AKHIR HIDUP
Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun
1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto.
1. Florence Nightingale
Florence Nightingale lahir di Firenze, I talia pada tanggal 12 Mei 1820 dan
dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota
tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota
kelahirannya, Firenze dalam bahasa I talia atau Florence dalam
bahasa I nggris.
Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah
kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan
ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence
Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan
Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan
tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya
cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih
banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.
Perjalanan ke Jerman
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai
seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk
menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil"
untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard
Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of
Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah
membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.
Ditentang oleh keluarga
Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu di I nggris, perawat adalah pekerjaan hina dan
sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil
dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah. Perawat pada masa
itu hina karena :
1. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut"
(keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara
pergi.
2. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam
keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi
sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita
tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak
senonoh
3. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada
perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
4. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Kembali ke Inggris
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu,
seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua
belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya
sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban
lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus
menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan
pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan
karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut
bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan
melaporkannya kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya
pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal
lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,
membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,
termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua
belas prajurit I nggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya
Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang
masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang
menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah
meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari
Berlampu". Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS,
menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena",
yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit
tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu
untukku. ”
Pulang ke Inggris
Karir selanjutnya