Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2004 tepatnya pada tanggal 7 september. Indonesia telah
kehilangan sosok orang pelindung atau pembela HAM, yaitu Munir. Dimasa
hidupnya Munir dia seorang pejuang HAM sejati yang gigih dan berani.
Keberaniannya itu jauh melampaui sosok psikisnya yang kerempeng. Munir
juga menangani kasus pembunuhan Marsinah buruh PT.CPS. Kemudian
Munir juga sebagai pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa
itu, ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan TIM
Mawar dari kopasus. Penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen
Kopasus pada saat itu Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota TIM
Mawar. Banyak penghargaan yang diperoleh oleh Munir pada masa hidupnya.
Kematian Munir ini sungguh tak wajar, banyak kejanggalan, hasil dari
otopsi terdapat senyawa arsenik. Ini merupakan kasus pembunuhan.
Pollycarpus merupakan seorang pilot, ia terlibat dalam kasus pembunuhan
Munir.
Kasus pembunuhan Munir ini dilatar belakangi oleh ketakutan para orang
kuat karena bahwa Munir bisa membahayakan mereka dan karena itu harus
dibunuh lewat sebuah operasi sipil. Tapi kemudian ternyata, justru
keterlibatan orang-orang sipil itulah yang membuat kasus ini kejurusan lain,
seperti pisau balik gagang. Motif pembunuhan Munir untuk mencegahnya
menyerahkan bukti-bukti pelanggaran HAM ke pihak-pihak tertentu di
Belanda. Bila sampai file-file itu sempat diserahkan Munir, akan
membahayakan oknum tertentu yang saat itu menjadi petinggi Badan Intelejen
Nasional. Kemudian juga ada yang menyebutkan bahawa kematian Munir
dilakukan untuk untuk menghalangi Munir ke Belanda. Kalau sampai Munir
tiba dalam keadaan hidup di Belanda, dia bisa memberi kesaksiaan pada
Mahkamah Internasional sebuah lembaga dunia yang berkedudukan di
Belanda dan telah banyak menghukum para diktator dan petinggi militer dari

1
berbagai negara yang melakukan kejahatan kemanusiaan. Sampai sekarang,
belum seorang pun yang divonis sebagai penjahat kemanusiaan oleh
Mahkamah Internasional bisa lolos dari jerat hukum. Mungkin inilah yang
ditakutkan oleh mereka sehingga Munir dibunuh dalam perjalanan menuju
Belanda.
Tetapi kasus pembunuhan Munir ini merupakan salah satu kasus
pelanggaran HAM, karena kasus pembunuhan Munir belum tuntas diusut
hingga lanjut, terus juga dalam penanganan kasusnya ini lambat. Banyak hal-
hal yang masih janggal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa penyebab terjadinya pelanggaran HAM ?
1.2.2. Bagaimana upaya penegakan HAM ?
1.2.3. Apa hambatan penegakan HAM ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk mengetahui peneyebab terjadinya pelanggaran HAM dalam
kasus Munir.
1.3.2. Untuk memahami upaya penegakan HAM dalam kasus Munir.
1.3.3. Untuk mengetahui dan memahami hambatan penegakan HAM
dalam kasus Munir.
1.4 Manafaat Penulisan
1.4.1. Memberikan informasi tentang latar belakang tentang kasus
pembunuhan Munir.
1.4.2. Menambah pengetahuan bagi pembaca dan penulis dalam upaya
penegakan dan hambatan penegakan HAM dalam kasus
pembunuhan Munir.
1.5 Sistematik Penulisan
Dalam penulisan laporan makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari
empat bab, yaitu :
1.5.1. Bab I pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulis, manfaat penulis, sistematika penulisan, dan
metode penulisan.

2
1.5.2. Bab II pembahasan yang berisikan tentang pengertian HAM,
pengertian pelanggaran HAM, faktor terjadinya pelanggaran HAM
dan contoh kasus dari pelanggaran HAM.
1.5.3. Bab IV penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran.
1.6 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan sumber-sumbernya
dari internet dan pustaka.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia)


Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia, yang melekat sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi, hak tidak bersumber dari negara atau hukum tetapi dari Tuhan sebagai
pencipta alam semesta, sehingga hak asasi manusia harus dipenuhi dan tidak
dapat diabaikan oleh karena itu, hak asasi manusia harus dihormati dan
dijungjung tinggi penyelenggara negara beserta warga negaranya tanpa
kecuali.
Didalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia dijelaskan, bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijungjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sementara itu berdasarkan Mukadimah Universal Declaration of Human
Right (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) tahun 1948, hak asasi manusia
merupakan pengakuan akan martabat yang terpadu dalam diri setiap orang
akan hak-hak yang sama dan tidak teralihkan dari semua anggota keluarga
manusia ialah dasar dari kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia.
Dari pengertian hak asasi manusia di atas jelaslah bahwa semua manusia,
baik secara individu, warga masyarakat, maupun warga negara, hendaknya
menyadari, mengakui, menghormati, dan menjamin pelaksanaan HAM
sebagai kewajiban terhadap manusia lain.
Kita tidak dapat hanya mengutamakan hak diri sendiri, tetapi harus ada
keseimbangan dengan memerhatikan hak orang lain. Jika hanya mengutamakn
haknya sendiri, tanpa peduli dengan hak orang lain, akan terjadi pelanggaran
hak orang lain, yang mengakibatkan ketidak harmonisan pergaulan di
masyarakat.

4
Dengan demikian dapat dikatan, bahwa konsep HAM itu mengandung
ciri-ciri sebagi berikut :
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau pun diwarisi. HAM adalah sesuatu
yang dimiliki karena kemanusiaan kita, maka otomatis kita mempunyai
hak asasi. Inilah salah satu ciri HAM, yaitu HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
2. Hak asasi berlaku untuk semua orang, tanpa memandang jenis kelamin,
ras, suku, agama, etnis, pandangan politik, atau asal-usul sosial dan
bangsa. Kita semua lahir dengan hak dan martabat yang sama. HAM
adalah universal, karena seluruh orang diseluruh dunia memiliki hak asasi
yang sama.
3. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM,
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggarnya.
4. Dalam hubungan internasional, masalah hak asasi manusia sangat penting,
karena kita dapat dikucilkan dari pergaulan internasional jika meremehkan
atau mengabaikan HAM.
Menurut Suproatnoko (2008;125), hak asasi manusia adalah hak dasar
milik manusia, bersifat universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa sejak
hidup dalam kandungan atau rahim, dan hak kodrati atau asasi yang tidak
dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.
Hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak ia hidup yang melekat pada
esensinya sebagai anugrah Allah AWT. Hak-hak dasar yang dibawa manusia
sejak lahir dan melekat dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil tuhan
menurut Gazalli.
2.2 Pengertian Pelanggaran HAM
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap seseorang atau kelompok
orang termasuk juga aparat negara, yang baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, membatasi,
menghalangi, dan mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok

5
orang yang dijamin oleh UU dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang benar dan adil, yang didasarkan
pada mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian pelanggaran hak
asasi manusia adalah tindakan pelanggran kemanusiaan, yang baik dilakukan
oleh individu maupun oleh institusi lainnya terhadap terhadap hak asasi
individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang
menjadi pijakannya. Dalam pelanggaran hak asasi manusia ada bentuk
pelanggaran, yaitu pelanggaran hak asasi manusia berat dan pelanggaran hak
asasi manusia ringan.
2.2.1 Pelanggaran HAM Berat
Pelanggaran-pelanggaran ini berupa pelanggaran dari HAM yang
sifatnya mengancam atau bahkan menghilangkan nyawa manusia. Sebagai
Contoh kasus pada pelanggaran berupa penganiyaan hingga menyebabkan
kematian, pembunuhan, serta kasus-kasus lain yang sifatnya dapat
menghilangkan nyawa atau hak hidup seorang manusia.
2.2.2 Pelanggaran HAM Ringan
Pelanggaran ini adalah pelanggaran dari HAM yang sifatnya mengancam
jiwa individu atau kelompok lain. Sebagai contoh yaitu bentuk teror atau
ancaman pada salah satu calon legislatif yang sedang bertarung diranah
politik. Atau contoh lainnya misalnya kasus penyadapan, perdaganan manusia,
eksploitasi anak dan kasus-kasus lain yang sifatnya mengancam jiwa dan
kebebasan manusia maupun kelompok tertentu.
2.3 Faktor Terjadinya Pelanggaran HAM
2.3.1 Faktor Internal
Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang
berasal dari diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah :
1. Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.
Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk menuntutkan haknya,
sementara kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai
sikap seperti ini, akan menghalalkan segala cara supaya haknya bisa
terpenuhi, meskipun cara tersebut dapat melanggar hak orang lain.

6
2. Rendahnya kesadaran HAM.
Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat seenaknya.
Pelaku tidak mau tahu bahwa orang lain pun mempunyai hak asasi yang
harus dihormati. Sikap tidak mau tahu itu berakibat muncul perilaku atau
tindakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia.
3. Sikap tidak toleran.
Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak
menghormati atas kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada
akhirnya akan mendorong orang untuk melakukan diskriminasi kepada
orang lain.
2.3.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor diluar diri manusia yang mendorong
seorang atau sekelompok orang melakukan ppelanggaran HAM, diantaranya
sebagai berikut :
1. Penyalah gunaan kekuasaan
Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini
tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk
bentuk kekuasaan lain yang terdapat di masyarakat.
2. Ketidak tegasan aparat penegak hukum
Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap
pelanggaran HAM, tentu saja akan mendorong timbulya pelanggaran
HAM lainnya.
3. Penyalah gunaan teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa
juga memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya
kejahatan.
4. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi
Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidak seimbangan yang
mencolok didalam kehidupan masyarakat.

7
2.4 Contoh Kasus
2.4.1 Kronologis Kasus Munir
Kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan tersangka
pembunuh Munir. Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk
melanjutkan studi program master (S2) di Universitas Utrecth Belanda. Munir
naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB menuju
Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke
Amsterdam. Tiba di Singapura pada pukul 00.40 waktu Singapura. Kemudian
pukul 01.50 waktu Singapura Munir kembali terbang dan menuju Amsterdam.
Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin
melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang
bernama Munir yang duduk dikursi nomor 40G menderita sakit. Munir bolak
balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi
Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang
kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan
menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum
mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara
Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda
(Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah
otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa
yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-
oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. Salah satunya adalah
kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan human right Munir .
Mereka penguasa yang telah semena-mena menindas, membunuh, dan
membantai rakyat kecil mendapat perlawanan keras dari Munir. Munir tanpa
lelah terus mencari fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus
pembantaian orang dan rakyat yang tidak berdosa. Meskipun dirinya dan
keluarganya menerima berbagai ancaman pembunuhan, Munir tetap
melangkahkan perjuangannya dengan darah jadi taruhannya. Orang pertama
yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya terpidana)

8
adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap bahwa
pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat
surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi
pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus meminta Munir
agar berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir,
Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang
terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005
Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara.
Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai
pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan
hal-hal yang janggal. Mahkama Agung telah menjatuhkan putusan dalam
perkara No. 1185 K/Pid/2006 dan dibacakan pada sidang terbuka untuk umum
pada tanggal 3 oktober 2006. Majelis hakim pada perkara ini adalah Iskandar
Kamil, SH (ketua), H Atja Sondjaja, SH (anggota) dan Artidjo Alkostar, SH
(anggota). Namun, timbul pertanyaan, untuk apa Pollycarpus membunuh
Munir. Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan Munir. Tidak ada
historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua. Selidik demi selidik,
akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi Pollycarpus dari agen
Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal
(Purn) Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah
menduduki jabatan sebagai Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang
ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga
pernah menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia. Muchdi PR
ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta
dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU) kasus
pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi
PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana
Pollycarpus Budihari Priyanto untuk membunuh Munir. Jaksa juga
memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi, barang
bukti, dan keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya adalah
surat dari Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia

9
pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas aviation
security. Hal tersebut sangat tidak wajar karena Badan Intelijen Negara ikut
campur urusan bisnis Garuda hingga merekomendasikan Pollycarpus untuk
ikut terbang bersama Munir. Jaksa juga menunjuk bukti transaksi panggilan
dari nomor telepon yang diduga milik Pollycarpus ke nomor yang diduga
milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call data record. Selain itu,
dalam persidangan Muchdi PR memberikan keterangan berubah-ubah dan
beberapa kali bertindak tidak sopan. Usaha para jaksa membongkar kasus
pembunuhan dan menuntut pelaku pembunuh kandas ditangan majelis hakim
PN Jakarta Selatan yang diketuai Suharto.
Tanggal tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim menvonis bebas
Muchdi Pr atas keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis HAM.
2.4.2 Upaya Penegakan HAM
Kasus munir merupakan suatu kejahatan yang dicurigai dilakukan oleh
penguasa sebelumnya, sehingga terkesan pemerintah sekarang menutup-nutupi
borok pemerintah sebelumnya agar nama baik pemerintahan tidak tercemar.
Seharusnya pemerintah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya
untuk memberikan Hak-hak yang diimiliki seluruh masyarakat yang tertuang
dalam UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang
hak asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemerintah
menjamin Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk
diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun. Hal diatas
sangat bertentangan dengan hal yang diterima munir sebagai warga Negara
yang hanya ingin memperjuangkan kebenaran atas ketidak adilan yang terjadi
pada masa pemerintahan orde baru, sehingga dengan dibunuhnya munir sudah
jelas merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM.

