Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam konteks sosial budaya Indonesia selama ini, perempuan selalu
ditempatkan dalam strata sosial kelas dua (Lestari, 2011). Menurut Lestari (2011)
perempuan menjalankan fungsi yang berbeda dengan laki-laki baik secara fisik
maupun psikisnya. Secara fisik, perempuan melahirkan anak. Konsekuensinya,
perempuan bisa merawat, menyusui, mengasuh, dan memberikan kasih sayang
dengan perasaan keibuan. Melahirkan anak merupakan fungsi perempuan secara
nyata dalam kehidupan masyarakat. Berbeda dengan perempuan, karena dianggap
memiliki fisik yang kuat, laki-laki perperan mencari nafkah dan melakukan
pekerjaan yang lebih berat. Perempuan Indonesia identik dengan sumur, dapur,
kasur. Artinya, kegiatan perempuan hanya sebatas berurusan dengan domestik
saja, yakni mencuci, memasak, dan mengurus rumah tangga.
Pembagian peran laki-laki dan perempuan seperti di atas menyebabkan
adanya anggapan keliru tentang perempuan. Ada anggapan bahwa perempuan
merupakan mahluk yang lemah dan laki-laki adalah manusia kuat (Lestari, 2011).
Realitas tersebut berdampak pada penolakan kaum perempuan atas dominasi laki-
laki. Disebutkan, budaya patriarki merupakan sistem yang paling bertanggung
jawab atas proses pendiskriminasian perempuan untuk terus hidup dalam ruang
domestik. Banyak elemen masyarakat menginginkan perempuan keluar dari
urusan domestik dan masuk ke urusan publik.
Idealnya, perempuan dan laki-laki ditempatkan dan diperlakukan sama
dalam semua bidang kehidupan. Dalam bidang sosial dan budaya, perempuan
tidak hanya mencuci, memasak, dan mengurus rumah tangga tetapi juga
berkecimpung di wilayah publik (di luar urusan rumah tangga) seperti menjadi
pemimpin di berbagai bidang, karyawan, politisi, dan lain-lain.

1
Faktanya, perempuan NTT, termasuk perempuan di Desa Rana Mbata,
masih menjadi korban diskriminasi sistem budaya patriarki. Data menunjukkan,
banyak perempuan NTT yang terpaksa harus menjadi korban dari kekejaman
sistem patriarki tersebut.
Berkaitan dengan masalah yang menimpa kaum perempuan, Komnas
Perempuan memberikan beberapa rekomendasi penting. Semua pihak terkait
menciptakan situasi kondusif untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan
dan memenuhi hak korban. Keberanian korban melaporkan kasus-kasusnya harus
direspons dengan penanganan yang berprinsip pada HAM perempuan dan
kepentingan korban untuk mendapatkan keadilan (Komnas Perempuan, 2019).
Pemerintah Provinsi NTT memiliki kepedualian terhadap perempuan.
Buktinya, pemerintah berupaya mengeluarkan kebijakan yang dapat
meningkatkan martabat perempuan. Melibatkan perempuan dalam berbagai
bidang kehidupan merupakan salah satu jawaban atas tersingkirnya kaum
perempuan dari ruang publik. Program desa adat merupakan salah satu contoh
penting kepedulian pemerintah akan keberadaan perempuan. Program desa ada
berupaya mengembalikan kaum perempuan ke ruang publik (Laporan Pemerintah
Provinsi NTT, 2018).
Di Kabupaten Manggarai Timur, tarian tradisional seperti sanda, mbata,
dan danding perlahan-lahan hilang di masyarakat. Hampir sebagian besar kaum
muda dan perempuan tidak lagi mengetahui dan mengerti tentang budayanya
sendiri. Kaum muda dan perempuan kesulitan menampilkan identitas budayanya
sendiri. Sanda, mbata, dan danding merupakan seni tradisional Manggarai yang
menyertakan tarian dan nyanyian sekaligus. Ketiga tarian ini dilakukan pada saat
upacara syukur panen (penti), acara penerimaan tamu, dan upacara kematian.
Aspek seni dan budaya dianggap tepat untuk mengidentifikasi peran
perempuan di ruang publik karena aspek ini sangat dekat dengan perempuan.
Salah satu lembaga sosial yang tumbuh dan berakar di masyarakat adalah Sanggar
Budaya Wela Runus. Sanggar budaya ini terdapat di Desa Rana Mbata,

2
Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur berusaha memaksimalkan
peran perempuan di bidang seni budaya. Saat ini, Sanggar Budaya Wela Runus
beranggotakan 40-an orang yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 30
orang.
Observasi awal menunjukkan, perempuan di Desa Rana Mbata hanya
berperan di sumur, dapur dan kasur. Padahal, dalam diri perempuan terdapat
harapan agar dapat berperan dan menunjukkan dirinya di wilayah publik. Merujuk
pada peran perempuan, peran tersebut dibagi atas tiga peran yaitu peran normatif,
peran ideal dan peran faktual (Soekanto, 2002).
Peran normatif adalah peran perempuan sesuai aturan sebuah lembaga
atau organisasi. Aturan yang dimaksud berbentuk aturan tertulis maupun lisan.
Dalam konteks penelitian ini, peran perempuan secara normatif merupakan peran
yang dilakukan sesuai aturan yang tidak tertulis. Peran ideal adalah peran
seseorang sesuai nilai-nilai ideal atau sesuai yang diharapkan seperti dapat
menyanyikan lagu adat dan berpakayan adat secara sopan. Peran faktual adalah
peran yang benar-benar terjadi secara nyata, misalnya menyanyikan lagu adat dan
menari tarian adat. Diketahui bahwa, secara umum dalam bidang seni budaya,
perempuan di Desa Rana Mbata melaksanakan tiga peran ini sekaligus. Selama
ini, ketiga peran tersebut dilaksanakan secara fleksibel. Perubahan mulai ada
ketika perempuan mulai mengikuti kegiatan seni budaya di Sanggar Wela Runus.
Usaha sanggar budaya ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kaum
perempuan dalam bidang seni budaya. Pegiat seni di desa ini menyadari bahwa
perempuan memiliki potensi besar dalam menanamkan nilai sosial dan budaya
kepada generasi muda. Jalur seni dan budaya dipakai sebagai media agar kaum
perempuan di Desa Rana Mbata dapat berkiprah di ruang publik.
Observasi awal menunjukkan banyak tradisi, budaya lokal, dan beberapa
lagu daerah perlahan-lahan menghilang di Desa Rana Mbata. Nilai-nilai baru
yang berasal dari luar yang dibawah melalui berbagai media merupakan faktor
penting menghilangnya berbagai keutamaan lokal di sana. Modernisasi dengan

3
perkembangan teknologi informasi disebut sebagai hal utama yang menyebabkan
praktik budaya lokal perlahan-lahan menghilang.
Oleh karena itu, usaha menanamkan dan menemukan kembali budaya
lokal yang telah punah tersebut menuntut peran kaum perempuan di Desa Rana
Mbata. Dalam bidang sosial dan budaya, lembaga ini sering diminta untuk
mementaskan tarian dan nyanyian adat pada saat kegiatan adat dilakukan baik di
desa maupun di luar desa. Perempuan desa berperan penting dalam melatih dan
mementaskan budaya dan lagu-lagu adat tersebut.

Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti


tentang judul yang berjudul Peran Perempuan dalam Bidang Seni Budaya
(Studi Kasus di Sanggar Budaya Wela Runus, Desa Rana Mbata, Kecamatan
Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur)

B. Masalah Penelitian

Masalah penelitian ini ialah:

1. Bagaimanakah peran normatif perempuan dalam bidang seni budaya di


Sanggar Budaya wela runus Desa Rana Mbata Kecamatan Kota Komba
Kabupaten manggarai Timur?
2. Bagaimanakah peran ideal perempuan dalam bidang seni budaya di
Sanggar Budaya wela runus Desa Rana Mbata Kecamatan Kota Komba
Kabupaten manggarai Timur?
3. Bagaimanakah peran faktual perempuan dalam bidang seni budaya di
Sanggar Budaya wela runus Desa Rana Mbata Kecamatan Kota Komba
Kabupaten manggarai Timur?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan

4
a. Untuk mengetahui peran normatif kaum perempuan pada sanggar budaya
wela runus.
b. Untuk mengetahui peran ideal kaum perempuan di Sanggar Budaya wela
runus
c. Untuk mengetahui peran faktual kaum perempuan di Sanggar Budaya
wela runus
2. Manfaat
1. Secara teoritis
Untuk menambah kajian ilmu pengetahuan dalam ranah pendidikan luar
sekolah khususnya peran perempuan dalam bidang seni budaya.
2. Secara praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperluas
wawasan ilmu pengetahuan, serta sebagai sarana dalam menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti selama perkuliahan.
b. Bagi peran perempuan
memberikan kekuatan dan kemampuan terhadap potensi yang
dimiliki kaum perempuan agar dapat diaktualisasikan secara optimal
dalam prosesnya dan menempatkan perempuan sebagai manusia
seutuhnya.
c. Bagi masyarakat
Memberi informasi dampak positif tentang peran perempuan dalam
bidang seni budaya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Peran ialah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan dinamis sesuai dengan
status atau juga kedudukan yang disandang. Status serta kedudukan tersebut sesuai
dengan keteraturan sosial, bahkan dalam keteruran tindakan semuanya itu disesuaikan
dengan peran yang berbeda (Soekanto dalam Fibiansani, 2018).

Menurut Riyadi (2002), peran merupakan sebuah orientasi atau konsep yang
terbentuk disebabkan karena suatu pihak dalam oposisi sosial di kehidupan
masyarakat. Hal tersebut didasari pada individu dan juga alasan untuk
melangsungkan tindakan yang diinginkan. Sedangkan menurut Suhardono (1994)
peran dapat diartikan sebagai suatu patokan atau ukuran yang terdapat dalam
kehidupan manusia sehingga berfungsi untuk dapat membatasi perilaku dalam tiap-
tiap posisi.

Menurut Soekanto (dalam Fibiansani, 2018), adapun jenis-jenis peran ini di


antaranya sebagai berikut:

1. Peran Normatif
Peranan normatif adalah peran yang dilakukan seseorang atau lembaga yang
didasarkan pada seperangkat norma yang dilakukan berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
2. Peran ideal
Peran ideal adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang
didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai
dengan kedudukannya didalam suatu sistem.

6
3. Peran faktual
Peran faktual adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang
didasarkan pada kenyataan secara kongkret dilapangan atau kehidupan sosial
yang terjadi secara nyata.

Ketiga peran di atas berkaitan dengan penelitian ini terutama untuk melihat
peran perempuan dalam bidang seni budaya. Ketiganya berkaitan satu sama lain.
Peran normatif berkaitan dengan peran ideal, peran ideal berhubungan dengan peran
faktual. Dalam kehidupan sosial, ketiga peran tersebut bisa berlaku efektif untuk
masing-masing peran tetapi bisa juga hanya satu peran yang lebih dominan.

B. Konsep Perempuan
Memahami pengertian perempuan tentunya tidak bisa lepas dari persoalan
gender dan seks. Perempuan dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat yang
melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. Sedangkan perempuan dalam
pengertian seks merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat
reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil,
melahirkan dan menyusui.
Perempuan adalah kata yang kurang halus (kasar) dari Bahasa Indonesia
untuk kata wanita dalam Bahasa Melayu. Kaum feminis Indonesia tidak suka
menggunakan kata wanita, mereka lebih suka menggunakan kata perempuan. Adapun
nama yang dimaksud dengan wanita atau perempuan sama saja. Yaitu jenis makhluk
yang berjasa bagi spesiesnya secara biologis. Wanita atau perempuanlah yang
memungkinkan manusia bisa bertambah banyak dan berganti gerenasi. Ironisnya
keunggulan secara biologis ini sering dilupakan lawan jenisnya yang cenderung
memperalat mereka untuk dijadikan mesin reproduksi manusia (Nasaruddin Umar,
1999).

7
Pengertian Konsep Gender diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial untuk
menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan
Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang dipelajari dan disosialisasikan sejak
kecil. Pembedaan ini sangat penting, karena selama ini sering sekali mencampur
adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bersifat bukan kodrati
(gender). Perbedaan peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan
kembali tentang pembagian peran yang selama ini dianggap telah melekat pada
manusia perempuan dan laki-laki untuk membangun gambaran relasi gender yang
dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan
dan laki-laki dalam masyarakatnya. Secara umum adanya gender telah melahirkan
perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia
beraktivitas.
Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita,
sehingga kita sering lupa seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan
abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh
perempuan dan laki-laki. Kata “gender” dapat diartikan sebagai perbedaan peran,
fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari
bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan
antar manusia yang tidak bersifat kodrati. Oleh karenanya gender bervariasi dari satu
tempat ke tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Gender tidak bersifat
kodrati, dapat berubahdan dapat dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya
tergantung waktu dan budaya setempat.
Dari uraian di atas, bahwa peran perempuan sangat penting dalam berbagai
aspek terutama dalam seni budaya. Penelitian ini ingin melihat seberapa besar
tanggung jawab seorang perempuan dalam dunia seni budaya yang selama ini
dianggap bahwa perempuan hanya mampu mengurus tentang apa yang disebut

8
dengan pekerjaan domestic saja sekalikus menepis anggapan masyarakat umum yang
mengesampingkan peran perempuan.

C. Seni Budaya

Seni dan Budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena
disetiap seni pasti mengandung kebudayaan yang khas dan begitu pula sebaliknya,
pada setiap kebudayaan pasti mengandung nilai seni yang indah. Menurut (Sachari,
2005:5) Seni merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta yaitu sani. Yang berarti
pemujaan, pelayanan dan persembahan. Sehingga kata tersebut memiliki ikatan erat
dengan suatu upacara keagamaan atau biasa dikenal dengan nama ”kesenian”. Seni
sendiri juga dapat diartikan sebagai kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur
tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengelolahan diri manusia secara tekun
untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani manusia. Seni
merupakan ekspresi manusia yang akan berkembangan menjadi budaya manusia.

Budaya atau Kebudayaan, dalam bahasa inggris, kebudayaaan disebut culture,


yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengelolah atau Culture atau cultuur bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Dengan demikian, kata budaya
ada hubungannya dengan kemampuan manusia dalam mengelolah sumber-sumber
kehidupan, dalam hal ini pertanian. Kata culture juga kadang diterjemakan sebagi
kultur dalam bahasa Indoesia. Kebudayaan juga mengandung hasil kegiatan pada
suatu masyarakat seperti pendapat yang dikemukakan oleh Edward B. Taylor dalam
(Ahmad, 2005:32) bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.

9
Dari penjelasan di atas, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
sebagai sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pemikiran manusia. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Dalam dunia pendidikan, pendidikan sendiri adalah setiap usaha, pengaruh


perlindungan dan bantuan yang memberikan kepada anak bertujuan kepada
kedewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datang dari orang dewasa (atau
yang diciptakan oleh orang dewasa seperti buku, sekolah, putaran hidup sehari-hari,
dan sebagainya) dan tujuan kepada orang yang belum dewasa yang dikemukakan oleh
Langeveld dalam (Hasbullah, 1999:2). Yang berarti pendidikan merupakan tujuan
yang dimana untuk membantu setiap insan yang lebih muda untuk dapat menentukan
yang akan dilakukan pada masa depan. Pendidikan seni budaya pada dasarnya
merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya yang aspek-aspeknya, meliputi:
seni rupa, seni musik, seni tari, dan juga keterampilan. Pendidikan kesenian
sebagaimana yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam (Hasbullah, 1999:4),
merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan
seni di sekolah, dapat dijadikan dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan
kepribadian, berakhlak mulia. Pendidikan seni budaya disekolah sangat penting
keberadaanya, karena pendidikan ini memiliki sifat multilingual, multidimensiona,
dan multikultur.

Pada hakikatnya pendidikan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan


dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Badan Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapt dalam satu mata pelajaran

10
karena budaya itu sendiri, yakni meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata
pelajaran seni budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi
dengan seni. Oleh karena itu, mata peljaran seni budaya pada dasarnya merupakan
pendidikan seni yang berbasis budaya.

KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN

Peran
perempuan

Peran Normatif
Peran Ideal Peran Faktual

Peningkatan peran perempuan di Desa Rana Mbata,


Kecamatan Kota Komba dalam bidang seni budaya.

Bagan di atas menjelaskan bahwa peran perempuan terdiri dari tiga yaitu
peran normatif, peran ideal dan peran faktual. Peran Normatif adalah peran yang
dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang
dilakukan berlaku dalam kehidupan masyarakat. Peran ideal adalah peranan yang

11
dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau
yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem. Peran
faktual adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga yang didasarkan pada
kenyataan secara kongkrit dilapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan Penelitian


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
deskriptif karena dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa data yang
menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka-angka. Hal ini karena
pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan ilmiah yang mengungkap situasi social
tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, di bentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknik pengumpulan analisis data yang relevan yang diperoleh dari
situasi yang alamiah.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Budaya Wela Runus, Desa Rana


Mbata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Sanggar wela runus
didirikan pada tahun 2012. Saat ini, Sanggar Budaya Wela Runus beranggotakan 40-
an. Laki-laki 10 0rang dan perempuan 30 orang. Lembaga ini dipilih sebagai obyek
penelitian karena sanggar budaya wela runus memiliki program terutama pada kaum
perempuan. Selain itu, lembaga yang terdapat di Desa Rana Mbata ini menjadi satu-
satunya lembaga yang mementaskan budaya dan tradisi secara konsisten tidak saja
untuk kegiatan di desa tetapi juga di luar desa.

12
C. Fokus Penelitian
Penelitian perlu memfokuskan pada masalah tertentu. Fokus dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran normatif perempuan di Sanggar Budaya wela runus
2. Bagaimanakah peran ideal perempuan di Sanggar Budaya wela runus
3. Bagaimanakah peran faktual perempuan di Sanggar Budaya wela runus
4. Praktik budaya yang diikuti sanggar budaya wela runus dalam mempertahankan
budaya lokal Manggarai Timur.
D. Sumber Data Penelitian
a. Data perimer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara dari
sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs atau manusia.
Seorang peneliti social bisa mendapatkan data-data primer dengan cara
menyebarkan kuisioner, melakukan wawancara, atau melakukan pengamatan
langsung terhadap suatu aktifitas masyarakat.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen - dokumen
(laporan, karya tulis orang lain, Koran majalah).
E. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sumber data atau sumber
informasi oleh peneliti. Subjek dalam penilitian ini adalah 10 0rang perempuan yang
merupakan anggota sanggar budaya wela runus.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamatiLangsung, melihat dan mengambil suatu data yang dibutuhkan
di tempat Penelitian itu dilakukan. Observasi juga bisa diartikan sebagai

13
proses yang Yang kompleks. Pengumpulan data yang dilakukan di Desa
Rana Mbata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka langsung dengan narasumber dengan cara
tanya jawab langsung. Wawancara dilakukan dengan ketua sanggar dan
anggota yang berhubungan dengan data yang terkait.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara melihat langsung sumber-sumber
Dokumen yang terkait. Dengan arti lain bahwa dokumentasi sebagai
Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik.

Digunakan Sebagai mendukung kelengkapan data yang lain.


G. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian dilakukan agar dapat dihasilkan
temuan dan interpretasi data yang sah dan dapat diterima semua pihak. Oleh karena
itu diperlukan kredibilitas melalui berbagai instrumen: luangkan waktu sebaik
mungkin peneliti dilapangan, observasi yang intensif, trianggulasi (menggunakan
beberapa metode, sumber, peneliti, dan teori), pembahasan teman sejawat.
Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat tidaknya ditransfer ke latar lain
(transferability), pada konteksnya (dependability), dan dapat tidaknya di
konfirmasikan kepada sumbernya (comfirmability) (Moleong dalam Harsono, 2008:
172).
Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian
antara lain efektivitas penggunaan waktu. Pemakaian waktu peneliti dilapangan
diusahakan berjalan secara efektif, hal ini sangat penting khususnya untuk
menghindarkan diri dari kegiatan yang sia-sia, misalnya terjebak pada pembicaraan
yang tidak sesuai dengan fokus. Semua kegiatan yang dilakukan di lapangan tidak

14
lain adalah untuk mencari data, baik data awal, data berjalan, ataupun informasi yang
bersifat recheck.
Dengan demikian peneliti menerapkan prinsip fleksibel, karena mungkin ada
kegiatan inti pengumpulan data dan ada kegiatan penunjang dalam rangka penggalian
data. Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu pedoman untuk menggali data di
lapangan, antara lain pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman studi
dokumentasi. Selanjutnya peneliti terjun ke lokasi penelitian dan menyampaikan
maksud tujuan kehadirannya. Setelah itu proses penggalian data dilakukan sesuai
dengan pedoman. Dalam melalukan wawancara terhadap subjek kadang-kadang
pembicaraan keluar dari fokus, maka peneliti segera mengembalikan pembicaraan
pada fokusnya. Atau jika penjelasan yang disampaikan sunjek kadang - kadang
kurang lengkap, maka peneliti terus mengejar dengan pertanyaan sampai informasi
yang didapat lengkap.
Teknik berikutnya yang dipakai peneliti yaitu dengan observasi intensif.
Teknik ini dipakai supaya diperoleh informasi yang tajam, dalam, dan akurat hingga
sampai pada akar informasi. Informasi yang diharapkan diperoleh berkaitan dengan
pengalaman, penglihatan, pemikiran informan yang sesuai dengan topic khusus yang
dikaji. Peneliti menjalin kedekatan emosional dengan warga masyarakat dengan cara
berbaur mengikuti aktifitas mereka.
Teknik selanjutnya yaitu dengan cara trianggulasi. Trianggulasi diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2009:273). Dengan demikian terdapat
trianggulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan jalan membandingkan dan
mengecek informasi atau data yang diperoleh dari wawancara dengan hasil
pengamatan, dengan teori yang ada dan mencocokan dengan nara sumber.
Teknik berikutnya yang digunakan peneliti yaitu pengecekan anggota menurut
Moleong (2006:335) pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan.

15
Selanjutnya dijelaskan bahwa data yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi
data, kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan (Moleong, 2006:335). Pengecekan
anggota (member check) berarti memperbanyak atau memperlihatkan sajian dan
olahan data kepada informan yang bersangkutan untuk diperiksa kebenarannya.
Dalam penelitian ini pengecekan anggota dilakukan dengan cara memperlihatkan data
yang sudah diolah dari hasi wawancara, observasi maupun dokumentasi kepada
penyelenggara. Mereka diminta untuk memeriksa kebenaran data yang sudah di
peroleh tersebut. Dari hasil pengecekan anggota ini, maka data yang akan disajikan
dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
H. Analisis Data
Menganalisis data penelitian sesuai dengan model analisis Miles dan
Hiberman, dalam (Sugiono, 2012) yaitu model analisis interaktif. Langka-langka
analisis berikut meliputi:
a. Koleksi Data (Data Colection)
Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting,
karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka peruses penelitian
akan berlansung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah
yang sudah ditetapkan.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya, misal pada
bidang pendidikan, setelah peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat
penelitian, maka dalam mereduksi data penelit akan memfokuskan pada murid
yang memiliki kecerdasan tinggi dengan mengkategorikan pada gaya aspek
belajar, perilaku sosial, interaksi dengan keluarga, dan lingkungan.
c. Penyajian Data (Display Data)
Penyajian data berarti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan atara kategori. Menyajikan data yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami

16
apa yang terjadi, merencanakan kerjah selanjudnya berdasarkan apa yang
dipahami.
d. Conclution Drawing/ verification
Langka terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mugkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan
rumusan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang
setelah peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran
yang sebelumnya belum jelas dapat berupa hubungan kausal/ interaktif dan
hipotesis / teori.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi


Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora, 2008).

Ahmad Tanzeh, 2004. Metode Penelitian Praktis. Jakarta: PT. Bina Ilmu.

Ambary, Hasan Muarif dan Nurcholis Madjid. 1993. Ensiklopedi Islam. Jakarta,
Iktiar Baru Van Hoeve.

Amin Kuncoro dan Kadar, “Pengaruh Pemberdayaan dan Peningkatan Sumber Daya
Ekonomi Keluarga, Buana Gender”, LP2M IAIN Surakarta, Vol.1 No.1,
Januari Juni 2016, ISSN: 2527-8096.

Arikunto, Suharismi 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta:Rineka Cipta.

Carver, C.S dan Scheier, M.F.,1998. On the Self-Regulation of Behavior.


Cambridge,UK: Cambridge University Press.

Fahrudin, Adi. 2012. Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas


Masyarakat, Bandung: Humaniora.

Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

18
Fibiansani, Dessy. 2018. Peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara
Dalam Pemenuhan Uang Layak Edar. Skripsi, Jurusan D-III Perbankan
Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Lestari, Puji. 2011. Peranan Dan Status Perempuan Dalam Sistem Sosial.
DIMENSIA, Volume 5, No. 1, Maret 2011.

Moleong, Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Muhtar, Yanti. (2002). Makalah “Pendidikan Berperspektif Keadilan Gender”,


dalam rangka Seminar Pengarusutamaan Gender, di Depdiknas Jakarta, 5
Desember 2002.

Parawansa, Khafifah Indar. 2006. Mungukur Paradigma Menembus Tradisi. Jakarta:


Pustaka LP3ES.

Prijono,O.S., dan Pranarka,A.M.W. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan


Implementasi. CSIS. Jakarta

Riza, Risyanti dan Roesmidi. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang :


Alqaprint Jatinangor.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung Alfabeta.

Sulastianto, Harry, dkk., 2006. Seni dan Budaya. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Umar, Nasaruddin. 1999. Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif al-Qur’an,


(Jakarta: Paramadina.

WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,


1976). Fatima Mernissi, Wanita dalam Islam, terj. Yaziar Radianti, (Bandung,
Pustaka, 1991).

19
https://satujam.com/pengertian-seni-budaya). (Sumber: Puspitawati, H. 2012.Gender
dan Keluarga: Konsep dan Realitadi Indonesia. PT IPB Press.Bogor.

20

Anda mungkin juga menyukai