Anda di halaman 1dari 14

ISLAM PENANGKAL

RADIKALISME DAN TERORISME

Oleh:
Indah Ayu Mayasari
NIM. 21104012089
Program Studi Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2022
KONTEN
• Radikalisme
• Terorisme
• Faktor yang menimbulkan radikalisme
dan terorisme
• Pendekatan keIslaman untuk menangkal
radikalisme dan terorisme?
RADIKALISME
• Radikal berasal dari bahasa Latin radix yang
berarti "akar“. Dari bahasa Inggris kata radical
dapat bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik,
revolusioner, dan fundamental
• Radicalism artinya doktrin atau praktik
penganut paham radikal atau paham ekstrim
yang menghendaki adanya perubahan dan
perombakan besar untuk mencapai kemajuan
dalam tujuan tertentu
TERORISME
• Secara harfiah, dari bahasa latin, yaitu terrere, artinya
menimbulkan rasa gemetar dan cemas. Terorisme
berarti menakut-nakuti (to terrify).

• KBBI: terorisme = penggunaan kekerasan untuk


menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan
(terutama tujuan politik), praktik tindakan teror.

• terorisme yang mempunyai arti ancaman dan tindakan


dengan menggunakan kekerasan dalam rangka
membuat orang lain takut, sehingga dapat mencapai
tujuan tertentu.
Faktor yang menimbulkan radikalisme dan terorisme

Faktor Ekonomi
• mereka yang secara sosio-ekonomi mengalami kesengsaraan dan
kekurangan atau kemiskinan,

• sehingga mempunyai kecendrungan untuk berbuat radikal dan besar


kemungkinan menggunakan cara kekerasan termasuk gerakan teroris.

• Adanya aksi teror sebab mereka tertarik untuk mendapat bantuan


jasa (charity) dari pihak lain.

• Contohnya adalah gerakan AlQaeda yang dapat melebarkan


pengaruhnya hanya dengan memberikan bantuan jasa terhadap
masyarakat miskin
Faktor yang menimbulkan radikalisme dan terorisme

Faktor Ekonomi
• Mengapa banyak mantan teroris yang kembali
beraksi lagi, salah satunya karena mereka gagal
dalam mencari pekerjaan untuk menghidupi
keluarga mereka. Karena keadaan yang sulit inilah
sehingga mereka kembali kepada jaringan
lamanya yang bersedia mensupply kebutuhan
mereka
Faktor yang menimbulkan radikalisme dan terorisme

Faktor Politik
• perlakuan diskriminatif penguasa terhadap kelompok
tertentu.
• tidak diakomodasinya aspirasi atau keinginan kelompok
tersebut sehingga mengakibatkan tindakan frontal dan
anarkis.
• Contohnya adalah aksi anarkisme yang dilakukan oleh
kelompok islam militan yang bertujuan untuk mengganti
sistem sekuler (demokrasi) dengan syari’ah (daulah
islamiyah).
• Kelompok ini beranggapan bahwa demokrasi adalah sistem
politik barat yang harus ditolak karena tidak sejalan dengan
nilai-nilai Islam
Faktor Agama
• pemahaman ayat-ayat Al-Quran yang literal, sepotong–sepotong
• Literal dalam memahami teks-teks agama hanya sebatas kulitnya saja
tetapi minim wawasan tentang esensi agama.

• ajaran-ajaran dalam kelompok tersebut dipersepsi sedemikian rupa,


agar bisa mengendalikan sesorang juga bisa mendukung tindakan
kekerasan .

• Doktrin dengan melakukan seleksi terhadap ayat-ayat al-Quran yang


bernuansa konfrontatif bukan yang bersahabat

• Pilihan beberapa ayat-ayat konfrontatif Meliputi: perintah dakwah


(menyeru di jalan Allah), perintah jihad (berjuang), perintah amar
makruf nahi mungkar (menyuruh kebaikan dan mencegah
kejahatan), perintah perang (qital),
Pendekatan keIslaman untuk menangkal
radikalisme dan terorisme

• Islamisasi Terbuka dan Pribumisasi


Islam

• Mengembangkan Pluralisme

• Peran Institusi Keagamaan dan


Pendidikan

• Meneladani ideologi ahlussumahwal


jamaah (NU)
• Islamisasi Terbuka dan Pribumisasi Islam

• Pemahaman agama yang setengah-setengah menyebabkan disintegrasi


yg menganggap ideologi suatu negara tdk penting.

• Seharusnya, islamisasi dikalangan pemuda dilakukan secara positif


sehingga mampu menerima segala perbedaan.

• Proses Islamisasi di kalangan anak muda itu harus dilakukan secara


terbuka, bervariasi dan mampu menyelesaikan perbedaan pendapat
secara damai dan tanpa kekerasan

• Konsep pribumisasi islam tersebut merujuk pada historis penyebaran


Islam oleh wali songo yang mengadaptasikan budaya lokal dengan corak
keislaman, sehingga Islam mudah diterima tanpa melanggar syariat
agama. Gagasan "Pribumisasi Islam" perlu dilestasikan sebagai praktis
pendidikan kultural melalui musholla dan masjid di desa-desa dan
diwariskan dari generasi ke generasi, sehingga mampu mewadahi
dinamika kolektif masyarakat lokal
• Mengembangkan Pluralisme

• pluralisme atau paham kemajemukan


didefinisikan sebagai toleransi keragaman dalam
suatu masyarakat /negara
• Hal ini berimplikasi pada pemahaman individu
bahwa di luar agama yang dianutnya ada agama
lain yang harus dihormati dan masing-masing
pemeluk agama harus tetap memegang teguh
agamanya
• Pluralisme membutuhkan pengakuan,
penerimaan, dan sikap tulus terhadap
kemajemukan sebagai rahmat Allah SWT
• Mengembangkan Pluralisme

• Merujuk QS. al-Baqarah ayat 256:


Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); Sesung-guhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat.

• Merujuk QS. al-An’am ayat 108:


Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-
sembahan yang mereka sembah selain Allah,
Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan.
• Peran Institusi Keagamaan dan Pendidikan

• Peran guru pengajar: Membentuk pandangan agama islam anak didik


penuh cinta kasih dan harus moderat

• Moderat = mengambil jalan tengah yang mengedepankan aspek


mashlahah al-mursalah sebagai fakta bahwa masyarakat dilahirkan
dengan beragam

• Institusi keagamaan : perguruan tinggi, pesantren dan sekolah-sekolah


agama bisa berperan menanggulangi radikalisme dan terorisme
melalui pemberian materi pembelajaran agama yang mengutamakan
gagasan-gagasan Islam yang rahmatal lil alamin dan toleran.

• Meskipun lembaga seperti pesantren itu adalah lembaga pengajaran


agama, namun sepanjang sejarah kita, pesantren-pesantren di
Indonesia pada ghalibnya adalah lembaga yang sangat toleran,
terbuka, dan bukan ekstrem namun pious (taqwa).
• Meneladani ideologi ahlussumahwal jamaah (NU)

• Tawasuth (moderat) mengambil jalan tengah yang lebih bijaksana. Tawasuth mengajarkan
bahwa manusia memiliki kebebasan untuk melaksanakan suatu aktivitas tetapi masih
dibatasi oleh kehendak Allah . Artinya, manusia wajib ikhtiyar secara optimal, jika ingin
meraih kesuksesan, tetapi jangan lupa bahwa Allah yang menentukan keberhasilan,
sehingga tida terjerumus pada perbuatan israf (berlebihan), karena israf (berlebihan)
cenderung kearah Radikalisme dan terorisme.

• Tawazun (keseimbangan), mengajarkan bahwa dalam memandang suatu realitas tidak


boleh bersifat ektrem baik kekiri atupun ke kanan. Artinya tidak terlalu berlebihan pada
saat senang atau benci kepada sesuatu. Hal ini didasarkan bahwa pandangan baik manusia
belum tentu baik menurut Allah sw, dan sebaliknya pandangan jelek manusia belum tentu
jelek menurut Allah swt.

• I’tidal (keadilan), artinya sesama manusia harus saling memberikan kepercayaan yang
dibangun secara proporsional. Kesadaran masing-masing elemen untuk melaksanakan
peran secara proporsional dapat mencegah perpecahan dunia.

• Tatharruf (universsalisme), mengajarkan setiap manusia agar lebih mengedepankan


pemahaman Islam yang bersifat universal (global). Kebenaran Islam dilihat dari norma-
norma yang bersifat umum seperti keadilan, kemanusiaan, keselamatan dan
kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai