Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PEMERINTAH DARURAT REPUBLIK INDONESIA (PDRI)

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer (Pasca
Kemerdekaan)”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Asril., M.Hum., MA
Nilma Yola, M. Hum

DISUSUN OLEH
Armaya Sari (2011020036)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2023 M

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proklamasi Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proklamasi adalah
pemberitahuan resmi kepada seluruh rakyat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
2016)1 Adapun dalam bahasa bahasa Yunani, proklamasi berasal dari kata "proclamatio" yang
artinya pengumuman resmi kepada seluruh rakyat (Febriani, 2022).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17
Agustus 1945, Negara Belanda, yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari 300 tahun,
mempersoalkan status kemerdekaan Negara Republik Indonesia dan terus menerus berupaya
keras untuk dapat menguasai wilayah Indonesia kembali. Belanda melakukan berbagai upaya
diplomasi dengan Republik Indonesia untuk dapat membujuk Indonesia kembali menjadi bagian
dari wilayah kekuasaan Negara Belanda, namun pihak Republik Indonesia dengan tegas menolak
upaya tersebut. Upaya-upaya diplomasi yang dilakukan Belanda tersebut selalu mengalami
kegagalan karena, antara lain, upaya diplomasi tersebut lebih banyak menguntungkan Belanda
yang oleh karenanya selalu ditentang habis oleh pihak Republik Indonesia.2
Tidak hanya secara diplomasi, Indonesia juga berupaya mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dengan perjuangan fisik, hal tersebut dikarenakan Belanda melakukan agresi militer ke
Indonesia. Agresi Militer Belanda I dan II adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Belanda
yang dilatarbelakangi oleh keinginan Belanda untuk dapat berkuasa kembali di wilayah
Indonesia pasca Indonesia mengumumkan kemerdekaannya sebagai sebuah negara. Peristiwa
yang berlangsung dalam rentang waktu tahun 1947-1949 ini ternyata tidak hanya membawa
dampak bagi Indonesia dan Belanda sebagai pihak-pihak yang bersengketa tetapi juga pada
dunia Internasional. Belanda menangkap para pemimpin Indonesia pada saat itu, sehingga terjadi
kekosongan pemerintahan di kubu Indonesia, oleh karenanya di Sumatra Sjafruddin bersama
tokoh-tokoh yang lain mengambil alih sementara dengan membentuk sebuah Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat3

1
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016, Oktober 28). KBBI. Retrieved Februari
26, 2023, from KBBI Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/proklamasi
2
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi: Jakarta, 2008
3
Ibid, hal 485

2
PEMBAHASAN

A. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)


Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah sebuah pemerintahan
sementara Republik Indonesia yang terjadi pada 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949 dan
Bukittinggi sebagai pusat atau Ibu Kotanya. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
ini dipimpin oleh Syafruddin Pawiranegara, pemerintahan ini juga dapat disebut sebagai Kabinet
Darurat.
Mandat yang dikirimkan pemerintah kepada Sjafruddin untuk membentuk
pemerintahan darurat di Sumatra tidak pernah diterima oleh yang bersangkutan. Akan tetapi,
pemerintah darurat seperti yang dimaksudkan dalam mandat itu terbentuk juga di Sumatra.
Inisiatif untuk membentuknya diambil oleh Sjafruddin bersama T.M. Hassan (Ketua Komisariat
Pemerintah Pusat untuk Sumatra) dan Kolonel Hidayat (Panglima Tentara dan Teritorium
Sumatra) dalam pertemuan sore tanggal 19 Desember 1948.4 Pembentukannya diresmikan
tanggal 22 Desember 19485 di Halaban, dekat Payakumbuh, dengan nama Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI). Sjafruddin diangkat sebagai Ketua PDRI, sedangkan T.M. Hassan
sebagai wakil ketua. Kedudukan PDRI berpindahpindah. Tempat yang cukup lama mereka
tempati ialah Desa Bidar Alam, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat.6
Komunikasi antara PDRI dan tokoh-tokoh di Jawa yang masih bebas mulai terbuka
akhir Januari 1949. Sejak itu diadakan koordinasi untuk menyamakan sikap menghadapi
Belanda. Pada tahap berikutnya, di Jawa dibentuk Komisariat Pemerintah Pusat untuk Djawa
(KPPD). Kemudian, pada tanggal 31 Maret 1949 Kabinet PDRI disempurnakan dengan
memasukkan beberapa tokoh di Jawa sebagai menteri. PDRI juga mendapat dukungan dari
Angkatan Perang. Baik Jenderal Soedirman maupun Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B.
Simatupang dan PTTD Kolonel Nasution mengadakan hubungan dengan PDRI melalui
radiogram. PDRI juga mengadakan hubungan dengan para diplomat RI yang berada di luar
negeri, khususnya dengan anggota delegasi RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Informasi-

4
Amrin Imran, Saleh A. Djamhari, J.R Chaniago,OP,CIT., hlm.63
5
Ibid,Hlm,155-156.
6
Marwati Djoened , R.Z. Leirisia, Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman Jepang dan Zaman
Republik Indonesia 1942-1998) Hlm. 260

3
informasi yang disampaikan PDRI mengenal perkembangan di dalam negeri, khususnya
kemajuan gerilya, digunakan oleh para diplomat ini sebagai senjata untuk menghadapi Belanda
dalam perdebatan di Dewan Keamanan PBB. Akan tetapi, hubungan dengan para pemimpin RI
yang ditawan Belanda di Pulau Bangka tidak ada sama sekali. Oleh karena itulah kemudian
terdapat perbedaan pendapat antara PDRI dan pihak Bangka, khususnya mengenai Pernyataan
Roem-Roijen (7 Mei 1949).
Selama lebih kurang tujuh bulan PDRI memimpin. perjuangan dan mempertahankan
eksistensi RI, dan pada tanggal 13 Juli 1949 Sjafruddin Prawiranegara mengembalikan mandat
kepada Presiden Soekarno.

B. Latar Belakang dibentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)


Sebab terjadinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ini tidak lain karena Ibu
Kota Indonesia yang pada saat itu berpusat di Yogyakarta berhasil dikuasai oleh Belanda ketika
terjadinya Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948. Disaat yang bersamaan 7 pemimpin
atau tokoh Indonesia seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Agus Salim
ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke luar dari daerah Jawa.
Syafruddin Prawiranegara mendapat berita bahwa pada Agresi militer Belanda II yang
terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 tersebut telah membuat rakyat Indonesia kehilangan
pemimpin yang sah, karena mereka telah dimasukkan ke dalam penjara oleh tentara Belanda.
Berita itu tersebar sangat cepat, pada awalnya, Syafruddin Prawiranegara tidak percaya dengan
berita tersebut dan mengira bahwa berita tersebut dibuat oleh Belanda untuk menjatuhkan
wilayah baru ke tangan Belanda. Akan tetapi, ketika Syafruddin Prawiranegara merasa yakin
sekali bahwa berita tersebut bukan palsu, akhirnya Syafruddin Prawiranegara dengan para
pemimpin yang sedang berada di Sumatera yang terpusat di Bukittinggi, Syafruddin
Prawiranegara menyampaikan untuk mendirikan Pemerintahan Darurat.
Lalu, dilaksanakanlah sebuah rapat yang dipimpim oleh Syafruddin Prawiranegara itu
sendiri. Rapat tersebut belangsung di Gedung Tri Arga Bukittinggi. Terjadinya Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia juga tidak terlepas dari mandat Presiden Ir. Soekarno yang diberikan
kepada Syafruddin Prawiranegara. Isi dari mandat Presiden Ir. Soekarno tersebut ialah Ir.

7
Erasiah. STUDI PEMIKIRAN MESTIKA ZED TENTANG PEMERINTAHAN DARURAT
REPUBLIK INDONESIA. Jurnal Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya dan Agama. Vol. 25 No. 1, Januari
2019.

4
Soekarno memberitahukan bahwa pada hari minggu tanggal 19 Desember 1948 jam 6 pagi
Belanda telah menyerang Ibu Kota RI di Yogyakarta.
Kemudian, Soekarno menegaskan Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk
pemerintahan darurat di Sumatera. Pemerintahan sendiri baru terbentuk pada tanggal 19
Desember 1948, dan secara resmi menjalankan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pada
tanggal 22 Desember 1948, peresmian tersebut dilaksanakan di Halaban dekat Kabupaten
Payakumbuh. Pembentukan Pemerintahan Darurat dapat diumumkan ke seluruh wilayah tanah
air pada tanggal 23 Desember 1948, diumumkan lewat sambungan radio milik Angkatan Udara
Republik Indonesia (AURI) yang ada di Jawa maupun daerah lainnya.
C. Tokoh-tokoh yang Terlibat dalam Perjuangan Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI)
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ini melibatkan banyak tokoh yang ikut serta
dalam mengukuhkan kemakmuran terhadap bangsa Indonesia dalam sebuah kabinet yang
bernama kabinet darurat dan ada juga diluar hal tersebut. Berikut nama – nama tokoh yang
terlibat dalam Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam kabinet darurat maupun diluar
kabinet yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Mohammad Hatta
3. Sutan Syahrir
4. H. Agus Salim
5. Syafruddin Prawiranegara, menjabat sebagai ketua.
6. Lukman Hakim, sebagai Menteri Keuangan.
7. Susanto Tirtoprojo, sebagai Menteri Kehakiman.
8. A.A Maramis, sebagai Menteri Luar Negeri.
9. Indratjahja, Menteri Perhubungan
10. Teuku Muhammad Hassan, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan8

8
Deden Usmaya, Wakidi dan Syaiful M. PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK
INDONESIA (PDRI) DI SUMATERA BARAT TAHUN 1948 – 1949. Jurnal FKIP Unila. Hal 5.

5
D. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Pemerintah Darurat Republik Indonesia
(PDRI)

Kegiatan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dimulai dari ditangkapnya


Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, beserta bebrapa pemimpin lainnya pada
tanggal 19 Desember 1948 sebagai akibat dari agresi Belanda ke II. Pembentukan PDRI dengan
susunan kabinetnya diumumkan tiga hari setelah rapat di Bukittingi, tepatnya pada tanggal 22
Desember 1948 di Halaban (daerah Limapuluh Kota), setelah didapat kepastian bahwa pimpinan
negara R.I. telah ditawan. Susunan kabinet PDRI diberi nama “Kabinet Darurat”. Tujuan utama
PDRI adalah mengkoordinir pemerintahan/perjuangan dan melanjutkan perjuangan gerilya,
memupuk moril perjuangan dan semangat rakyat, sehingga kelangsungan Republik Indonesia
dapat terselamatkan.

E. Dampak dari didirikannya Pemerintahan Darurat Republik Indra (PDRI)


Akibat dari adanya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah
pemerintahan di Indonesia masih bisa berjalan, Bangsa Indonesia masih diakui keberadaanya
oleh di dunia Internasional, dan secara hukum pemerintahan Indonesia masih sah adanya, karena
masih berlangsung di wilayah Indonesia. Dengan dibentuknya Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) pada 22 Desember 1948, sangat penting untuk menunjukkan kepada rakyat
Indonesia, Belanda dan juga dunia Internasional bahwa pemerintahan indonesia masih ada.
Pembentukan PDRI menjunjung tingginya solidaritas dan rasa kebangsaan di antara pemimpin
Nasional pada saat itu. Kepercayaan Nasional menjadi modal penting dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.9

9
Firdhaa12. DAMPAK POSITIF TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK
INDONESIA. 4 Desember2017. Diaskes pada tanggal 10 MARET 2023, jam 10:45.

