Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISIS

I. Kasus Penyimpangan Pancasila


1. Bom Bali I
Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi terorisme yang
terkenal yang terjadi pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan sebagai
peristiwa terorisme terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3 peristiwa
sekaligus. Membunuh sekitar ratusan orang yang kebanyakan merupakan warga asing
yang sedang berlibur, dan bom bali itu didasarkan pada agama sehingga menyalahi
pancasila.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan dikawasan legian
Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris. Kepanikan sempat melanda di penjuru
Nusantara akibat peristiwa ini. Aksi bom bali ini juga banyak memicu tindakan terorisme
di kemudian hari. Peristiwa bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar di
Indonesia. Akibat peristiwa ini, sebanyak ratusan orang meninggal dunia, mulai dari turis
asing hingga warga lokal yang ada di sekitar lokasi. Kelompok teroris yang dicurigai
adalah Amrozi bin H. Nur Hasyim, Imam Samudra, dan Muklas alias Ali Ghufron.
Dua bom berkekuatan dahsyat yang meledak di dua tempat hiburan di jalan
Legian, Kuta, Bali. Lebih dari 200 orang tewas akibat peristiwa tragis tersebut. Tak
Cuma itu, lebih dari 200 orang lainnya luka-luka baik ringan maupun parah. Paddy’s
Club dan Sari Club di Jalan Legian , meledak dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu
pukul 23.15 WITA, bom meledak di Renon, berdekatan dengan kantor konsulat Amerika
Serikat. Pemerintahan yang saat itu dipegang oleh Megawati Soekarnoputri terus
mendesak pihak kepolisian agar cepat menuntaskan kasus bom bali yang telah
mencoreng nama baik Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 2002, titik terang pelaku bom
bali mulai muncul. Tiga sketsa wajah tersangka pengeboman itu dipublikasikan.
Bali adalah daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Posisi itu dibuktikan dari
sumbangannya terhadap devisa negara. Namun geliat ekonomi berfondasi pariwasata
sangat rentan terhadap berbagai isu dari luar. Peristiwa ledakan bom yang terjadi di
Legian sangat mengejutkan Bali dan masyarakat dunia. Dilihat dari jumlah korban yang
mencampai 202 orang, kerusakan material dan dampak negatif mempengaruhi terhadap
dunia pariwisata dan serta kehidupan finansial masyarakat Bali. Sejak peristiwa itu,
perekonomian di Indonesia terutama di Bali sangat terpuruk, sebab kondisi pariwisata di
Bali sepi pengunjung baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dengan adanya peristiwa ini, image Pulau Dewata sebagai daerah yang damai,
jauh dengan kekerasan, serta keramahan masyarakat yang menjadikan pariwisata di Bali
semakin eksotis dimata dunia teah berubah. Setelah adanya peristiwa yang sangat
meninggalkan duka tersebut, seolah-olah Bali kehilangan imagenya sehingga peristiwa di
Bali lambat laun semakin menurun. Kasus bom bali meletakkan masyarakat Bali dibawah
sorotan masyarakat dunia. Ledakn bom memang memperkeruh perekonomian Bali dari
sektor pariwisata. Jika sektor pariwisata di Bali menurun maka dampaknya akan tersa
dikalangan pekerja yang banyak di PHK karena tidak sesuai dengan pemasukan
pemerintah dan penngelola pariwisata.
Sejumlah negara asal dari turis asing melakukan larangan atau peringatan
berkunjung ( travel warning ) terhadap warganya untuk tidak datang ke Indonesia.
Terutama sasaran Amerika dan sekutunya hubungan kerjasama dengan Indonesia
menjadi rentan. Implikasi positif yang dirasakan antara lain, pemerintah terlibat secara
lebih serius untuk melakukan pemberantasan terorisme di Indonesia. Langkah serius
tersebut tampak setelah disahkannya Perpu tentang anti Terorisme yang hanya kurang
seminggu setelah kasus pengeboman itu, yaitu 18 Oktober 2002. Melalui perpu ini tidak
hanya pelaku teror saja yang diancam hukuman berat, bahkan orang-orang yang dicurigai
sebagai terorispun dapat ditangani oleh aparat keamanan denagn kewenangan yang luar
biasa.
Jika dicermati, pelaku bom Bali adalah pemuda-pemuda yang masih dewasa awal
( 20-30 tahun ), usia yang masih mencari jati diri yang ketika mengalami tahap tertentu
akan mengalami konflik dan bila tidak diselesaikan akan menghambat perkembangan.
Sebenarnya mereka menyadari sepenuh hati penyimpangan itu, namun memilih untuk
menekannya ke alam bawah sadar. Kesadaran akan penyimpangan terobati manakala
mereka menemukan teman yang senasib. Kita bisa mengambil pelajaran bahwa Indonesia
kini menjadi ladang subur bagi terorisme, antara lain karena rendahnya partisipasi publik
serta lemahnya penegakan hukum. Penanganan terorisme harus dilakukan secara terpadu
dengan melibatkan semua komponen bangsa.
Membunuh orang tak berdosa adalah ajaran yang tidak benar. Itu tidak pernah ada
dalam ajaran agama manapun, dan tidak pula dapat dibenarkan teror mengatasnamakan
agama dan Tuhan. Kalaupun pelaku beragama, sebenarnya mereka melecehkan agama
karena tindakannya menciderai rasa kemanusiaan. Mereka menafsirkan kitab suci sesuai
kepentingan mereka sebagai pembelaan dalam menjalankan misi merusak tatanan
kehidupan. Jihad bukan berjuang untuk membunuh orang-orang tidak berdosa, dan bukan
pula usaha untuk menghancurkan tatanan kehidupan dan menghancurkan peradaban.
Peristiwa itu tak lain adalah keinginan kelompok yang mengambil keuntungan dari
kekacauan yang terjadi. Tak perduli apapun motifnya, Terorisme adalah musuh semua
umat beragama dan semua bangsa.

Anda mungkin juga menyukai