Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

DUKUNGAN DAN REAKSI RAKYAT NDONESIA TERHADAP


PROKLAMASI KEERDEKAAN

KELOMPOK 4:
Chesna Azarine
Faradika N.Z.
Hafidz Rakha
Haifa Alya
Khanaya Saifana
Meiline V.H.
Shabrina T.H.

XI MIPA 1

SMAI AL-AZHAR 8 SUMMARECON BEKASI


2018/2019

1
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG……………………………………………………………… .1
PEMBAHASAN……………………………………………………………………. .1
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..6

2
A. LATAR BELAKANG
Perjalanan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan sangatlah panjang. Butuh
perjuangan yang panjang untuk dapat merdeka. Berbagai peristiwa telah terjadi.
Peristiwa itu telah menjadi sebuah warisan yang pada saat ini kita diharapkan dapat
menggali, menganalisis, mengumpulkan, sehinga menjadi sebuah catatan yang
berharga dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Peristiwa sekitar proklamasi dalam makalah ini menceritakan bagaimana
perjuangan para tokoh bangsa yang sangat bersemangat dalam memproklamirkan
kemerdekaannya. Sehingga mencapai sebuah kebebasan dalam Negara.
Peristiwa ini merupakan peristiwa yang harus diingat sepanjang masa oleh rakyat
Indonesia sendiri. Dimana kita akan selalu mengenang jasa-jasa para pahlawan dalam
memerdekakakn Negara Indonesia. Oleh karna itu, sebagai rakyat hedaknya kita
menjadikan peristiwa ini menjadi inspirasi dalam menegakkan Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

B. PEMBAHASAN
Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamasi Kemerdekaan.
17 Agustus 1945 menjadi sebuah hal yang krusial bagi rakyat Indonesia,
kemerdekaan yang sangat ditunggu ini setelah beberapa dekade oleh rakyat kini
telah terjadi, “Merdeka” menjadi salam nasional rakyat Indonesia pada kala itu.
1. Reaksi Langsung dan Spontan.
i. Comite van Actie ( komite aksi )
Utusan laskar perjuangan yang terdiri dari Angkatan Pemuda Indonesia
(API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia
(BBI). Pada, 2 September 1945, diberikannya dukungan terhadap NRI
dengan mengeluarkan manifesto Suara Rakyat no.1.
ii. Dukungan pemimpin keresidenan.
September 1945, pemimpin keresidenan di Jawa menyambut proklamasi
kemerdekaan, dengan menyatakan diri sebagai bagian dari RI dan
mengancam akan bertindak keras terhadap segala tindakan yang
menentang pemerintah RI. Pegawai jepang dirumahkan dan dilarang
memasuki kantor mereka.

1
iii. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Pada 5 September 1945, “ Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” bersifat
kerajaan adalah daerah istimewa dari Negara Indonesia yang dinyatakan
oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Berikut kutipannya :
1) “ Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat” bersifat kerajaan adalah daerah
istimewa dari Negara Indonesia.
2) Memegang pemerintah di wilayah Kesultanan Yogyakarta.
3) Mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah pusat RI dan
sultan Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta
langsung kepada presiden RI.
iv. Peristiwa Lapangan IKADA di Jakarta.
Rapat akbar di Lapangan IKADA ( Ikatan Atletik Dakarta ) pada 19
September 1945 merupakan bentuk protes dan perlawanan terhadap rencana
Jepang menyerahkan kekuasaan kepada sekutu pada 10 September 1945.
Para tokoh pergerakan juga mendengar kabar bahwa Belanda memang
bermaksud berkuasa kembali di Indonesia. Karena ini, Komisi Aksi yang
dipelopori Komisi Aksi Menteng 31 memobilisasi massa serta mendesak
pemerintah untuk hadir dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada pada 19
September 1945 yang bertujuan untuk :
1. Para pemimpin Republik Indonesia dapat berbicara di hadapan
rakyat.
2. Menunjukan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia dapat
meraih kemerdekaan karena perjuangan sendiri.
Pada sekitar pukul 15.00, Soekarno datang ke Lapangan Ikada dan
menyampaikan pidato singkat. Inti pidato itu adalah sebagai berikut :
1. Menegaskan bahwa bangsa Indonesia telah memproklamasikan
kemerdekaanya serta bertekad mempertahankannya.
2. Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah Republik Indonesia.
3. Menuntut rakyat untuk mematuhi kebijakan-kebijakan
pemerintah dengan disiplin.

2
4. Memerintahkan rakyat membubarkan diri meninggalkan
Lapangan dengan tenang untuk menghindari pertumpahan
darah.
Rapat akbar di Lapangan Ikada memiliki makna penting sebagai berikut :
1. Mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan
rakyatnya.
2. Bukti adanya kewibawaan pemerintah Republik
Indonesia terhadap rakyat.
3. Berhasil mengunggah kepercayaan rakyat akan kekuatan
bangsa Indonesia.
Sebagai reaksi atas sikap tidak simpati tentara Jepang terhadap kegiatan di
Lapangan Ikada, beberapa hari kemudian para pejuang menyerbu gudang
senjata Jepang di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

2. Pelucutan senjata dan pengambilalihan aset Jepang


Dipelopori para pemuda, bangsa Indonesia melucuti tentara Jepang dan
menguasai gedung-gedung penting yang di kuasai Jepang. Di Surabaya, para
pemuda gudang Mesiu, markas pertahanan, pangkalan angkatan laut di ujung,
serta pabrik-pabrik yang tersebar di berbagai kota. Perlucutan persenjataan
Jepang dimaksudkan sebagai berikut :
 Mendapatkan senjata untuk modal perang.
 Mencegah agar senjata Jepang tidak jatuh ke tangan sekutu dan tidak
digunakan untuk membunuh rakyat.
a. Surabaya
Peristiwa 19 September 1945 in di latar belakangi tindakan orang-orang
Belanda, yang sebelumnya terjadi menjadi bekas tawanan perang Jepang
menduduki Hotel Yamato serta mengibarkan bendera Belanda yang berwarna
merah, putih, dan biru di puncak hotel tersebut. Tindakan ini dibantu tentara
sekutu. Rakyat Surabaya yang menyaksikan berkibarnya bendera tersebut geram.
Maka, menghindari konflik Residen Sudirman meminta Belanda untuk
menurunkan tersebut, pemintaan ditolak. Kemudian, pemuda menyerbu hotel
tersebut. Dua orang pemuda berhasil naik ke puncak hotel dan menurunkan
bendera. Setelah itu, bagian biru bendera dirobek. Kemudian, bendera merah
putih dikibarkan kembali. Tidak hanya sampai itu, para pejuang merebut

3
kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. 1
Oktober 1945 rakyat merebut Kempetai ( Polisi Rahasia ).
b. Yogyakarta
Kota ini, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada 26 September 1945.
Diawali pemogokan pegawai pemerintah dan perusahaan-perusahaan dikuasai oleh
Jepang. Merka memaksa Jepang untuk menyerahkan semua kantor dan perusahaan
tersebut kepada pemerintah RI. Sementara itu, para pemuda yang bergabung dalam
Badan Keamanan Rakyat (BKR) berusaha melucuti senjata dari tentara Jepang
dengan menyerbu tangsi Otsuka Butai di Kota Baru. Meskipun berhasil menguasai
tangsi tersebut, beberapa pemuda gugur, diantaranya A.M. Sangaji dan Faridan M.
Noto.
c. Banda Aceh
6 Oktober 1945, dibentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 12 Oktober 1945,
pemimpin tentara Jepang memanggil para pemimpin API. Pertemuan tersebut,
pemimpin tentara jepang menyatakan, meskipun Jepang telah kalah, keamanan masih
tanggung jawab mereka sampai tentara sekutu ke Indonesia. Oleh karena itu, Jepang
menegaskan kegiatan mendirikan perkumpulan, apalagi tanpa izin harus dihentikan.
Sedangkan yang sudah terlanjur didirikan harus dibubarkan. Namun, para tokoh dan
pemuda menolak hal tesebut, sehingga terjadi bentrokan yang terus meluas ke tempat
lain, seperti di Langsa, Lho’Nga, dan Ule Lheue. Jepang, melucuti senjatanya, serta
mengibarkan bendera merah putih.
d. Sumatra Selatan
Peristiwa pada tanggal 8 Oktober 1945 ini berawal ketika residen Sumatra
Selatan dr. Abdul Karim Gani bersama seluruh pegawai pemerintahan melakukan
upacara mengibarkan bendera merah putih. Diumumkan juga dalam upacara itu
bahwa seluruh keresidenan Palembang hanya akan tunduk pada pemerintah Republik
Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang tidak menimbulkan korban, karena
orang Jepang di wilayah ini menghindari pertumpahan darah.
e. Semarang
Peristiwa ini dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Semarang karena
berlangsung selama 5 hari, yaitu pada 15-19 Oktober 1945. Pertempuran ini berawal
ketika para pemuda membawa sekitar 400 orang tawanan Jepang dari Pabrik Gula
Cepiring menuju Penjara Bulu di Semarang. Kemudian, muncul desas-desus yang
meresahkan penduduk bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk

4
di Candi. Untuk membuktikan itu, dr. Karyadi melakukan pemeriksaan. Namun,
ketika sedang memeriksa air tersebut, ia ditembak mati oleh tentara Jepang. Peristiwa
itu memicu kemarahan para pemuda, sehingga pada 14 Oktober mereka menyerbu
kantor-kantor pemerintah serta menangkap dan menawan setiap orang Jepang yang
mereka jumpai. Keesokan harinya Jepang membalas dengan menyerang pos-pos para
pemuda. Pertempuran baru berakhir ketika pemimpin TKR (Tentara Keamanan
Rakyat) berunding dengan pasukan Jepang. Upaya perdamaian berhasil dicapai
setelah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada 20 Oktober 1945.
f. Kalimantan
Dukungan terhadap proklamasi dilakukan dengan mengibarkan bendera merah
putih serta mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945, sekitar 8.000 orang
dengan gagah berani berkumpul di kompleks NICA sambal mengarak bendera merah
putih.
g. Sulawesi
Tanggal 13 September 1945 di kota Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap
markas – markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para
pemimpin republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan
Australia.

h. Sumbawa
Pada Desember 1945, rakyat Sumbawa berusaha merebut pos-pos militer Jepang
di Gempe, Sape, dan Raba.

5
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, Ratna. 2017. Sejarah Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga

Sumber Internet
Lintang. Wisvimiar. ----. Reaksi berbagai daerah di Indonesia terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia (online). Tersedia :
https://wisvimiarlin.wordpress.com/2013/03/30/reaksi-berbagai-daerah-di-indonesia-t
erhadap-proklamasi-kemerdekaan-republik-indonesia/
Dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (online). Tersedia :
http://pendidikan60detik.blogspot.com/2016/01/dukungan-terhadap-proklamasi.html

Anda mungkin juga menyukai