kata Arab
"kharaja", yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak.
Dari pengertian ini, kata tersebut juga dapat diartikan sebagai
orang Islam atau Muslim yang berasal dari kesatuan umat Islam.11
Dalam teologi Islam, Khawarij mengacu pada kelompok
atau aliran kalam yang berasal dari pengikut Ali bin Abi Thalib
yang kemudian meninggalkan barisannya, karena tidak setuju
dengan keputusan Ali yang menerima baik arbitrase (tahkim)
maupun perjanjian damai dengan kelompok pemberontak
Mu'awiyah bin Abi Sufyan mengenai persengketaan kekuasaan
(khilafah). Kelompok Khawarij berpendapat bahwa keputusan Ali
adalah tindakan yang salah dan hanya akan menguntungkan
kelompok pemberontak. Situasi ini mendorong beberapa tentara
Ali keluar dari barisannya.12
c. Radikalisme Dalam Islam Era Kontemporer
Baik gerakan maupun bentuk khawarij telah lenyap, tetapi
sifat dan pikiran mereka tetap hidup dalam sejarah Islam. Saat ini,
sifat khawarij melekat pada kelompok Islam yang begitu mudah
mengkafirkan dan menghancurkan mereka. Menyesatkan orang
Islam lain yang berbeda pendapat dan pandangan dengan mereka.
Karakter khawarij juga sering ditemukan dalam orang Islam yang
sering menggunakan kekerasan dan mendukung anarkisme dan
11
Anzar Abdullah, Februari 2016, hlm. 5.
12
Anzar Abdullah, Februari 2016, hlm. 6.
terorisme dengan alasan bahwa mereka mempertahankan agama
Allah.13
Gerakan Islam radikal modern di Indonesia, seperti Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), adalah contohnya. Organisasi ini ekstrem
dalam hal-hal politiknya, tetapi menekankan cara-cara untuk
mencapai tujuannya dengan cara yang damai. Radikalismenya
berasal dari perjuangan HTI, yang menginginkan perubahan politik
besar dengan menghancurkan semua Negara-bangsa saat ini dan
membangun Negara Islam baru yang dipimpin oleh khilafah.14
C. PERKEMBANGAN PAHAM DAN GERAKAN RADIKAL DI
INDONESIA
D. MENGENALI CIRI DAN KARAKTERISTIK PAHAM DAN
GERAKAN RADIKAL DI INDONESIA
KESIMPULAN
13
Mufaizin, Maret 2020, hlm. 120.
14
Anzar Abdullah, Februari 2016, hlm. 10.
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
Seiring perkembangan zaman dan tuntutan sosial di tengah masyarakat Indonesia
yang sangat luas, maka bermunculanlah aliran yang mengatasnamakan Islam.
Radikalisme merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang dirugikan oleh fenomena sosio-politik dan sosio-historis. Istilah
radikalisme dikalangan umat Islam sering dikaitkan dengan faham keagamaan,
meskipun harus diakui juga bahwa lahirnya radikalisme bisa berasal dari berbagai
sumbu seperti politik, ekonomi, maupun sosial.
Bermula dari kelompok Darul Islam Jawa Barat (DI/TII) pada tahun 1950-
an, kemudian disusul dengan Komando Jihad (Komji) sekitar tahun 1976 dan
Front Pembebasan Muslim Indonesia pada 1977. Sedangkan pada era reformasi
muncullah beberapa kelompok yakni Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jundullah, Gerakan
Salafi, Lasykar Jihad, Gerakan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, Jamaah Ansharut
Tauhid (JAT), dan Negara Islam Indonesia (NII)
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Abdullah, A. (2016). Gerakan Radikalisme Dalam Islam: Perspektif
Historis. Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar, Sulawesi
Selatan, Indonesia, 1-25.