Anda di halaman 1dari 8

Balas Dendam Teroris Karena Konflik Yang Terjadi

Guru : Lucius Pravasta Alver Leryan,S.Pd

DISUSUN OLEH:
Bartholomeus Surya Adi Pratama
(4 / XI MIPA 2/ 17276)

SMA KOLESE DE BRITTO


YOGYAKARTA
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rekam jejak sejarah terorisme di indonesia telah ada sejak lama. Faktanya, sejak
awal proklamasi kemerdekaan indonesia, pemberontakan dan gerakan
perlawanan terorisme di indonesia terbagi menjadi tiga bentuk. Pertama, aksi
pemisahan diri yang disebabkan hubungan dekat dengan bekas penjajah,
contohnya kasus peristiwa pemberontakan republik maluku selatan (RMS), yang
hingga kini sisa-sisa perlawanannya masih membekas. Kedua, aksi terorisme
yang ingin mendirikan negara atau memisahkan diri dengan ideologi politik
tertentu, seperti kisruh PKI/FDR Tahun 1948 meski banyak perdebatan
mengenai hal ini dan DI/TII yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ketiga, gerakan pemberontakan yang
disebabkan oleh semangat keetnisan, dimana ledakannya dipicu kebijakan yang
tidak berimbang antara pusat dan daerah. Contohnya, peristiwa PRRI/permesta
di sumatera dan sulawesi. Ketiga bentukan gerakan terorisme tersebut, secara
garis besar dapat menggambarkan raut wajah terorisme di indonesia sampai
masa orde baru. Selanjutnya pola itu mengalami banyak perubahan . khususnya
ketika terjadi serangan 11 September 2001, dimana serangan itu mengakibatkan
robohnya menara kembar world trade centre (WTC), Amerika gerakan terorisme
di Indonesia pada masa akhir orde baru yang kemudian memasuki era reformasi
lambat laun mulai mengalami pergeseran perspektif ideologi serta motivasi
dalam melakukan gerakan terorisme pada masa reformasi. Dimana motivasi dari
gerakan teroris tersebut yakni mendirikan negara global berbasis agama yang
sangat anti barat. Respon tersebut dapat dilihat dengan semakin memanasnya
konflik komunal berbasis keagamaan yang terjadi di beberapa wilayah, seperti
poso, maluku, dan kupang, konflik-konflik tersebut yang mulai memanas tahun
1999 masa transisi orde baru ke orde reformasi diwarnai dengan peledakan
beberapa gereja di malam natal dan tempat ibadah lainnya di berbagai kota besar
di indonesia, kemudian , ruang-ruang konflik inilah yang melahirkan benih-
benih baru gerakan terorisme yang lebih besar. Selanjutnya, terjadi aksi
pengeboman di Bali, pada tanggal 12 September 2002, jumlah korban yang
tewas merupakan terbesar dalam sejarah peledakan bom di indonesia. Pada
kejadian tersebut banyak merenggut nyawa warga negara asing, sebagian besar
warga negara australia. Aparat kepolisian indonesia, bekerja sama dengan aparat
keamanan luar negeri, berhasil mengidentifikasi dan menangkap sejumlah
pelaku antara lain Amrozi, Imam Samudera, mukhlas, Ali Imron. Hasil
pemeriksaan tersangka disimpulkan bahwa pelaku bom bali 1 merupakan
anggota sebuah jaringan organisasi berbasis luas, yaitu jamaah islamiyah.

B. Rumusan Masalah
Terorisme yang terjadi di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya telah
banyak membuat atau menimbulkan kerugian yang sangat besar baik secara
material maupun nonmaterial.
1. Apa latar belakang terjadinya bom Bali?
2. Apa dampak terjadinya bom Bali?
3. Bagaimana kondisi terorisme di Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka kita dapat mengetahui:
1. Kenapa bom bali dapat terjadi.
2. Dampak yang dihasilkan setelah terjadinya bom Bali.
3. Kondisi terorisme di Indonesia saat ini.

D. Manfaat
Setelah mengetahui hasil dari makalah ini diharapkan para pembaca dan penulis
dapat mendapatkan manfaat dan memahami lebih lanjut mengenai terorisme dan
bom bali.
1. Pembaca dan penulis dapat memahami lebih lanjut mengenai bom bali
dan dampak yang dihasilkan oleh bom bali.
2. Pembaca dan penulis dapat menambah pemahaman mengenai terorisme
di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Terjadinya Bom Bali


Dua bom meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu pada pukul 23.05
WITA di Paddy’s Club dan Sari Club. Kurang lebih 10 menit kemudian, ledakan
yang mengguncang Bali kembali terjadi. Ledakan tersebut terjadi di Renon,
dekat kantor Konsulat Amerika Serikat, namun tidak ada korban jiwa dalam
ledakan ini. Bom yang meledak di diskotik Paddy’s disimpan dalam tas
punggung dan merupakan bom bunuh diri. Bom kedua disimpan di dalam mobil
Mitsubishi Colt L300 yang diparkir di depan Sari Club, meledak beberapa belas
detik kemudian dengan pemicu jarak jauh. Ledakan di depan Sari Club
meninggalkan sisa berupa lubang sedalam 3 kaki. Latar belakang peristiwa bom
di bali yang dilakukan oleh teroris menggunakan bom bunuh diri adalah untuk
memberikan efek yang lebih menyeramkan kepada masyarakat. Dengan bom
bunuh diri diharapkan masyarakat lebih merasakan efek ketakutan yang
seharusnya sesuai dengan tujuan peledakan bom tersebut. Latar belakang
peristiwa bom bali berawal dari beberapa kejadian sebelumnya. Bali dipilih
sebagai lokasi bom karena Bali adalah simbol yang banyak dikenal oleh
masyarakat internasional. Dengan memilih Bali sebagai lokasi pengeboman,
diharapkan efek yang diinginkan akan lebih mendunia daripada jika bom
diledakkan di lokasi lainnya. Banyak orang asing yang berada di Bali sehingga
sasaran para teroris ditujukan kepada orang – orang asing tersebut terutama
orang Amerika. Latar belakang peristiwa bom bali pertama juga berasal dari
peristiwa di Poso dan Ambon. Bom bali adalah balas dendam para teroris karena
dalam kedua peristiwa tersebut banyak umat muslim terbunuh akibat konflik
yang terjadi. Selain itu, bom bali dilakukan untuk membela rakyat dalam sejarah
perang Afghanistan atas penindasan yang dilakukan Amerika Serikat karena
para teroris menganggap penyebab perang Afganistan telah sangat menindas
rakyat disana. Para teroris menganggap bahwa Bali adalah pusat maksiat dan
lokasi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Para teroris secara umum memang
menargetkan lokasi – lokasi yang dianggapnya menjadi pusat kemaksiatan.
Walaupun mungkin memang benar banyak terjadi kegiatan maksiat di satu
tempat, tapi cara pengeboman tetap tidak dapat dibenarkan karena memakan
banyak korban yang tidak bersalah. Teroris memiliki paham radikal untuk
menciptakan negara yang sesuai dengan yang mereka inginkan. Ketika ada
kondisi yang menyimpang dari tujuan tersebut maka mereka tidak akan segan
untuk menggunakan kekerasan demi mencapai tujuannya termasuk
mengorbankan banyak orang dengan bom. Mereka juga menggunakan istilah
jihad sebagai pembenaran akan aksi – aksi kekerasan tersebut dan menghalalkan
jatuhnya korban untuk tercapainya kebaikan yang lebih besar.

B. Dampak Terjadinya Bom Bali


Indonesia mengalami masalah serius terkait dengan keamanan negara
disebabkan latar belakang peristiwa bom Bali. Sejumlah negara kemudian
mengeluarkan travel warning bagi para warganya yang berniat berkunjung ke
Indonesia. Belum lagi kecaman – kecaman yang terus datang dari seluruh
penjuru dunia akan peristiwa tersebut. Kehidupan masyarakat Bali dari segi
ekonomi juga mengalami dampak peristiwa bom Bali. Pendapatan dari sektor
pariwisata menurun dan juga ekonomi warga yang mengalami akibat langsung
dari aksi pengeboman tersebut. Akibatnya sektor pariwisata di Bali sempat
mengalami keterpurukan selama beberapa tahun.

Dari segi psikologis, dampak peristiwa bom Bali juga mempengaruhi para warga
dan korban dengan trauma mendalam. Sebagian penduduk pun merasa tidak lagi
aman untuk tetap tinggal di Bali dan curiga terhadap orang asing karena
kenyamanan hidupnya telah terampas dengan adanya teror bom. Selama hampir
tiga tahun setelah terjadinya bom Bali tahun 2002, tidak terlihat adanya
perbaikan dalam ekonomi rumah tangga di Bali. Bahkan jumlah pengangguran
meningkat sebanyak 3,5 persen, jam kerja menurun sejumlah 4,2 persen, dan
pendapatan rumah tangga mengalami penurunan sebanyak 22,6 persen.
Penurunan pendapatan ini memaksa para kepala rumah tangga berganti
pekerjaan, menambah jam kerja dan juga mengganti status pekerjaannya. Sektor
pariwisata yang mengalami dampak peristiwa bom Bali juga mengalami
penurunan dari segi cinderamata, perusahaan travel, hotel, restoran dan lainnya
yang ikut terpuruk. Bahkan pengrajin kayu yang biasa menerima pesanan untuk
Bali pun ikut terkena imbas dari teror bom di Bali.
C. Kondisi Terorisme di Indonesia
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Kedeputian
Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan menghadiri rapat dengar
pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI pada Senin (21/3) di Gedung
Nusantara II DPR RI. Dalam RDP yang bersifat tertutup kali ini terdapat 3
bahasan topik utama, yakni analisa perkembangan ancaman radikalisme dan
terorisme di Indonesia, evaluasi kinerja, dan program prioritas kedeputian
bidang penindakan dan kemampuan. Dalam konferensi pers, Deputi Bidang
Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Irjen Pol. Ibnu Suhendra menjelaskan
ancaman terorisme dalam kurun waktu 2017 - 2022 yang bergerak fluktuatif.
"Selama lima tahun terakhir, tren ancaman terorisme di Indonesia bergerak
secara fluktuatif. Meningkat pada 2019, lalu menurun pada 2020, dan meningkat
lagi pada 2022 berdasarkan Laporan GTI tahun 2022," jelasnya. Dalam
kesempatan tersebut, dijelaskan pula strategi kesiapsiagaan nasional sebagai
bahan evaluasi kinerja. 5 cara kesiapsiagaan nasional yang sedang diupayakan
BNPT, diantaranya pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan
aparatur, perlindungan dan peningkatan sarana dan prasarana, pengembangan
kajian terorisme, dan pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.

Ibnu turut menyampaikan beberapa program prioritas Kedeputian Bidang


Penindakan dan Pembinaan Kemampuan. Diawali dari pengembangan kajian
terorisme, deklarasi kesiapsiagaan nasional, penyusunan indeks kesadaran
masyarakat dan sarana prasarana terhadap kesiapsiagaan nasional, pendirian
Pusat Pengendalian Krisis sebagai implementasi amanat UU No. 5 tahun 2018,
serta koordinasi aparat penegakan hukum dalam penyelesaian kasus tindak
pidana terorisme hingga berkekuatan hukum tetap. Dalam upaya memutus mata
rantai radikal terorisme di Indonesia, BNPT melaksanakan program prioritas
dari hulu ke hilir. Hal ini selaras dengan konsep pentahelix yang menjadi arah
kebijakan penanggulangan BNPT di tahun 2022. "BNPT bekerja dari hulu ke
hilir, dari hulu kita meningkatkan peran masyarakat dan komunitas, sehingga
tidak sampai meningkat ke arah terorisme, sejalan dengan strategi pentahelix
BNPT. Lalu, di hilir kita mendukung aparat penegak hukum dalam melakukan
penindakan terhadap individu maupun kelompok yang terlibat dalam aktivitas
terorisme," ungkapnya. Merespon paparan BNPT, Ketua Komisi III DPR
Bambang Wuryanto mengatakan beragam catatan terkait penanggulangan
terorisme di Indonesia. Catatan tersebut meliputi perihal pelaksanaan
penindakan kasus terorisme dalam aspek profesionalitas dan pelaksanaan
penindakan yang humanis serta menjunjung Hak Asasi Manusia.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peristiwa terorisme di Bali mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara
Indonesia maupun warga asing. Korban jiwa terbanyak adalah warga negara Australia.
Sehingga menyebabkan penerbitan kebijakan luar negeri Travel Warning oleh Australia
terhadap Indonesia. Travel Warning adalah sebuah kebijakan pelarangan melakukan
perjalanan bagi warga negara Australia ke Indonesia, kebijakan tersebut jelas untuk
meningkatkan keamanan atau kewaspadaan negara Australia dari tindak terorisme yang
terjadi di Indonesia. Peristiwa bom di Bali juga menyebabkan perekonomian warga
menurun.
B. Saran
• Pemerintah lebih tegas dalam memberikan kebijakan tentang terorisme di
Indonesia.
• Penegak hukum harus bisa mengantisipasi dan persiapan anti terror sebelum
adanya upaya aksi terorisme

C. Daftar Pustaka
https://sejarahlengkap.com/indonesia/latar-belakang-peristiwa-bom-bali
https://sejarahlengkap.com/indonesia/dampak-peristiwa-bom-bali
https://bnpt.go.id/laporkan-analisis-perkembangan-aksi-terorisme-di-indonesia-bnpt-
melalui-deputi-bidang-penindakan-dan-pembinaan-kemampuan-hadiri-rdp-dengan-
komisi-iii-dpr-ri

D. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai