Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Institut Teknologi Bandung (ITB)

Sejarah Institut Teknologi Bandung (ITB) bermula sejak awal abad ke-20, atas
prakarsa masyarakat penguasa kala itu. Tujuan awal pendiriannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya hubungan antara negeri
Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang
Dunia Pertama. Technische Hoogeschool te Bandoeng (sering disingkat menjadi TH te
Bandoeng, TH Bandung, atau THS) berdiri tanggal 3 Juli 1920 sebagai sekolah tinggi
pertama di Hindia Belanda. TH Bandung dibuka pertama kali dengan satu fakultas yaitu de
Faculteit van Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu bagian yaitu de afdeeling
der Weg- en Waterbouwkunde.
Kampus ITB merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama, Soekarno,
meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil. Lama studi untuk menjadi insinyur
adalah empat tahun. Sampai dengan ditutupnya pada tahun 1942, THS memiliki tiga bagian
(afdeeling) yaitu Sipil (1920), Kimia (1940), Mesin dan Listrik (1941); namun dua bagian
terakhir belum sempat meluluskan seorang insinyur.
Pada masa penjajahan Jepang, upaya untuk membuka kembali perkuliahan TH
Bandung ditolak secara tegas, namun kegiatan penelitian di laboratorium-laboratorium yang
ada di kampus TH Bandung diizinkan. Komunitas laboratorium tersebut dinamakanInstitute
of Tropical Scientific Research (Lembaga Penelitian Ilmiah Tropis) yang diawaki oleh
banyak staf akademik TH Bandung.

Pada tanggal 1 April 1944, THS dibuka kembali oleh Pemerintah Militer Jepang
dengan nama Bandung Kōgyō Daigaku setelah ditutup sejak 8 Maret 1942 dengan
menyerahnya Hindia Belanda di Kalijati. Bandoeng Koogyo Daigaku (BKD) membuka tiga
bagian yaitu Teknik Sipil (Dobubuka), Teknik Kimia (Oyakagabuka), Listrik dan Mesin
(Denki dan Kikaika). Lama studi untuk menjadi insinyur (kogakusi) adalah tiga tahun,
mengikuti kurikulum yang diterapkan di Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo Institute of
Technology) pada masa itu.
Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, pada bulan Agustus 1945, namanya
diubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung) yang membuka tiga bagian
yaitu Bagian Bangunan Jalan dan Air, Bagian Kimia, dan Bagian Mesin dan Listrik dengan
lama studi empat tahun. Pada tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakartanamun
karena serbuan tentara Belanda ke Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1948 STT
Bandung di Yogyakarta terpaksa ditutup. Beberapa waktu kemudian sekolah itu dibuka
kembali pada tahun 1949 dengan hanya menyelenggarakan Bagian Sipil saja dan menjadi
cikal bakal lahirnya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 21 Januari 1946, NICA mendirikan Nood-Universiteit van Nederlandsch
Indie - Universitas Darurat Hindia Belanda di mana salah satu fakultasnya adalahTechnische
Faculteit - Fakultas Teknik - sebagai pengganti STT Bandung di lokasi Kampus THS dulu.
Sebagian besar pengajarnya adalah para mantan pengajar THS yang baru saja dibebaskan dari
kamp interniran Jepang.
Pada tanggal 12 Maret 1947, NICA mendirikan Universiteit van Indonesie yang
berpusat di Jakarta. Kampus THS berikut para pengajarnya dijadikan Faculteit van
Technische Wetenschap. Pada 6 Oktober 1947, Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri. Ini
kemudian menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas
Indonesia di Bandung sejak 2 Februari 1950.
Pada tanggal 2 Maret 1959, didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi
semangat perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah
Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi di Kota Bandung pada tanggal 2 Maret
1959 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1959 tentang Pendirian Institut
Teknologi (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 9 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
1733) yang ditetapkan tanggal 28 Februari 1959. Institut Teknologi yang dipimpin oleh
Presiden Institut Teknologi ini (Pasal 4) mempunyai kedudukan hukum sebagai Universitas
yang pada awalnya terdiri atas departemen ilmu teknik; departemen ilmu pasti dan ilmu alam;
dan departemen ilmu kimia dan ilmu hayat (Pasal 1 dan Pasal 2) - departemen pada waktu itu
mempunyai kedudukan sebagai Fakultas. Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu
Alam Universitas Indonesia secara resmi memisahkan diri (Pasal 3) menjadi Institut
Teknologi Bandung (ITB). Upacara peresmiannya sendiri dipimpin oleh Presiden RI
Ir. Soekarno.
Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus
yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban
misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di
bumi sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan melengkapi
dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan
pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan
jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar
negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul
menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi satuan
kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas menjadi
institusi semi-otonom. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan belajar ke
luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan kepranataan dan proses
belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang makin
dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana mulai
dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi
negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang semula
hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen
Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat Program Studi
S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Kini, dengan suplai tahunan pelajar-pelajar Indonesia terbaik, Institut Teknologi
Bandung merupakan salah satu pusat ilmu sains, teknologi, dan seni terbaik di Indonesia.
Institut Teknologi Bandung juga mendukung para pelajar dan aktivitas sosial mereka dengan
mendukung himpunan mahasiswa yang ada di setiap departemen.
Setiap tahunnya, Institut Teknologi Bandung memilih seorang mahasiswa terbaik
untuk dikirim ke pemilihan mahasiswa teladan nasional. Ganesha Prize adalah nama
penghargaan untuk mereka yang mendapatkan gelar mahasiswa terbaik ini. Penghargaan ini
biasanya diberikan secara resmi pada seremoni penerimaan mahasiswa baru.

Anda mungkin juga menyukai