Anda di halaman 1dari 20

KAPASITAS DUKUNG TIANG TUNGGAL

(Single Pile Bearing Capacity)

PENDEKATAN HASIL UJI PENETRASI


(Approch Penetration Test Result)
Jenis Uji Penetrasi

Uji penetrasi/uji lapangan


(Penetration test/Field test)

Sondir (Cone Penetration Test)

SPT (Standar Penetration Test)


Tujuan uji Penetrasi
untuk mendapatkan sampel tanah
representatif dan mengukur resistansi tanah
untuk penetrasi sampler. Uji penetrasi
standar dibuat sesuai dengan spesifikasi E-
21 dari USBR yang disajikan dalam Manual
ASTM D-420 dan 1586-1584 pada interval 2
m kedalaman di bagian lubang bor
ft → 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
qc → 0 0
100
100
200
200 300
300
400
400 500
500 600
600
700
700
800
800
900
900
1000
10 00

Kurva hasil sondir yang 0

1
digunakan sebagai dasar 2

penentuan kapasitas 3

dukung tiang 4

Depth (m )
10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20
fs → 0 1 2 3
FR → 0 4 8 12
qc = = Cone Resistance (kg/cm2) fs = = Side Friction (kg/cm2)
ft = = Cumulative Friction (kg/cm') FR = = Friction Ratio = f s /qc
Kapasitas dukung tiang dari uji kerucut statis (sondir)

1. Methode Mayerhoff (Qu = Qb + Qs)


• Tahanan ujung tiang ultimit (Qb) = Ab.qc
dengan qc adalah rata-rata dihitung 4d di atas dasar tiang dan 1d di
bawah dasar tiang.
• Tahanan gesek dinding tiang (Qs = As.fs)
qc
– Untuk tiang pancang beton ; kayu fs = kg/cm 2
200
– Untuk tiang profil H pada tanah pasir qc
fs  kg/cm 2
400
• sehingga :

Qu
Qu = Qb + Qs Qall =
SF
= (Ab * qc ) + (As * fs ) SF = 2.5 - 3
2. Methode Bageman, 1965, scherment dan nottingham

• Hampir sama dengan methode Meyerhoff hanya


tahanan gesek dinding tiang diambil sama dengan
tahanan selimut sondirnya. Sehingga kapasitas dukung
ultimit tiang pancang menurut Bageman
Qu
Qu = Qb + Qs Qall =
SF
= Ab * qc + As * qf(kg) SF = 2.5 - 3
• dengan :
Ab = luas ujung bawah tiang (cm2)
As = luas dinding tiang (cm2)
qc = tahanan penetrasi kerucut statis (kg/cm2)
qf = tahanan gesek kerucut statis (kg/cm2)
• dimana nilai qc dan qf diambil rerata dari 8d di atas ujung tiang dan
4d di bawah ujung tiang .
3. Methode Vesic (1967)
Q u = Q b + Qs qb = qc
Qb = Ab x q b f s = 2q f ⎯
⎯→ untuk tiang beton
Qs = A s x f s fs = qf ⎯
⎯→ tiang baja
Qu = A b x f b + As x fs
Qu
Q all = SF = 2.5 - 3
SF
Catatan:
• Bila belum ada data yang meyakinkan untuk hubungan tahanan
kerucut (qc) dan tahanan tanah.
• Tomlinson (1977) menyarankan menggunakan faktor  untuk
hitungan tahanan ujung

Q b = ω x A b x q c = 0.5 x A b x q c
4. Methode Belanda Qu = (Qb + Qs)
Abx qc k x qf
Qu = + SF1 = 3 ; SF2 = 5
SF1 SF2
q c1 + q c2
qc =
2
Q b Qs
Q all = +
3 5
• qc1 = rata-rata nilai konis 8d di atas ujung tiang
• qc2 = rata-rata nilai konis 3.5d di bawah ujung tiang
• k = keliling tampang ujung tiang
5. Methode Wesley

Q u = A b x q c + Tf x k
A b x q c Tf x k
Q all = +
3 5
qc = nilai konis pada ujung tiang.
Tf = jumlah hambatan lekat
Ab = luas tampang ujung tiang.
k = keliling tampang ujung tiang
SPT (Standart Penetration Test)
uji yang dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk
mengetahui baik perlawanan dinamik tanah maupun pengambilan
contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT terdiri atas uji
pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah dan disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam
300 mm (1 ft) vertikal
Kapasitas dukung tiang dari Uji Penetrasi Standar
1. Methode Mayerhoff

• Kapasitas dukung ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari


nilai N hasil SPT dengan :

Qu = 4 * Nb * Ab + 1/50 * N * As ⎯
⎯→ tiang beton
Qu = 4 * Nb * Ab + 1/100 * N * As ⎯
⎯→ tiang baja profil
Qu = Qb + Qs
• dengan:
Qu = kapasitas ultimit tiang (ton)
Nb = nilai N dari uji SPT pada tanah sekitar dasar tiang.
N = nilai N rata-rata uji SPT di sepanjang tiang.
As = luas selimut tiang (ft2) (1 ft = 30,48 cm)
Ab = luas dasar tiang (cm2)
• Pada penelitian selanjutnya Mayerhoff (1976) mengusulkan
persamaan untuk menghitung tahanan ujung tiang :
( )
Qb = Ab 38 * N  Lb d   380 * NAb(kN )
 
• dengan adalah nilai rata-rata dari 8d di atas dasar tiang sampai 4d
di bawah dasar tiang.Lb/d merupakan rasio kedalaman
• Apabila pengujian dilakukan pada pasir halus di bawah muka air
tanah maka nilai N’ hasil SPT perlu dikoreksi untuk N’>15
• N = 15 + ½ (N’ – 15)

2. Menurut Briaud (1985)


𝑞𝑝 = 19.7 𝑝𝑎 𝑁60 0.36 𝑓𝑠 = 0.224 𝑝𝑎 𝑁60 0.29

0.36 0.29
𝑄𝑏 = 𝐴𝑏 19.7 𝑝𝑎 𝑁60 𝑄𝑠 = 𝐴𝑠 0.224 𝑝𝑎 𝑁60

𝑄𝑢 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠 = 𝐴𝑏 19.7 𝑝𝑎 𝑁60 0.36 + 𝐴𝑠 0.224 𝑝𝑎 𝑁60 0.29

dimana :
Pa = Tek. Atmosfir = 100 kN/m2
N60 =rata-rata harga N sepanjang tiang
Contoh soal

• Tiang pancang beton berdiameter 0,45 m harus


mendukung beban kerja sebesar 750 kN. Data teknis
tanah adalah sebagai berikut :
0 – 10m : lempung lunak Cu = 10 kN/m2 ’ = 9 kN/m3
10 – 21m : pasir kepadatan sedang ’ = 10 kN/m3
21 – 30m : pasir padat ’ = 10 kN/m3
• Hitung faktor aman (SF)
a. Cara Brom (Metode Statis)
b. Cara Mayerhoff
• Dicoba dengan dasar tiang pada lapisan pasir padat
minimum sedalam 4d = 0,45x4 = 1,8 m.
• Panjang tiang L = 21 + 1,8 = 22,8m  L = 23m
(jadi panjang tiang yang menembus lapisan pasir padat
= 2m)
1. Metode Broms (Metode statis)

Q=750 kN

±0.00 50 500 100 150 200


0

Lempung ’=9 kN/m3 -5

Cu=10 kN/m2

-10 -10
qc rata-rata = 25 kg/cm2
kd = 1
 = 30  = d = 22.5
pasir sedang ’=10 kN/m3
-15

-21
-20

pasir padat ’=10 kN/m3


-23
-23
qc rata-rata = 135 kg/cm2
kd = 2
 = 36  = d = 27
1. Methode Broms (cara Statis)

• Pasir kepadatan sedang


– qc rt = 25 kg/cm2
–  = 30
–  = d = 0.75. = 22.5
– kd =1
• Pasir padat
– qc rt = 135 kg/cm2
–  = 36
–  = d = 0,75. = 27
– kd =2
• Pada kedalaman 20d dari lapisan pasir p0
dianggap konstan Zc = 20 x 0.45 = 9 m dari
permukaan pasir atau 10 + 9 = 19 m dari muka
tanah
Q=750 kN

±0.00

 '=9 kN/m3
Cu=10 kN/m2

-10
po = 10.9 = 90kN/m2

 '=10 kN/m3

-19
-20
po = 10.9 + 9.10 = 180kN/m2

pasir padat  '=10 kN/m3

-23 180 kN/m2


• Q u = Qb + Qs – W p
• Qb = Ab(pb.Nq + ½.d..N)  = 36, Nq = 48,38, N = 54
Ab = ¼..0,452 = 0,159
Qb = 0,159.(180.48,38 + ½.0,45.10.54) = kN
• Berat tiang Wp (beton = 25 kN/m3)
Wp = ¼..0,452.25.23 = 91,4 kN

• Qs =  As(Cd + p0.kd.tg d)


Qs1 0-10 m Cu = 10, ad = 1, Cd = Cu.ad = 10x1=10 kN/m2
Qs1 = .0,45.10.(10.1) =
Qs2 = .0,45.9.(180.1.tg 22,5) =
Qs3 = .0,45.4.(180.2.tg 27) =
Qs = Qs1 + Qs2 + Qs3 =
• Qult = Qb + Qs – W p =
2. Cara Meyerhof (Qu = Qb + Qs)
qc 25
q s1 = = = 0,125 kg/cm 2
200 200
q s1 = 0,125 x 98,1 = 12,26 kN/m 2
qc 135
q s2 = = = 0,675 kg/cm 2
200 200
q s2 = 0,675 x 98,1 = 66,22 kN/m 2
• Tahanan gesek total
Qs = .0,45.(12,26.11 + 66,22.3) = 377,69 kN
Qb = Ab x qc = ¼..0,452.135.98,1 =
Qu = Qb + Qs =
Qall = Qu/SFP =

Anda mungkin juga menyukai