Anda di halaman 1dari 20

RADIKALISME DAN

TERORISME: Akar Ideologi


dan Tuntutan Aksi

Karya Achmad Jainuri


Deskripsi Fisik tentang Buku
• Judul Buku: ISLAM LIBERAL: Kritik terhadap
Ideologi-ideologi Pembangunan
• Penulis: Achmad Jainuri
• Penerbit: Malang, Intrans Publishing
• Tahun terbit: 2016
• Ukuran: 14cm x 21cm
• Hal: xii + 176
• ISBN: 978-602-6293-00-8
BAB Buku

• PENDAHULUAN
• 1. RADIKALISME
• Makna, Sejarah, dan Gerakan
• Streotype dan Ancaman
• Deradikalisasi dan Harmonisasi
• Radikalisme tidak Akan Perrnah Berakhir
• Fundamentalisme dan Radikalisme
• 2. AKAR IDEOLOGI RADIKALISME
• 3. TUUNTUKAN AKSI GERAKAN RADIKALISME
• 4. FENOMENA RADIKALISME
• 5. RADIKALISME DAN TERORISME
• PENUTUP
Tentang Penulis

• Achmad Jainuri
• Lahir di Lamongan 1951
• S1 Fakulta Ushuluddin IAIN Sunan Ampel 1980
• S2 McGill University 1992
• S3 McGill University 1997
• Dosen IAIN Sunan Ampel 1982
• Profesor pada fakultas Ushulusddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel 2006
Latar Belakang Penulisan Buku

• Diawali dari kajian penulis tentang terorisme yang terjadi di kawasan Islam.
• Sebagian dari hasil kajian ini dipresentasikan di pengukuhan guru besarnya
di IAIN/UIN Sunan Ampel 2006 “Terorisme dalam Wacana Kontemporer
Islam: Akar Ideologi dan Tuntutan Aksi”
• Kajian ini kemudian dilengkapi dengan studi tentang berbagai fenomena
yang terkait dengan radikalisme, baik dari perspektif sejarah Islam klasik
maipun dalam perkembangan kontemporer
Fokus Utama Buku
• Buku ini merangkai keterkaitan antara fundamentalisme, radikalisme, dan terorisme
• Motif dan faktor yang mendorong munculnya sikap gerakan radikal
• Munculnya radikalisme dalam berbagai fenomena kehhidupan keagamaan, politik, social,
budaya, dan ekonomi

Buku ini menolak asumsi bahwa fundamentalisme-radikalisme selalu bertujuan mendirikan


Negara Islam, tapi sebaliknya fenomena yang muncul dari gerakan fundamentalis-radikal
banyak ditemukan dalam gerakan keagamaan, social, ekonomi, dan budaya.
Apa yang ada di balik fenomena yang Nampak? Tak lepas dari konteks lingkungan
keagamaan, social, budaya, politik, di maasyarakat muslim
1 . RADIKALISME

Radikalisme
pemikiran

Radikalisme
tindakan/gerakan
Radikalisme Pemikiran di Indonesia

• Radikalisme pemikiran: didasarkan pada keyakinan tentang


Dua Kelompok Pemikiran Radikal nilai, ide, dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang
dinilainya sebagai yang paling benar, dan menganggap yang
• Modernis – Tradisionalis lain salah.

• Sekuler – Puritan • Kelompok yang diposisikan sebagai radikal biasanya selalu pada
kelompok kedua: tradisionalis, konservatif, purutanitan, dan
• Liberal – Konservatif nasionalis (menolak setiap perubahan, pembangunan,
• Globalis – Nasionalis kemajuan di masyarakat)

Apabila keduanya tidak saling mengenal-


• Pahal jika diamati kelompok pertama: modernis, liberalis,
sekularis, dan globalis juga tidak kalah ngotot memaksakan
tadik merima ide/ pikiran satu sama lain, pemikirannya terhadap orang lain
disitulah muncul sikap radikal
Keduanya merasa bahwa apa yang dimilikinya sebagai suatu
kebenaran yang harus diterima dan diikuti
• Di Indonesia, kelompok ke 1 ini diuntungkan dengan fasilitas
MEDIA dalam mensosialisasikan ide dan gagasannya
Radikalisme Tindakan/Gerakan

• Radikalisme tindakan/gerakan: ditandai oleh aksi ekstrem yang harus


dilakukan untuk mengubah suatu keadaan seperti yang diinginkan.
• Biasanya merupakan pendekatan non-kompromis terhadap persoalan
social, politik, dan ekonomi, yang ditandai dengan ketidakpuasan yang
sangat tinggi terhadap status quo – dan menginginkan akan perubahan
yang cepat dengan cara yang ekstrem
• Contoh: tindakan revolusi, demonstrasi dan protes social yang anarkis, berbagai aksi
kekerasan yang merusak, pengeboman dll.
a. Radikalisme: Streotipe dan Ancaman
• Muslim sebagai bangsa “tidak beradab, barbar, dan tidak rasional”
• Teror BOM di Mall Kelapa Gading 2015 dilakukan oleh non muslim, pemberitaannya tidak
segemuruh dengan teror yang dilakukan kaum muslim.
• Ancaman bagi MuslimStreotype ini tentu menjadi ancaman: bagaimana dunia
memperlakukan umat muslim semata karena kekhawatiran,perlakuan penguasa terhadap
pegawai muslim, bagaimana karir sntri di birokrasi pemerintahan
• Ancaman di Tingkat Nasiionalpotensi yang dimiliki umat muslim akan mengancam
pengguasa status quo
• Ancaman di Tingkat GlobalMuslim apabila dikelola dg baik akan menjadi ancaman
peradaban barat modern
Majalah The New Yorker edisi 6 13 Juni 1998 menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 2
kekuatan yang perlu diperhitungkan dalam kehidupan politik yang keduanya “berbaju hijau”:
militer dan uumat Islam
b. Deradikalisasi dan Harmonisasi
• Deradikalisasi dapat dilakukan melalui kebijakan politik suatu bangsa dengan ikutt
menjamin perdamaian dunia.
• Jangan didominasi peran warga asing/dunia liibatkan warga dan bangsa setempat
• Karena faktanya Negara timur tengah yang banyak melibatkan Negara Barat, jurtru
semakin menyisakan kekacauan.
• Karena jika radikalisme dibentuk oleh kondisi social, politik yang sedang bergejolak, maka
penyelesaian konflik social, politik yang sedang bergejolak sesungguhnya akan
“mengurangi” radikalisasi.
• Dengan melibatkan warga setempat akan menciptakan harmonisasi antar warga suatu
Negara
c. Radikalisme Tidak Akan Pernah Berakhir

• Beberapa pakar menyatakan bahwa dengan tuntasnya penyidikan kasis Bom Bali
yang diduga melibatkan kalangan muda muslim “garis keras”, bubarnya FPI, Laskar
Jihad, Penangkapan Abu Bakar Ba’asyir yang semuanya adalah efek dari Bom Bali:
harusnya radikalisme sudah teratasi.
• Buku ini menegaskan bahwa Islam Radikal sulit akan berakhir:
• Kelompok kepentingan di luar islam yang diuntungkan denggan adanya Islam radikal
Pendukung pilpres 2014, Kampanye Guberbur DKI 2017
• Tidak terselesaikannya persoalan social, politiik, ekonomi di dalam kawasan Negara muslim
• Karakteristiknya yang transnasional
d. Fundamentalisme Dan Radikalisme

• Keterkaitan agama dan Kekerasan


• Keterkaitan dilihat bahwa hampir semua aksi perjuangan didorong oleh semangat
ideologis
• Bab ini mencoba melihat bagaimana Agama (Islam) dipandang sebagai salah satu
unsur penting pembentuk sikap fundamentalisme  yg menjadi dasar ideoologi
radikalisme, dan mengapa ekspresi gerakan radikal memilih aksi kekerasan
termasuk terorisme.
• Dari kajian islam kontemporer: fundamentalisme populer pada 90an-2000an
sebagai ideology kebangkitan “kembali Islam”
Asumsi Keterkaitan
Dalam aksinya
Wawasan Dasar Ideologi diwujudkan salah satunya
Fundamentalisme memalui aksi terorisme

Membentuk Sikap
Radikalisme

• Kemunduran yang terjadi dalam semua aspek kehidupann muslim, karena kelemahan umat
muslim sehingga orang luar menekan dan merendahkan
• Politik: hampir semua penguasa di negara muslim gagal mendirikan pemerintahan Islam, karena
itu perubahan perlu dilakukan
Yang dilakukan ada 3 kelompok:
• Mempertahankan reformasi  perubahan secara bertahap
• Pendirian komunitas teritorial  alternative
• Radikalberjuang merubah tatanan social yg dinilai nonIslami, jika perlu dengan kekerasan
2. AKAR IDEOLOGI GERAKAN RADIKAL ISLAM

Banyak orang mengkaitkan ideology radikalisme dengan doktrin jihad, ada 35 x kata
jihad dalam al Qur’an. Jihad 
1. perjuangan kaum muslim melawan hawa nafsu/ perjuangan melawan diri sendiri
(jihad an nafs) yang disebul al jihad al akbar
• Madhab Maliki: jihad adalah prinsip non agresif, seperti rekonsiliasi, kedamaian, saling membantu unttuk
mencapai kepeentingan berdasar keadilan, ketebukaan, kebenaran, dan kemerdekaan beragama
• Al baqarah 2: 285 “tidak ada paksaan dalam beragama”

2.lebih pada konsep politik, diartikan sebagai konsep perang yang adil – al jihad al
asghar
• Madhab Hanafi , Syafi’I bahwa jihat memerangi orang kafir,, karena kafir adalah musuh islam. Jihad adalah
konsekuensi agama dan politik yang harus dilaksanakan.
• Meskipun dasar hokum ini masih menimbulkan perddebatan di kalangan pengikut madhab syafi;i.
• Perbedaan pandanagn di kalangan pengikut madhab Hanafi: perang hanya bisa dilakukan apabila ada
konflik dengan orang kafir
Apa Definisi jihad (tidak bisa dipungkiri definisi jihad identik dengan
perang)
 Bagaimana jihad harus dilakukan (1. berjuang melakukan kebaikan -
melawan dominasi hawa nafsu. 2. perjuangan fisik; perang melawan kaum
kafir bom bunuh diri dll). Kapan perang dilakukan? Apabila ada
kedzaliman, ketidakadilan, fitnah.
Baik kelompok 1 maupun 2: memiliiki dasar alasan yang sama “Jihad
dilakukan karena ada sebab yg merugikan kaum muslim”
• Tetapi kebanyakan kelompok radikal, maju perang dengan menggabaiikan
hubungan factor sebab akibat; cukup mendasarkan secara literal
• Jadi, terkait ayat2 yang menjadi sumber ideology jihad, bisa diberlakukan
tergantung kondisi dan terpenuhinya syarat-syarat yang
mengharuskannya.
3. TUNTUTAN AKSI GERAKAN RADIKAL ISLAM
• Gejala kebangkitan dalam melawan ketidakadilaan, penindasan, dan fitnah terhadap bagian
masyarakat Muslim.
• Mengapa terorisme yang dipilihh? dilacak melalui pennelitian sejarah terorisme dan kondisi
kontemporer bahwa: “doktrin jihad” (dinamika internal), kondisi persoalan di lapangan
(dinamika eksternal), mengilhami pelaku teror yang menunjukkan kerelaannya untuk
memisahkan diri dari masyarakat luas dan keberaniannya untuk melakukan bom bunuh diri.
• Hak diserobot  sasaran kritik adalah kelemahan dari internalnya sendiri  kekuatan luar yang
tangguh memaksa kehendak terhadap Negara muslim
• Terorisme soolusi baginya
• Alasan rasional sebagai legitimasi tuntutan aksi terorisme:
• Konflik politik : berpihaknya institusi politik terhadap kepentingan barat dalam menyelesaikan konflik,
Israel, Iraq, palestina dan kawasan muslim lainnya
• Perlawanan budaya: sentiment anti barat di sebagian kalanggan muslim
• Alienasi (keterasingan): alienasi teori Marx: alienasi nilai dan norma - meaniglessness (nilai dan etika
agama yg dimiliki muslim menjadi tidak ada artinya ); alienasi peran serta - powerlessnessa (kaum
muslim menjadi kelompok tersingkirkan dalam menangani perseolan global yg terkait dengan dunia
Islam)
5. FENOMENA RADIKALISME

• Rdikalisme dalam Fenomena Keagamaan : membersihkan ajaran islam dari pengaruh ajaran sesat
(dimotori Muhammad Ibnu Abdul Wahhab 1703  sebagian ajarannya diterima oleh muhammadiyah
1912)
• Radikalisme dalam Fenomena Politik: untuk menjawab tantangan Barat yang dinilai terlalu
mendominasi persoalan politik umat muslim. Secara formal cita-cita mereka adalah menegakkan
Negara Islam. Abul A’la Mududi dg Jemaat Islami, Hasan Al Banna dg Ikhwanul Muslimin dll
• Radikalisme dalam Fenomena Ekonomi: Tujuan
• Membangun kekuatan ekonmi umat
• Tidak puas dengan system ekonomi dunia (kapitalis)
• Penyediaan barrang dan jasa yang sesuaai dengan syariat Islam
• Menghilangkan budaya tama dan konsumerisme
CATATAN REFLEKSI DAN KESIMPULAN AKHIR
• Radikalisme bisa muncul dalam bentuk ide dan gerakan.
• Keduanya bisa ditemukan dalam orientasi ideologi keagamaan kaum: konservatif,
tradisionalis, nasionalis, -- maupun modernis, liberalis, globalis. Kengototan dalam
mempertahankan ideology dan memaksakan ide terhadap orang lain agar menerima
adalah sikap yang juga ditemukan di kalangan modernis, liberalis, globalis
• Karenanya adalah sikap yang tidak tepat jika kesan yang menyatakan bahwa radikal
adalah sikap yang hanya ditemukan di pada kaum konservatif, trradisionalis, nasionalis
• Peran media mempertebal stereotiipe radikal terrhadap kaum konservatif, tradisionalis,
nasionalis, sehhingga radikalisme dipandang sebagai ancaman yang paling menakutkan
yang harus di basmi dengan cara di luar batas koridor hukum normal
• Kesan ini mendorong upaya gerakan deradikalisasi, meskipun faktanya radikalisasi tak
pernah berakhir, bahkan sengaja diciptakan demi kepentingan kelompok tertentu.
• Contoh di Indonesia pada masa orde baru, Pemilu 2014, Pilkada jakarta
• Ada hubungan ideologis antara fundamentalisme, radikalisme, dan aksi kekerasan
sebagai ekspresi kritik terhadap status quo – situasi politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Bukan semata ekspresi politik yang ingin mendirikan Negara Islam
SARAN
• Atasi akar persoalan yang yang mendorong munculnya
radikalisme, baru dimungkinkan gerakan radikal bisa tiada.
• Solusi Nur Kholismajid: meningkatkan kualitas diri dengan
pendidikan. Upgrade pengetahuan/pendidikan tinggi menjadikan
wawasan lebih terbuka
• Banyaknya kaum muslim meniti karir pendidikan tingggi, seakan
gayung bersambut menjadi fenomena yang menggembbirakan
bagi umat pada decade 1980-1890an
• Dengan banyaknya kaum terdidik muslim tamatan perguruan
tinggi yang dikaitkan dengan munculnya “Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia ICMI” 1990. ini menjadi catatan penting
perkembangan cendekiawan Muslims

Anda mungkin juga menyukai