Anda di halaman 1dari 6

Nama: Aditya Pradipta

Kelas:XII MIPA2

Mapel:Sejarah Indonesia

Rabu, 20 Oktober 2021

 Informasi mengenai tokoh – tokoh dalam pembebasan Irian Barat

1. Yos Soedarso

Laksamana Madya Yosaphat Soedarso (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November 1925 – meninggal di
Laut Aru, 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia gugur di
atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru setelah ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms.
Eversten milik armada Belanda pada masa kampanye Trikora.

2. Zaenal Abidin Syah

Zainal Abidin Syah adalah Gubernur Irian Jaya pertama yang menjabat pada tahun 1956-1961. Saat
panasnya hubungan antara Indonesia dengan Belanda mengenai Irian Barat, ia diangkat menjadi
Gubernur Irian Jaya yang berkedudukan di Soasiu, Tidore.

3. Herlina Kasim

Herlina atau Herlina Kasim merupakan srikandi pejuang sukarelawati Trikora dan mendapat julukan
“Pending Emas”. Julukan pending emas ini tidak lain karena Herlina mendapat penghargaan Pending
Emas sebesar ½ kilogram (500 gram) pada tanggal 19 Februari 1963 yang didasarkan oleh Surat
Keputusan Presiden/Panglima Tertingi Angkatan Perang Republik Indonesia/Panglima Besar Komando
Tertinggi Pembebasan Irian Barat No. 10/PLM.BS- Tahun 1963.Penghargaan yang cukup menarik ini
diberikan kepada Herlina karena keberaniandan kegigihan sebagai perempuan sukarelawati pertama
yang berani terjun di belantara Irian Barat semasa Operasi Trikora.

4. Soebandrio

Soebandrio (lahir di Kepanjen, Jawa Timur, 15 September 1914 – meninggal di Jakarta, 3 Juli 2004 pada
umur 89 tahun) adalah politikus Indonesia yang sangat berpengaruh pada masa pemerintahan Presiden
Soekarno.Lulusan Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (GHS) ini pernah menjadi Duta Besar Republik
Indonesia di London, Britania Raya, pada tahun 1950-1954 dan Moskwa, Uni Soviet, pada tahun 1954-
1956.

5. Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo, SH (EYD: Ali Sastroamijoyo) (lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903 – meninggal di
Jakarta, 13 Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah tokoh politik, pemerintahan, dan nasionalis.Ia
mendapatkan gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) dari Universitas Leiden, Belanda pada tahun
1927. Ia juga adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-
1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjojo II).Selain itu, Ali juga
sempat menjabat sebagai Wakil Menteri Penerangan pada Kabinet Presidensial I, Menteri Pengajaran
pada Kabinet Amir Sjarifuddin I, Amir Sjarifuddin II, serta Hatta I, dan Wakil Ketua MPRS pada Kabinet
Kerja III, Kerja IV, Dwikora I, dan Dwikora II.

6. Anak Agung Gde Agung

Putra sulung dari Dr.Ida Anak Agung Gde Agung, seorang Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri
pada masa pemerintahan Presiden pertama RI Ir.Soekarno.Karyanya yang bernama “Tri Hita Karana”
yang dia jelaskan dalam disertasinya ini dinilai oleh para professor Universitas Leiden, Belanda, bersifat
menyeluruh dan dapat diterapkan di berbagai kebudayaan di dunia yang mengalami erosi. Penelitian
yang dia kembangkan dapat mengidentifikasi dengan pasti masalah dan bagaimana solusinya.

7. Kabinet Burhanudin Harahap

Burhanuddin Harahap (ejaan lama: Boerhanoeddin Harahap) (lahir di Medan, Sumatera Utara 1917 -
Jakarta, 14 Juni 1987) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-9 yang bersama Kabinet Burhanuddin
Harahap memerintah antara 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956.Pada masa jabatannya menjadi
Perdana Menteri tahun 1955 dilaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia yang pertama kali
sejak masa kemerdekaan. Pemilu ini juga merupakan satu-satunya Pemilu yang pernah dilaksanakan
pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno.Burhanuddin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dia bergabung dengan Partai Masyumi pada tahun 1946 dan
kemudian diangkat menjadi Ketua Fraksi Masyumi di DPRS RI. Ia meninggal di RS Jantung Harapan Kita
dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.

8. Kapten Wiratmo

Kapten Wiratno adalah Kapten kapal RI Matjan Tutul dalam pembebasan Irian Barat. Wiratno terlibat
dalam Pertempuran Laut Aru yang merupakan pertempuran yang terjadi di Laut Aru, Maluku, pada
tanggal 15 Januari 1962 antara Indonesia dan Belanda.Insiden ini terjadi sewaktu dua kapal jenis
destroyer, pesawat jenis Neptune dan Frely milik Belanda menyerang RI Matjan Tutul (650), RI Matjan
Kumbang (653) dan RI Harimau (654) milik Indonesia yang sedang berpatroli pada posisi 04,49° LS dan
135,02° BT.

9. Jendral Suharto

Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, (ER, EYD: Suharto) (lahir di Dusun Kemusuk, Desa
Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008
pada umur 86 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno.Di
dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer "The
Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum") karena raut mukanya yang selalu
tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan. Mayor Jenderal Soeharto diangkat
sebagai panglima. .... Komodor Tertinggi Pembebasan Irian Barat.

10. Adam Malik

Adam Malik Batubara (lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917 – meninggal di Bandung,
Jawa Barat, 5 September 1984 pada umur 67 tahun) adalah mantan Menteri Indonesia pada beberapa
Departemen, antara lain ia pernah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri.Ia juga pernah menjadi Wakil
Presiden Indonesia yang ketiga. Adam Malik ditetapkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia pada tanggal 6 November 1998 berdasarkan Keppres Nomor 107/TK/1998.Adam Malik
berperan penting dalam pembebasan Irian Barat, selain itu dia merupakan pimpinan delegasi Indonesia.

11. Dr. Van Royen

Dr. Jan Herman van Roijen (lahir di Istanbul, Kesultanan Utsmaniyah, 10 April 1905 – meninggal di
Wassenaar, Belanda, 16 Maret 1991 pada umur 85 tahun) adalah politikus dan diplomat Belanda. Dalam
Kabinet Schermerhorn/Drees, Van Roijen menjabat sebagai MenDaGri.Dalam Perang Dunia II, ia
memainkan peran penting dalam perjuangan politik Belanda. Ia mengikuti jejak ayahnya sebagai
diplomat dan kemudian pejabat tinggi di Kementerian Luar Negeri. Sebagai menteri, ia awalnya
digantikan oleh Eelco Nicolaas van Kleffens dan 4 bulan kemudian menggantikannya.Setelah menjadi
menteri, ia menjadi duta besar Belanda untuk Kanada, Amerika Serikat, dan Britania Raya. Pada tahun
1949, ia memimpin delegasi Belanda dalam Perjanjian Roem-Roijen yang akan membuka langkah
mengakhiri konflik Indonesia-Belanda. Sebagai diplomat, pada tahun 1962 ia turut serta pula dalam
menyelesaikan masalah Papua bagian barat.

12. Jend. Said Uddin Khan

Selanjutnya untuk menjamin keamanan di Irian Barat maka dibentuk suatu pasukan keamanan PBB yang
dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Said Uddin Khan
dari Pakistan.Pekerjaan UNTEA di bawah pimpinan Jalal Abdoh dari Iran juga berjalan lancar sehingga
tepat pada tanggal 1 Mei 1963 roda pemerintahan RI sudah berjalan. Sebagai Gubernur Irian Barat
pertama maka diangkatlah E. J. Bonay, seorang putera asli Irian Barat. Di samping nama-nama Soeharto,
Sudarso dan lain-lain yang berjasa dalam pembebasan Irian Barat juga tercatat dalam sejarah nama-
nama seperti Kolonel Sudomo, Kolonel Udara Leo Watimena, dan Mayor L. B. Moerdani.Pantas pula
untuk dikenang adalah, sukarelawati yang gigih berjuang dalam pembebasan Irian Barat yakni Herlina. Ia
memenangkan hadiah Pending Emas karena ikut sertanya dalam pembebasan Irian Barat secara heroik.
Pengalamannya dibukukan dalam karya tulis yang berjudul Pending Emas.

13. Dr. Fernando Ortis Sanz

Duta Besar Pemerintah Amerika Serikat untuk Indonesia, pada bulan Juni 1969 kepada anggota Tim PBB,
Dr. Fernando Ortiz Sanz, secara rahasia mengakui: “ 95% orang-orang Papua mendukung gerakan
kemerdekaan Papua.†(Sumber Dok: Jack W.Lydman’s Report, Juli 18, 1969, in AA).Sedangkan, Dr.
Fernando Ortiz Sanz, perwakilan PBB untuk mengawasi pelaksanaan PEPERA 1969 melaporkan:
“Penjelasan orang-orang Indonesia atas pemberontakan Rakyat Papua sangat tidak dipercaya.Sesuai
dengan laporan resmi, alasan pokok pemberontakan rakyat Papua yang dilaporkan administrasi lokal
sangat memalukan. Karena tanpa ragu-ragu, penduduk Irian Barat dengan pasti memegang teguh
berkeinginan merdeka†(Laporan Resmi Hasil PEPERA 1969.

14. AH Nasution

Jenderal Besar TNI Purn. Abdul Haris Nasution (lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918 –
meninggal di Jakarta, 6 September 2000 pada umur 81 tahun) adalah seorang pahlawan nasional
Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30
September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya,
Lettu Pierre Tendean.Pada bulan Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet,
dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5
miliar dollar Amerika dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI
mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan.Amerika Serikat
tidak mendukung penyerahan Papua bagian barat ke Indonesia karena Bureau of European Affairs di
Washington, DC menganggap hal ini akan "menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan
oleh kulit coklat".Tapi pada bulan April 1961, Robert Komer dan McGeorge Bundy mulai mempersiapkan
rencana agar PBB memberi kesan bahwa penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun
ragu, presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung hal ini karena iklim Perang Dingin saat itu dan
kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat
dukungan AS.

15. Kabinet Natsir

Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat Akan tetapi, belum sampai program tersebut terlaksana,
kabinet ini sudah jatuh pada 21 Maret 1951 dalam usia 6,5 bulan. Jatuhnya kabinet ini karena kebijakan
Natsir dalam rangka pembebtukan DPRD dinilai oleh golongan oposisi terlalu banyak menguntungkan
Masyumi.

16. Kabinet Sukirman

Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secapatnya Kabinet Sukiman tidak mampu bertahan lama
dan jatuh pada bulan Februari 1952. Penyebab jatuhnya kabinet ini adalah karena diserang oleh
kelompok sendiri akibat kebijakan politik luar negeri yang dinilai terlalu condong ke Barat atau pro-
Amerika Serikat. Pada saat itu, kabinet Sukiman telah menendatangani persetujuan bantuan ekonomi,
teknologi, dan persenjataan dengan Amerika Serikat. Dan persetujuan ini ditafsirkan sebagai masuknya
Indonesia ke Blok Barat sehingga bertentangan dengan program kabinet tentang politik luar negeri
bebas aktif.
17. Ir Sukarno

Dr.(HC) Ir. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa
Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia
pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.Ia adalah Proklamator Kemerdekaan
Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno
adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan
ia sendiri yang menamainyaOperasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember
1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk
mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Trikora
muncul karna adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan
Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi
kerajaan Belanda.

18. Sultan Hasanudin

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional
Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto
Mangepe.Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena
keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari
Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa.Pada tanggal 4 s.d. 8 Januari 1962 di
Lapangan Karebosi Makassar diadakan rapat raksasa dalam rangka pembebasan Irian Barat. Dalam rapat
itu hadir Presiden Soekarno, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal A.H. Nasution dan Panglima Daerah
Militer XIV/Hasanuddin. Pada kesempatan itu Presiden Soekarno mengatakan "Rebut Irian Barat
sebelum Ayam Berkokok".

19. Jen. Sarwo Edhi Wibowo

Sarwo Edhie Wibowo (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 – meninggal di Jakarta, 9 November
1989 pada umur 64 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia adalah ayah dari Kristiani
Herrawati, ibu negara Republik Indonesia dan istri Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono.Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo. Ia memiliki peran yang sangat
besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September PKI dalam posisinya sebagai panglima
RPKAD (atau disebut Kopassus pada saat ini). Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7
Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.Sarwo Edhie
dipindahkan ke Irian Barat untuk menjadi Panglima Kodam XVII/Cendrawasih. Ia memimpin di sana
hingga terselenggaranya "Penentuan Pendapat Rakyat", di mana Indonesia menganeksasi wilayah tanpa
memegang referendum penuh, Sarwo Edhie memainkan peran utama dalam menghancurkan resistensi
Papua.

20. Johanes Abraham Dimara


Mayor TNI Johannes Abraham Dimara (lahir di Korem, Biak Utara, Papua, 16 April 1916 – meninggal di
Jakarta, 20 Oktober 2000 pada umur 84 tahun) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang
berasal dari Papua.Pada tahun 1950, ia diangkat menjadi Ketua OPI (Organisasi Pembebasan Irian Barat).
Ia pun menjadi anggota TNI dan melakukan infiltrasi pada tahun 1954 yang menyebabkan ia ditangkap
oleh tentara Kerajaan Belanda dan dibuang ke Digul, hingga akhhinya dibebaskan tahun 1960.

21. Ellsworth Bunker

Ellsworth Bunker (1 Mei 1894 - 27 September 1984[1]) adalah seorang diplomat Amerika Serikat. Ia
berpendidikan sebagai pengacara, dan bekerja pertama kali di sektor swasta sebelum menjadi
akademisi. Ia lalu pindah ke pemerintahan selama kekuasaan Eisenhower.Pada tahun 1956, ia ditunjuk
menjadi duta besar untuk India dan Nepal[2] di mana ia berperan penting dalam persekutuan
tersembunyi antara kedua kekuatan tersebut terhadap Cina. Ia digantikan oleh John Kenneth Galbraith
pada tahun 1961.Ia juga berperan besar dalam usaha Indonesia membebaskan Irian Barat, karena ia
yang membuat Belanda mau berunding dengan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai