Anda di halaman 1dari 12

KASUS BOM BALI

OLEH KELOMPOK 4:
ANISYA MARINI GHAISANI
DINDA FINISIA PUTRI
NOVRI ISMARIANTI
JEPPRI YESAYAS
NAUFAL ABDILLAH AZIZ

BOM BALI 2002


Bom Bali 2002 (disebut juga Bom Bali I)adalah rangkaian tiga peristiwa
pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua
ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian,
Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat
Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian
pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul
oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di
Bali pada tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau
cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang
berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini
dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk
untuk menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT
seberat 1 kg dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara
50-150 kg.[1]
Peristiwa Bom Bali I ini juga diangkat menjadi film layar lebar dengan judul
Long Road to Heaven, dengan pemain antara lain Surya Saputra sebagai
Hambali dan Alex Komang, serta melibatkan pemeran dari Australia dan
Indonesia.

Daftar Tersangka
Abdul Gani, didakwa seumur hidup
Abdul Hamid (kelompok Solo)
Abdul Rauf (kelompok Serang)
Imam Samudra alias Abdul Aziz, terpidana mati
Achmad Roichan
Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati
Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup [2]
Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati
Andi Hidayat (kelompok Serang)
Andi Oktavia (kelompok Serang)
Arnasan alias Jimi, tewas
Bambang Setiono (kelompok Solo)
Budi Wibowo (kelompok Solo)
Azahari Husin alias Dr. Azahari alias Alan (tewas dalam
penyergapan oleh polisi di Kota Batu tanggal 9 November 2005)
Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010)

Feri alias Isa, meninggal dunia


Herlambang (kelompok Solo)
Hernianto (kelompok Solo)
Idris alias Johni Hendrawan
Junaedi (kelompok Serang)
Makmuri (kelompok Solo)
Mohammad Musafak (kelompok Solo)
Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo)
Umar Patek alias Umar Kecil (tertangkap di Pakistan)
Mubarok alias Utomo Pamungkas, didakwa seumur hidup
Zulkarnaen

Abu Bakar Ba'asyir, yang diduga oleh beberapa pihak sebagai


salah seorang yang terlibat dalam pengeboman ini,
dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan yang diajukan oleh
jaksa penuntut umum atas dugaan konspirasi pada Maret
2005, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian

BOM BALI 2005


Pengeboman Bali 2005 adalah
serangkaian pengeboman yang
terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005.
Terjadi tiga pengeboman, satu di
Kuta dan dua di Jimbaran dengan
sedikitnya 23 orang tewas dan 196
lainnya luka-luka. Bom bunuh diri ini
memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap pariwisata di Bali
mengingat pada 12 Oktober 2002,
serangan bom serupa menewaskan

Pengeboman
Pengeboman terjadi dalam tiga lokasi terpisah:
Kaf Nyoman
Kaf Menega
Restoran R.AJAs, Kuta Square
Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum
dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai,
bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga
pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun
2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap sebagai
bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel
tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan. [1][2][3]
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa jenis bom
yang digunakan tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat
kebanyakan korban meninggal dan terluka diakibatkan oleh "serpihan tajam"
(shrapnel), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis menunjukan hasil sinar-x
bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam badan
korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke
belakang tubuhnya

Korban
23 korban tewas terdiri dari:
15 warga Indonesia
1 warga Jepang
4 warga Australia
tiga lainnya adalah para pelaku pengeboman: Muhammad Salik Firdaus, Misno alias Wisnu,
dan Ayib Hidayat.
Nama-nama korban tewas
Aiko Kawasaki(Jepang)
Dafan Syah
Gusti Ketut Sudana
Brandon Fitzegrald(Australia)
Edwin Sindu
Colin Zwlinsky(Australia)
Dharmawan
Ratih Jayanti
Kojarwati
Eni
Mega
Wayan Sudika
Yuni Tresnawati
Veni
Eli Sunarto
Arthur Calvino

Pelaku
Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang
pejabat anti-terorisme Indonesia melaporkan
kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman
ini jelas merupakan "pekerjaan kaum teroris". [5]
Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan
jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah
organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda,
yang telah melaksanakan pengeboman di hotel
Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar
Australia di Jakarta pada tahun 2004,
Bom Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009.
Kelompok teroris Islamis memiliki ciri khas
melaksanakan serangan secara beruntun dan pada
waktu yang bertepatan seperti pada
11 September 2001.

Pada 10 November 2005, Polri menyebutkan


nama dua orang yang telah diidentifikasi
sebagai para pelaku:
Muhammad Salik Firdaus, dari Cikijing,
Majalengka, Jawa Barat - pelaku peledakan di
Kaf Nyoman
Misno alias Wisnu (30), dari Desa Ujungmanik,
Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa Tengah
- pelaku peledakan di Kaf Menega
Kemudian pada 19 November 2005, seorang lagi
pelaku bernama Ayib Hidayat (25), dari
Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat
berhasil diidentifikasi sebagai pelaku peledakan
di Restoran R.AJAs.

Pengusutan dan penyelidikan


Pada acara konferensi pers, presiden
Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah
mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan
adanya serangan terorisme di Indonesia. Namun aparat
mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya
kenaikan harga BBM, sehingga menjadi kurang peka.
Dalam konferensi pers pada 2 Oktober, Inspektur
Jenderal Made Mangku Pastika menunjukkan video
salah satu pengebom memasuki Restoran Raja di Kuta
dengan menyanggul ransel, dan meledakkannya.[6]
Pada 9 November 2005, polisi melakukan penyergapan di
sebuah vila di Kota Batu. Dalam peristiwa tersebut, Dr.
Azahari, buronan asal Malaysia yang diduga merupakan
orang yang membuat bom dalam dua kali pengeboman
di Bali, tewas ditembak polisi.

Kemudian pada hari yang sama di Semarang, dilakukan


penyergapan dan perburuan di tempat persembunyian
buronan lainnya, Noordin M. Top. Di situ, polisi menemukan
sejumlah barang bukti milik para pelaku Bom Bali 2005, di
antaranya rekaman kesaksian ketiga pelaku bom bunuh diri
di Bali dan dua kartu tanda penduduk milik dua pelaku
pemboman tersebut. Dalam rekaman video tersebut, salah
seorang pelaku mengatakan bahwa perbuatan yang mereka
lakukan akan membawa mereka masuk surga. Rekaman
kaset tersebut lalu digunakan untuk mencocokkan wajah
pelaku dengan kepala para pengebom yang ditemukan di
lokasi pengeboman.
Selain itu, pada 16 November, kaset tersebut juga diputarkan
oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla kepada 12 kiai Jawa Timur.
Melalui pemutaran tersebut, diharapkan para kiai dapat
menyosialisasikan kepada masyarakat tentang pengertian
mengenai ajaran Islam yang salah dari para pengebom.

Dampak
Peristiwa kali ini tidak menyebabkan pengaruh sebesar Bom Bali
2002. Pemandangan para wisatawan asing yang langsung
eksodus ke negara asalnya sehari setelah kejadian tahun 2002
tidak terlalu terlihat pada peristiwa ini.
Mata uang Rupiah sempat melemah pada pembukaan pedagangan
sehari setelah kejadian sekitar 100 poin ke kisaran Rp10.400,
namun pelemahan ini berkurang pada penutupan perdagangan ke
Rp10.305, sehingga total pelemahan adalah 15 poin. Hal yang
sama juga terjadi pada IHSG Bursa Efek Jakarta yang mampu pulih
dari pengaruh pengeboman di akhir perdagangan sehari setelah
peristiwa tersebut.
Secara nasional, perekonomian Indonesia juga diperkirakan tak
akan banyak terpengaruh Bom Bali. Sektor pariwisata hanya
menyumbangkan sekitar 5% dari perekonomian Indonesia,
sehingga dampaknya diyakini kecil. [7]
Selain itu, dampak tragedi ini juga terdapat pada maskapai
penerbangan. Paska musibah ini, Air Paradise bangkrut.

Anda mungkin juga menyukai