6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah sebuah pemerintahan
sementara Republik Indonesia yang terjadi pada 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949 dan
Bukittinggi sebagai pusat atau Ibu Kotanya. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
ini dipimpin oleh Syafruddin Pawiranegara, pemerintahan ini juga dapat disebut sebagai Kabinet
Darurat. Mandat yang dikirimkan pemerintah kepada Sjafruddin untuk membentuk pemerintahan
darurat di Sumatra tidak pernah diterima oleh yang bersangkutan. Akan tetapi, pemerintah
darurat seperti yang dimaksudkan dalam mandat itu terbentuk juga di Sumatra. Inisiatif untuk
membentuknya diambil oleh Sjafruddin bersama T.M. Hassan (Ketua Komisariat Pemerintah
Pusat untuk Sumatra) dan Kolonel Hidayat (Panglima Tentara dan Teritorium Sumatra) dalam
pertemuan sore tanggal 19 Desember 1948.207 Pembentukannya diresmikan tanggal 22
Desember 1948 di Halaban, dekat Payakumbuh, dengan nama Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI).
Sjafruddin diangkat sebagai Ketua PDRI, sedangkan T.M. Hassan sebagai wakil ketua.
Syafruddin Prawiranegara mendapat berita bahwa pada Agresi militer Belanda II yang terjadi
pada tanggal 19 Desember 1948 tersebut telah membuat rakyat Indonesia kehilangan pemimpin
yang sah, karena mereka telah dimasukkan ke dalam penjara oleh tentara Belanda. Berita itu
tersebar sangat cepat, pada awalnya, Syafruddin Prawiranegara tidak percaya dengan berita
tersebut dan mengira bahwa berita tersebut dibuat oleh Belanda untuk menjatuhkan wilayah baru
ke tangan Belanda.
Akan tetapi, ketika Syafruddin Prawiranegara merasa yakin sekali bahwa berita tersebut
bukan palsu, akhirnya Syafruddin Prawiranegara dengan para pemimpin yang sedang berada di
Sumatera yang terpusat di Bukittinggi, Syafruddin Prawiranegara menyampaikan untuk
mendirikan Pemerintahan Darurat.
Lalu, dilaksanakanlah sebuah rapat yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara itu
sendiri. Rapat tersebut berlangsung di Gedung Tri Arga Bukittinggi. Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia ini melibatkan banyak tokoh yang ikut serta dalam mengukuhkan
kemakmuran terhadap bangsa Indonesia dalam sebuah kabinet yang bernama kabinet darurat dan
ada juga diluar hal tersebut.

7
Kegiatan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dimulai dari ditangkapnya
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, beserta bebrapa pemimpin lainnya pada
tanggal 19 Desember 1948 sebagai akibat dari agresi Belanda ke II. Pembentukan PDRI dengan
susunan kabinetnya diumumkan tiga hari setelah rapat di Bukittingi, tepatnya pada tanggal 22
Desember 1948 di Halaban (daerah Limapuluh Kota), setelah didapat kepastian bahwa pimpinan
negara R.I. telah ditawan. Susunan kabinet PDRI diberi nama “Kabinet Darurat”.
Tujuan utama PDRI adalah mengkoordinir pemerintahan/perjuangan dan melanjutkan
perjuangan gerilya, memupuk moril perjuangan dan semangat rakyat, sehingga kelangsungan
Republik Indonesia dapat terselamatkan. Kegiatan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) dimulai dari ditangkapnya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, beserta
bebrapa pemimpin lainnya pada tanggal 19 Desember 1948 sebagai akibat dari agresi Belanda ke
II. Pembentukan PDRI dengan susunan kabinetnya diumumkan tiga hari setelah rapat di
Bukittingi, tepatnya pada tanggal 22 Desember 1948 di Halaban (daerah Limapuluh Kota),
setelah didapat kepastian bahwa pimpinan negara R.I. telah ditawan. Susunan kabinet PDRI
diberi nama “Kabinet Darurat”.
B. Saran
Makalah ini membahas mengenai tentang Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI). Penulis berharap untuk kita semua terutama pada pembaca dan penulis sendiri sebagai
pemakalah dapat memahami betul dari isi makalah yang penulis susun, dan penulis juga berharap
agar kita mendapatkan sudut pandang baru tentang Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI). Demikian makalah ini penulis susun, jika ada kesalahan kata dan kekurangan dalam
makalah ini, penulis sebagai pemakalah bersedia menerima kritik dan sarannya pembaca, agar
bisa membangun diri penulis menuju lebih baik ke depannya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016, Oktober 28). KBBI. Retrieved Februari
26, 2023, from KBBI Daring: https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/proklamasi

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi: Jakarta, 2008

Amrin Imran, Saleh A. Djamhari, J.R Chaniago,OP,CIT.,

Marwati Djoened , R.Z. Leirisia, Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman Jepang dan Zaman
Republik Indonesia 1942-1998

Erasiah. STUDI PEMIKIRAN MESTIKA ZED TENTANG PEMERINTAHAN DARURAT


REPUBLIK INDONESIA. Jurnal Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya dan Agama. Vol. 25 No. 1,
Januari 2019.

Deden Usmaya, Wakidi dan Syaiful M. PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK


INDONESIA (PDRI) DI SUMATERA BARAT TAHUN 1948 – 1949. Jurnal FKIP Unila

Firdhaa12. DAMPAK POSITIF TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN DARURAT


REPUBLIK INDONESIA. 4 Desember 2017. Diaskes pada tanggal Diaskes pada tanggal 10
MARET 2023, jam 10:45.

Anda mungkin juga menyukai