Anda di halaman 1dari 15

A.

PENGERTIAN UMUM RADIKALISME

Radikalisme di masa sekarang ini sedang diposisi yang sangat mengkhawatirkan.


Dimana perkembangan radikalisme sangatlah massive dan memiliki dampak yang tidak
bisa dianggap remeh dan dipandang sebelah mata sebagai suatu fenomena yang terjadi
dikalangan masyarakat dunia. Radikalisme sendiri sekarang ini banyak yang mengsalah
artikan terutama bila radikalisme yang terjadi disini menyangkut masalah agama. Diluar
sana, jika mendengar kata Islam, sudah pasti islam itu agama yang identik dengan
radikalisme yang akhirnya dikait-kaitkan kepada tindakan radikal (terror, bom,
penyandraan, dan pembunuhan). Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah
penduduk mayoritas islam tidak luput dari serangan radikalisme islam itu sendiri. Lalu
bagaimana asal muasal dari paham radikalisme, seperti apa perkembangan radikalisme
sampai pada titik dimana islam dicap sebagai agama yang radikal hingga radikalisme
islam dapat masuk ke negara Indoneisa serta menyebarkan faham-faham yang radikal,
dan upaya untuk deredikalisme paham tersebut serta bagiamana seharusnya radikalisme
itu diterapkan hingga menjadi sesutau yang tidak mendapat citra buruk.

Sebelum mendalami penjelasan dan uraian mengenai radikalisme, perlulah kita


membahas tentang pengertian kata radikalisme ini untuk menjadi titik tinjau akan segala
yang akan terurai dalam tulisan ini. Dalam segi bahasa, Radikalisme berasal dari
gabungan kata dasar radikal dan isme. Radikal ini sendiri berasal dari bahasa latin radix
yang berarti akar (pohon). Sedangkan imbuhan isme merupakan tambahan kata untuk
mengintegrasikan sifat pada sebuah kata kerja. Jadi secara bahasa, radikalisme dapat
diartikan sebagai sesuatu yang bersifat mengakar. Bersifat mengakar dapat dipahami
dengan mendasar, yang berarti bersifat fundamental, atau bersifat teguh pada aturan
bakunya, dalam konteks sosial dan politik, radikalisme dapat berarti sifat patuh secara
absolut dan tanpa keraguan pada pemikiran, ideologi, tindakan golongan atau kelompok
masyarakat tertentu. Hingga akibat dari keyakinan yang begitu kuat inilah orang-orang
yang berpikir radikal kemudian membantah dan menentang hal-hal lumrah dalam
masyarakat yang bertentangan dengan keyakinannya, bahkan walau harus mengambil
jalur kekerasan juga pemaksaan. Dalam sebuah kamus diterangkan bahwa seorang
radikal adalah seseorang yang menyukai perubahan-perubahan cepat dan mendasar
dalam hukum dan metode-metode pemerintahan.
Radikalisme bisa diartikan sebagai suatu sikap yang mengharapkan perubahan
terhadap keadaan status quo dengan jalan menghancurkan keadaan tersebut secara total
dan kemudian menggantikannya dengan yang baru. Adeed Dawisha dalam bukunya
The Arab Radicals (1986) mendefinisikan radikalisme sebagai sikap jiwa yang membawa
kepada tindakan-tindakan yang bertujuan melemahkan dan mengubah tatanan politik
mapan dan menggantikannya dengan sistem baru. Lebih lanjut, istilah radikal mengacu
kepada gagasan dan tindakan kelompok yang bergerak untuk menumbangkan tatanan
politik mapan yakni negara-negara atau rejim-rejim yang bertujuan melemahkan otoritas
politik dan legitimasi negara-negara dan rejim-rejim lain. Jadi, Radikalisme adalah suatu
paham yang menghendaki adanya perubahan/pergantian terhadap suatu sistem di
masyarakat sampai ke akarnya, jika perlu dilakukan dengan menggunakan cara-cara
kekerasan. Atau menginginkan adanya perubahan total terhadap suatu kondisi atau
semua aspek kehidupan masyarakat. Radikalisme tidak dapat disebut radikal jika tidak
memiliki konflik pemaksaan, gejolak, atau kerusuhan dengan aturan seluruh kelompok
masyarakat.

B. SEJARAH MUNCULNYA RADIKALISME

Jika dikaji lebih dalam, radikalisme ini sendiri bukanlah hal yang baru, tetapi
radikalisme sudah mencapai pada titik yang rumit. Pada dasarnya Radikalisme bisa lahir
dari ajaran ideologi maupun agama, karena memang cara berfikir radikal sudah ada di
dalam diri manusia. Namun, istilah “Radikal” muncul untuk pertama kalinya setelah
Charles James Fox memaparkan paham tersebut pada tahun 1979. Pada saat itu,
Charles James Fox menyerukan “Reformasi Radikal” dalam sistem pemerintahan di
Britania Raya (Inggris). Reformasi tersebut dipakai untuk menjelaskan pergerakan yang
mendukung revolusi parlemen di negara tersebut. Pada akhirnya ideologi radikalisme
tersebut mulai berkembang dan kemudian berbaur dengan ideologi liberalisme. Pada
akhirnya, cara pandang tersebut memang menimbulkan pro dan kontra. Bergantung
pada bagaimana penjalanan pemikiran Radikal tersebut. Para penemu ialah orang orang
yang maju dalam berfikir, itu menjadi satu hal yang baik karena dengan cara pandang
radikal itu pula banyak tercipta penemuan penemuan baru. Dari yang mulanya
radikalisme di gunakan dalam sistem pemerintahan atau ideologi, berkembang kepada
ilmu pengetahuan, dan juga agama. Hingga akhirnya pada masa sekarang ini tidak bisa
dipungkiri agama yang banyak disebut sebagai penyebar radikal oleh mata dunia adalah
tentu saja agama islam.

C. RADIKALISME DALAM ISLAM

Islam adalah agama teroris dan agama kekerasan telah tersemat dalam doktrin
orang non-Islam; bahkan pemeluk Islam dituduh sebagai muslim monster yang suka
membunuh orang lain dengan cara bom bunuh diri. Kini ulah teroris kembali hadir di
Surabaya dengan meledakkan bom di tiga Gereja (Gereja Santa Maria Tak Bercela,
Gereja Pantekosta Pusat dan Gereja GKI) pada Minggu (13/05/2018) dan di
Polrestabes Surabaya pada Senin (14/05/2018). Pasca serangan teroris ini, penulis
mengamati cuitan-cuitan nitizen di media sosial; cuitan-cuitan tersebut secara umum
berbunyi “Islam bukan agama teroris” dan tidak kalah sengitnya para elite politik di
negeri ini menggunakan isu teroris saling sindir-menyindir untuk keperluan politiknya
padahal nyawa manusia melayang tapi masih saja memikirkan nafsu politiknya disaat
ada musibah.Cuitan para nitizen “Islam bukan agama teroris” membuat penulis
berpikir, memangnya Islam; agama teroris? membaca sebutan Islam sebagai agama
teroris sehingga tergoreslah tulisan ini dengan judul “Kenapa Islam Dituduh sebagai
Agama Teroris?” apakah ada yang salah terhadap agama Islam atau memang Islam
mengajarkan kekerasan/menebar kebencian kepada pemeluknya. Padahal Islam adalah
agama damai, sejuk, penuh cinta dan agama rahmatan lil’alamin. Terus, kenapa Islam
dituduh sebagai agama teroris? inilah jawaban yang perlu kita jawab dalam tulisan
singkat ini agar mengetahui; siapa sebenarnya yang telah mencoreng Islam sebagai
agama teroris.

Citra Islam tercoreng dengan sebutan Islam sebagai agama teroris adalah ulah
umat Islam itu sendiri maka tidak heran pemeluk agama lain menuduh Islam sebagai
agama teroris. Mencoreng Islam menjadi agama teroris adalah mereka yang memahami
ajaran Islam secara berlebih-lebihan (ghuluw), telah terdoktrin dalam alam pikiran
mereka ajaran Islam radikal (baca: Radikalisme Agama, LintasGAYO.co 26/10/2016),
tidak humanistik, menebar kebencian kepada pemeluk agama lain dan intoleransi serta
suka mengkafirkan orang lain. Ketika berseberangan dengan pemikiran atau
keyakinannya maka orang tersebut adalah musuh yang harus dihabisi dan dibunuh
dengan cara kekerasan dan tentunya dengan bom bunuh diri yang mereka pandang
sebagai jalan jihad.Gambaran di atas sering kita dengar dengan istilah kelompok
fundamentalis, militan, ekstremis, radikal, fanatik, jahidis dan juga islamis. Khaled
Abou El Fadl seorang guru besar Hukum Islam di UCLA, AS, lulusan Yale dan
Princeton yang mendalami studi keislaman di Kuwait dan Mesir menyebutnya dengan
istilah puritan. Ciri kelompok puritan ini dalam keyakinannya menganut paham
absolutisme dan tak kenal kompromi. Dalam banyak hal, orientasi kelompok ini
cenderung menjadi puris, dalam arti ia tidak toleran terhadap berbagai sudut pandangan
yang berkompetisi dan memandang realitas pluralis sebagai satu bentuk kontaminasi
atas kebenaran sejati.

Islam telah tercoreng dengan sebutan agama teroris maka umat Islam harus
menyelamatkan Islam dari muslim puritan ini, melawan pemikiran muslim puritan
tidaklah mudah dan itu perlu perjuangan lewat mendalami ilmu pengetahuan secara luas
dan mendalam, menanamkan nilai-nilai toleransi dalam beragama dan memanusiakan
manusia lewat pesan damai yang telah diajarkan oleh agama Islam. Pemuda dan kaum
pelajar mempunyai peran vital dalam melawan arus pemikiran Islam radikal dengan
menanamkan paham-paham kebangsaan serta menguatkan pemahaman keagamaan
dengan baik (baca: Pemuda Melawan Radikalisme, lintasGAYO.co 28/10/2017).

Muslim puritan inilah yang menyebabkan Islam dituduh sebagai agama teroris,
oleh karena itu mari kita selamatkan agama Islam yang membawa kedamain ini dari
muslim puritan. Membuka pikiran secara inklusif bahwa Islam membawa pesan damai
untuk seluruh umat manusia, yang menghancurkan agama Islam adalah pemeluk-
pemeluk agama Islam itu sendiri dengan mengamalkan ajaran agama yang tidak sesuai
dengan ajaran agama Islam. Islam adalah agama damai maka dari itu pemeluknya juga
harus memberikan keselamatan bagi orang lain dan juga bagi pemeluk agama lain dari
lisan dan tangannya karena mukmin sejati adalah mukmin yang bisa memberi rasa
aman pada yang lain atas jiwa dan harta mereka. Ketika muslim memiliki pemahaman
dan pengamalan agama yang sesuai dengan ajaran Islam maka pemeluk-pemeluk agama
lain pasti tidak menuduh agama Islam sebagai agama teroris malahan rasa kagum
mereka terhadap Islam karena pemeluk agama Islam memberikan kenyamanan dan
kedamaian kepada pemeluk-pemeluk agama lain.1 Islam adalah agama yang
memberikan ketentraman, keamanan, kenyamanan, dan ketenangan. Islam tidak pernah

1
Husaini Muzakir Algayoni,`Kenapa islam disebut agama teroris`,http://lintasgayo.co/2018/05/16/kenapa-
islam-
dituduh-sebagai-agama-teroris, diakses pada 30 maret 2019
mengajarkan kebencian, keburukan, dan melukai orang lain. Datangnya Islam ke
Indonesia pun dibawa oleh para wali secara damai, dan bersifat mengajak, juga sangat
ahli dalam media berdakwah.

Namun, beberapa dekade terakhir, Islam dikenal sebagai sebuah momok yang
menakutkan bagi masyarakat dunia.2 Karena paham radikalisme sering disandingkan
dengan kata terorisme, yang dimana biasanya kasus-kasus terorisme mengatasnamakan
agama. Sebenarnya, dalam sejarah radikalisme Islam sudah terlihat setelah kemerdekaan
hingga setelah reformasi, ada beberapa gerakan politik yang mengatasnamakan agama,
namun dapat digagalkan. Kemudian, pada masa Soeharto, gerakan-gerakan lain
bermunculan. Hingga jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dimana kelompok
radikal semakin bebas menampakkan dirinya, dan semakin banyak lagi gerakan gerakan
yang bersifat radikal bermunculan dengan pemimpinnya masing-masing bertebaran di
Indonesia.3 Peter G. Ridder membagi beberapa kelompok Islam setelah keruntuhan
Orde Baru. Ia membagi menjadi empat kategoris yakni, modernis, tradisionalis, neo-
modernis, dan Islamis.4 Kemunculan beberapa ormas-ormas radikal lainnya seperti
Front Pembela Islam, FKAWJ, Front Umat Islam, dan lain-lain5 adalah masuk dalam
kategori Islamis, sebab keberadaannya pun tidak hanya melakukan transformasi
melainkan juga metamorfosis dalam bentuk gerakan yang bermacam-macam.6

Adapun kemunculan atau peran ISIS yang mempengaruhi masyarakat Indonesia,


ISIS sendiri dikenal sebagai kelompok radikal yang menyiarkan syariatnya dengan
memanfaatkan media internet yang kita ketahui sendiri media internet di era globalisasi
ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Semakin parahnya, saat ini kemunculan
radikalisme islam di Indonesia terjun kepada dunia pendidikan, yakni buku pengetahuan
pelajar. Contoh kasusnya adalah buku yang berjudu Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti SMA kelas XI yang berisi mengenai barangsiapa yang menyembah selain Allah

2
H, Ati, ‘Radikalisme’, ‘Radikalisme’, academia edu (daring),
https://www.academia.edu/17543416/RADIKALISME diakses pada 29 Maret 2019
3
A, Asrori, ‘Radikalisme di Indonesia’, ejournal (daring), 2015, <file:///C:/Users/RISALDI/Downloads/331-374-
1-SM.pdf diakses pada 29 Maret 2019
4
Sun ChoirulUmmah, “Akar Radikalisme Islam di Indonesia”, Jurnal Humanika, no. 12, September 2012.
5
Azyumardi Azra, “Revitisasi Islam Politik dan Islam Kultural di Indonesia”, jurnalIndo-Islamika, vol. 1, no. 2,
2012, 235.
6
Ismail Basani& Bonar Tigor Naipospos (ed), Dari Radikalisme Menuju Terorisme, (Jakarta: Pustaka Masyarakat
Setara, 2012), 10.
telah menjadi musyrik dan boleh dibunuh.7 Sangat disayangkan, dunia pendidikan para
penerus bangsa yang seharusnya tidak terkontaminasi, tapi pada kenyataannya sudah
terkontaminasi juga. Jika melihat sejarah lagi dimana radikalisme islam muncul,
kemunculan gerakan Radikalisme Islam di Indonesia memiliki hubungan erat dengan
perkembangan gerakan pemikiran salafiyah di Timur Tengah. Selanjutnya pada abad 12
Hijriyah, pemikiran ini di kembang kukuhkan oleh gerakan Wahabi. Perekmbangan dari
ide pemikiran salafiyah tejadi sejak jaman penjajahan Belanda. Pada saat itu terjadi di
Minangkabau. Dengan bermunculan tokoh-tokoh gerakan pemikiran salafiyah di Timur
Tengah, seperti Muhammad Abduh dan Jalaludin al-afgani dan kemudian ide tersebut
diterima oleh jamaah Haji, hingga akhirnya gagasan tersebut dibawa ke Indonesia
melalui organisasi dan melakukan gerakan pembaharuan Islam sesuai dengan aliran
salafiyah.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASUKNYA RADIKALISME


ISLAM DI INDONEISA

Mudahnya faham radikalisme ini masuk dan berkembang di Indoensia tentu saja
karena adanya beberapa faktor. Faktor perkembangan radikalisme di tingkat global.
Karena faham radikalisme semakin meluas dengan cepat akan mengakibatkan pada
perkembangan yang massive dan menyebar diseluruh dunia. Dengan didorong oleh
penyebaran faham Wahabisme mengakibatkan pada percepatan faham radiklamisme
islam semakin merebak luas. Faktor internal yang mengakibatkan faham radikalisme
islam begitu mudah berkembang di Indonesia adalah umat islam sendiri yang telah
menyimpang dari norma-norma agama. Dimana akan muncul sentiment keagamaan
kemudian secara terang-terangan akan memperlihatkan emosi kemarahan yang terjadi
ketika segala fenomena di lingkungan tidak seperti apa yang menjadi keinginannya.
Faktor kultur juga memiliki pengaruh yang cukup besar yang melatarbelakangi
munculnya radikalisme. kelompok yang mengatasnamakan agama berusaha melepas
dari jeratan kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agam Islam. Melalui sebuah
organisasi keagamaan beberapa kelompok keagamaan melakukan pemberantasan
terhadap budaya sekularisme dengan cara radikal.

7
B, Purwanto, ‘Materi Radikal di Buku Agama SMA Dikutip dari Kemendikbud?’, tempo.co (daring), 2015,
<https://nasional.tempo.co/read/651599/materi-radikal-di-buku-agama-sma-dikutip-dari-
kemendikbud/full&view=ok>, diakses pada 29 Maret 2019
E. FENOMENA RADIKALISME DI INDONESIA DAN DAMPAKNYA

Beberapa fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa yang meperlihatkan begitu


jelasnya faham radikalsime islam di Indonesia ialah awalnya muncul ormas-ormas pada
masa orde baru. Seperti Front Pembela Islam,FKAWJ, Front Umat Islam, dan lain-
lain.8 Kemudian munculnya MMI dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia, gerakan yang
mencita-citakan didirikannya negara islam dan menyebarluaskan ideologi untuk
memberlakukan syariat hukum islam yang bersifat universal dengan melakukan dakwah
secara halaqoh, door to door, dll. Selain gerakan tersebut, muncul juga gerakan Tarbiyah
dan KPPSI (Komite Persiapan Penegakan Syariah Islam). Mereka menginginkan
pemberlakuan peraturan daerah berdasarkan syariat islam dan membungkus rangkaian
kegiatan dengan lebel dakwah Amar Ma‟ruf Nahi Munkar. Tujuan akhirnya adalah
bermuara pada politik.

Gerakan salafi-wahabi salah satu gerakan yang juga memberikan pengaruh


terhadap faham radikalisme islam di indonesia. Gerakan ini memiliki keinginan untuk
memurnikan ajaran islam sesuai dengan apa yang diperintahkan Nabi dan Al-Quran.
Dalam menyebarkan ideologi kepada umat islam Indonesia, gerakan ini melakukan
beberapa metode supaya apa yang hendak dicapai berjalan dengan lancar yaitu dengan
memberikan beasiswa kepada mahasiswa untuk belajar di Universitas yang ada di Arab
Saudi. Memberikan dana bantuan pada pesantren dengan tujuan memasukkan paham
wahabi. Mencetak kader dengan berpola pikir wahabi, dan yang terakhir adalah
Membuat situs-situs tanya jawab agama. Tujuan dari gerakan mereka ini ialah untuk
mengubah secara fundamental dalam ranah politik dan tatanan sosial sehingga tampak
ekstrem dan sering berdampak pada kekerasan sosial dan meresahkan masyarakat.

Selain fenomena kemunculan beberapa gerakan-gerakan yang telah disebutkan


diatas, fenomena sekarang ini yang semakin lama semakin gencar dilakukan oleh kaum
yang memiliki faham islam yang radikal ialah banyak terjadinya terorisme dengan
berimplikasi pada tindakan pembunuhan dengan cara melakukan pemboman dibeberapa
tempat umum tidak jarang juga tempat ibadah menjadi sasaran pemboman. Dengan
dalih menjalankan jihad yang ditelah diperintahkan didalam syariat islam yang mereka
pahami.

8
Azyumardi Azra, “Revitisasi Islam Politik dan Islam Kultural di Indonesia”, jurnalIndo-Islamika, vol. 1, no. 2,
2012, 235.
Kelompok radikal islam tidak henti-hentinya memberikan ancaman terhadap
dunia sehingga memberikan pengaruh didalam dinamika global, belum lama ini isu ISIS
memberikan ancaman yang begitu nyata. Dimana ISIS yang merupakan kelompok
radikal islam besar memiliki pemimpin yang bernama Abu Bakar al-Baghdadi sedari
awal sudah mempunyai tujuan untuk membangun negara islam secara murni yang
berskala global. ISIS memanfaatkan media internet dalam menyebarkan paham
radikalnya. Sebagaimana pengaruh globalisasi itu sendiri yang memberikan kemudahan
setiap orang dibelahan dunia untuk mengakses jejaring internet kapanpun dan
dimanapun yang mendorong penyebaran faham radikal yang dilakukan oleh ISIS
berjalan lancar tanpa ada kendala. Fenomena ISIS ini telah menjadi perhatian dunia
sejak tahun 2013 secara jelas memiliki penafsiran yang sangat bengis, dimana kelompok
tersebut sampai melakukan tindakan pembunuhan, penculikan, penyanderaan, dan
peperangan sebagai upaya untuk mencapai misi mereka dan menyebutnya sebagai jihad
dalam islam. ISIS mempresentasikan dirinya sebagai organisasi yang memiliki kekuatan
islam dunia yang bertujuan untuk mendirikan Khilafah, dengan melakukan propaganda
jihad yang bernama global jihad dan mampu mendoktrin orang lain di seluruh belahan
dunia.

Indonesia sebagaimana yang kita ketahui merupakan negara dengan penduduk


mayoritas memeluk agama islam, tidak luput dari incaran faham radikalisme islam. ISIS
berhasil masuk dan menyasar kaum muslim yang ada di Indonesia yang pada dasarnya
memiliki pemahaman agama yang kurang dan didorong oleh kesamaan ideologi radikal
yang mana memiliki cita-cita untuk mendirikan dan mendukung lahirnya Khilafah Islam
dan pada akhirnya akan terbentuk indonesia sebagai negara Islam. Sejalan dengan hal
tersebut, tidak sedikit dari rakyat muslim Indonesia yang secara terang-terangan
mendukung akan gerakan yang dilakukan ISIS, menurut data terbaru yang diberikan
oleh BNPT dimana disebutkan bahwa ada sekitar 500 WNI yang memutuskan
bergabung dengan kelompok ISIS dengan pergi ke Suriah untuk menjadi relawan perang
dan direkrut menjadi anggota ISIS.9 Kemudian dukungan terhadap ISIS yang berasal
dari dalam negeri juga semakin meningkat dan secara cepat menyebarkan influence.

9
Lihat, BNPT: 500 WNI Tercatat Gabung ISIS di Suriah. Dalam.
http://news.liputan6.com/read/2318131/bnpt-500-wni-tercatat-gabung-isis-di-suriah diakses: 29.03.2019.
Jam 18.36 WIB.
Tidak perlu waktu lama, terkumpul partisipan pendukung ISIS di Indonesia kurang lebih
berjumlah 3.000 orang.10

Seperti yang sudah disebutkan diatas, masuknya faham radikalisme islam yang
diakibatkan oleh ISIS ke Indonesia menunjukkan bahwa kemunculan dan keberadaan
faham radikal islam di Indoneisa memberikan dampak yang sungguh tidak ada baiknya
sama sekali. Dimana yang kita tahu bahwa negara Indonesia sendiri merupakan negara
yang didalamnya memiliki rakyat dengan latar belakang keberagaman suku disetiap
daerahnya dan juga agama yang berbeda-beda. Memang islam merupakan agama yang
paling banyak di anut, tetapi ingatlah di daerah-daerah lain ada yang memiliki
keyakinan berbeda dan jumlahnya tidak sedikit serta tidak boleh dilupakan begitu saja.
Islam bukan satu-satunya agama yang eksis di Indonesia. Ada Kristen, katholik, hindu,
budha, konghucu, dan lain sebagainya yang disatukan dengan semboyan “Bhineka
Tunggal Ika” dimana keberadaannya memiliki semangat mempersatukan keberagaman
didalam Indonesia.

ISIS melakukan doktrin atau brainwash terhadap sasarannya yang berasal dari
berbagai macam kalangan, bisa jadi dari orang yang tidak faham agama hingga sampai
sangat faham agama tetapi memiliki kesalahan dalam mengimplementasikan ilmu
agamanya tersebut. Hingga tak sedikit yang berhasil terhasut dan terjerumus kepada
faham radikalisme islam sehingga banyak diantara warga indonesia yang bergabung
dengan kelompok islam radikal atau ISIS. Lalu, jika pemikiran rakyat Indonesia sudah
mampu diperdaya oleh faham radikalisme islam, maka akan sangat mungkin
memunculkan tindakan yang memicu perpecahan di Indoneisa. Aksi-aksi yang telah
dilakukan ISIS selama ini akan dicontoh dan dilakukan pula di Indonesia agar supaya
misi mereka berhasil. Hingga sampai saat ini, fenomena terrorist melakukan pemboman
ditempat-tempat ibadah, tempat-tempat umum yang berujung pada bom bunuh diri
marak terjadi. Dimana sang pelaku beraggapan bahwa hal tersebut merupakan jihad dan
dianjurkan untuk mencapai tujuan.

Beberapa tahun terakhir ini, Indonesia sedang dalam keadaan yang mencekam,
peristiwa bom yang mengacu kepada tindakan terorisme banyak terjadi di berbagai
daerah di Indonesia, bahkan yang lebih miris peristiwa tersebut ada yang terjadi di
tempat ibadah. Tak sedikit warga yang menjadi korban. Tak hanya korban jiwa, tetapi

10
Hikam. Op,cit. Hlm 70-71.
peristiwa tersebut membuat keresahan muncul di masyarakat. Tetapi jika kita takut,
maka kelompok radikalisme islam itu malah semakin senang dan akan gencar
melakukan bom-bom selanjutnya.

Peristiwa tersebut sudah jelas tidak mencerminkan ideologi pancasila. Radikalisme


islam sama sekali tidak memiliki nilai-nilai yang terkandung oleh pancasila. Jika faham
radikalisme terus berkembang pesat di Indonesia dan memiliki jumlah pengikut yang
semakin bertambah, dikhawatirkan akan semakin bertambah marak peristiwa-peristiwa
yang merepresentasikan radikalisme islam itu sendiri. Keutuhan NKRI akan teracam,
dan lambat laun negara Indonesia akan mencapai pada titik kehancuran. Sungguh ini
merupakan suatu peristiwa yang tidak boleh sampai terjadi. Radikalisme Islam yang
telah masuk dan berkembang di Indonesia sampai detik ini, merupakan faham yang
sudah jelas menjadi ancaman bersama rakyat indoensia dan harus ada upaya
deradikalisasi agar faham yang berakar dari ISIS tersebut bisa ditekan dan tidak semakin
berkembang atau bahkan bisa benar-benar diberantas. Sehingga Indonesia menjadi
negara yang damai tanpa ada faham radikal dalam bentuk apapun.

F. UPAYA DERADIKALISASI

Untuk mencegah penyebaran ideologi atau paham islam radikal, perlu


diadakannya usaha deradikalisasi yang merupakan suatu keharusan dan mesti dilakukan
dengan berbagai strategi diberbagai tempat. Deradikalisasi dapat diartikan sebagai upaya
melenyapkan, menghilangkan atau menghapus tindakan radikal. Deradikalisasi
pemahaman keagamaan berarti upaya menghapuskan pemahaman yang radikal
terhadap ayat-ayat al-Qur‘an dan Hadis, khususnya ayat atau hadis yang berkaitan
dengan konsep jihad, perang, dar al-harbi dan seterusnya. Salah satunya pendidikan
sebagai pusat pembelajaran murid atau anak muda yang masih menempuh pendidikan
adalah tempat yang sangat tepat untuk menamkan pemahaman islam yang moderat.
Disini peran pendidikan merupakan fondasi awal dalam membentuk pemahaman akan
agama yang paling dasar setelah keluarga. Munculnya benturan di kalangan umat islam
karena mereka kaku dalam tafsir dan penerapan al-quran terhadap kehidupan sehari-
hari, inilah yang mengakibatkan munculnya radikalisme islam.

Oleh karenanya, akhlak yang baik dan benar harus menjadi determinan penting
dalam upaya hidup sesuai dengan ajaran didalam al-Quran dan al-Sunnah. Berkaitan
dengan pendekatan agama dalam upaya deradikalisasi ini, ada baiknya kita mengingat
kembali pesan dari Rasulullah SAW. Dalam sebuah kesempatan, beliau menyampaikan
bahwa umatnya tidak akan sesat selama mereka berpedoman kepada dua warisannya
yang paling berharga, yaitu al-Qur‘an dan as-Sunnah. Secara keseluruhan, upaya dalam
menekan atau bahkan menghilangkan paham radikalisme tersebut haruslah dilakukan
oleh semua pihak, dari pemerintah, institusi keagamaan dan pendidikan, serta
masyarakat. Mereka memiliki peran masing-masing dan harus bersinergi dalam upaya
deradikalisasi atau pemberantasan ideologi islam radikal. Agar radikalisme islam di
Indonesia dapat hilang dan menjadi negara yang damai, tentram dan rakyatnya hidup
berdampingan didalam perbedaan beragama.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2002


tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang kemudian disahkan menjadi
Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme. Dengan disusun dan diberlakukannya peraturan perundang-
undangan tersebut diharapkan dapat mengatur masalah yang berkaitan dengan paham
radikalisme dan terorisme sehingga mampu menanggulangu serta dapat mencegah dari
timdakan-tindakan tersebut diwaktu yang akan datang. Selain itu, dengan adanya
perundang-undangan tersebut dapat membuat aparat penegak hukum dapat dengan
mudah mengatasi serta melawan tindakan radikal dan terorisme yang terjadi di
Indonesia hingga sampai saat ini. Namun perang melawan teroris tidak bisa
dimenangkan hanya dengan cara membunuh dan menangkap teroris, mengumpulkan
intelijen atau mengamankan perbatasan, tetapi juga diperlukan juga perang gagasan
yang menjadi sumber dari kekerasan terorisme. Sebagaimana juga dikemukakan oleh
(Idris, 2013) bahwa tindakan represif yang dijalankan oleh Densus 88 meskipun berhasil
mengungkap dan menangkap berbagai tragedi teror di tanah. Upaya atau strategi lain
yang diperlukan dalam deradikalisasi ini juga harus nersifat soft approach dengan
melakukan pendekatan deradikalisasi dan anti-radikalisme.

Metode dalam upaya deradikalisasi di Indonesia mempunyai kurang lebih 4


pendekatan, yakni: Reedukasi, Rehabilitasi, Resosialisasi, dan Reintegrasi. Reedukasi
merupakan upaya yang dilakukan dengan cara memberikan pencerahan dalam wawasan
tentang paham radikal, sehingga perkembangan paham radikal tidak akan terjadi.
Metode ini dilakukan pemerintah dengan bantuan lembaga keagamaan dan juga
lembaga pendidikan. Dengan pemberian pelajaran atau wawasan tentang ideologi
pancasila mulai dari pendidikan usia dini hingga jenjang sarjana hingga doctor perlu
sangat ditingkatkan sehingga fondasi paham ideology pancasila akan melekat pada diri
masyarakat dan tidak mudah terkontaminasi oleh ajaran-ajaran lain termasuk paham
radikalisme islam yang jelas tidak sesuai dengan ideologi yang diterapkan di Indonesia.
Pembekalan pelajaran disekolah ini tentu juga harus dibarengi dengan pembelajaran non
formal yang diberikan oleh orang-orang disekitar, terutama anak remaja yang sedang
dalam masa pertumbuhan. Pertumbuhan biologis dan juga pertumbuhan mental yang
pengaruh kepada cara berfikir anak tersebut. Anak usia remaja merupakan usia dimana
sangat rentan terhadap gejala-gejala sosial yang ada. Mereka bisa saja berfikir kritis
namun juga akan terjerumus terhadap paham radikal.

Metode yang kedua ialah Rehabilitasi. Rehabilitasi ini dilakukan terhadap para
pelaku yang telah terbukti melakukan kejahatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan
paham radikalisme islam di Indonesia. Rehabilitasi disini memiliki dua makna, yaitu
pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian. Keduanya bertujuan untuk
melatih serta membina para pelaku untuk mempersiapkan keterampilan dan keahlian
yang bermanfaat untuk mereka membangun keahlian serta mampu bekerja di
masyarakat tanpa ada paham radikal didalam dirinya setelah ia berhasil keluar dari
tempat rehabilitasi. Pembinaan lain yang dilakukan ialah dengan memberikan dialog
serta memberikan ucapan-ucapan baik yang akan merubah mind set mereka selama ini
sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif lalu mereka akan menerima pihak
yang berbeda dengan mereka. Proses dari metode rehabilitasi ini bekerjasama dengan
pihak kepolisian, lembaga kemasyarakatan, lembaga keagamaan, Kementrian Agama,
Kemenkokesra, ormas, dan masyarakat sipil. Dengan melakukan metode ini pemerintah
mengharapkan adanya perubahan dan para pelaku kejahatan karena radikalisme dan
terorisme ini mempunyai bekal dan pengetahuan yang lebih baik supaya mereka dapat
menjalani kehidupan seperti masyarakat umumnya setelah keluar.