10
Upaya penegakan HAM dalam kasus ini adalah dengan cara pemerintah
berkerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengusut kembali siapa saja
yang terlibat dalam kasus ini. Munir ini merupakan pejuang HAM semasa
hidupnya, dan merupakan seorang tokoh penting dalam negara kita. Kita
sebagai masyarakat Indonesia harus membantu untuk memperjuangkan hak
keadilan bagi seorang Munir yang telah berusaha keras untuk negeri ini
menjadi tentram dan damai tanpa ada perbedaan sedikit pun.
Kemudian keadilan didepan hukum tanpa memandang tahta dan harta.
Itulah salah satu dari upaya penegakan ham. Jika dilaksanakan dengan baik
dan benar yang namanya pelanggaran ham di Indonesia akan berkurang
sedikitnya. Dan ketegasan pemerintah terhadap pelanggaran ham.
2.4.3 Hambatan Penegakan HAM
Kasus pembunuhan Munir merupakan salah satu kasus dari pelanggaran
hak asasi manusia di Indonesia, kasus ini termasuk kedalam kasus ham yang
berat. Kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di
Indonesia. Kasus Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde
baru yang saat itu lebih bersifat otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan
suatu pelajaran untuk bangsa ini agar meninggalkan cara-cara yang bersifat
otoriter karena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk
memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas
rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan
demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat
Indonesia.
Pemerintah hingga saat ini masih kurang tegas dalam menangani
kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang
ketatnya peraturan perundang-undangan dalam menangani kasus pelanggaran
HAM. Dan pemerintah kurang disiplin melaksanakan undang-undang yang
telah ditetapkan, sehingga terdapat kesan kelonggaran bagi pelaku
pelanggaran HAM.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelanggaran hak asasi manusia dalam kasus pembunuhan Munir
merupakan kasus pelanggaran berat HAM adalah kejahatan genosida, yang
artinya kejahatan dalam melakukan mengakhiri nyawa orang lain
(pembunuhan). Dalam kasus ini ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yaitu ketakutan petinggi negara
terhadap tindakkan yang dilakukan Munir semasa hidupnya yang mencoba
mengumpulkan fakta-fakta mengenai pembunuhan orang-orang yang tak
berdosa, dan penindasan kepada orang. Ia juga pejuang terhadap hak asasi
orang lain. Kemudian ada faktor eksternal dalam kasus ini yaitu, di antaranya
adalah surat dari Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda
Indonesia pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai
petugas aviation security. Hal tersebut sangat tidak wajar karena Badan
Intelijen Negara ikut campur urusan bisnis Garuda hingga merekomendasikan
Pollycarpus untuk ikut terbang bersama Munir. Kemudian juga ketidak
tegasan aparat penegak hukum, yang menjadikan banyak pelanggaran HAM.
Dalam sebuah tindakan yang salah pasti ada upaya untuk mencegahnya.
Penegakan hak asasi manusia dalam kasus Munir adalah dengan cara
pemerintah dan pihak kepolisian untuk mencari atau mengusut kembali
mengenai pembunuhan terhadap tokoh penting ini Munir. Munir juga harus
mendapatkan keadilan didepan hukum tanpa melihat tahta dan harta
Setiap kali mencoba untuk menegakkan hukum dalam hak asasi manusia
dengan baik dan benar, pasti ada saja hambatannya. Hambatan penegakan hak
asasi manusia kasus Munir adalah pemerintah yang bersifat otoriter. Hanya
memihak pada orang tinggi saja. ketidak tegasan pemerintah dalam melakukan
penyelidikan kasus ini dan memvonis pelaku pembunuhan.

12
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada semua pembaca mengetahui dan
memahami tentang pelanggaran HAM kasus. Penulis juga memohon saran dan
kritik nya dari pembaca dan Kapten Arh Dulkadir, SH.MH.M.Sc. selaku dosen
mata kuliah Pancasila untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan kewarganegaraan. Grasindo


Halimi, Muh dan Dadang Sumdawa. 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan
http://www.kompasiana.com/arunnisa45/kasus-pembunuhan-
munir_54f5d7bea33311454f8b46da (diakses pada tanggal 06 juli 2017)
https://www.scribd.com/doc/54785849/Makalah-Pelanggaran-HAM-KASUS-
MUNIR (diakses pada tanggal 16 juni 2017 pada pukul 19.17 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai