Anda di halaman 1dari 17

DARI DESA BANARAN

SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 MENDUNIA

Agustinus Sudaryanto

SMP Negeri 3 Tanjungsari,Gunungkidul

Agustinussudaryanto08@gmail.com

1
Abstrak

Serangan Umum 1 Maret 1949 atau yang lebih dikenal 6 jam di Yogyakarta
merupakan usaha untuk mendukung para tokoh tokoh yang sedang berunding di
Dewan Keamanan PBB dan sekaligus menunjukkan kekuatan rakyat ,ABRI dan
pemerintah Republik Indonesia masih ada. Bapak Soeharto sebagai Komandan
Wehrkreise III selaku penanggung Jawab Keamanan Yogyakarta dan sekitarnya
berinisiatif melakukan serangan umum secara besar besaran yang dikenal dengan
Serangan Umum 1 Maret 1949 atau 6 jam di Kota Yogyakarta.

Setelah diadakan rapat secara rahasia dan petunjuk dari Panglima Besar
Soedirman dan Sri Sultan amengkubuwono IX, maka serangan umum 1 Maret
semakin mantab untuk dilaksanakan. Kurang lebih jam 04.00 WIB pagi tanggal 1
Maret 1949 pasukan dibawah komando masing masing komandan mulai menyerang
Belanda yang ada di dalam kota Yogyakarta baik yang bermaskas di Tugu, Hotel
Garuda Benteng Vrederbug,Kantor Pos, Waitson, MTB Kota Baru terkepung rapat.
Akhirnya seluruh kota dikuasai ABRI dan gerilyawan selama 6 jam.

Keberhasilan serangan Umum 1 Maret 1949 disiarkan oleh stasiun Radio PHB
–AURI PC-2 dari Desa Banaran,Kapanewon Playen Kabupaten Gunungkidul dan
diterima oleh seluruh jaringan radio AURI bahkan sampai ke PBB. Dalam waktu yang
singkat keberhsilan serangan umum 1 Maret mendunia hal tersebut menunjukkan
kepada dunia bahwa pemerintahan Indonesia masih ada , akhirnya Amerika
memerintahkan kepada Belanda untuk menarik tentaranya dari Indonesia.

Kata kunci : Serangan umum 1 Maret 1949 - Berita radio Banaran-Dewan


keamanan PBB ( Dunia Internasional)- Belanda meninggalkan Indonesia.

2
SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 MENDUNIA

A. Pengantar

Agresi Militer Belanda II dimulai pada tanggal 19 Desember 1949, Belanda

mengincar pusat pemerintaan Republik Indonesia yaitu Yogyakarta. Dengan

menguasai kota Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia , pemerintah

Belanda beranggapan perlawanan pemerintah Indonesia lumpuh. Kenyataannya

tidak demikian TNI mencari basis baru di pedesaan guna melancarkan perang

gerilya . Bahkan Jendral Sudirman keliling pulau Jawa untuk memimpin

peranggerilya menghadapi militer Belanda. Sementara itu PBB melalui KTN dan

UNCI sibuk menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dan Belanda. Sementara

itu pemerintah Indonesia tidak hanya mengikuti jalur diplomasi tetapi dengan

upaya fisik atau kemiliteran dengan bukti yang ditunjukkan TNI yaitu Serangan

umum 1 Maret 1949. Pristiwa tersebut akhirnya membuka mata dunia bahwa

pemerintaan Indonesia masih eksis harga diri bangsa Indonesa semakin tersebar

meluas di seluruh penjuru dunia. Banaran merupakan sebuah desa yang

memiliki andil yang sangat besar sejak bangsa Indonesia pada masa perjuangan

bangsa Indonesia menghadapi Agresi Militer Belanda ke II. Desa ini muncul dan

menjadi terkenal karena memiliki kaitan yang sangat komplek dengan masalah

politik di Indonesia khususnya kaitanya dengan memperjuangkan ekistensi

bangsa Indonesia baik di tingkat regional maupun dunia internasional. Desa ini

menjadi terkenal karena melibatkan sejumlah tokoh politik dan militer sebagai

pusat koordinasi kegiatan kegiatan politik di tingkat regional maupun

internasional. Bentuk kerjasama yang harmonis antara rakyat dan militer dalam

3
memperjuangkan eksistensi kemerdekaan ditingkat regional pemerintaan

darurat sementara (PDRI) maupun di tingkatr internasional (PBB). Banaran

mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh desa lain , sehingga dipilih untuk

