Jika dikaji lebih dalam, radikalisme ini sendiri bukanlah hal yang baru, tetapi
radikalisme sudah mencapai pada titik yang rumit. Pada dasarnya Radikalisme bisa lahir
dari ajaran ideologi maupun agama, karena memang cara berfikir radikal sudah ada di
dalam diri manusia. Namun, istilah “Radikal” muncul untuk pertama kalinya setelah
Charles James Fox memaparkan paham tersebut pada tahun 1979. Pada saat itu,
Charles James Fox menyerukan “Reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan di
Britania Raya (Inggris). Reformasi tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang
mendukung revolusi parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme
tersebut mulai berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi liberalisme. Pada
akhirnya, cara pandang tersebut memang menimbulkan pro dan kontra. Bergantung
pada bagaimana penjalanan pemikiran Radikal tersebut. Para penemu ialah orang orang
yang maju dalam berfikir, itu menjadi satu hal yang baik karena dengan cara pandang
radikal itu pula banyak tercipta penemuan penemuan baru. Dari yang mulanya
radikalisme di gunakan dalam sistem pemerintahan atau ideologi, berkembang kepada
ilmu pengetahuan, dan juga agama. Hingga akhirnya pada masa sekarang ini tidak bisa
dipungkiri agama yang banyak disebut sebagai penyebar radikal oleh mata dunia adalah
tentu saja agama islam.
Islam adalah agama teroris dan agama kekerasan telah tersemat dalam doktrin
orang non-Islam; bahkan pemeluk Islam dituduh sebagai muslim monster yang suka
membunuh orang lain dengan cara bom bunuh diri. Kini ulah teroris kembali hadir di
Surabaya dengan meledakkan bom di tiga Gereja (Gereja Santa Maria Tak Bercela,
Gereja Pantekosta Pusat dan Gereja GKI) pada Minggu (13/05/2018) dan di
Polrestabes Surabaya pada Senin (14/05/2018). Pasca serangan teroris ini, penulis
mengamati cuitan-cuitan nitizen di media sosial; cuitan-cuitan tersebut secara umum
berbunyi “Islam bukan agama teroris” dan tidak kalah sengitnya para elite politik di
negeri ini menggunakan isu teroris saling sindir-menyindir untuk keperluan politiknya
padahal nyawa manusia melayang tapi masih saja memikirkan nafsu politiknya disaat
ada musibah.Cuitan para nitizen “Islam bukan agama teroris” membuat penulis
berpikir, memangnya Islam; agama teroris? membaca sebutan Islam sebagai agama
teroris sehingga tergoreslah tulisan ini dengan judul “Kenapa Islam Dituduh sebagai
Agama Teroris?” apakah ada yang salah terhadap agama Islam atau memang Islam
mengajarkan kekerasan/menebar kebencian kepada pemeluknya. Padahal Islam adalah
agama damai, sejuk, penuh cinta dan agama rahmatan lil’alamin. Terus, kenapa Islam
dituduh sebagai agama teroris? inilah jawaban yang perlu kita jawab dalam tulisan
singkat ini agar mengetahui; siapa sebenarnya yang telah mencoreng Islam sebagai
agama teroris.
Citra Islam tercoreng dengan sebutan Islam sebagai agama teroris adalah ulah
umat Islam itu sendiri maka tidak heran pemeluk agama lain menuduh Islam sebagai
agama teroris. Mencoreng Islam menjadi agama teroris adalah mereka yang memahami
ajaran Islam secara berlebih-lebihan (ghuluw), telah terdoktrin dalam alam pikiran
mereka ajaran Islam radikal (baca: Radikalisme Agama, LintasGAYO.co 26/10/2016),
tidak humanistik, menebar kebencian kepada pemeluk agama lain dan intoleransi serta
suka mengkafirkan orang lain. Ketika berseberangan dengan pemikiran atau
keyakinannya maka orang tersebut adalah musuh yang harus dihabisi dan dibunuh
dengan cara kekerasan dan tentunya dengan bom bunuh diri yang mereka pandang
sebagai jalan jihad.Gambaran di atas sering kita dengar dengan istilah kelompok
fundamentalis, militan, ekstremis, radikal, fanatik, jahidis dan juga islamis. Khaled
Abou El Fadl seorang guru besar Hukum Islam di UCLA, AS, lulusan Yale dan
Princeton yang mendalami studi keislaman di Kuwait dan Mesir menyebutnya dengan
istilah puritan. Ciri kelompok puritan ini dalam keyakinannya menganut paham
absolutisme dan tak kenal kompromi. Dalam banyak hal, orientasi kelompok ini
cenderung menjadi puris, dalam arti ia tidak toleran terhadap berbagai sudut pandangan
yang berkompetisi dan memandang realitas pluralis sebagai satu bentuk kontaminasi
atas kebenaran sejati.
Islam telah tercoreng dengan sebutan agama teroris maka umat Islam harus
menyelamatkan Islam dari muslim puritan ini, melawan pemikiran muslim puritan
tidaklah mudah dan itu perlu perjuangan lewat mendalami ilmu pengetahuan secara luas
dan mendalam, menanamkan nilai-nilai toleransi dalam beragama dan memanusiakan
manusia lewat pesan damai yang telah diajarkan oleh agama Islam. Pemuda dan kaum
pelajar mempunyai peran vital dalam melawan arus pemikiran Islam radikal dengan
menanamkan paham-paham kebangsaan serta menguatkan pemahaman keagamaan
dengan baik (baca: Pemuda Melawan Radikalisme, lintasGAYO.co 28/10/2017).
Muslim puritan inilah yang menyebabkan Islam dituduh sebagai agama teroris,
oleh karena itu mari kita selamatkan agama Islam yang membawa kedamain ini dari
muslim puritan. Membuka pikiran secara inklusif bahwa Islam membawa pesan damai
untuk seluruh umat manusia, yang menghancurkan agama Islam adalah pemeluk-
pemeluk agama Islam itu sendiri dengan mengamalkan ajaran agama yang tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam. Islam adalah agama damai maka dari itu pemeluknya juga
harus memberikan keselamatan bagi orang lain dan juga bagi pemeluk agama lain dari
lisan dan tangannya karena mukmin sejati adalah mukmin yang bisa memberi rasa
aman pada yang lain atas jiwa dan harta mereka. Ketika muslim memiliki pemahaman
dan pengamalan agama yang sesuai dengan ajaran Islam maka pemeluk-pemeluk agama
lain pasti tidak menuduh agama Islam sebagai agama teroris malahan rasa kagum
mereka terhadap Islam karena pemeluk agama Islam memberikan kenyamanan dan
kedamaian kepada pemeluk-pemeluk agama lain.1 Islam adalah agama yang
memberikan ketentraman, keamanan, kenyamanan, dan ketenangan. Islam tidak pernah
1
Husaini Muzakir Algayoni,`Kenapa islam disebut agama teroris`,http://lintasgayo.co/2018/05/16/kenapa-
islam-
dituduh-sebagai-agama-teroris, diakses pada 30 maret 2019
mengajarkan kebencian, keburukan, dan melukai orang lain. Datangnya Islam ke
Indonesia pun dibawa oleh para wali secara damai, dan bersifat mengajak, juga sangat
ahli dalam media berdakwah.
Namun, beberapa dekade terakhir, Islam dikenal sebagai sebuah momok yang
menakutkan bagi masyarakat dunia.2 Karena paham radikalisme sering disandingkan
dengan kata terorisme, yang dimana biasanya kasus-kasus terorisme mengatasnamakan
agama. Sebenarnya, dalam sejarah radikalisme Islam sudah terlihat setelah kemerdekaan
hingga setelah reformasi, ada beberapa gerakan politik yang mengatasnamakan agama,
namun dapat digagalkan. Kemudian, pada masa Soeharto, gerakan-gerakan lain
bermunculan. Hingga jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dimana kelompok
radikal semakin bebas menampakkan dirinya, dan semakin banyak lagi gerakan gerakan
yang bersifat radikal bermunculan dengan pemimpinnya masing-masing bertebaran di
Indonesia.3 Peter G. Ridder membagi beberapa kelompok Islam setelah keruntuhan
Orde Baru. Ia membagi menjadi empat kategoris yakni, modernis, tradisionalis, neo-
modernis, dan Islamis.4 Kemunculan beberapa ormas-ormas radikal lainnya seperti
Front Pembela Islam, FKAWJ, Front Umat Islam, dan lain-lain5 adalah masuk dalam
kategori Islamis, sebab keberadaannya pun tidak hanya melakukan transformasi
melainkan juga metamorfosis dalam bentuk gerakan yang bermacam-macam.6
2
H, Ati, ‘Radikalisme’, ‘Radikalisme’, academia edu (daring),
https://www.academia.edu/17543416/RADIKALISME diakses pada 29 Maret 2019
3
A, Asrori, ‘Radikalisme di Indonesia’, ejournal (daring), 2015, <file:///C:/Users/RISALDI/Downloads/331-374-
1-SM.pdf diakses pada 29 Maret 2019
4
Sun ChoirulUmmah, “Akar Radikalisme Islam di Indonesia”, Jurnal Humanika, no. 12, September 2012.
5
Azyumardi Azra, “Revitisasi Islam Politik dan Islam Kultural di Indonesia”, jurnalIndo-Islamika, vol. 1, no. 2,
2012, 235.
6
Ismail Basani& Bonar Tigor Naipospos (ed), Dari Radikalisme Menuju Terorisme, (Jakarta: Pustaka Masyarakat
Setara, 2012), 10.
telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.7 Sangat disayangkan, dunia pendidikan para
penerus bangsa yang seharusnya tidak terkontaminasi, tapi pada kenyataannya sudah
terkontaminasi juga. Jika melihat sejarah lagi dimana radikalisme islam muncul,
kemunculan gerakan Radikalisme Islam di Indonesia memiliki hubungan erat dengan
perkembangan gerakan pemikiran salafiyah di Timur Tengah. Selanjutnya pada abad 12
Hijriyah, pemikiran ini di kembang kukuhkan oleh gerakan Wahabi. Perekmbangan dari
ide pemikiran salafiyah tejadi sejak jaman penjajahan Belanda. Pada saat itu terjadi di
Minangkabau. Dengan bermunculan tokoh-tokoh gerakan pemikiran salafiyah di Timur
Tengah, seperti Muhammad Abduh dan Jalaludin al-afgani dan kemudian ide tersebut
diterima oleh jamaah Haji, hingga akhirnya gagasan tersebut dibawa ke Indonesia
melalui organisasi dan melakukan gerakan pembaharuan Islam sesuai dengan aliran
salafiyah.
Mudahnya faham radikalisme ini masuk dan berkembang di Indoensia tentu saja
karena adanya beberapa faktor. Faktor perkembangan radikalisme di tingkat global.
Karena faham radikalisme semakin meluas dengan cepat akan mengakibatkan pada
perkembangan yang massive dan menyebar diseluruh dunia. Dengan didorong oleh
penyebaran faham Wahabisme mengakibatkan pada percepatan faham radiklamisme
islam semakin merebak luas. Faktor internal yang mengakibatkan faham radikalisme
islam begitu mudah berkembang di Indonesia adalah umat islam sendiri yang telah
menyimpang dari norma-norma agama. Dimana akan muncul sentiment keagamaan
kemudian secara terang-terangan akan memperlihatkan emosi kemarahan yang terjadi
ketika segala fenomena di lingkungan tidak seperti apa yang menjadi keinginannya.
Faktor kultur juga memiliki pengaruh yang cukup besar yang melatarbelakangi
munculnya radikalisme. kelompok yang mengatasnamakan agama berusaha melepas
dari jeratan kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agam Islam. Melalui sebuah
organisasi keagamaan beberapa kelompok keagamaan melakukan pemberantasan
terhadap budaya sekularisme dengan cara radikal.
7
B, Purwanto, ‘Materi Radikal di Buku Agama SMA Dikutip dari Kemendikbud?’, tempo.co (daring), 2015,
<https://nasional.tempo.co/read/651599/materi-radikal-di-buku-agama-sma-dikutip-dari-
kemendikbud/full&view=ok>, diakses pada 29 Maret 2019
E. FENOMENA RADIKALISME DI INDONESIA DAN DAMPAKNYA
8
Azyumardi Azra, “Revitisasi Islam Politik dan Islam Kultural di Indonesia”, jurnalIndo-Islamika, vol. 1, no. 2,
2012, 235.
Kelompok radikal islam tidak henti-hentinya memberikan ancaman terhadap
dunia sehingga memberikan pengaruh didalam dinamika global, belum lama ini isu ISIS
memberikan ancaman yang begitu nyata. Dimana ISIS yang merupakan kelompok
radikal islam besar memiliki pemimpin yang bernama Abu Bakar al-Baghdadi sedari
awal sudah mempunyai tujuan untuk membangun negara islam secara murni yang
berskala global. ISIS memanfaatkan media internet dalam menyebarkan paham
radikalnya. Sebagaimana pengaruh globalisasi itu sendiri yang memberikan kemudahan
setiap orang dibelahan dunia untuk mengakses jejaring internet kapanpun dan
dimanapun yang mendorong penyebaran faham radikal yang dilakukan oleh ISIS
berjalan lancar tanpa ada kendala. Fenomena ISIS ini telah menjadi perhatian dunia
sejak tahun 2013 secara jelas memiliki penafsiran yang sangat bengis, dimana kelompok
tersebut sampai melakukan tindakan pembunuhan, penculikan, penyanderaan, dan
peperangan sebagai upaya untuk mencapai misi mereka dan menyebutnya sebagai jihad
dalam islam. ISIS mempresentasikan dirinya sebagai organisasi yang memiliki kekuatan
islam dunia yang bertujuan untuk mendirikan Khilafah, dengan melakukan propaganda
jihad yang bernama global jihad dan mampu mendoktrin orang lain di seluruh belahan
dunia.
9
Lihat, BNPT: 500 WNI Tercatat Gabung ISIS di Suriah. Dalam.
http://news.liputan6.com/read/2318131/bnpt-500-wni-tercatat-gabung-isis-di-suriah diakses: 29.03.2019.
Jam 18.36 WIB.
Tidak perlu waktu lama, terkumpul partisipan pendukung ISIS di Indonesia kurang lebih
berjumlah 3.000 orang.10
Seperti yang sudah disebutkan diatas, masuknya faham radikalisme islam yang
diakibatkan oleh ISIS ke Indonesia menunjukkan bahwa kemunculan dan keberadaan
faham radikal islam di Indoneisa memberikan dampak yang sungguh tidak ada baiknya
sama sekali. Dimana yang kita tahu bahwa negara Indonesia sendiri merupakan negara
yang didalamnya memiliki rakyat dengan latar belakang keberagaman suku disetiap
daerahnya dan juga agama yang berbeda-beda. Memang islam merupakan agama yang
paling banyak di anut, tetapi ingatlah di daerah-daerah lain ada yang memiliki
keyakinan berbeda dan jumlahnya tidak sedikit serta tidak boleh dilupakan begitu saja.
Islam bukan satu-satunya agama yang eksis di Indonesia. Ada Kristen, katholik, hindu,
budha, konghucu, dan lain sebagainya yang disatukan dengan semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” dimana keberadaannya memiliki semangat mempersatukan keberagaman
didalam Indonesia.
ISIS melakukan doktrin atau brainwash terhadap sasarannya yang berasal dari
berbagai macam kalangan, bisa jadi dari orang yang tidak faham agama hingga sampai
sangat faham agama tetapi memiliki kesalahan dalam mengimplementasikan ilmu
agamanya tersebut. Hingga tak sedikit yang berhasil terhasut dan terjerumus kepada
faham radikalisme islam sehingga banyak diantara warga indonesia yang bergabung
dengan kelompok islam radikal atau ISIS. Lalu, jika pemikiran rakyat Indonesia sudah
mampu diperdaya oleh faham radikalisme islam, maka akan sangat mungkin
memunculkan tindakan yang memicu perpecahan di Indoneisa. Aksi-aksi yang telah
dilakukan ISIS selama ini akan dicontoh dan dilakukan pula di Indonesia agar supaya
misi mereka berhasil. Hingga sampai saat ini, fenomena terrorist melakukan pemboman
ditempat-tempat ibadah, tempat-tempat umum yang berujung pada bom bunuh diri
marak terjadi. Dimana sang pelaku beraggapan bahwa hal tersebut merupakan jihad dan
dianjurkan untuk mencapai tujuan.
Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sedang dalam keadaan yang mencekam,
peristiwa bom yang mengacu kepada tindakan terorisme banyak terjadi di berbagai
daerah di Indonesia, bahkan yang lebih miris peristiwa tersebut ada yang terjadi di
tempat ibadah. Tak sedikit warga yang menjadi korban. Tak hanya korban jiwa, tetapi
10
Hikam. Op,cit. Hlm 70-71.
peristiwa tersebut membuat keresahan muncul di masyarakat. Tetapi jika kita takut,
maka kelompok radikalisme islam itu malah semakin senang dan akan gencar
melakukan bom-bom selanjutnya.
F. UPAYA DERADIKALISASI
Oleh karenanya, akhlak yang baik dan benar harus menjadi determinan penting
dalam upaya hidup sesuai dengan ajaran didalam al-Quran dan al-Sunnah. Berkaitan
dengan pendekatan agama dalam upaya deradikalisasi ini, ada baiknya kita mengingat
kembali pesan dari Rasulullah SAW. Dalam sebuah kesempatan, beliau menyampaikan
bahwa umatnya tidak akan sesat selama mereka berpedoman kepada dua warisannya
yang paling berharga, yaitu al-Qur‘an dan as-Sunnah. Secara keseluruhan, upaya dalam
menekan atau bahkan menghilangkan paham radikalisme tersebut haruslah dilakukan
oleh semua pihak, dari pemerintah, institusi keagamaan dan pendidikan, serta
masyarakat. Mereka memiliki peran masing-masing dan harus bersinergi dalam upaya
deradikalisasi atau pemberantasan ideologi islam radikal. Agar radikalisme islam di
Indonesia dapat hilang dan menjadi negara yang damai, tentram dan rakyatnya hidup
berdampingan didalam perbedaan beragama.
Metode yang kedua ialah Rehabilitasi. Rehabilitasi ini dilakukan terhadap para
pelaku yang telah terbukti melakukan kejahatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan
paham radikalisme islam di Indonesia. Rehabilitasi disini memiliki dua makna, yaitu
pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian. Keduanya bertujuan untuk
melatih serta membina para pelaku untuk mempersiapkan keterampilan dan keahlian
yang bermanfaat untuk mereka membangun keahlian serta mampu bekerja di
masyarakat tanpa ada paham radikal didalam dirinya setelah ia berhasil keluar dari
tempat rehabilitasi. Pembinaan lain yang dilakukan ialah dengan memberikan dialog
serta memberikan ucapan-ucapan baik yang akan merubah mind set mereka selama ini
sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif lalu mereka akan menerima pihak
yang berbeda dengan mereka. Proses dari metode rehabilitasi ini bekerjasama dengan
pihak kepolisian, lembaga kemasyarakatan, lembaga keagamaan, Kementrian Agama,
Kemenkokesra, ormas, dan masyarakat sipil. Dengan melakukan metode ini pemerintah
mengharapkan adanya perubahan dan para pelaku kejahatan karena radikalisme dan
terorisme ini mempunyai bekal dan pengetahuan yang lebih baik supaya mereka dapat
menjalani kehidupan seperti masyarakat umumnya setelah keluar.
Metode resosialisasi dan reintegrasi dalam upaya deradikalisasi ini hampir sama
seperti reedukasi, dimana masyarakat diberikan pembimbingan dalam bersosialisasi dan
memiliki faham yang sama dengan masyarakat umum yang ada di Indonesia.
Reintegrasi juga bersifat memberikan pendidikan sama seperti reedukasi yang
melibatkan lembaga pendidikan dari mulai pendidikan dini hingga pendidikan di
perguruan tinggi. Sehingga pelajar dari yang masih berusia dini, remaja, hingga
mahasiswa dapat mempunyai pola pikir yang kritis dan memiliki jiwa nasionalisme yang
kuat sehingga berimbas kepada kepemahaman yang kuat terhadap nilai pancasila, dan
negara Indonesia sehingga tidak mudah terpengaruh doktrin yang destruktif. Peran
masyarakat sipil dalam upaya deradikalisasi juga memiliki andil yang cukup signifikan.
Melalui ormas atau lembaga keagaman tertentu seperti NU, Muhammadiyah dimana
memiliki fatwa tentang keharaman tindakan terorisme dan radikalisme islam sehingga
berimplikasi pada penanaman pola pikir dari pengikutnya agar tidak terjerumus pada
lembah radikalisme islam.
G. KESIMPULAN
Radikalisme pada awalnya merupakan sesuatu yang tidak buruk. Karena awalnya
radikalisme muncul atas dasar keinginan untuk melakukan perubahan dari keadaan
yang sedang terjadi. Tetapi kemudian radikalisme dianggap sebagai suatu gejala atau
fenomena yang meresahkan. Karena dianggap sebagai faham yang dapat mengakibatkan
suatu perubahan dalam tatanan sosial yang ada dimasyarakat. Dalam
p[erekmbangannya, radiklasime terus menjadi perhatian, ketika radikalisme mulai
masuk kepada faham radikal yang menyangkut agama. Sampai pada suatu kasus bahwa
agama islam merupakan agama yang menjadi aktor dalam meluaskan dan
menyebarluaskan paham radikalisme. Radilkasime islam sendiri merupakan faham yang
memiliki tujuan untuk menjadikan dunia sebagai khilafah atau peradaban islam secara
global. Hingga Indoneisa sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar
menjadi sasaran dan faham radikalisme islam berhasil masuk dan bekembang di
Indonesia. Dengan bermunculannya gerakan-gerakan islam yang bertujuan untuk
menjadikan negara Indonesia sebagai negara Khalifah atau negara islam. Sungguh ini
merupakan faham yang sangat bertolak belakang dengan ideologi negara Indonesia yang
berasaskan Pancasila dan melanggar nilai-nilai Bhineka Tunggal ika. Maka dari itu
haruslah ada usaha atau upaya untuk memberantas paham radikalisme islam di
Indonesia dari berbagai pihak yang bersinergi.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Aspihanto, F. M. (2017). Sinergi Terhadap Pencgahan Terorisme dan Paham
Radikalisme. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 73-90.
Khamid, N. (2016). Bahaya Radikalisme Terhadap NKRI. Journal of Islamic Studies and
Humanities, 123-152.
Nugraha, A. (2017). Latar Belakang Radikalisme. Retrieved Maret 29, 2019, from
Acedemia:
https://www.academia.edu/16449675/LATAR_BELAKANG_RADIKALISM
E
Pengertian Radikalisme, Sejarah, Ciri-Ciri, Penyebab Radikalisme. (n.d.). Retrieved Maret 29,
2019, from Maxmanron: https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
radikalisme.html
Rokhmad, A. (2014). Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal. Retrieved
Maret 29, 2019, from Walisongo:
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/185
Thoyib, M. (2018). Radikalisme Islam Indoneisa. Jurnal Studi Pendidikan Islam, 93-100.
Umar, A. R. (2010). Melacak Akar Radikalisme Islam di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, 169-186.
KELAS D
Disusun Oleh:
1. Muhammad Adhi Darmala 20180510069
2. Rizqi Dwi Purnama Putra 20180510094
3. Safira Allika Putri 20180510109
4. Khoirunnisa Arifatun Sholikhah 20180510182
5. Salsabila Lisdi 20180510343
6. Irham Abdullah 20180510360
7. Agus Adityawan 20180510393
8. Baiq Giri Sekar Katon 20180510449