Disusun oleh :
KELOMPOK 5
1. Latar Belakang
Sebagai warga negara Indonesia, sudah tidak asing mendengar kata “Bom
Bali”. Tragedi yang menewaskan banyak orang dan menarik perhatian seluruh dunia.
Tidak hanya itu, penyanderaan pesawat yang ditabrakkan ke gedung WTC juga
membuat negara-negara tetangga memberikan perhatian penuh terhadap keselamatan
negara masing-masing.
Al-Qaeda, ISIS, dan kelompok lainnya yang memprovokator
permasalahan-permasalahan tersebut. Tidak salah lagi mereka dapat dikatakan sebagai
“Teroris”. Internasional harus ikut campur dalam penanganan para teroris. Tetapi,
apakah hukum internasional sepenuhnya melindungi warga negara dari serangan
teroris? Apakah teroris bisa dicegah? Dari permasalahan yang ada, kelompok kami
mengambil topik terorisme di mata hukum internasional.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka pembahasan akan
difokuskan pada bagaimana perspektif hukum internasional dalam melihat kedudukan
non legitimate groups yaitu terorisme. Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini
adalah :
(1) Apa yang dimaksud dengan terorisme secara umum?
(2) Apa yang dimaksud dengan terorisme dalam hukum internasional?
(3) Bagaimana kedudukan terorisme sebagai non legitimate actors dalam
perspektif hukum internasional?
(4) Bagaimana pengaturan tentang terorisme dalam hukum internasional?
(5) Bagaimana isi Konvensi ASEAN mengenai pemberantasan terorisme?
(6) Bagaimana jalannya kasus terorisme terbesar yang pernah diberantas
menurut hukum internasional?
BAB II
PEMBAHASAN
3
United Nations, https://www.un.org/law/cod/finterr.htm, diakses pada 10 September 2022
Definisi definisi diatas adalah suatu cara untuk dapat memberikan pengertian
yang jelas dan sepadan untuk dapat mengartikan apa itu terorisme. Seperti yang telah
dikatakan sebelumnya bahwa sangat sulit untuk mengartikan apa itu terorisme dan
telah terjadi perdebatan yang panjang dan bermunculan definisi yang berbeda beda
dari berbagai pihak mengenai terorisme. Namun seperti yang disebutkan oleh
Raczkowski (2006) bahwa arti dari terorisme bergantung pada posisi, nisi, dan
periode waktu yang kita lihat untuk mendefinisikan kegiatan terorisme tersebut.
Karena sebuah istilah tidak akan dapat digunakan jika makna dari istilah tersebut
tidak pernah terjadi. Karena seperti yang dikatakan oleh law (2009) bahwa terorisme
memiliki usia yang sama tuanya seperti peradaban manusia.
Terorisme pada dasarnya adalah suatu tindakan dengan menggunakan
kekerasan terbuka yang bertujuan untuk menyebarkan terror atau rasa takut. Namun,
hingga saat ini belum ada suatu kesepakatan terkait definisi dari terorisme itu sendiri.
Menurut federal bureau of investigation (FBI), terorisme adalah penggunaan
kekerasan yang melanggar hukum terhadap orang atau properti untuk mengintimidasi
atau memaksa suatu pemerintah, penduduk sipil, atau setiap segmen ancaman dalam
pemajuan atau politik atau tujuan sosial secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa
terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Terorisme bukan isu baru, terorisme sendiri mulai
menjadi salah satu isu global yang cukup penting dan kerap menjadi pembicaraan
serta fokus perhatian masyarakat internasional.
4
League of Nations, 1937, Convention for the Prevention and Punishment of Terrorism,
https://www.loc.gov/item/2021667893/ diakses pada 11 September 2022
WTC (World Trade Centre) di New York dan Bom Bali yang merupakan gerakan
terorisme terbesar nomor dua di dunia.
Semenjak peristiwa WTC, Amerika Serikat berusaha menyadarkan
negara-negara lain untuk sadar akan terorisme itu membahayakan. Begitu pula di Asia
Tenggara.
Pada grafik di atas dapat dilihat seberapa ancaman terorisme di Asia Tenggara
yang dapat meningkat secara tiba-tiba. Internasional tidak tahu kapan grafik tersebut
bisa turun atau naik. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan adalah membuat
kebijakan-kebijakan dengan tujuan perlindungan masyarakat internasional dan
meretas jaringan-jaringan terorisme di dunia. Kita sudah tidak asing lagi dengan ISIS,
gerakan yang memiliki dampak besar bagi korban dan serangan dari ISIS berpusat di
negara-negara ASEAN. Sebenarnya tidak hanya ISIS, masih ada jaringan-jaringan
yang lain dan dapat membahayakan negara-negara di ASEAN.
Kita tahu bahwa ancaman terorisme di dunia ini tidak dapat dihindari hanya
dengan penangkapan pelaku-pelaku. Jaringan terorisme di dunia ini sudah semakin
banyak. Ancaman-ancaman tersebut harus diretas secara bersama dengan menyusun
strategi dengan berpikir secara perspektif regional. Oleh karena itu, seluruh negara di
dunia berusaha untuk membentuk peraturan-peraturan hukum nasional anti terorisme.
Contohnya adalah Anti Terrorism Act yang dibentuk oleh Kanada pada 15 Oktober
2001, Prevention Of Terrorism Ordinance on October yang dibentuk oleh India pada
16 Oktober 2001, Terrorism Act yang dibentuk oleh Inggris pada tahun 2000 dan
masih banyak lagi. Dewan Keamanan PBB tidak mendefinisikan terorisme secara
langsung, tetapi pada tahun 2011, Pengadilan Khusus PBB di Lebanon menafsirkan
terorisme dimana terdapat tiga unsur di dalamnya5. Unsur tersebut adalah:
1. Dapat dikatakan terorisme apabila melakukan tindak pidana di dalamnya
(penculikan, pembunuhan, pembakaran, penyanderaan dan sebagainya)
2. Memiliki niat untuk menyebarkan kekuatan di antara penduduk (dan
menimbulkan bahaya publik) dan memaksa otoritas internasional untuk
mengambil tindakan atau menahan diri
3. Melibatkan unsur transnasional
5
UN Special Tribunal for Lebanon (Appeals Chamber), Interlocutory Decision on the Applicable Law: Terrorism,
Conspiracy, Homicide, Perpetration, Cumulative Charging, 2011, paragraph 85
Dari ketiga unsur tersebut, dapat dikatakan bahwa hukum internasional memandang
terorisme sebagai tindak kejahatan besar yang disengaja dengan tujuan untuk menarik
pusat perhatian dunia, merusak keselamatan internasional, mempengaruhi kebijakan
internasional, menyebarkan doktrin, yang dimana kejahatan tersebut melibatkan
kekerasan serius dan mengorbankan banyak jiwa.
8
Mulyana W, Op.Cit. hlm. 22.
9
Mochtar Kusumaatmadja, 1999, Pengantar Hukum Internasional, Cet. 9, Putra Abardin, Bandung, h. 74.
10
I Wayan Parthiana, Op.Cit. hlm. 29.
11
Cherif Bassiouni dalam Romli Atmasasmita, Op.Cit. hlm. 54-55.
12
Statuta Roma, https://legal.un.org/icc/statute/99_corr/cstatute.htm, diakses pada 9 September 2022
sejumlah perjanjian internasional dan konvensi-konvensi yang terkait dengan
permasalahan kejahatan lintas negara (terorisme).
Majelis Umum PBB telah menyelesaikan berbagai konvensi, perjanjian
internasional, dan instrumen hukum lainnya terkait ancaman terorisme. Berikut adalah
konvensi-konvensi PBB terkait ancaman terorisme.13
1. Convention on Offence and Certain Acts Committed on Board Aircraft
(1963) yaitu Konvensi Tentang Pelanggaran-Pelanggaran dan
Tindakan-Tindakan Tertentu lainnya yang dilakukan di dalam Pesawat
Udara.
2. Convention for the Suppression of Unlawful Seizure of Aircraft (1970)
yaitu Konvensi Tentang Pemberantasan Penguasaan Pesawat Udara
Secara Melawan Hukum.
3. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety
of Civil Aviation (1971) yaitu Konvensi Tentang Pemberantasan
Tindakan-Tindakan Melawan Hukum Yang Mengancam Keamanan
Penerbangan Sipil.
4. Convention on the Prevention and Punishment of Crimes against
Internationally Protected Persons, including Diplomatic Agents (New
York, 1973) yaitu Konvensi Tentang Pencegahan dan Hukuman Atas
Kejahatan Terhadap Orang-Orang yang Secara Internasional dilindungi
Termasuk Agen-agen Diplomatik.
5. Convention on the Physical Protection of Nuclear Material (1980)
yaitu Konvensi Tentang Perlindungan Fisik dari Material Nuklir.
6. Convention for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety
of Maritime Navigation (1988) yaitu Konvensi Tentang Pemberantasan
Tindakan Melawan Hukum Terhadap Keselamatan Navigasi Maritim.
7. Protocol for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of
Fixed Platforms Located on the Continental Shelf (1988) yaitu
Protokol Tentang Pemberantasan Tindakan Melanggar Hukum
Terhadap Keselamatan Dasar Tetap yang Terletak di Landas
Kontinental.
8. International Convention for the Suppression of Terrorist Bombing
1977 (UN General Assembly Resolution, New York, 15 Desember
1997) yaitu Konvensi Internasional Tentang Pemberantasan
Pengeboman Teroris.
9. International Convention for the Suppression of the Financing of
Terrorism 1999 (Konvensi New York, 9 Desember 1999) yaitu
Konvensi Internasional Tentang Pemberantasan Pendanaan Terorisme.
10. International Convention on the Suppression of Acts of Nuclear
Terrorism (2005) yaitu Konvensi Internasional untuk Pemberantasan
Tindakan Terorisme Nuklir.
13
United Nations, https://treaties.un.org/ diakses pada 9 September 2022.
11. Convention on the Suppression of Unlawful Acts Relating to
International Civil Aviation (2010) yaitu Konvensi Pemberantasan
Tindakan Melawan Hukum yang berkaitan dengan Penerbangan Sipil
Internasional.
14
Resolusi 1373 Dewan Keamanan PBB.
15
United Nations, http://www.un.org/en/terrorism/securitycouncil.shtml, diakses pada 9 September 2022.
16
http://kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=25&l=id, diakses pada 9 September 2022.
Pada tanggal 13 Oktober 2010, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 64/297
(A/RES/64/297) tentang: The United Nations Global Counter-Terrorism Strategy
yang isinya adalah:17
- Kerjasama internasional dan langkah-langkah yang dilakukan oleh Negara
Anggota untuk mencegah dan memerangi terorisme harus mematuhi
kewajiban berdasarkan hukum internasional;
- Menegaskan kembali kecaman yang kuat dan tegas terhadap aksi terorisme
dalam segala bentuk dan manifestasinya, yang dilakukan oleh siapapun,
dimanapun dan untuk tujuan apapun, karena merupakan salah satu ancaman
paling serius terhadap perdamaian internasional dan keamanan;
- Menegaskan kembali tanggung jawab utama negara-negara anggota untuk
melaksanakan strategi global kontra terorisme, sambil terus meningkatkan
peran penting PBB dalam koordinasi dengan organisasi internasional, regional
dan subregional lainnya;
- Mendorong masyarakat sipil, termasuk organisasi non-pemerintah untuk
terlibat dalam upaya untuk meningkatkan pelaksanaan strategi global kontra
terorisme, termasuk melalui interaksi dengan Negara-negara Anggota, dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
E. Konvensi ASEAN
17
United
Nations,https://www.un.org/securitycouncil/ctc/content/reports-general-assembly-reports-and-resolutions diakses
pada 9 September 2022.
identitas nasional, tidak campur tangan urusan dalam negeri, menghormati yurisdiksi
kewilayahan, adanya bantuan hukum timbal balik ekstradisi serta mengedepankan
penyelesaian perselisihan secara damai. Selain itu, di dalam konvensi ASEAN ini
secara khusus terdapat prinsip yang merupakan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh
konvensi serupa yang memuat ketentuan mengenai program rehabilitasi bagi
tersangka terorisme, perlakuan yang adil dan manusiawi serta penghormatan terhadap
hak asasi manusia dalam proses penanganannya. Kerjasama internasional merupakan
hubungan antar negara di dunia, yang berdasarkan pada suatu asas sebagai berikut:
Tujuan Konvensi ini akan memberikan kerangka kerja sama kawasan untuk
memberantas, mencegah, dan menghentikan terorisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya, dan untuk mempererat kerja sama antar lembaga penegak hukum dan
otoritas yang relevan dari para Pihak dalam memberantas terorisme. Satu Lampiran
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Asean Convention On
Counter Terrorism (Konvensi Asean Mengenai Pemberantasan Terorisme). Konvensi
Asean Tentang Pemberantasan Terorisme Hukum pidana internasional dapat
didefinisikan sebagai berikut: Hukum pidana internasional adalah sekumpulan
kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur kejahatan internasional.
F. Kasus Terorisme dan sudut pandang internasional
Kasus terorisme terbesar di dunia saat ini adalah pembajakan pesawat yang
menyebabkan pesawat komersil menabrak gedung World Trade Center pada 11
September 2001. Tidak hanya itu, gedung ikonik di Amerika Serikat runtuh secara
tiba2 karena adanya serangan teroris. Dari dua kejadian tersebut, terciptalah kebijakan
War On Terrorism yang dikeluarkan semasa jabatan presiden George W. Bush.
Dikarenakan kejadian ini berlangsung pada tanggal 11 September 2001, bisa disebut
dengan 9/11. Berikut adalah rangkaian yang dihadapi oleh Amerika Serikat dan
internasional dalam kasus terorisme terbesarnya yang telah dirangkai dengan urutan
konsep waktu. Sebelumnya, berikut gambaran posisi gedung-gedung WTC.
Pada pukul 09.03, United Airlines penerbangan 175 menabrak gedung WTC 2
(bagian selatan) dan menabrak lantai 77 hingga 85. Pada gedung selatan inilah operasi
penyelamatan paling susah dan rumit. Pesawat yang menabrak, membelok dan
meninggalkan sebagian bangunan tidak rusak.
Peristiwa tersebut menewaskan kurang lebih 3000 orang, baik dari dalam
gedung hingga luar gedung. Membawa luka bagi Amerika Serikat. Kelompok
Al-Qaeda menjadikan citra buruk muslim yang berada di Amerika, karena
kenyataannya kelompok tersebut berasal dari Arab. Al-Qaeda termasuk organisasi
ekstrimis yang didirikan Osama bin Laden pada tahun 1980. Tidak hanya satu
pesawat yang mereka jajah, mereka membajak 4 pesawat dengan jumlah pelaku
sebanyak 19 orang dengan misi bunuh diri. Dari keempat pesawat tersebut, satu
pesawat berhasil dilumpuhkan dan jatuh di Pennsylvania yang dimana pesawat
tersebut menargetkan untuk menabrak Gedung Putih milik kepresidenan Amerika
Serikat.
Dari peristiwa tersebut, George W. Bush sebagai presiden Amerika saat itu
langsung turun tangan untuk membalas perbuatan Al-Qaeda. George W. Bush berkata
bahwa “A great people has been moved to defend a great nation. Terrorist attacks
shake the foundations of our biggest buildings, but they cannot touch the foundation
of America” 18. Tidak tinggal diam, 2 minggu setelah kejadian tersebut, presiden AS
mencari Osama bin Laden hingga serangan udara di Afghanistan.
Doktrin yang diajarkan oleh Osama bin Laden kepada pengikutnya merupakan
hal yang salah. Osama bin Laden melakukan dan membentuk kelompok Al-Qaeda
atas dasar “Jihad”. Jihad yang dia maksud adalah apabila kita mengorbankan diri dan
membela kaum tertindas, maka mereka akan mati dalam perang dan mati dalam
18
Jon Connor, 2022, RIA holds 0/11 Remembrance Ceremony/Walk for those Fallen,
https://www.dvidshub.net/news/428972/ria-holds-9-11-remembrance-ceremony-walk-those-fallen , diakses pada 11
September 2022
keadaan suci (masuk surga), padahal pada realitanya, Jihad yang sebenarnya adalah
berperang dalam memperjuangkan kebaikan.
Tidak lama dari itu juga, George W. Bush sebagai presiden Amerika Serikat
membuat kebijakan War on Terrorism. Dalam kebijakan tersebut, George W. Bush
meminta rakyat dunia untuk memerangi segala bentuk terorisme. War on Terrorism
adalah salah satu upaya dari pemerintah Amerika Serikat untuk menciptakan
perdamaian dunia dan memberantas isu terorisme. Dari situlah juga Amerika Serikat
aware ke setiap benua dan negara untuk tetap berjaga-jaga terhadap teroris.
Tidak hanya kebijakan saja, tetapi AS juga membentuk strategi untuk
melawan terorisme dan terciptalah National Military Strategic Plan for the War on
Terrorism (NMSP - WOT). Semenjak kejadian 9/11 tersebut, negara-negara menjadi
memikirkan mengenai keamanan negaranya masing-masing. Terlebih lagi tersusul
Bom Bali yang dimana otak dari ledakan tersebut juga berasal dari Al-Qaeda.
Terciptalah kebijakan-kebijakan internasional mengenai cegah terorisme beredar,
dimana juga membutuhkan negara, militer dan masyarakat dalam menjaga kedaulatan
negeri.
BAB III
KESIMPULAN