Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aditya Danial Al-Faqih

Kelompok : Cerebro

BIOGRAFI PAHLAWAN KESEHATAN

 Pahlawan kesehatan Indonesia


1. Prof. dr. Sardjito

Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. (13 Agustus 1889 – 5 Mei


1970) adalah dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada. Pada masa perang kemerdekaan, ia ikut serta dalam proses
pemindahan Institut Pasteur di Bandung ke Klaten. Selanjutnya ia menjadi
Presiden Universiteit (sekarang disebut Rektor) Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta yang pertama dari awal berdirinya UGM tahun 1949 sampai 1961,
selanjutnya menjadi Rektor ketiga Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Namanya diabadikan sebagai nama sebuah rumah sakit pusat rujukan


provinsi di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Sardjito. Pada tanggal 8 November 2019, Sardjito dianugerahi gelar Pahlawan
Nasional oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah upacara di Istana
Negara. Yang menerima penghargaan mewakili keluarga ahli waris adalah Dyani
Poedjioetomo, Cucu dari Sardjito.

Riwayat pendidikan :

a. Sekolah Rakyat di Purwodadi dan Lumajang (1895—1901)


b. Sekolah Belanda di Lumajang (1901—1907)
c. Sekolah STOVIA di Jakarta (1907—1915)
d. Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam (1921—1922)
e. Mempelajari penyakit-penyakit iklim panas di Leiden (memperoleh gelar
doktor, 1923)
2. Dr. Soetomo

Dr. Soetomo atau Soebroto (30 Juli 1888 – 30 Mei 1938 ) adalah tokoh


pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama di Indonesia. Soebroto
mengganti namanya menjadi Soetomo saat masuk ke sekolah menengah. Pada
tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen, Batavia. Bersama kawan-kawan dari STOVIA inilah
Soetomo mendirikan perkumpulan yang bernama Budi Utomo, pada tahun 1908.
Setelah lulus pada tahun 1911, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai
daerah di Jawa dan Sumatra. Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang
perawat Belanda.

Pada tahun 1919 sampai 1923, Soetomo mendapatkan beasiswa dan


menlanjutkan studi spesialis kedokteran di Universitas Amsterdam. Selama
kuliah, Soetomo ikut berkegiatan di Indische Vereeniging. Soetomo juga sempat
dipilih menjadi ketua Indische Vereeniging periode 1921–1922. Pada tahun 1923,
Soetomo kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar di Nederlandsch Artsen
School (NIAS). Pada tahun 1924, Soetomo mendirikan Indonesian Study Club
(dalam bahasa Belanda Indonesische Studie Club atau Kelompok Studi Indonesia)
di Surabaya. Di tahun 1930, Indonesische Studie Club mengubah namanya jadi
mendirikan Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935, mendirikan Parindra
(Partai Indonesia Raya).

3. Prof. dr. Abdulrachman Saleh, Sp.F

Marsekal Muda TNI (Anumerta) Prof. dr. Abdulrachman Saleh, Sp.F (1


Juli 1909 – 29 Juli 1947) atau sering dikenal dengan nama julukan "Karbol"
adalah seorang pahlawan nasional Indonesia, tokoh Radio Republik
Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia. Pada masa mudanya,
ia bersekolah di HIS (Sekolah rakyat berbahasa Belanda atau Hollandsch
Inlandsche School) MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau kini SLTP,
AMS (Algemene Middelbare School) kini SMU, dan kemudian diteruskannya
ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Karena pada saat itu
STOVIA dibubarkan sebelum ia menyelesaikan studinya di sana, maka ia
meneruskan studinya di GHS (Geneeskundige Hoge School), semacam sekolah
tinggi dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Ayahnya, Mohammad Saleh, tak
pernah memaksakannya untuk menjadi dokter, karena saat itu hanya ada STOVIA
saja. Ketika ia masih menjadi mahasiswa, ia sempat giat berpartisipasi dalam
berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan
Bangsa Indonesia.

Setelah ia memperoleh ijazah dokter, ia mendalami pengetahuan ilmu faal.


Setelah itu ia mengembangkan ilmu faal ini di Indonesia. Oleh karena
itu, Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman
Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia. Ia juga aktif dalam perkumpulan
olahraga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain
itu, ia juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio
Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan
diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio
Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia
terutama tentang proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia
juga berperan dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada 11
September 1945.

Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya, Adisutjipto dan


Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka
mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang
Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat publikasi
luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947, ketika
pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan
Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi
izin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru
saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya
ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat
kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah
menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Abdulrachman Saleh dimakamkan di
Yogyakarta dan ia diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9
November 1974.
 Pahlawan kesehatan Internasional
1. Florence Nightingale

Florence Nightingale (12 Mei 1820 – 13 Agustus 1910) adalah pelopor


perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari
Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa
kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung
Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan
kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada
pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetail
menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik
pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan


dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia
dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze
dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia
tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William
Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London,
Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale
adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara
perempuan bernama Parthenope.

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai
seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah.
Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus
hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.

Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard


Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton),
lamaran inipun ia tolak karena pada tahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk
mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh
ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat
adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak
orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara


Inggris bersama tentara Prancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit
yang gugur dalam pertempuran, tetapi yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak
adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka. Dokter-dokter
bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan
mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan
tubuh tersebut ditumpuk begitu saja di luar jendela dan tidak ada tenaga untuk
membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran
darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak
mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit
tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu,
seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak
korban yang berjatuhan banyak sekali. Florence menanti rombongan pertama,
tetapi ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang
terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban
selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan


pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena
bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati
kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan
melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas
medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence
dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang
bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa
diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.

Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas
prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi
pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk
mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal
sebagai ”bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita”. Banyak nyawa
tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

2. Betty Neuman

Betty Neuman lahir di Ohio, Amerika Serikat, pada 11 September 1924.


Dia tinggal di kota kelahirannya hingga lulus SMA pada tahun 1942, ketika dia
pindah ke Dayton. Di sana ia bekerja di industri pesawat terbang yang beroperasi
selama periode Perang Dunia Kedua di Amerika Serikat. Pada tahun 1944 ketika
dia memulai pelatihannya sebagai perawat. Dia belajar dalam program pelatihan
selama tiga tahun dan memperoleh diploma resmi sebagai perawat pada tahun
1947. Pada tahun yang sama dia pindah ke Los Angeles, di mana dia mulai
bekerja di Rumah Sakit Umum Los Angeles sebagai anggota staf perawat.

Pada tahun 1956 ia mulai belajar Kesehatan Masyarakat, dengan


spesialisasi di bidang psikologi. Setelah menyelesaikan studinya, dari tahun 1964
hingga 1966 ia bekerja sebagai mahasiswa dalam program kesehatan mental di
UCLA. Selama periode inilah ia menjadi sadar akan munculnya pusat-pusat
kesehatan mental yang muncul di masyarakat. Dari sini ia mulai tertarik pada
peran yang dimainkan oleh perawat di pusat-pusat kesehatan ini. Segera setelah
dia menyelesaikan studinya di Departemen Kesehatan Mental di UCLA, dia
diangkat ke fakultas dan diberi posisi penting di dalam fakultas. Sebagai anggota
departemen ini, ia mengembangkan model pertamanya untuk bidang kesehatan
mental. Modelnya digunakan untuk mengajar masyarakat lokal tentang kesehatan
mental dan berhasil dipekerjakan oleh perawat di pusat kesehatan setempat.

Selama masa jabatannya di Universitas Los Angeles, Neuman memiliki


karier yang sibuk, bekerja untuk masyarakat dan, secara profesional, sebagai ahli
dalam kesehatan mental. Dia juga mengembangkan beberapa lokakarya dan
konferensi di UCLA. Pada tahun 1973 ia mulai bekerja dengan departemen
kesehatan mental Virginia Barat dan menjadi rujukan bagi perawat di seluruh
Amerika Serikat. Ketika model sistemnya mendapatkan popularitas, Neuman
diundang untuk memberikan ceramah di berbagai sekolah perawat yang berlokasi
di seluruh wilayah Amerika Utara.

3. Dorothea Orem

Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore, Maryland.


Riwayat pendidikan Orem Diploma (awal tahun 1930), Pendiri Hospital School
Of Nursing, Washington DC; Orem mendapat Titel BSN Ed (1939) dan MSN Ed
(1945) di The Catholic University of America, Washington DC. Orem mendapat
gelar kehormatan: Dokter Ilmu Pengetahuan dari Georgetown University (1976)
dan Pendiri Perguruan Tinggi di San Antonio, Texas (1980); Dokter Surat
kemanusiaan dari Illinois Wesleyan University, Bloomington, Illinois (1988);
Gelar kehormatan dokter, University of Missouri-Columbia (1998). Dr. Orem
melanjutkan untuk aktif dalam pengembangan teori. Dia menyelesaikan edisi ke-6
dari keperawatan: konsep praktek, yang diterbitkan oleh Mosby pada Januari
2001.

Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di kediamannya di Savannah, USA


pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah kahilangan seorang ahli dan
dianggap sebagai orang terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas di
bidang keperawatan. Dalam bidang keperawatandapat dikatakan bahwa ahli
Keperawatan dari Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang yang
terpenting diantara orang yang mengembangkan pandangan dalam bidang
Keperawatan. Dorothea Orem melihat bahwa perawatan profesional mendapat
bantuan pengambil alihan tugas sebagian atau pun keseluruhan perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai