OLEH KELOMPOK 4:
ANISYA MARINI GHAISANI
DINDA FINISIA PUTRI
NOVRI ISMARIANTI
JEPPRI YESAYAS
NAUFAL ABDILLAH AZIZ
Daftar Tersangka
Abdul Gani, didakwa seumur hidup
Abdul Hamid (kelompok Solo)
Abdul Rauf (kelompok Serang)
Imam Samudra alias Abdul Aziz, terpidana mati
Achmad Roichan
Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati
Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup [2]
Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati
Andi Hidayat (kelompok Serang)
Andi Oktavia (kelompok Serang)
Arnasan alias Jimi, tewas
Bambang Setiono (kelompok Solo)
Budi Wibowo (kelompok Solo)
Azahari Husin alias Dr. Azahari alias Alan (tewas dalam
penyergapan oleh polisi di Kota Batu tanggal 9 November 2005)
Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010)
Pengeboman
Pengeboman terjadi dalam tiga lokasi terpisah:
Kaf Nyoman
Kaf Menega
Restoran R.AJAs, Kuta Square
Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum
dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai,
bukti awal menandakan bahwa serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga
pengebom bunuh diri dalam model yang mirip dengan pengeboman tahun
2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap sebagai
bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel
tersebut disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan. [1][2][3]
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa jenis bom
yang digunakan tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat
kebanyakan korban meninggal dan terluka diakibatkan oleh "serpihan tajam"
(shrapnel), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis menunjukan hasil sinar-x
bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam badan
korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke
belakang tubuhnya
Korban
23 korban tewas terdiri dari:
15 warga Indonesia
1 warga Jepang
4 warga Australia
tiga lainnya adalah para pelaku pengeboman: Muhammad Salik Firdaus, Misno alias Wisnu,
dan Ayib Hidayat.
Nama-nama korban tewas
Aiko Kawasaki(Jepang)
Dafan Syah
Gusti Ketut Sudana
Brandon Fitzegrald(Australia)
Edwin Sindu
Colin Zwlinsky(Australia)
Dharmawan
Ratih Jayanti
Kojarwati
Eni
Mega
Wayan Sudika
Yuni Tresnawati
Veni
Eli Sunarto
Arthur Calvino
Pelaku
Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang
pejabat anti-terorisme Indonesia melaporkan
kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman
ini jelas merupakan "pekerjaan kaum teroris". [5]
Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan
jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah
organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda,
yang telah melaksanakan pengeboman di hotel
Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar
Australia di Jakarta pada tahun 2004,
Bom Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009.
Kelompok teroris Islamis memiliki ciri khas
melaksanakan serangan secara beruntun dan pada
waktu yang bertepatan seperti pada
11 September 2001.
Dampak
Peristiwa kali ini tidak menyebabkan pengaruh sebesar Bom Bali
2002. Pemandangan para wisatawan asing yang langsung
eksodus ke negara asalnya sehari setelah kejadian tahun 2002
tidak terlalu terlihat pada peristiwa ini.
Mata uang Rupiah sempat melemah pada pembukaan pedagangan
sehari setelah kejadian sekitar 100 poin ke kisaran Rp10.400,
namun pelemahan ini berkurang pada penutupan perdagangan ke
Rp10.305, sehingga total pelemahan adalah 15 poin. Hal yang
sama juga terjadi pada IHSG Bursa Efek Jakarta yang mampu pulih
dari pengaruh pengeboman di akhir perdagangan sehari setelah
peristiwa tersebut.
Secara nasional, perekonomian Indonesia juga diperkirakan tak
akan banyak terpengaruh Bom Bali. Sektor pariwisata hanya
menyumbangkan sekitar 5% dari perekonomian Indonesia,
sehingga dampaknya diyakini kecil. [7]
Selain itu, dampak tragedi ini juga terdapat pada maskapai
penerbangan. Paska musibah ini, Air Paradise bangkrut.