Metode resosialisasi dan reintegrasi dalam upaya deradikalisasi ini hampir sama
seperti reedukasi, dimana masyarakat diberikan pembimbingan dalam bersosialisasi dan
memiliki faham yang sama dengan masyarakat umum yang ada di Indonesia.
Reintegrasi juga bersifat memberikan pendidikan sama seperti reedukasi yang
melibatkan lembaga pendidikan dari mulai pendidikan dini hingga pendidikan di
perguruan tinggi. Sehingga pelajar dari yang masih berusia dini, remaja, hingga
mahasiswa dapat mempunyai pola pikir yang kritis dan memiliki jiwa nasionalisme yang
kuat sehingga berimbas kepada kepemahaman yang kuat terhadap nilai pancasila, dan
negara Indonesia sehingga tidak mudah terpengaruh doktrin yang destruktif. Peran
masyarakat sipil dalam upaya deradikalisasi juga memiliki andil yang cukup signifikan.
Melalui ormas atau lembaga keagaman tertentu seperti NU, Muhammadiyah dimana
memiliki fatwa tentang keharaman tindakan terorisme dan radikalisme islam sehingga
berimplikasi pada penanaman pola pikir dari pengikutnya agar tidak terjerumus pada
lembah radikalisme islam.

G. KESIMPULAN

Radikalisme pada awalnya merupakan sesuatu yang tidak buruk. Karena awalnya
radikalisme muncul atas dasar keinginan untuk melakukan perubahan dari keadaan
yang sedang terjadi. Tetapi kemudian radikalisme dianggap sebagai suatu gejala atau
fenomena yang meresahkan. Karena dianggap sebagai faham yang dapat mengakibatkan
suatu perubahan dalam tatanan sosial yang ada dimasyarakat. Dalam
p[erekmbangannya, radiklasime terus menjadi perhatian, ketika radikalisme mulai
masuk kepada faham radikal yang menyangkut agama. Sampai pada suatu kasus bahwa
agama islam merupakan agama yang menjadi aktor dalam meluaskan dan
menyebarluaskan paham radikalisme. Radilkasime islam sendiri merupakan faham yang
memiliki tujuan untuk menjadikan dunia sebagai khilafah atau peradaban islam secara
global. Hingga Indoneisa sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar
menjadi sasaran dan faham radikalisme islam berhasil masuk dan bekembang di
Indonesia. Dengan bermunculannya gerakan-gerakan islam yang bertujuan untuk
menjadikan negara Indonesia sebagai negara Khalifah atau negara islam. Sungguh ini
merupakan faham yang sangat bertolak belakang dengan ideologi negara Indonesia yang
berasaskan Pancasila dan melanggar nilai-nilai Bhineka Tunggal ika. Maka dari itu
haruslah ada usaha atau upaya untuk memberantas paham radikalisme islam di
Indonesia dari berbagai pihak yang bersinergi.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Aspihanto, F. M. (2017). Sinergi Terhadap Pencgahan Terorisme dan Paham
Radikalisme. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 73-90.

Ali Syu'aibi, G. K. (2004). Meluruskan Radikalisme Islam. Pustaka Azhary.

Azra, A. (2015). Radikaslime Islam Indonesia. Radikaslime Islam Indonesia, 2-5.

Khamid, N. (2016). Bahaya Radikalisme Terhadap NKRI. Journal of Islamic Studies and
Humanities, 123-152.

Mawardah. (2017). RADIKALISME PEMIKIRAN ISLAM DALAM UPAYA


DERADIKALISASI. Retrieved Maret 29, 2019, from Acedemia:
https://www.academia.edu/36789304/RADIKALISME_PEMIKIRAN_ISLA
M_DALAM_UPAYA_DERADIKALISASI.docx

Nugraha, A. (2017). Latar Belakang Radikalisme. Retrieved Maret 29, 2019, from
Acedemia:
https://www.academia.edu/16449675/LATAR_BELAKANG_RADIKALISM
E

Pengertian Radikalisme, Sejarah, Ciri-Ciri, Penyebab Radikalisme. (n.d.). Retrieved Maret 29,
2019, from Maxmanron: https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
radikalisme.html

Rokhmad, A. (2014). Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal. Retrieved
Maret 29, 2019, from Walisongo:
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/walisongo/article/view/185

Thoyib, M. (2018). Radikalisme Islam Indoneisa. Jurnal Studi Pendidikan Islam, 93-100.

Turmudi, E. (2005). Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.

Umar, A. R. (2010). Melacak Akar Radikalisme Islam di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, 169-186.

Zuhdi, M. H. (2017). Radikalisme Agama dan Upaya Deradikalisasi Pemahaman


Keagamaan. 206-209.
RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA SERTA UPAYA
DERADIKALISASI
Dosen: Adde Marup Wirasenjaya, S.IP., M.A.

KELAS D
Disusun Oleh:
1. Muhammad Adhi Darmala 20180510069
2. Rizqi Dwi Purnama Putra 20180510094
3. Safira Allika Putri 20180510109
4. Khoirunnisa Arifatun Sholikhah 20180510182
5. Salsabila Lisdi 20180510343
6. Irham Abdullah 20180510360
7. Agus Adityawan 20180510393
8. Baiq Giri Sekar Katon 20180510449

Program Studi Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2019

Anda mungkin juga menyukai