menjadi pusat koordinasi mengatur strategi politik dan militer dimasa revolusi.

Pada waktu itu kota kota sudah diduduki oleh Belanda, sehingga dibutuhkan

pusta pusat koordinasi di tempat lain yakni di desa desa, keadaan tersebut

berlaku pada masa itu sebagai pusat untuk mengatur strategi dan siasat perang

gerilya. Dengan adnya perang gerilya peranan desa semakin kelihatan , karena

menjadi wadah hampir seluruh kegiatan politik dan militer dalam skala kecil.

Banaran memiliki andil yang sangat besar dalam sebagai salah satu pusat gerilya,

ditempat ini sebagai pusat menyusun strategi perang gerilya dan menjadi pusat

penyiaran berita yang dikeluarkan oleh pemerintah Yogyakarta sehingga

perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertakan kemerdekaan dapat

mengudara yang dapat ditangkap oleh telinga dunia.

B. Profil Desa Banaran

Banaran adalah sebuah Desa di Kalurahan Playen Kapanewon Playen,Kabupaten

Gunungkidul . Lokasi Stasiun Radio PHB PC-2 AURI sekarang terletak di RT

11/RW 05 Dusun Banaran, Kalurahan Playen,Kapanewon Playen Kabupaten

Gunungkidul di lokasi tanah milik almarhum Bapak Pawirosetomo.

4
C. Agresi Militer Belanda II

Agresi Militer Belanda ke II, merupakan peristiwa penyerbuan secara militer yang

dilakukan oleh pasukan Belanda terhadap wilayah Republik Indonesia dan Ibu

Kota Yogyakarta. Agresi Militer Belanda ke II terjadi pada tanggal 19 Desember

1948, Agresi Militer Belanda ke II diawali dengan terhadap Yogyakarta ibukota

Indonesia saat itu serta penagkapan Soekarno, Muhammad Hatta, Syahir dan

beberapa tokoh lainnya. Jatunya Ibukota ini menyebabkan dibentuknya

Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra yang dipimpin oleh

Sjafruddin Prawiranegara. Belanda melakukan serangan dengan taktik perang

kilat disegala sisi wilayah Indonesia. Diawali dengan merebut lapangan udara

Maguwo ( saat ini Adi Sucipto) dengan menerjunkan pasukan paying. Dengan

gerak cepat Belanda mampu merebut kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik

Indonesia saat itu. Belanda juga menangkap para pemimpin bangsa Indonesia

dan mengasingkannya ke Prapat dan Pulau Bangka Sumatra. Sebelum diasingkan

Presiden Soekarno memberikan surat kuasa kepada Sjafruddin Prawiranegara

yang berada di Bukittinggi untuk membentuk pemerintahan darurat sementara di

sana. Dalam Agresi Militer ini Belanda menggunakan beberapa taktik dan strategi

yang dikenal dengan taktik dan strategi 3 sisi antara lain :

1) Menerapkan sistim perang dengan kekuatan militer untuk menghancurkan

dan meleburkan Republik Indonesia dan militernya secara menyeluruh.

2) Menjadikan Bangsa Indonesia menjadi Negara Federal Serikat demi

melaksanakan program memecah belah bangsa (Politik devide et impera).

5
3) Belanda berharap Indonesia mendapat sangsi Internasional melalui

pemberian kedaulatan pada Federasi Indonesia yang dikuasai oleh Belanda

secara tidak langsung.

D. Latar Belakang

Pada bulan Desember 1948, Belanda melancarkan serangan ke wilayah Indonesia,

yang disebut Agresi Militer II oleh para pejuang dan Opearatie Kraai (Operasi

Gagak) oleh para penjajah Belanda. Dengan serangan ini Belanda berhasil

menduduki ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta, dan menawan para pemimpin

Indonesia: Sukarno, Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir ditangkap dan dibuang

ke pulau Bangka.   Dengan serangan ini Belanda hampir melumpuhkan

perjuanggan kemerdekaan. Karena itu para pemimpin perjuangan yang masih

bebas ingin menjukkan ke dunia bahwa negara Indonesia masih masih ada dan

para pejuang masih melawan Belanda.   Serangan ini dibuat dengan tujuan

tersebut. Gagasan serangan dibuat oleh panglima besar Tentara Nasional

Indonesia, Jenderal Sudirman, yang saat itu memimpin perang gerilya, dan Sultan

Hamengkubuwono IX.   Serangan umum dilaksanakan dalam bentuk serangan

kilat untuk menduduki posisi strategis di Yogyakarta, selama beberapa jam lalu

mundur kembali ke posisi gerilya di hutan. Selain menyerang dan menguasai

Yogyakarta, para pejuang juga menyerang kota Solo agar pertahanan tentara

Belanda pecah.   Serangan kilat ini membuat Belanda tidak bisa membalas dan

menunjukkan ke dunia bahwa rakyat Indonesia belum menyerah. 

6
E. Sebab sebab terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949

Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949 Belanda melancarkan serangan ke

ibukota Yogyakarta dalam Agresi Militer yang kedua. Serangan tersebut

dilancarkan ke beberapa objek vital seperti Istana Kepresidenan, markas Tentara

Nasional Indonesia, dan bandara Maguwo, serta sasaran utamanya adalah para

pejabat tinggi Republik Indonesia. Presiden Sukarno, Wakil Presiden Muhammad

Hatta, dan beberapa menteri men kabinet ditangkap saat sidang ng kabinet

berlangsung dan kemudian diasingkan ke luar Jawa. Penangkapan pejabat tinggi

negara meng mengakibatkan akibatkan kekosongan pada sistem pemerintahan,

namun presiden Sukarno telah menunjuk pejabat untuk mengisi kekosongan

tersebut sebelum penangkapan berdasar hasil sidang ng kabinet. kabinet

Syarifuddin Prawiranegara ditunjuk ditunjuk untuk mendirikan pemerintahan

darurat di Bukit Tinggi serta Sultan Hamengku Buwono IX selaku Menteri Negara

Koordinator Keamanan, mengambil alih pemerintahan pemerintahan di ibukota

Yogyakarta. Selain itu, Jenderal Sudirman dan tentara yang markasnya telah

dikuasai oleh militer Belanda memilih untuk keluar Yogyakarta. Jenderal

Sudirman terus memantau kondisi kota Yogyakarta dari luar serta melakukan

perlawanan terhadap Belanda dengan perang gerilya. Bukan hanya itu saja,

Jenderal Sudirman tetap berkonsolidasi dengan pejabat di ibukota Yogyakarta

melalui kurir kurir-kurir. Kondisi Negara yang kacau ini dimanfaatkan oleh pihak

Belanda untuk memperluas as hegemoninya pada dunia Internasional. Belanda

menganggap Pemerintahan Republik telah hilang semenjak Soekarno-Hatta

Soekarno Hatta diasingkan, Tentara Nasional Indonesia lemah dan tidak dapat

menjaga stabilitas keamanan, dan kemiskinan yang cukup parah mengakibatkan

7
pemerintah dianggap gagal mengelola Negara . Belanda menginginkan agar pihak

luar negeri tidak menghiraukan Republik Indonesia. Berita perkembangan upaya

diplomasi di luar negeri terus disaksikan oleh para pejuang dari dalam negeri.

