Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 5

Nama kelompok :
Adid Fardiansyah
Fauzan Aryadillah
Feriansyah
M.Wildan
M.Yudha Alfiansyah
Rafli Septiana
Randi Noer F
Pemerintahan
Darurat Republik
Indonesia (PDRI)
Latar Belakang Terbentuknya PDRI

Pemimpin republic di Jawa telah menduga kemungkinan agresi Belanda II


dan telah membuat rencana menghadapi kemungkinan itu. Pada bulan November
1948, wakil presiden Hatta mengajak Mr. Syafruddin Prawiranegara- Menteri
kemakmuran Republik- ke Bukittinggi, dan Hatta kembali ke Yogyakarta Syafruddin
tetap tinggal untuk mempersiapkan kemungkinan pembentukan sebuah
pemerintahan darurat di Sumatra- seandainya ibu kota Republik di Jawa jatuh ke
tangan Belanda. Pertengahan Desember 1948, perdana menteri India Jawaharlal
Nehru mengirim sebuah pesawat untuk membawa Soekarno dan Hatta keluar Jawa.
Dalam perjalanan keluar Jawa, pesawat itu akan singgah di bukitinggi, disini hatta
akan tinggal untuk mengepalai pemerintahan darurat sementara presiden soekarno
terbang ke New Delhi, dan dari sana ke New York mengajukan masalah Republik ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tetapi sebelum pesawat Nehru sampai di Yogyakarta,
pesawat tersebut tertahan di Singapura karena pemerintah Belanda menolak
member izin melintasi daerah mereka dan memberikan hak mendarat di Jakarta.
Jadi, Soekarno dan Hatta masih berada di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember
ketika belanda menyerang dan menduduki kota itu.
Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI)
Penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode 22
Desember 1948 - 13 Juli 1949, dipimpin oleh Syafruddin
Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat. Sesaat
sebelum pemimpin Indonesia saat
itu, Sukarno dan Hatta ditangkap Belanda pada tanggal 19
Desember 1948, mereka sempat mengadakan rapat dan
memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk pemerintahan sementara.
Tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah
disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan
susunan sebagai berikut:

Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/


Menteri Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim
Mr. T. M. Hassan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri
PPK/Menteri Agama,
Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial,
Pembangunan, Pemuda,
Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
Ir. Mananti Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri
Kesehatan,
Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran.
Prawiranegara mengumumkan penyempurnaan susunan
pimpinan Pemerintah Darurat Republik Indonesia
sebagai berikut:
• Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua merangkap Menteri Pertahanan dan
Penerangan,
• Mr. Susanto Tirtoprojo, Wakil Ketua merangkap Menteri Kehakiman dan
Menteri Pembangunan dan Pemuda,
• Mr. Alexander Andries Maramis, Menteri Luar Negeri (berkedudukan di
New Delhi, India).
• dr. Sukiman, Menteri Dalam Negeri merangkap Menteri Kesehatan.
• Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan.
• Mr. Ignatius J. Kasimo, Menteri Kemakmuran/Pengawas Makanan Rakyat.
• Kyai Haji Masykur, Menteri Agama.
• Mr. T. Moh. Hassan, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
• Ir. Indracahya, Menteri Perhubungan.
• Ir. Mananti Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum.
• Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Perburuhan dan Sosial.
PERUNDINGAN ROEM - ROYEN
LATAR BELAKANG
Diadakannya perjanjian Roem Royen karena adanya serangan tentara
Belanda ke Yogyakarta dan adanya penahanan pemimpin RI, serta
mendapatkan kecamanan dari dunia Internasional.
Dalam Agresi Militer II, Belanda mempropaganda TNI telah hancur, disini
Belanda mendapat kecaman di dunia Internasional terutama Amerika
Serikat.
Perjanjian Roem Royen diselenggarakan mulai dari 14 April sampai 7 mei
1948, pihak Indonesia di wakili oleh Moh. Roem beberpa anggota seperti
Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary.
Untuk pihak Belanda di wakili oleh Dr.J.H. Van Royen dengan anggotanya
seperti Blom, Jacob, dr.Van, dr. Gede, Dr.P.J.Koets, Van Hoogstratendan,
dan Dr. Gieben.
Dengan adanya Agresi Militer Belanda II yang dilancarkan Belanda
mendapat kecaman dan reaksi dari Amerika Serikat dan Inggris, serta
Dewan PBB. Melihat reaksi mliter Belanda sehingga PBB membuat
kewenangan KTN.
Pada tanggal 23 Maret 1949 pihak DK-PBB perintahkan UNCI agar
membantu perundingan antara pihak Republik Indonesia dengan Belanda.
Pada tanggal 17 April 1949 perundingan Roem Royen dimulai dan
bertempat di Jakarta. UNCI sebagai penengah dan diketuai oleh Merle
Cochran dari Amerika Serikat wakil UNCI.
Perundingan berikutnya Indonesia diperkuat dengan hadirnya Drs Moh
Hatta dan juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perjanjian Roem
Royen mulai ditandatangani dan nama perjanjian ini diambil dari kedua
pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Royen.
Perjanjian yang sangat alot sehingga perlunya diperkuat oleh Drs Moh
Hatta yang datang dari pengasingan di Bangka, serta Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta.
Kedatangan Sri Sultan HB IX untuk mempertegas pemerintahan Republik
Indonesia di Yogyakarta.
ISI PERJANJIAN
• Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta
akan dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
• Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah
pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada
tanggal 1 Juli 1949.
• Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den
Haag.
Dalam perundingan Roem Royen, pihak Republik Indonesia tetap berpendirian
bahwa pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta
merupakan kunci pembuka untuk perundingan selanjutnya. Sebaliknya, pihak
Belanda menuntut penghentian perang gerilya oleh Republik Indonesia.
Akhirnya, pada tanggal 7 Mei 1949 berhasil dicapai persetujuan antara pihak
Belanda dengan pihak Indonesia. Kemudian disepakati kesanggupan kedua
belah pihak untuk melaksanakan Resolusi Dewan Keamanan PBB tertanggal
28 Januari 1949 dan persetujuan pada tanggal 23 Maret 1949. Pernyataan
pemerintah Republik Indonesia dibacakan oleh Ketua Delegasi Indonesia Mr.
Mohammad Roem yang berisi antara lain sebagai berikut.

• Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian


perang gerilya.
• Kedua belah pihak bekerja sama dalam hai mengembalikan perdamaian dan
menjaga keamanan serta ketertiban.
• Belanda turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang bertujuan
mempercepat penyerahan kedaulatan lengkap dan tidak bersyarat kepada
negara Republik Indonesia Serikat.
Pernyataan Delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. J.H. van Royen, yang
berisi antara lain sebagai berikut.

• Pemerintah Belanda menyetujui bahwa pemerintah Republik


Indonesia harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban
dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta.
• Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat
para pemimpin Republik Indonesia dan tahanan politik yang
ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948.
• Pemerintah Belanda menyetujui bahwa Republik Indo-nesia
akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
• Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di
Den Haag sesudah pemerintah Republik Indonesia kembali ke
Yogyakarta.
Dampak Perjanjian Roem Royen
• Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan
dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 1949.
• Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah
pemerintahan Republik Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal
1 Juli 1949.
• Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.
KONFERENSI INTER - INDONESIA
Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang
berlangsung antara negara Republik Indonesia dengan negara-
negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda yang
tergabung dalam BFO (Bijenkomst Voor Federal Overslag)
Konferensi Inter Indonesia berlangsung di Yogyakarta pada
tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden Drs.
Mohammad Hatta. Karena simpati dari negara-negara BFO ini
maka pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat dibebaskan
dan BFO jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya
Konferensi Inter-Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi
dilaksanaklannya Konferensi Inter-Indonesia. Soekarno menyebut
konferensi ini sebagai “trace baru” bagi arah perjuangan
Indonesia.
Konferensi ini banyak didominasi perbincangan
mengenai konsep dan teknis pembentukan RIS,
terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak
dan kewajiban antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah. Hasil kesepakatan dari Konferensi
Inter-Indonesia adalah:
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat).
2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada Presiden.
3. RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun dari
kerajaan Belanda.
4. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah
Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
5. Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia
sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari TNI dan
KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya
Sidang kedua Konferensi Inter Indonesia
di selenggrakan di Jakarta pada tanggal 30
Juli dengan keputusan:

1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih


2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahsa Indonesia
4. Presiden RIS dipilih wakil RI dan BFO. Pengisian
anggota MPRS diserahkan kepada kebijakan negara-
negara bagian yang jumlahnya enam belas negara.
Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk
panitia persiapan nasional yang bertugas
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.
KONFERENSI MEJA BUNDAR
(KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan sebuah perundingan tindak
lanjut dari semuaperundingan yang telah ada. KMB dilaksanakan pada
23 Agustus 1949 sampai 2November 1949 di Den Haag, Belanda.
Perundingan ini dilakukan untuk meredam segalabentuk kekerasan
yang dilakukan oleh Belanda yang berujung kegagalan pada
pihakBelanda. KMB adalah sebuah titik terang bagi bangsa Indonesia
untuk memperolehpengakuan kedaulatan dari Belanda, menyelesaikan
sengketa antara Indonesia-Belanda,dan berusaha menjadi negara yang
merdeka dari para penjajah.
Konferensi Meja Bundar diikuti oleh perwakilan dari Indonesia,
Belanda, danperwakilan badan yang mengurusi sengketa antara
Indonesia-Belanda. Berikut ini paradelegasi yang hadir dalam
KMB:
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr.
Mr. Soepomo.
b. BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah melakukan perundingan cukup lama, maka diperoleh hasil dari
konferensi
tersebut. Berikut merupakan hasil KMB:
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1
tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan
catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang
TentaraKerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan
bahwa paraanggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam
kesatuan TNI.
• Konferensi Meja Bundar memberikan dampak yang cukup
menggembirakan bagibangsa Indonesia. Karena sebagian besar hasil
dari KMB berpihak pada bangsa Indonesia,sehingga dampak positif pun
diperoleh Indonesia. Berikut merupakan dampak dari Konferensi Meja
Bundar bagi Indonesia:
a. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera
dapat dimulai.
c. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat.
d. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Selain dampak positif, Indonesia juga memperoleh dampak negatif,
yaitu belum diakuinya Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia.
Sehingga Indonesia masih berusaha untuk memperoleh pengakuan
bahwa Irian Barat merupakan bagian dari NKRI.

Anda mungkin juga menyukai