Anda di halaman 1dari 4

Bom Bali 2005

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tayangan berita SCTV yang menyiarkan langsung peristiwa Bom Bali 2005, menggambarkan pecahan
kaca di pinggir jalan yang berserakan dekat situs pengeboman.

Pengeboman Bali 2005 adalah serangkaian pengeboman yang terjadi di Bali pada 1
Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kutadan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23
orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Bom bunuh diri ini memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap pariwisata di Bali mengingat pada 12 Oktober 2002, serangan bom
serupa menewaskan 202 orang.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Pengeboman
 2Korban
o 2.1Nama-nama korban tewas
 3Pelaku
 4Pengusutan dan penyelidikan
 5Dampak
 6Referensi
 7Lihat pula
 8Pranala luar

Pengeboman[sunting | sunting sumber]

Rekaman video amatir pada saat pengeboman.

Pengeboman terjadi dalam tiga lokasi terpisah:

 Kafé Nyoman
 Kafé Menega
 Restoran R.AJA’s, Kuta Square
Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
(Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai, bukti awal menandakan bahwa
serangan ini dilakukan oleh paling tidak tiga pengebom bunuh diri dalam model yang mirip
dengan pengeboman tahun 2002. Serpihan ransel dan badan yang hancur berlebihan dianggap
sebagai bukti pengeboman bunuh diri. Namun ada juga kemungkinan ransel-ransel tersebut
disembunyikan di dalam restoran sebelum diledakkan.[1][2][3]
Komisioner Polisi Federal Australia Mick Keelty mengatakan bahwa jenis bom yang digunakan
tampaknya berbeda dari ledakan sebelumnya yang terlihat kebanyakan korban meninggal dan
terluka diakibatkan oleh "serpihan tajam" (shrapnel), dan bukan ledakan kimia. Pejabat medis
menunjukan hasil sinar-x bahwa ada benda asing yang digambarkan sebagai "pellet" di dalam
badan korban dan seorang korban melaporkan bahwa bola bearing masuk ke belakang
tubuhnya.[4]

Korban[sunting | sunting sumber]

Lokasi Jimbaran dan Kuta di pulau Bali.

23 korban tewas terdiri dari:

 15 warga Indonesia
 1 warga Jepang
 4 warga Australia
 tiga lainnya adalah para pelaku pengeboman: Muhammad Salik Firdaus, Misno alias Wisnu,
dan Ayib Hidayat.
Nama-nama korban tewas[sunting | sunting sumber]

 Aiko Kawasaki (Jepang)


 Dafan Syah (Indonesia)
 Gusti Ketut Sudana (Indonesia)
 Brandon Fitzegrald (Australia)
 Edwin Sindu (Indonesia)
 Colin Zwlinsky (Australia)
 Dharmawan (Indonesia)
 Ratih Jayanti (Indonesia)
 Kojarwati (Indonesia)
 Eni (Indonesia)
 Mega (Indonesia)
 Wayan Sudika (Indonesia)
 Yuni Tresnawati (Indonesia)
 Veni (Indonesia)
 Eli Sunarto (Indonesia)
 Arthur Calvino (Australia)
 Daffa Zikrillah (Nigeria)

Pelaku[sunting | sunting sumber]


Inspektur Jenderal Polisi Ansyaad Mbai, seorang pejabat anti-terorisme Indonesia melaporkan
kepada Associated Press bahwa aksi pengeboman ini jelas merupakan "pekerjaan kaum
teroris".[5]
Serangan ini "menyandang ciri-ciri khas" serangan jaringan teroris Jemaah Islamiyah, sebuah
organisasi yang berhubungan dengan Al-Qaeda, yang telah melaksanakan pengeboman di hotel
Marriott, Jakarta pada tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada tahun 2004, Bom
Bali 2002, dan Pengeboman Jakarta 2009. Kelompok teroris Islamis memiliki ciri khas
melaksanakan serangan secara beruntun dan pada waktu yang bertepatan seperti pada 11
September 2001.
Pada 10 November 2005, Polri menyebutkan nama dua orang yang telah diidentifikasi sebagai
para pelaku:

