Anda di halaman 1dari 2

Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi di Indonesia

Masalah radikalisme saat ini memang sudah marak terjadi dimana-mana, termasuk di Indonesia.
Pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang dibentuk oleh pihak tertentu
mengenai suatu bidang, seperti agama, sosial, dan politik, seakan menjadi semakin rumit karena
sudah bercampur dengan tindakan yang melibatkan kekerasan. Dengan adanya radikalisme, para
pelaku menjalankan aksi teror kepada masyarakat dengan tidak menjunjung nilai
perikemanusiaan. Berbagai tindakan teror yang tidak jarang memakan korban jiwa seperti
menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku paham radikal dalam menyampaikan
pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai suatu perubahan. Hal tersebut tentu dapat
menjadi cikal bakal perpecahan dalam masyarakat Indonesia. Selain radikalisme dan terorisme,
intoleransi juga merupakan masalah yang mengancam keutuhan pancasila. Intoleran adalah suatu
sikap tidak mau menghargai orang lain baik dalam tindakan maupun pendapa t. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, hendaknya kita menjunjung persatuan, menghargai pendapat serta
pilihan orang lain, serta menjaga keamanan dan ketenteraman hidup di dunia demi keutuhan
pancasila. Dengan adanya tindakan intoleran, radikalisme dan terorisme tentunya memberikan
dampak yang begitu besar terhadap kehidupan sosial berbangsa. Kepercayaan antar masyarakat
akan memudar, akan tercipta yang namanya rasisme diantara masyarakat, menciptakan stigma
negatif terhadap sekelompok manusia seperti dalam terorisme yang berkaitan dengan jaringan
islam di beberapa negara yang akan menyebabkan islam dipandang sebagai teroris, penyebar
kejahatan dan rasisme. Selain itu, peristiwa radikalisme, terorisme dan intoleran juga dapat
menyebabkan timbulnya rasa trauma terhadap korban yang mengalaminya. Seperti yang dialami
oleh narasumber pada Stadium Generalle. Beliau mengalami trauma berat akibat peristiwa Bom
Bali. Beliau nyaris kehilangan nyawanya, tubuhnya sudah nyaris hangus terbakar semua. Luka
fisik juga luka hati yang beliau rasakan begitu dalam. Tidak hanya cacat tubuh dan trauma yang
diterima oleh beliau. Beliau juga dikucilkan dan dijauhi oleh masyarkat sekitar bahkan juga oleh
keluarga besarnya sendiri. Setelah peristiwa Bom Bali tersebut, perekonomian beliau juga
memburuk. Bahkan yang lebih parahnya lagi peristiwa 11 September tersebut menyebabkan
perasaan dendam yang tumbuh pada diri anak bungsu ibu Chusnul hingga anaknya bercita-cita
ingin menjadi teroris. Paham radikalisme tumbuh dan berkembang begitu pesat di Indonesia
tanpa masyarakat tau apa itu sebenarnya paham radikal, terorisme dan intoleransi. Kerap kali
paham radikal ini disangkutpautkan dengan agama dan keyakinan. Hal itulah yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan antar umat beragama. Kurangnya pengetahuan masyarakat itulah yang
menyebabkan paham radikalisme dengan mudahnya masuk ke Indonesia. Penyebaran paham
radikalisme tidak hanya sebatas terror-teror yang tampak saja. Penyebaran paham radikal ini
juga berupa hasutan-hasutan yang ditujukan kepada kaum-kaum pemuda seperti mahasiswa.
Masa-masa mahasiswa adalah masa pencarian jati diri. Pada masa ini juga mahasiswa menjadi
mudah terhasut dan terbujuk oleh perkataan-perkataan dan perbuatan orang disekitarnya. Oleh
karena itu, mahasiswa bisa saja menjadi intoleran dan radikal. Faktor yang mendukung
tumbuhnya ketertarikan akan radikalisme, yang paling umum dan mudah didapati ialah
menghasut itu tadi. Seringnya pelaku menghasut dengan membawa unsur agama. Seperti untuk
meninggal dengan husnul khatimah (dalam keadaan yang mulia/terbaik) sehingga bisa masuk
surga, atau adanya klaim sesuai dengan ajaran nabi dan rasul dalam islam yang didukung dengan
adanya hadist yang ditafsirkan dalam arti yang kurang tepat. Adanya penggiringan opini bahwa
golongannya lah yang pali benar dan menyalahkan ajaran-ajaran dari golongan lain, sehingga
jika kita mengikuti golongan lain kita akan termasuk dalam golongan yang paling hina dan
sebagainya. Tanpa adanya studi lanjut, deep talk dengan para profesional/ahli, kurangnya diskusi
menyebabkan individu tersebut hanya melihat dari satu sisi tanpa mau membuka mata lagi, dapat
memperparah kondisi yang sehingga dengan mudahnya radikalisme diterima oleh suatu individu.
Untuk menangkal tumbuh dan berkembangnya paham radikalisme, terorisme dan intoleransi
diperlukan sikap cinta akan tanah air dan persatuan kesatuan. Selain itu, sikap toleransi di
berbagai bidang utamanya agama juga harus selalu dibangun agar kesenjangan dan intoleransi
antar umat beragama tidak terjadi. Semua itu tergantung pada pribadi setiap individu, karena
semuanya berasal dari dalam diri masing-masing. Oleh karena itu, kita terutama mahasiswa
harus memiliki komitmen yang kuat untuk menolak adanya paham radikalisme, terorisme dan
intoleransi. Sebagai generasi penerus bangsa dan termasuk dalam kelompok terdidik, mahasiswa
memegang memeran peranan yang sangat penting dalam pencegahan radikalisme dan
intoleransi. Berbagai usaha dapat kita lakukan dimulai dari introspeksi diri sendiri, memperluas
jaringan pertemanan dalam hal positif agar kita juga dapat menambah wawasan kita, saling
menghargai dan menghormati, saling tolong menolong dan bahu membahu. Menumbuhkan nilai-
nilai pancasila di dalam hati dan mengamalkannya dengan sepenuh hati. Kita sebagai mahasiswa
harus bisa membawa dampak positif untuk diri kita sendiri baru sehingga kita juga bisa
membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai