Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONFLIK PAHAM RADIKALISME DI INDONESIA


Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Alfi Nikmah, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Seifi Tiyaningsih (2210110030)
2. Yazid Husni Mubarok (2210110031)
3. Latief Shihab Firmansyah (2210110032)
4. Safinatun Naja (2210110034)

Kelas: A1AIR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era reformasi ini, Indonesia belum terlepas dari berbagai
persoalan radikalisme. Radikalisme merupakan tindakan yang
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila dan mengancam terhadap
ketahanan ideologi negara. Jika ideologi negara sudah tidak kokoh, maka
resiko terburuknya akan berdampak terhadap ketahanan nasional. 1
Radikalisme bisa diartikan suatu sikap atau paham yang secara ekstrim,
untuk memecah belah integrasi nasional. Radikalisme tidak selalu muncul
dalam wujud yang kekerasan fisik namun juga dalam demontrasi sikap
yang berlawanan dengan pancasila digolongkan sebagai sikap radikal.2
Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini menjadi
sorotan di tengah masyarakat, meningkatnya radikalisme di Indonesia
menjadi fenomena yang sudah seharusnya membuka mata kita. Seperti
contohnya (1) konflik ormas yang mencopot label gereja pada tenda
korban gempa Cianjur dan menolak bantuan dari relawan Kristen, (2)
kasus wanita bercadar yang menodong paspampres, (3) serta aksi non
empati yang menjadi bukti nyata radikalisme tersebut telah menarik atensi
sekaligus energi kemanusiaan masyarakat Indonesia. Fenomena
radikalisme muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun
secara esensial, radikalisme umumnya memang selalu dikaitkan dengan
pertentangan tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan suatu golongan
tertentu dengan falsafah maupun ideologi sebuah negara sehingga mereka
tumbuh menjadi masyarakat yang tidak toleran.
Kelompok radikal selalu mengabsahkan aksinya dengan
pemahaman terhadap teks toleransi yang sempit dan pragmatis sehingga

1
Saifuddin, “Radikalisme dan Tantangan Kebangsaan,” (Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Kemenag RI : 2014), h. 5
2
Muharam, S., & Shilvirichiyanti, S. Radikalisme Dalam Perspektif Negara Dan Islam.
Yudabbiru Jurnal Administrasi Negara, 4(1), 2022. hlm 238

1
mengakibatkan munculnya pertentangan yang menimbulkan disintegrasi
nasional dan menghambat pembangunan Indonesia emas 2045.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan radikalisme dan faktor-faktor yang
melatarbelakangi kemunculannya?
2. Sejauh mana kasus radikalisme yang baru-baru ini menimbulkan
kontroversial di Indonesia?
3. Bagaimana implementasi penegakan hukum dalam kehidupan
kewarganegaraan menghadapi timbulnya radikalisme di Indonesia?
4. Bagaimana upaya dan peranan masyarakat dalam mencegah tumbuhnya
radikalisme di Indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Radikalisme
1. Pengertian Radikalisme
Konsep radikalisme dalam studi sosial merupakan pandangan yang
ingin melakukan perubahan mendasar sesuai keinginannya terhadap
realitas sosial atau ideologi yang diyakininya. Menurut Kamus Bahasa
Indonesia modern, kata radikal berarti tak ada undang-undang, tata
tertib dan pemerintahan, kekacau balauan.3 Secara bahasa, radikalisme
berasal dari kata radix yang berarti akar. Radikalisme dapat dipahami
sebagai sikap seseorang yang ingin mengubah sesuatu seperti
menghancurkan yang sudah ada dan menggantinya dengan perubahan
baru yang sangat berbeda dari yang sebelumnya.
Seseorang dikatakan radikal jika menginginkan perubahan
terhadap situasi yang ada dengan menjebol sampai ke akar-akarnya.
Biasanya cara yang digunakan adalah revolusioner artinya
menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan
(violenceri) dan aksi-aksi ekstrim atau sangat merusak.4 Secara umum,
radikalisme dapat dimaknai sebagai pemahaman atau perilaku
menggunakan kekerasan dalam mensikapi perbedaan, memecahkan
masalah atau mencapai tujuan.5
Dari pemaparan di atas mengenai radikalisme dapat disimpulkan
bahwa paham tersebut terbagi menjadi beberapa bentuk. Pertama,
radikalisme dalam bentuk gagasan yang berisi kebencian kemudian
disebarkan kepada kelompok lain. Kedua, aksi-aksi seperti teror bom
dan serangan bersenjata umumnya dilakukan oleh kelompok
radikalisme yang berbeda agama. Ketiga, terjadinya intoleransi
terhadap minoritas yang diwujudkan dalam bentuk penyerangan
tempat ibadah atau intimidasi terhadap suatu kelompok.
3
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Modern
4
Mujibuddin, Radikalisme, Terorisme, dan Islamisme, (Yogyakarta: IRCISOD, 2022), hlm. 12
5
Ibid, hlm 17

3
2. Faktor-Faktor Munculnya Radikalisme
Radikalisme memiliki beberapa ciri, yaitu penolakan secara terus
menerus atau menuntut perubahan secara ekstrem, biasanya
menggunakan jalan kekerasan untuk mencapai keinginannya, dan
penganutnya memiliki keyakinan kuat jika paham atau anggapan yang
berbeda dengannya adalah hal yang salah.Radikalisme bisa disebabkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Faktor pemikiran
Radikalisme dapat muncul dan berkembang karena
keyakinan yang telah diterapkan oleh salah satu kelompok
untuk merubah tatanan sesuai yang diinginkan, sekalipun harus
menggunakan cara kekerasan untuk meraih tujuan tersebut.
b. Faktor ekonomi
Radikalisme bisa dipengaruhi oleh permasalahan
ekonomi, karena manusia akan berusaha sekeras mungkin
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam
menyebarkan suatu paham atau ideologi dengan cara
kekerasan.
c. Faktor politik
Radikalisme bisa dengan mudah muncul ketika terjadi
gejolak politik dalam suatu negara. Radikalisme muncul pada
sekelompok orang yang merasa tidak mendapatkan keadilan
dari pemerintah sehingga akan menggunakan berbagai cara
untuk menggulingkan sistem pemerintahan tersebut.
d. Faktor sosial
Radikalisme dapat mudah disebarkan dengan
mempengaruhi pemikiran orang lain. Sasaran utama
penyebaran radikalisme adalah terhadap masyarakat yang
memiliki pikiran yang sempit dan mudah percaya terhadap
pihak yang dianggapnya akan membawa perubahan ke dalam

4
hidupnya. Padahal aslinya pihak tersebut menyebarkan sebuah
ideologi yang bertentangan dengan ideologi negaranya.6

B. Contoh Beberapa Kasus Radikalisme Aktual di Indonesia


1. Radikalisme Bentuk Intoleransi (Konflik Pencopotan Label
Gereja di Tenda Korban Bencana Gempa Cianjur)
Pada Sabtu (26/11/22) Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan
mengatakan aksi pencopotan label gereja di tenda bantuan untuk
korban gempa Cianjur dilakukan organisasi masyarakat (ormas).
Label itu dicopot tetapi bantuan tidak ditolak ormas. Dilakukan salah
satu ormas. informasinya di empat titik, di antaranya di posko
pengungsian di Mangunkerta, Sarampad, dan dua titik lainnya.
Menurut Doni pencopotan itu bukan aksi intoleran, karena tenda
tetap digunakan. Kata dia hal itu dilakukan biar bantuan netral, atas
nama kemanusiaan dan tak menonjolkan kelompok tertentu.
Bupati Cianjur Herman Suherman juga mengomentari aksi
pencopotan itu. Kata dia hal seperti ini seharusnya tidak dilakukan
karena kemungkinan pihak pemberi bantuan tidak punya maksud
tertentu selain kemanusiaan. Pencopotan itu salah, tapi menonjolkan
label juga tidak benar, ujarnya. Kita sama-sama saling mengerti,
membantu secara tulus tanpa label di bantuannya. Beliau harap hal ini
tidak terulang dan fokus pada penanganan kebencanaan hingga
pemulihan nantinya.7
Hal ini menunjukkan adanya potensi pemikiran radikal yang
sempit dan tidak bertanggung jawab dalam menggiring opini publik
sehingga terdapat kesenjangan dalam bertoleransi antar umat
beragama dengan adanya isu yang memecah belah di media sosial.

6
Nurina Reny dan Hespi Septiana, Radikalisme Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis,
(Gresik: Graniti, 2019) hlm 7-11
7
Fea, “Viral Pencopotan Label Gereja di Tenda Bantuan Gempa Cianjur,”
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221127005916-20-879220/viral-pencopotan-label-
gereja-di-tenda-bantuan-gempa-cianjur (Diakses pada 4 Desember 2022, pukul 05.55)

5
Jika pemahaman semacam ini disalahartikan oleh masyarakat luas
akan menimbulkan celah radikalisme semakin besar. Tentunya hal
semacam ini perlu kita waspadai dalam upaya menjaga persatuan dan
kesatuan nasional.
2. Radikalisme Bentuk Aksi Ekstrim (Kasus Wanita Bercadar
Menodongkan Pistol Kepada Paspampres)
Pada Selasa (25/10/22) terdapat aksi wanita yang menodongkan
pistol jenis FN kepada paspampes. Dari pemeriksaan, ditemukan fakta
bahwa wanita tersebut yang merupakan warga Koja, Jakarta Utara itu
berkaitan dengan sekelompok radikal. Tersangka terhubung dengan
beberapa akun medsos yang terindikasi HTI dan NII. Dalam kasus ini,
polisi turut menyita sejumlah barang bukti, yakni satu buah senjata
sejenis FN, dua buat airsoft gun, serta satu buah senjata tajam
berbentuk pistol. Hal tersebut membuktikan bahwa paham radikalisme
masih berkembang di masyarakat.8
3. Radikalisme Bentuk Ideologi Menyesatkan (Paham radikalisme
yang terjadi di Garut Selatan)
Pada Kamis (9/10/22) seorang warga asal Mekarwangi, Cibalong,
Garut membuat pengakuan kepada detikcom mengenai geliat
kelompok radikalisme. Salah satu warga yang pernah di baiat, Agus
mengaku kesal karena dipaksa untuk masuk kedalam kelompok radikal
tersebut secara terus menerus. Setelah beberapa lama berada dalam
kelompok tersebut dia merasakan ada yang janggal. Salah satu hal
mencolok dari paham tersebut adalah diadakannya pengajian secara
sembunyi-sembunyi. Ia mengaku kelompok ini melakukan doktrinasi
di tempat yang tertutup. Yang menyebabkan paham ini menjadi
radikalisme adalah adanya statement “wajib infak 25 ribu dengan
jaminan akan mendapatkan surganya Allah tanpa harus melaksanakan

8
Yogi, “Wanita Todongkan Pistol ke Paspamres, Mahfud MD : Bukti Radikalisme Masih
Ada,” https://www.detik.com/jatim/berita/d-6375083/wanita-todongkan-pistol-ke-paspampres-
mahfud-md-bukti-radikalisme-masih-ada (Diakses pada 4 Desember 2022, pukul 07.45)

6
ibadah wajib” hal tersebut yang di tuturkan Dayat sebagai salah satu
mantan pengikut paham radikalisme tersebut.9

C. Implementasi Penegakan Hukum Dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara Terhadap Munculnya Radikalisme
Perlu antisipasi terhadap aksi radikal dan teroris pada momen-
momen tertentu, seperti menjelang pilkada, dan pilpres. Satu hal yang jelas
harus ditanggapi dengan serius adalah perang melawan teroris. Pasal 1
Ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 menentukan bahwa
terorisme adalah perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah.
Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan melawan hukum
secara sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa
dan Negara dengan membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda
dan kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana
teror atau rasa takut terhadap orang secara luas, sehingga terjadi
kehancuran terhadap lingkungan hidup, peradaban, rahasia dan negara,
kebudayaan, pendidikan, perekonomiaan, teknologi, perindustrian, fasilitas
umum, atau fasilitas Internasional.
Pemerintah sedang melakukan proses Revisi UU Teroris Nomor
15 Tahun 2003 dan memperluas definisi teroris meliputi motif politik,
ideologi, dan gangguan keamanan. Dengan demikian terorisme bukan
hanya bermotifkan agama namun segala tindakan yang menimbulkan
ketakutan dan pengrusakan serta pengacaman dengan motif politik,
ideologi dan gangguan keamanan dapat ditindaki hanya saja yang masih
menjadi persoalan ialah belum ada tindakan preventif oleh pemerintah,
sejauh ini masih berupa tindakan represif dengan menyiapakan payung
hukum dan melibatkan TNI dalam pemberantasan.10
9
Yum, “Pengakuan Eks Radikalis dan Isu Tiket Surga Rp 25 Ribu di Garut,”
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6224084/pengakuan-eks-radikalis-dan-isu-tiket-surga-rp-
25-ribu-di-garut (Diakses pada 4 Desember 2022, pukul 07.55)
10
Dedi Praseto, RZ Panca, Urip Widodo, Ilmu dan Teknologi Kepolisian : Implementasi
Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2016) hlm 17.

7
D. Upaya Pencegahan Tumbuhnya Radikalisme di Indonesia
Radikalisme merupakan paham atau ideologi yang dapat ditanamkan
secara terstruktur kepada siapa saja yang mudah untuk dipengaruhi. Untuk
menghindari hal tersebut dilakukan upaya untuk mencegah tumbuhnya
rasikalisme dalam masyarakat diantaranya yaitu11 :
1. Memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Langkah awal menangkal paham radikalisme adalah membekali
anak muda generasi bangsa dengan Ilmu Pengetahuan dengan benar.
Hal tersebut dilakukan karena agar anak muda dapat menolak paham-
paham yang bersifat radikal yang bertentangan dengan ideologi bangsa
Indonesia.
2. Meminimalisasi kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial bisa menjadi faktor terjadinya terorisme karena
ketidakpercayaan antara rakyat terhadap pemerintah. Untuk itu
meminimalisir kesenjangan sosial sangat perlu dilakukan caranya
adalah pemerintah harus bisa merangkul pihak media yang menjadi
perantaranya dengan rakyat sekaligus menjalankn aksi nyata terhadap
setiap program kerja pemerintah secara langsung terhadap rakyat.
3. Menjaga persatuan dan kesatuan.
Menjaga persatuan dan kesatuan adalah hal yang harus dilakukan
setiap warga negara Indonesia, radikalisme mungkin bisa saja terjadi
karena kesalahpahaman dan ketersinggungan dari berbagai golongan.
Untuk itu memupuk rasa persatuan dan kesatuan sangat penting
dilakukan oleh masyarakat, sebagai perwujudan dari Semboyan kita
yaitu Bhineka Tunggal Ika.
4. Melaporkan dengan segera ketika terjadi aksi kekerasan radikalisme
dan terorisme.
Sebagai warga negara yang baik harus selalu aktif dalam menilai
lingkungan sekitar apabila terdapat gerak gerik yang mencurigakan

11
Ruslan, (2015), “Islam dan radikalisme: Upaya antisipasi dan penanggulangannya,”
Kalam, 9(2), hlm 215-232

8
dengan membawa ideologi yang bersifat radikal maka harus dengan
segera melaporkan hal tersebut kepada pihak berwenang untuk segera
ditindakanjuti dan diamankan.
5. Meningkatkan semangat gotong royong dalam masyarakat.
Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus
dilakukan demi mencegah munculnya paham radikalisme dan tindak
terorisme. Hal ini bisa dilakukan dengan memupuk sikap gotong
royong diantara warga masyarakat untuk bisa bekerja sama dalam
setiap kegiatan dalam masyarakat. Ketika sikap kebersamaan telah
tertanam dalam setiap individu maka akan muncul sikap toleransi dan
solidaritas diantara setiap golongan dalam masyarakat.
6. Menyaring informasi yang didapatkan.
Penyebaran paham radikalisme bisa dilancarkan melalui berbagai
cara terutama melalui media sosial. Dengan mengkaji dan mentelaah
setiap berita dengan hati-hati maka akan menjauhkan masyarakat dari
termakan oleh berita hoaks bahkan menjauhkan mereka dari paham
radikalisme.

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Radikalisme berasal dari kata radix yang berarti akar. Radikalisme dapat
dipahami sebagai sikap seseorang yang ingin mengubah sesuatu seperti
menghancurkan yang sudah ada dan menggantinya dengan perubahan baru
yang sangat berbeda dari yang sebelumnya.
2. Beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya radikalisme dalam diri
seseorang yaitu diantaranya, faktor pemikiran, faktor ekonomi, faktor
sosial, faktor, dan faktor politik.
3. Implementasi penegakan hukum terkait radikalisme utamanya kasus
terorisme yang paling membahayakan di Indonesia bertumpu pada Pasal 1
Ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 menentukan bahwa
terorisme adalah perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
berdasarkan ketentuan peraturan pemerintah.
4. Memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar,
meminimalisasi kesenjangan sosial, menjaga persatuan dan kesatuan,
segera melaporkan kasus radikalisme yang terdeteksi dilingkungan sekitar,
menjaga semangat gotong royong, serta menyaring setiap informasi yang
beredar agar tidak mudah tergiring ke opini yang tidak benar.

10
DAFTAR PUSTAKA

CNNIndonesia.com. (2022, 27 November). Viral Pencopotan


Label Geeja di Tenda Bantuan Gempa Cianjur. Diakses pada 4 Desember
2022, dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221127005916-20-
879220/viral-pencopotan-label-gereja-di-tenda-bantuan-gempa-cianjur
Dedi Praseto, RZ Panca, dan Urip Widodo. Ilmu dan Teknologi
Kepolisian : Implementasi Penanggulangan Terorisme dan Radikalism.
Jakarta : Rajawali Press. 2016.

Detik.com. (2022, 09 Agustus). Pengakuan Eks Radikalis dan Isu


Tiket Surga Rp 25 Ribu di Garut. Diakses pada 4 Desember 2022, dari
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6224084/pengakuan-eks-radikalis-
dan-isu-tiket-surga-rp-25-ribu-di-garut
Detik.com. (2022, 25 Oktober). Wanita Todongkan Pistol Ke
Paspamres, Mahfud MD : Bukti Radikalisme Masih Ada. Diakses pada 4
Desember 2022, dari
https://www.detik.com/jatim/berita/d-6375083/wanita-todongkan-pistol-
ke-paspampres-mahfud-md-bukti-radikalisme-masih-ada
Muharam, S., & Shilvirichiyanti, S. Radikalisme Dalam Perspektif
Negara Dan Islam. Yudabbiru Jurnal Administrasi Negara, 4(1), 2022.
Mujibuddin, M. Radikalisme, Terorisme, dan Islamisme
Yogyakarta: IRCISOD. 2022.
Reny, N dan Septiana, H. Radikalisme Dalam Perspektif Analisis
Wacana Kritis. Gresik : Penerbit Graniti. 2019.
Ruslan, I. Islam dan radikalisme: Upaya antisipasi dan
penanggulangannya. Kalam, 9(2), 2015.
Saifuddin, L. Radikalisme dan Tantangan Kebangsaan. Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI. 2014.

11

Anda mungkin juga menyukai