 Muhammad Salik Firdaus, dari Cikijing, Majalengka, Jawa Barat - pelaku peledakan di Kafé
Nyoman
 Misno alias Wisnu (30), dari Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Cilacap, Jawa
Tengah - pelaku peledakan di Kafé Menega
Kemudian pada 19 November 2005, seorang lagi pelaku bernama Ayib Hidayat (25), dari
Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat berhasil diidentifikasi sebagai pelaku peledakan di
Restoran R.AJA’s.

Pengusutan dan penyelidikan[sunting | sunting sumber]

(Kiri-kanan) Ayib, Misno dan Salik dalam video yang direkam para pengebom yang ditemukan di tempat
Dr. Azahari dibunuh.

Pada acara konferensi pers, presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan telah
mendapat peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia.
Namun aparat mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM,
sehingga menjadi kurang peka.
Dalam konferensi pers pada 2 Oktober, Inspektur Jenderal Made Mangku Pastika menunjukkan
video salah satu pengebom memasuki Restoran Raja di Kuta dengan menyanggul ransel, dan
meledakkannya.[6]
Pada 9 November 2005, polisi melakukan penyergapan di sebuah vila di Kota Batu. Dalam
peristiwa tersebut, Dr. Azahari, buronan asal Malaysia yang diduga merupakan orang yang
membuat bom dalam dua kali pengeboman di Bali, tewas ditembak polisi.
Kemudian pada hari yang sama di Semarang, dilakukan penyergapan dan perburuan di tempat
persembunyian buronan lainnya, Noordin M. Top. Di situ, polisi menemukan sejumlah barang
bukti milik para pelaku Bom Bali 2005, di antaranya rekaman kesaksian ketiga pelaku bom
bunuh diri di Bali dan dua kartu tanda penduduk milik dua pelaku pengeboman tersebut. Dalam
rekaman video tersebut, salah seorang pelaku mengatakan bahwa perbuatan yang mereka
lakukan akan membawa mereka masuk surga. Rekaman kaset tersebut lalu digunakan untuk
mencocokkan wajah pelaku dengan kepala para pengebom yang ditemukan di lokasi
pengeboman.
Selain itu, pada 16 November, kaset tersebut juga diputarkan oleh Wakil Presiden Jusuf
Kalla kepada 12 kiai Jawa Timur. Melalui pemutaran tersebut, diharapkan para kiai dapat
menyosialisasikan kepada masyarakat tentang pengertian mengenai ajaran Islam yang salah
dari para pengebom.

Dampak[sunting | sunting sumber]


Peristiwa kali ini tidak menyebabkan pengaruh sebesar Bom Bali 2002. Pemandangan
para wisatawan asing yang langsung eksodus ke negara asalnya sehari setelah kejadian tahun
2002 tidak terlalu terlihat pada peristiwa ini.
Mata uang Rupiah sempat melemah pada pembukaan pedagangan sehari setelah kejadian
sekitar 100 poin ke kisaran Rp10.400, namun pelemahan ini berkurang pada penutupan
perdagangan ke Rp10.305, sehingga total pelemahan adalah 15 poin. Hal yang sama juga
terjadi pada IHSG Bursa Efek Jakarta yang mampu pulih dari pengaruh pengeboman di akhir
perdagangan sehari setelah peristiwa tersebut.
Secara nasional, perekonomian Indonesia juga diperkirakan tak akan banyak terpengaruh Bom
Bali. Sektor pariwisata hanya menyumbangkan sekitar 5% dari perekonomian Indonesia,
sehingga dampaknya diyakini kecil.[7]
Selain itu, dampak tragedi ini juga terdapat pada maskapai penerbangan. Paska musibah ini, Air
Paradise bangkrut.

Anda mungkin juga menyukai