Salah satunya adalah berita mengenai sidang Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa yang akan diadakan pada akhir Februari 1949 yang didengarkan

oleh Sultan Hamengku Buwono IX lewat radio dalam keraton Yogyakarta. Sebagai

satu-satunya pemimpin di Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono IX menyadari

bahwa semangat prajurit dan rakyat kian merosot. Sultan Hamengku Buwono IX

berinisiatif untuk melakukan serangan besar-besaran kepada Belanda untuk

membangkitkan moral tentara dan rakyat yang dilancarkan sebelum

dilaksanakannya sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hal

tersebut sekaligus menjadi momentum untuk menopang perjuangan diplomasi .

Perencanaaan Serangan Sultan Hamengku Buwono IX segera mengirimkan kurir

untuk menghubungi Jenderal Sudirman di luar kota. Tujuan utamanya meminta

persetujuan untuk melaksanakan serangan, serta menghubungi komandan gerilya

. Peranan kurir sangat penting kala itu, mengingat ruang gerak Sultan Hamengku

Buwono yang dibatasi oleh Belanda. Setelah mendapat persetujuan Jenderal

Sudirman, mulailah koordinasi antara Sultan Hamengku Buwono IX dan Letkol

Suharto. Koordinasi ini masih menggunakan jasa kurir. Sri Sultan hamengku

Buwono IX mengundang Letkol Suharto untuk bertemu langsung di Keraton

Yogyakarta tanggal 13 Februari Para tentara membuat pengamanan untuk

melindungi Letkol Suharto hingga bertemu dengan Sultan Hamengku Buwono IX.

Hal tersebut dilakukan dengan membuat pengamanan Pagar Betis. Letkol Suharto

diperkenankan memakai pakaian abdi dalem sebelum bertemu Sultan Hamengku

8
Buwono IX agar dapat menyelinap masuk dan tidak dicurigai musuh. Pertemuan

tersebut berlangsung pada tengah malam serta membahas rencana serangan dan

menanyakan kesanggupan Letkol Suharto untuk mempersiapkan serangan dalam

waktu dua minggu. Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda

dilancarkan pada bulan Desember TNI sudah siap dengan konsolidasinya.

Serangan-serangan terhadap Belanda akan segera dimulai. Sasaran adalah garis-

garis komunikasi Belanda: memutuskan kawat-kawat telepon, merusak jalan

kereta api, dan menyerang konvoi-konvoi Belanda, dan menjadi wilayah kots

Yogya medan gerilya yang luas Jalannya Serangan Umum 1 Maret 1949 Pada

malam hari menjelang serangan umum 1 Maret, pasukan-pasukan telah merayap

mendekati kota dan dalam jumlah kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari

tanggal 1 Maret 1949 pukul 06.00, bersamaan dengan bunyi sirene tanda jam

malam berakhir, para satuan gerilya serentak ke luar dari kedudukannya. Dengan

tekad yang membara dan semangat yang tinggi masing-masing satuan gerilya

dibawah komandannya bergerak menyerbu sasaran yang telah ditentukan. Jika

pasukan ingin berpindah sektor maka harus dengan seizin Komandan Wehrkreise

III yakni Letkol Soeharto serta harus dikoordinasikan pula pada setiap komandan

SWK yang mereka lalui. SWK kemudian dibagi menjadi : - SWK 106 bertugas

untuk mencegah datangnya bantuan untuk pasukan Belanda yang berada di

Yogyakarta. Pos-pos Belanda di Tugu, Gondolayu, Komando Keamanan Kota,

Benteng Vredenburg, dan Ngupasan Timuran diserbu secara serentak. Hal ini

mengejutkan tentara Belanda karena serangan yang mendadak. Serangan secara

besar-besaran yang serentak dilakukan di seluruh wilayah Divisi III/GM

(Gubernur Militer) III dimulai, dengan fokus serangan adalah Ibukota Republik,

9
Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan serangan terhadap pertahanan Belanda

di Magelang dan penghadangan di jalur Magelang, sesuai instruksi rahasia yang

dikeluarkan oleh Panglima Divisi III/GM III Kolonel Bambang Sugeng kepada

Komandan Wehrkreise I, Letkol Bahrun dan Komandan Wehrkreise II Letkol

Sarbini. Pada saat yang bersamaan, serangan juga dilakukan di wilayah Divisi

II/GM II, dengan fokus penyerangan adalah Kota Solo, guna mengikat tentara

Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat mengirimkan bantuan ke

Yogyakarta. Pos komando di tempatkan di Desa Muto. Tepat pada 1 Maret 1949,

saat sirine penanda jam malam berakhir dibunyikan, pasukan Indonesia

menyerang pasukan Belanda yang berada di bawah pimpinan Kolonel Van

Langen. Pasukan Belanda tersebut adalah Brigade T yang sebagian anggotanya

terdiri dari tentara KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) yang sudah tidak

begitu mempercayai Belanda. Oleh sebab itu, saat pasukan Indonesia menyerang

gudang amunisi tentara KNIL yang berjaga tidak dengan serius mencegah mereka

dan membiarkan gudang amunisi milik Belanda tersebut jatuh ke tangan

Indonesia. Letkol Soeharto sebagai komandan tertinggi serangan ini, masuk ke

dalam kota melalui arah barat. Dalam waktu satu jam, Letkol Soeharto sudah

memasuki jalan utama Yogyakarta, yakni Malioboro dan secara langsung pula

memimpin pasukan- pasukan di bagian barat. Meski serangan di sektor utara

tidak selancar rencana, namun mereka berhasil menghadang bantuan untuk

Belanda dari arah Maguwo. - SWK 105 yang masuk dari arah timur bertugas

untuk menyerang Tanjungtirto, Maguwo, Kalasan, dan Prambanan. Sektor ini

dipimpin oleh Kapten Rakido. - SWK 104 yang masuk dari arah utara bertugas

untuk menyerang pos dan konsentrasi pasukan Belanda di sekitar Kota Baru,

10
Hotel Tugu, Gondokusuman, Pingit, Jetis, dan Hotel Merdeka. Sektor ini dipimpin

oleh Mayor Kusno. Pada pukul siang, dari arah utara datang bantuan bagi Belanda.

Bantuan tersebut datang dari Magelang dan Gombang, berupa dua Batalyon KNIL

yakni NICA (Nether) dan Gajah Merah di bawah komando Brigade Kolonole Van

Zanten . Secara perlahan, dalam waktu satu jam, tentara Indonesia mundur dan

meninggalkan Yogyakarta. Menjelang pukul siang pasukan Belanda berusaha

mencegah tentara Indonesia yang sedang meninggalkan Kota Yogyakarta. Mereka

ingin menghancurkan TNI, sehingga gerakan lepas-libat TNI dikejar kendaraan

tempur Belanda yang memuntahkan tembakan otomatis 12,7 dan menutup jalan

pengunduran. Beberapa pesawat terbang Belanda membantu pengejaran dengan

melancarkan pengeboman dan penembakan dengan senjata-senjata otomatis.

Untuk menghindari kehancuran, pasukan TNI mundur secara berpencar sambil

mengadakan perlawanan, beberapa satuan mencoba menembus kepungan

Belanda dengan serangan geranat. Pada umumnya TNI meninggalkan Yogyakarta

ke selatan lewat Pagelaran dan ke barat lewat kali Winongo. Pasukan Belanda

terus bergerak ke selatan, menerobos hadangan TNI dan maju menduduki Alun-

Alun Utara. Sebagian gerilyawan tetap berada di dalam kota, bersama rakyat

militan setempat untuk mengadakan terbatas secara fisik maupun nonfisik.

Colonel Van Zanten yang bermaksud menghancurkan TNI di Yogyakarta menjadi

geram karena terlambat datang, sehingga pasukan TNI lebih dahulu meloloskan

diri dan pasukan Belanda berusaha membersihkan TNI yang masih tinggal di

Yogyakarta tetapi kurang berhasil karena pasukan TNI telah membaur dengan

masyarakat dan berlari ke arah keraton. Namun pasukan Belanda tidak dapat

mengejar dikarenakan Belanda masih menghormati wilayah keraton. Gambar

11
Suasana terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949 Kesimpulan Serangan Umum 1

Maret 1949 adalah serangan yang serentak dan mendadak yang dilakukan para

Tentara Nasional Indonesia bersama rakyat untuk menyerang pos-pos

pertahanan Belanda di Yogyakarta. Pasukan Belanda hanya bertahan pada

markas. Dalam serangan tersebut kota Yogyakarta berhasil dikuasai selama 6 jam.

Serangan umum 1 Maret 1949 menunjukkan bahwa Republik Indonesia masih

tegak dan Tentara Nasional Indonesia masih ada. Selain itu, serangan tersebut

mampu menaikkan semangat prajurit dan rakyat Indonesia. Serangan Umum 1

Maret 1949 juga mendorong perundingan antara Indonesia dan Belanda yaitu

perjanjian Roem-Royen.

F. Peranan Desa Banaran

Sementara itu di Desa Banaran Kapanewon Playen, Kabupaten Gunung Kidul,

dengan menggunakan radio AURI PC 2, Budihardjo mendirikan sebuah stasiun

radio rahasia . Peralatan stasiun radio AURI PC-2 diletakkan didapur milik

keluarga petani almarhum Pawirosetomo. Pembangkit listrik disembunyikan di

tungku tanah dan ditutupi kayu bakar, sedangkan antenanya direntangkan pada

dua pohon kelapa dan hanya dipasang pada malam hari ,sedangkan pada pagi

hari peralatan tersebut disembunyikan agar tidak diketahui Belanda .

Kekompakan dan dukungan penduduk setempat sangat membantu dalam

pelaksanaan tugas penyiaran dan merahasiakan keberadaan stasiun radion PC-2

utamanya keluarga Pawirosetomo . Kegiatan penyiaran radio di Desa Banaran

adalah melaksanakan pertukaran informasi tentang kegiatan – kegiatan para

pejuang di Pulau Jawa maupun Sumatra serta menyiarkan kebrhasilannya ke luar

12
negeri. Salah satu prestasi keberhasiklan Stasiun Radioo PC-2 AURI di Desa

Banaran, Kapanewon Playen,Gunuyngkidul adalah menyiarkan berita tentang

keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949. Setelah mengirim morse kepada

pemerintah di Bukit Tinggi mengenai serangan besar tersebut. Dilanjutkanlah

siaran tersebut ke Burma, India, dan berakhir di New York, markas besar PBB.

Maka tercenganglah dunia atas kebohongan Belanda, seketika dunia percaya

bahwa Indonesia masih ada dan TNI masih dalam kondisi yang kuat. TNI dengan

keberhasilannya mampu menarik simpati dunia akan perjuangan kemerdekaan

Indonesia dan memperlancar usaha diplomasi Indonesia untuk mendapat

pengakuan kedaulatannya kelak atas segalanya. Mr. Alexander Andries Maramis,

yang berkedudukan di New Delhi menggambarkan betapa gembiranya mereka

mendengar siaran radio yang ditangkap dari Burma, mengenai serangan besar-

besaran TNI terhadap Belanda. Berita tersebut menjadi headlines di berbagai

media cetak yang terbit di India. Dengan begitu akhir dari Serangan Umum 1

Maret 1949 dimenangkan telak oleh Negara Indonesia. Sehingga Negara Indonesia

telah membuktikan pada dunia bahwa Republik Indonesia masih ada dan tidak

dapat dimusnahkan oleh siapapun. Dampak Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan Umum 1 Maret 1949 memberi dampak besar bagi Republik Indonesia.

Penyerangan yang mendadak dan serentak d ilakukan dari segala penjuru kota

memalukan pasukan Belanda, karena pasukan Belanda hanya dapat bertahan di

markas-markas. markas. Hal tersebut sekaligus sekaligus membantah pernyataan

Belanda bahwa Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia telah hancur.

Hal yang tak kalah penting dari Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah dampak

psikologis dan politis yang ditimbulkan. Serangan tersebut mampu menaikkan

13
semangat rakyat dan prajurit yang telah telah merosot semenjak Agresi Militer

Belanda kedua. Secara politis banyak bangsa-bangsa bangsa bangsa yang

bersimpatik terhadap kasus Indonesia di PBB, sehingga membantu proses

diplomasi. Atas inisiatif UNCI, pada tanggal 4 April 1949 diadakan diadakan

perundingan antara Republik Indonesia-Belanda Indonesia Belanda yang

dilaksanakan di Jakarta. Delegasi Belanda dipimpin oleh Dr. J.H Van Royen,

delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Mohamad Roem, sedangkan pemimpin

pertemuan adalah Mark Cochran (wakil Amerika Serikat di PBB). BB).

Perundingan tersebut terkenal dengan perundingan Roem-Royen. Perundingan

Roem Roem-Royen Royen mendorong Belanda untuk menyetujui Republik

Indonesia sebagai negara dan membebaskan pemimpin pemimpin-pemimpin

republik Indonesia yang ditangkap pada Agresi Militer kedua. Berdasar Berdasar

hasil perundingan tersebut, akan diadakan perundingan tingkat lanjut, yakni

Konferensi meja Bundar. Selain itu, kota Yogyakarta kembali ke Republik

Indonesia dan diikuti kedatangan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Presiden

Muhammad Hatta, para menteri kabinet,, dan Jenderal Sudirman yang kembali

dari medan gerilya.

G. KESIMPULAN

Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 tidak terlepas dari dukungan Sri

Sultan Hamengkubuwono IX, TNI dan rakyat. Desa Banaran Kapanewon

Playen,Gunungkidul memiliki peranan penting dalam mensukseskan perang

kemerdekaan terutama dalam menyiarkan peristiwa besar Serangan Umum 1

Maret 1949 . Dalam rumah keluarga Pawirosetomo itu, bangsa Indonesia mampu

14
berkibar di dunia Internasional saat mengusir Belanda dari Yogyakarta.

Komunikasi melalui radio pada waktu itu sangatlah penting walaupun sangat

rawan terhadap pantauan musuh. Keberhasilan sebuah perjuangan memerlukan

perencanaan yang matang dan dipersipakan dengan sebagik baiknya. Generasi

Muda perlu menyadari posisinya sebagai generasi penerus bangsa yang akan

melanjutkan cita cita untuk mencapai tujuan nasional, semangat persatuan dan

kesatuan menjadi salah satu ciri nilai perjuangan dalam pembangunan bangsa.

15
Daftar Pustaka

M.C Rickefs , Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta 1998

Musium Benteng Yogyakarta, Selintas Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia 1996

Poesponegoro, Marwati Dj. 1884. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Balai
Pustaka

Simatupang,TB, Laporan dari Banaran, Kisah Pengalaman Prajurit Selama Perang


Kemerdekaan. Jakarta, Pembangunan 1960.

Tjahyadi Nugroho, Monumen Yogya Kembali,Yayasan Telapak Semarang 1996

16
Daftar Lampiran foto (Dokumen Pribadi)

Papan Nama Monumen PHB AURI di Desa Banaran,Playen,Gunungkidul

Monumen PHB AURI di Desa Banaran,Playen,Gunungkidul

Rumah Bapak Tempat Pemancar PHB AURI di Desa Banaran,Playen,Gunungkidul

17

Anda mungkin juga menyukai