DISUSUN OLEH:
Bartholomeus Surya Adi Pratama
(4 / XI MIPA 2/ 17276)
A. Latar Belakang
Rekam jejak sejarah terorisme di indonesia telah ada sejak lama. Faktanya, sejak
awal proklamasi kemerdekaan indonesia, pemberontakan dan gerakan
perlawanan terorisme di indonesia terbagi menjadi tiga bentuk. Pertama, aksi
pemisahan diri yang disebabkan hubungan dekat dengan bekas penjajah,
contohnya kasus peristiwa pemberontakan republik maluku selatan (RMS), yang
hingga kini sisa-sisa perlawanannya masih membekas. Kedua, aksi terorisme
yang ingin mendirikan negara atau memisahkan diri dengan ideologi politik
tertentu, seperti kisruh PKI/FDR Tahun 1948 meski banyak perdebatan
mengenai hal ini dan DI/TII yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ketiga, gerakan pemberontakan yang
disebabkan oleh semangat keetnisan, dimana ledakannya dipicu kebijakan yang
tidak berimbang antara pusat dan daerah. Contohnya, peristiwa PRRI/permesta
di sumatera dan sulawesi. Ketiga bentukan gerakan terorisme tersebut, secara
garis besar dapat menggambarkan raut wajah terorisme di indonesia sampai
masa orde baru. Selanjutnya pola itu mengalami banyak perubahan . khususnya
ketika terjadi serangan 11 September 2001, dimana serangan itu mengakibatkan
robohnya menara kembar world trade centre (WTC), Amerika gerakan terorisme
di Indonesia pada masa akhir orde baru yang kemudian memasuki era reformasi
lambat laun mulai mengalami pergeseran perspektif ideologi serta motivasi
dalam melakukan gerakan terorisme pada masa reformasi. Dimana motivasi dari
gerakan teroris tersebut yakni mendirikan negara global berbasis agama yang
sangat anti barat. Respon tersebut dapat dilihat dengan semakin memanasnya
konflik komunal berbasis keagamaan yang terjadi di beberapa wilayah, seperti
poso, maluku, dan kupang, konflik-konflik tersebut yang mulai memanas tahun
1999 masa transisi orde baru ke orde reformasi diwarnai dengan peledakan
beberapa gereja di malam natal dan tempat ibadah lainnya di berbagai kota besar
di indonesia, kemudian , ruang-ruang konflik inilah yang melahirkan benih-
benih baru gerakan terorisme yang lebih besar. Selanjutnya, terjadi aksi
pengeboman di Bali, pada tanggal 12 September 2002, jumlah korban yang
tewas merupakan terbesar dalam sejarah peledakan bom di indonesia. Pada
kejadian tersebut banyak merenggut nyawa warga negara asing, sebagian besar
warga negara australia. Aparat kepolisian indonesia, bekerja sama dengan aparat
keamanan luar negeri, berhasil mengidentifikasi dan menangkap sejumlah
pelaku antara lain Amrozi, Imam Samudera, mukhlas, Ali Imron. Hasil
pemeriksaan tersangka disimpulkan bahwa pelaku bom bali 1 merupakan
anggota sebuah jaringan organisasi berbasis luas, yaitu jamaah islamiyah.
B. Rumusan Masalah
Terorisme yang terjadi di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya telah
banyak membuat atau menimbulkan kerugian yang sangat besar baik secara
material maupun nonmaterial.
1. Apa latar belakang terjadinya bom Bali?
2. Apa dampak terjadinya bom Bali?
3. Bagaimana kondisi terorisme di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka kita dapat mengetahui:
1. Kenapa bom bali dapat terjadi.
2. Dampak yang dihasilkan setelah terjadinya bom Bali.
3. Kondisi terorisme di Indonesia saat ini.
D. Manfaat
Setelah mengetahui hasil dari makalah ini diharapkan para pembaca dan penulis
dapat mendapatkan manfaat dan memahami lebih lanjut mengenai terorisme dan
bom bali.
1. Pembaca dan penulis dapat memahami lebih lanjut mengenai bom bali
dan dampak yang dihasilkan oleh bom bali.
2. Pembaca dan penulis dapat menambah pemahaman mengenai terorisme
di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi psikologis, dampak peristiwa bom Bali juga mempengaruhi para warga
dan korban dengan trauma mendalam. Sebagian penduduk pun merasa tidak lagi
aman untuk tetap tinggal di Bali dan curiga terhadap orang asing karena
kenyamanan hidupnya telah terampas dengan adanya teror bom. Selama hampir
tiga tahun setelah terjadinya bom Bali tahun 2002, tidak terlihat adanya
perbaikan dalam ekonomi rumah tangga di Bali. Bahkan jumlah pengangguran
meningkat sebanyak 3,5 persen, jam kerja menurun sejumlah 4,2 persen, dan
pendapatan rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 22,6 persen.
Penurunan pendapatan ini memaksa para kepala rumah tangga berganti
pekerjaan, menambah jam kerja dan juga mengganti status pekerjaannya. Sektor
pariwisata yang mengalami dampak peristiwa bom Bali juga mengalami
penurunan dari segi cinderamata, perusahaan travel, hotel, restoran dan lainnya
yang ikut terpuruk. Bahkan pengrajin kayu yang biasa menerima pesanan untuk
Bali pun ikut terkena imbas dari teror bom di Bali.
C. Kondisi Terorisme di Indonesia
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Kedeputian
Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan menghadiri rapat dengar
pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI pada Senin (21/3) di Gedung
Nusantara II DPR RI. Dalam RDP yang bersifat tertutup kali ini terdapat 3
bahasan topik utama, yakni analisa perkembangan ancaman radikalisme dan
terorisme di Indonesia, evaluasi kinerja, dan program prioritas kedeputian
bidang penindakan dan kemampuan. Dalam konferensi pers, Deputi Bidang
Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Irjen Pol. Ibnu Suhendra menjelaskan
ancaman terorisme dalam kurun waktu 2017 - 2022 yang bergerak fluktuatif.
"Selama lima tahun terakhir, tren ancaman terorisme di Indonesia bergerak
secara fluktuatif. Meningkat pada 2019, lalu menurun pada 2020, dan meningkat
lagi pada 2022 berdasarkan Laporan GTI tahun 2022," jelasnya. Dalam
kesempatan tersebut, dijelaskan pula strategi kesiapsiagaan nasional sebagai
bahan evaluasi kinerja. 5 cara kesiapsiagaan nasional yang sedang diupayakan
BNPT, diantaranya pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan
aparatur, perlindungan dan peningkatan sarana dan prasarana, pengembangan
kajian terorisme, dan pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peristiwa terorisme di Bali mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara
Indonesia maupun warga asing. Korban jiwa terbanyak adalah warga negara Australia.
Sehingga menyebabkan penerbitan kebijakan luar negeri Travel Warning oleh Australia
terhadap Indonesia. Travel Warning adalah sebuah kebijakan pelarangan melakukan
perjalanan bagi warga negara Australia ke Indonesia, kebijakan tersebut jelas untuk
meningkatkan keamanan atau kewaspadaan negara Australia dari tindak terorisme yang
terjadi di Indonesia. Peristiwa bom di Bali juga menyebabkan perekonomian warga
menurun.
B. Saran
• Pemerintah lebih tegas dalam memberikan kebijakan tentang terorisme di
Indonesia.
• Penegak hukum harus bisa mengantisipasi dan persiapan anti terror sebelum
adanya upaya aksi terorisme
C. Daftar Pustaka
https://sejarahlengkap.com/indonesia/latar-belakang-peristiwa-bom-bali
https://sejarahlengkap.com/indonesia/dampak-peristiwa-bom-bali
https://bnpt.go.id/laporkan-analisis-perkembangan-aksi-terorisme-di-indonesia-bnpt-
melalui-deputi-bidang-penindakan-dan-pembinaan-kemampuan-hadiri-rdp-dengan-
komisi-iii-dpr-ri
D. Lampiran