Anda di halaman 1dari 4

Najwa Nurhaliza

XII MIPA

Perjuangan Tokoh Nasional Dan Daerah Dalam


Mempertahankan Keutuhan Negara Dan Bangsa Indonesia
Pada Masa 1945–1965

1. Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengkubuwono IX lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 12 April 1912 dengan
nama asli Gusti Raden Mas Dorodjatun. Ia adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII
dan permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara. Agresi Militer Belanda
ke Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 mengakibatkan lumpuhnya pemerintahan RI.
Pucuk pimpinan RI ditawan oleh Belanda, sehingga eksistensi RI mengalami masa-masa yang
kritis. Pada saat inilah Sri Sultan Hamengkubuwono IX tampil melawan Belanda dengan
mendukung penuh para gerilyawan dalam melawan Belanda. Penulisan skripsi ini bertujuan
untuk mendeskripsikan perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dalam mempertahankan
kedaulatan RI pada masa Agresi Militer Belanda II.
Metode dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat
langkah. Pertama adalah heuristik, yaitu menghimpun sumber-sumber baik dengan mengkaji
buku-buku yang relevan serta wawancara dengan beberapa pihak. Langkah kedua adalah kritik
sumber dimana penulis meneliti sumber yang diperoleh baik secara ekstern maupun intern
sehingga diperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan. Setelah dilakukan kritik sumber,
tahap ketiga yaitu menafsirkan secara analisis atau sintetis dari bahan yang telah diperoleh
sebagai tahap interpretasi. Tahap keempat adalah historiografi (penyajian), dimana pada bagian
ini penulis menyajikan hasil penafsiran tersebut secara kronologis dan deskriptif analitis dalam
bentuk karya sejarah.
Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa Sri Sultan
Hamengkubuwono IX yang dilahirkan pada tanggal 12 April 1912 atau menurut hitungan Jawa
jatuh pada tanggal 25 Rabingulakir tahun Jimakir 1842, menduduki tahta Kasultanan Yogyakarta
pada tanggal 18 Maret 1940. Ketika Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus
1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia
melalui Amanat 5 September 1945, dimana Yogyakarta adalah daerah istimewa di bawah
Republik Indonesia. Pada masa Agresi Militer Belanda Kedua, Sri Sultan Hamengkubuwono IX
mendukung penuh perjuangan para gerilyawan dalam menghadapi Belanda. Sri Sultan
Hamengkubuwono IX juga berinisiatif agar diadakan serangan umum yang kemudian dikenal
dengan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Serangan ini ternyata mampu mendesak Belanda baik di medan pertempuran maupun dalam
meja diplomasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak agar Belanda mengembalikan ibukota
Republik Indonesia di Yogyakarta, membebaskan pemimpin-pemimpin RI yang ditawan serta
melanjutkan perundingan perdamaian yang pada akhirnya akan berujung dengan diserahkannya
kedaulatan dari Belanda kepada Republik Indonesia Serikat.

2. Frans Kaisiepo
Pahlawan berikutnya berasal dari Irian. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara
Frans Kaisiepo di Biak, di salah satu kapal yaitu KRI Frans Kaisiepo, dan wajahnya pun tertera
dalam mata uang Rp10.000,00. Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, 10 Oktober 1921.
Pada usia 24 tahun, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura yang salah satu pengajarnya
adalah Soegoro Atmoprasodjo, yang merupakan mantan guru Taman Siswa. Sejak bertemu
dengan beliau, jiwa kebangsaan Frans Kaisiepo semakin tumbuh dan kian bersemangat untuk
mempersatukan wilayah Irian ke dalam NKRI.
Peran perannya :
 Mendirikan partai Indonesia merdeka di Biak, Papua pada 10 Mei 1946
 Memimpin pemberontakan rakyat Biak pada maret 1948 untuk melawan pemerintah
hindia Belanda
 Menjadikan anggota delegasi yang menentan pembentukan Negara Indonesia Timur
(NTT)
 Menyatukan suara rakyat papua dalam penentuan pendapat rakyat agar menyatukan
papua ke dalam RI
 Menolak menjadi ketua delegasi mewakili Netherlands niuw guiena ke konferensi
meja bundar di Deen Hag
 Mendirikan partai politik Irian yang menuntun penyatuan Netherlands niuw guiena
( papua) ke dalam RI
Pada tanggal 2 Oktober 1988, Sultan Hamengkubuwono IX meninggal dunia di George
Washington University Medical Centre, Amerika Serikat. Atas jasa dan berbagai perannya bagi
bangsa dan negara Indonesia, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional.

3. K. H Hasyim Asy’ari
K.H. Hasyim Asy’ari lahir di Jombang, Jawa Timur tanggal 14 Februari 1871. Pondok Pesantren
Tebuireng didirikan pada tahun 1899 serta memelopori pendirian organisasi massa Islam
Nahdhatul Ulama (NU) tanggal 31 Januari 1926. K.H. Hasyim Asy’ari memiliki peran dalam
upaya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia antara lain:
 Mengumandangkan resolusi jihad di pertemuan wakil – wakil cabang NU ( Jawa
dan Madura ) di Surabaya pada 22 Oktober 1945
 Resolusi jihad tersebut mengaskan bahwa hukum membela tanah air adalah wajib
setiap umat muslim di Indonesia
 Tak hanya itu, dalam resolusi jihad juga ditegaskan bahwa muslimin yang berada
dalam radius 94 KM dari pusat pertempuran wajib ikut berperang melawan
Belanda
K.H. Hasyim Asy’ari wafat tanggal 25 Juli 1947. Wafatnya beliau terjadi ketika utusan
Bung Tomo serta pemimpin Hizbullah Surabaya Kyai Gufron bertamu ke pesantren Tebuireng.
Kedatangan dua tamu tersebut berupaya memberitahu K.H. Hasyim Asy’ari bahwa pasukan
Belanda melakukan Agresi Militer I dan menduduki kota Malang yang sebelumnya dikuasai
pasukan Hizbullah.
Berita itu mengejutkan K.H. Hasyim Asy’ari dan membuat beliau jatuh pingsan di atas
kursinya. Dokter segera didatangkan namun sayangnya ia sudah wafat akibat pendarahan otak.
Pemerintah RI lantas menghargai jasa-jasanya dan pengabdiannya dengan mengeluarkan Surat
Keputusan Presiden RI No. 294 Tahun 1964 tanggal 17 November 1964, yang menyatakan
bahwa Pemerintah RI menganugerahi K.H. Hasyim Asy’ari gelar Pahlawan Kemerdekaan
Nasional.

4. Jenderal TNI Gatot Soebroto


Jenderal TNI (Purn.) Gatot Soebroto lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober
1907. Jenderal Gatot Subroto dikenal sebagai tentara yang aktif di tiga zaman. Beliau pernah
menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL), pada masa pendudukan Jepang, dan pasca Indonesia
merdeka beliau berperan dalam menumpas pemberontakan PKI.
 Pada awal kemerdekaan beliau menjadi tantara TKR untuk berjuang mempertahankan
kemerdekaan. Saat pertemuan Ambarawa, beliau berhasil mengepung dan membuat
tantara sekutu kesulitan menghadapi tantara republic.
 Terlibat dalam operasi militer penumpas Gerakan Kahar Muzakar pemimpin DI/TII
Sulawesi Selatan Bersama pasukan momando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) tahun
1952. Dalam operasi militer ini, beliau diberikan tugas untuk menumpas pemberontakan
Kahar Muzakar karena beliau dinilai pandai dalam memasang strategi
 Mengatasi masalah pemberontakan PRRI- Permesta yang ada di Sumatra dan Sulawesi
Pada tanggal 11 Juni 1962 Gatot Soebroto wafat pada usia 54 tahun akibat serangan jantung.
Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Atas jasa-jasa dan perjuangannya,
ia dianugerahi gelar Tokoh Nasional/Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gatot Soebroto adalah
tentara asli indonesia. darma baktinya kepada nusa dan bangsa ia tunjukkan dengan prestasi yang
luar biasa.
Semua pemberontakan di tanah air mulai dari PKI Madiun 1948, DI/TII, dan PRRI Permesta
berhasil ditumpas oleh beliau. Selama hidupnya sosok Gatot Soebroto merupakan sosok yang
dianggap gila karena ucapannya yang terkadang kasar namun karena sikapnya tersebut ia sangat
dekat dengan para bawahannya di militer.

5. Laksaman Madya TNI Yos Sudarso

Laksamana Madya TNI Yos Sudarso lahir di Salatiga, Jawa Tengah, pada 24
November 1925. Laksamana Madya TNI Yos Sudarso bertugas di angkatan laut pada dua
zaman. Ia bertugas sejak masa Pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan.
Peran peran nya :
 Pada masa awal kemerdekaan, beliau bergabung dengan Badan Keamanan
Rakyat Laut dan turut ambil bagian dalam berbagai operasi militer untuk
mengatasi berbagai aksi perlawanan di daerah
 Paska pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada tahun 1949, beliau
menjabat sebagai komandan dan memimpin cukup banyak kapal milik
republic dari KRI Alu, KRI Gajah Mafa, KRI Rajawali, KRI Pattimmura,
hingga KRI Macan tutl
 Puncak karirnya terjadi Ketika beliau menjabat sebagai Deputi Operasi
Kepala staf TNI Angkatan Laut ( KSAL) yang meruapakn orang nomor 2
di Angkatan Laut RI
Laksamana Madya TNI Yos Sudarso wafat dalam pertempuran di Laut Aru tanggal 15
Januari 1962. Ia meninggal ketika melaksanakan operasi rahasia untuk menyusupkan
sukarelawan ke Irian menggunakan KRI Macan Tutul.

Anda mungkin juga menyukai