Anda di halaman 1dari 25

Tradition of Excellence

Kuliah 6

FEMINISME
DAN
ISU KESENJANGAN GENDER
Sub pokok bahasan Tradition of Excellence

1. Akibat Pembedaan Gender


2. Isu-isu Kesenjangan Gender dalam Pembangunan
• Stereotipe
• Beban Kerja
• Marginalisasi
• Subordinasi
• Kekerasan

2
Pembedaan Gender mengakibatkan Tradition of Excellence

• pembedaan perilaku, kegiatan, dan tanggung jawab laki-laki &


perempuan berdasarkan nilai-nilai sosial dan budaya.
• pembedaan sifat/karakter, ruang lingkup kerja (misal domestik untuk
perempuan & ranah publik untuk laki-laki)
• pembedaan watak kerja (misal perempuan dianggap pencari nafkah
tambahan dan laki-laki pencari nafkah utama), dan pembedaan citra
antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat (misal perempuan
dianggap lebih lemah dan laki-laki dianggap lebih kuat)
• kesenjangan dan atau ketidakadilan gender.

3
ISU KESENJANGAN GENDER DALAM REALITAS SOSIAL
Tradition of Excellence

1. perendahan/subordinasi status perempuan


2. ketidaktampakan peran
3. bias gender
4. Diskriminasi
5. Pelecehan
6. Eksploitasi
7. perdagangan perempuan (dan anak)
8. rendahnya posisi tawar menawar
9. rendahnya akses pengambilan keputusan politik
10.perencanaan & pelaksanaan pemb. belum peka gender
11.keterbatasan kesempatan aktualisasi diri
12.tindak kekerasan
13.pelanggaran HAM lainnya pada perempuan
4
Tradition of Excellence

Isu-isu Kesenjangan Gender dalam Pembangunan


(Mansour Fakih 2000)
• Stereotipe
• Beban Kerja
• Marginalisasi
• Subordinasi
• Kekerasan

5
1. Stereotipe
Tradition of Excellence
Stereotype : typecast, label, pigeonhole, categorize, cast, fix
Stereotipe = pelabelan /penandaan terhadap suatu kelompok tertentu

Banyak peraturan pemerintah, aturan keagamaan, kultur dan kebiasaan masyarakat dikembangkan
atas dasar stereotipe tsb
Contoh :
1. laki-laki = pencari nafkah
 pekerjaan perempuan = ‘tambahan’ ; mengisi ‘waktu luang’  boleh saja dibayar lebih rendah
2. asumsi perempuan bersolek untuk memancing perhatian lawan jenis  masyarakat cenderung
menyalahkan korban (kasus kekerasan, pelecehan seksual atau perkosaan)
3. anggapan perempuan bersifat patuh, memiliki jemari yang trampil dan lebih tahan melakukan
pekerjaan yang monoton dan repetitif  sesuai untuk bekerja di pabrik sepatu, tekstil, elektronik, dan
garmen
Tradition of Excellence
Contoh Stereotipe (Noerdin (ed), WRI, 2011)

“Di daerah pedesaan di Lombok Tengah, perempuan harus membantu suami mereka
sebagai buruh tani selama musim menanam dan panen. Perempuan menerima upah
antara Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000 per hari, sementara laki-laki menerima antara Rp.
15.000 sampai Rp. 25.000 untuk setengah hari kerja”
“Tugas domestik menekankan bahwa tempat perempuan adalah di dalam rumah, di sisi
lain harus memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melangkah keluar rumah. Sering
kali jenis pekerjaan yang diambil oleh perempuan di luar rumah serupa dengan tugas
dan peran mereka di dalam rumah tangga (misalnya sebagai PRT dan pengasuh
anak/orang lanjut usia) Penghasilan perempuan dianggap sebagai tambahan dari nafkah
suaminya, suatu persepsi sosial yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan”
7
2. Beban kerja Tradition of Excellence

Unger dan Crawford, 1992


• perempuan dipandang bertanggung-jawab atas semua pekerjaan
domestik  beban kerja domestik lebih banyak lebih lama
• “pekerjaan perempuan” dinilai lebih rendah dibanding “pekerjaan laki-
laki” dikategorikan “bukan produktif”  tidak diperhitungkan
dalam statistik ekonomi negara
• beban ganda = kerja nafkah + mengurus rmt + memelihara anak
Tradition of Excellence
Beban Kerja (Lanjt…)
- perempuan sejak dini disosialisasi u/ menekuni peran
gender, lelaki secara kultural tidak diwajibkan
- perempuan dipandang bertanggungjawab atas semua
pekerjaan domestik  beban kerja domestik lebih banyak
dan lebih lama
 “pekerjaan perempuan” dinilai lebih rendah Tradition of Excellence

dibandingkan “pekerjaan lelaki” .

Pekerjaan perempuan dikategorikan “bukan produktif”


sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi
negara.

Perempuan kelas menengah dan kaya  beban kerja


dilimpahkan pada PRT  pemindahan marjinalisasi,
subordinasi, dan beban kerja
Beban Kerja (Lanjt…) Tradition of Excellence
Contoh Beban Kerja Ganda
“ Perempuan miskin di Sumba Barat harus bangun dini
hari lalu memasak sarapan untuk suaminya yang akan
bekerja di ladang, mengasuh anak-anak mereka dan
selama musim kering mereka harus berjalan hampir
dua jam untuk mengambil air minum dari mata air di
tengah hutan”.
Tradition of Excellence
Fakta bahwa perempuan bekerja lebih lama tidak
memperbaiki situasi ekonomi mereka karena pekerjaan
domestik merupakan pekerjaan tanpa bayaran.

“ Dalam banyak kasus, perempuan harus bekerja untuk mendapatkan


penghasilan bagi keluarga mereka dan ini memberikan beban ganda sebagai
pencari nafkah dan tenaga domestik. Beban ganda ini berbahaya bagi
kesehatan reproduksi perempuan, bahkan ketika mereka hamil, perempuan
harus terus bekerja dari pagi sampai malam”.
3. Marjinalisasi Tradition of Excellence

Marginalization: prevent from having attention or power: to


take or keep somebody or something away from the center of
attention, influence, or power
Marjinalisasi = proses penyingkiran (Saptari&Holzner 1997)
Domestikasi = proses pembatasan ruang gerak perempuan ke
arena domestik saja (Rogers 1980:22-26)
Pengiburumahtanggaan (housewifization) = proses pen-
definisian sosial perempuan sebagai ibu rumahtangga (Mies
1986:22-26)
Marjinalisasi (Lanjt…)
Tradition of Excellence

Marjinalisasi (Scott dikutip Saptari 1997:8-9)


1. proses pengucilan/exclusion dari kerja upahan atau dari jenis-jenis
kerja upahan tertentu
2. proses penggeseran perempuan ke pinggiran (margins) dr pasar
tenagakerja  kerja perempuan: tidak stabil, upah rendah, tidak
trampil
3. proses feminisasi atau segregasi pekerjaan
4. proses ketimpangan ekonomi yg makin meningkat disebabkan
ketimpangan upah antara laki-laki dan perempuan
Marjinalisasi (Lanjt…)
Tradition of Excellence

• Contoh Feminiisasi Kemiskinan: Untuk konteks Indonesia tahun 2010, bahwa 64,23 persen
dari 31,02 juta penduduk miskin, hidup di daerah pedesaan dan dengan 80 persen penduduk
bekerja di sektor pertanian, dan 70-80 persen pekerja di sektor pertanian adalah perempuan
(BPS, 2011)
• Data PBB memperlihatkan sepertiga dari penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan
70 persen adalah perempuan.
• Di Indonesia, ada berbagai dimensi kemiskinan yang menimpa perempuan: akibat posisi tawar
yang lemah di dalam masyarakat, kultur yang represif, miskin akibat bencana dan konflik,
diskriminasi di ruang publik dan domestik, serta ketidakpedulian negara dalam mengeluarkan
kebijakan yang bermanfaat guna mengentaskan perempuan dari kemiskinan (YJP,2005).
 Feminisasi kemiskinan: kemiskinan memiliki wajah perempuan/poverty has a women face
(UNDP,1995)
Marjinalisasi (Lanjt…)
Tradition of Excellence

• Kemiskinan perempuan disebabkan banyak faktor, dapat ditelaah melalui dua hal
(Cahyono,2005).
• Pertama, dari perspektif ekonomi. Perempuan miskin senantiasa kesulitan untuk
mendapatkan akses sumber daya ekonomi. Untuk bekerja, mereka tidak diakui dan dan
tidak dihargai dan jika menerima upah biasanya lebih kecil dari upah laki-laki untuk jenis
dan beban kerja yang sama.
• Kedua, dari perspektif politik. Perempuan tidak terwakili secara proporsional di antara
kelompok miskin dan tak punya kekuasaan. Kemiskinan perempuan ini antara lain:
kerentanan hidup (vulnerability), kesempatan dan suara (voicelessness and powerlessness),
serta didukung pemerintah yang bias gender (male- biased governance systems).
4.Subordinasi
Tradition of Excellence

Subordination: relegation to a secondary position: the assignment of somebody or something to a


position of secondary importance, status, or rank
(Microsoft® Encarta® Reference Library 2005)

Subornination = relegation, demotion, reduction, subservience


 tanpa menganggap penting ; penomor-duaan

“subordinasi….memungkinkan adanya perbenturan antara orang yg dominan dan yg subordinat.


Di dalamnya terkandung pula penerimaan sukarela atas status yg subordinat dgn diperolehnya
perlindungan dan privilese sebagai gantinya….
(Lerner (1986:234)
Subordinasi (Lanjt…)

Tradition of Excellence

Contoh
1. perempuan irasional dan emosional
 tidak bisa tampil memimpin
 penempatan pd posisi yg tidak penting
2. perempuan tak perlu sekolah tinggi toh akan ke dapur
3. peraturan pemerintah : istri tugas belajar ke luar negeri harus seijin suami, suami 
keputusan sendiri
4. dengan alasan doktrin agama, perempuan tidak boleh memimpin apapun, tidak dipercaya
memberi kesaksian, tidak memperoleh warisan  penafsiran agama yang mensubordinasi
dan memarjinalisasi perempuan.
5. Perempuan yang memasuki kehidupan publik setelah mengurus keluarga cenderung
dianggap tidak cocok memegang jabatan tinggi di bidang politik karena kurangnya
pelatihan dan pengetahuan yang relevan.
Subordinasi (Lanjt…)
Tradition of Excellence

“Meskipun perempuan menjalankan peran ganda sebagai tenaga domestik dan pencari
nafkah berarti bahwa mereka juga aktif di lingkungan publik seperti laki-laki. Tradisi
patriarki dan nilai-nilai sosial menghambat mereka untuk mendapatkan wewenang atas tubuh
mereka sendiri dan kehidupan reproduksi mereka. Jadi, laki-laki tetap menjadi pengambil
keputusan tentang siapa yang diminta untuk membantu persalinan”.
“ Seorang ibu melahirkan di rumah ditolong bidan, kmd pendarahan hebat, disarankan untuk
ke rumah sakit. Lalu suami si Ibu tersebut mengatakan: Saya tidak bisa memutuskan begitu
saja karena harus meminta pendapat orang tua dan mertuanya terlebih dahulu. Kmd
mengatakan kepada Bidan “setelah berembuk akhirnya keluarga kami memutuskan bahwa
nyawa di tangan Tuhan, kalau istri saya tetap harus meninggal biarlah dia meninggal di rumah
saja.
Subordinasi (Lanjt…)
Tradition of Excellence

“ Men dominate the political arena; men formulate the rules of the political game; and
men define the standards for evaluation. The existence of this male- dominated model
results in women either rejecting politics altogether or rejecting male-style politics”
(Shvedova, 2005)

Di Indonesia, data anggota (MPR)-DPR RI periode 2009-2014 menunjukkan


perempuan yang menjadi anggota DPR sebanyak 18 persen dan yang menjadi anggota
MPR 20 persen (Profil Perempuan Indonesia, 2013). Keterwakilan perempuan di DPR
periode 2014-2019 turun menjadi 17,32 persen (97 orang) (Kompas, 2014)
 Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2003 mengatur keterwakilan perempuan
sekurang-kurangnya 30 persen
5. Kekerasan
Tradition of Excellence
Violence: physical force: the use of physical force to injure somebody or damage something
(Microsoft® Encarta® Reference Library 2005)

Kekerasan (violence) adalah serangan thdp fisik maupun integritas mental psikologis seseorang (Fakih
1996:17).

Fakih (2008) terdapat tipologi kekerasan:


(1) kekerasan fisik meliputi menempeleng muka, meninju, dan menjambak rambut;
(2) kekerasan psikis kekerasan yang dilakukan secara tidak langsung seperti mengancam, mempunyai
istri simpanan, meminum alkohol dan obat-obatan;
(3) kekerasan seksual meliputi pemerkosaan, perbuatan cabul, serta penganiayaan seksual;
(4) kekerasan ekonomi meliputi tidak memberikan bantuan keuangan, menyalahgunakan dana
keluarga
 Kekerasan di tingkat keluarga dan masyarakat
Kekerasan (lanjt…)
Tradition of Excellence

Bentuk kekerasan gender (Saptari 1997:233)


1. pelecehan seksual – komentar, ucapan verbal, tindakan atau
kontak fisik yg mempunyai konotasi seksual
2. perkosaan, tmsk perkosaan dlm perkawinan dan incest
3. pemukulan/serangan fisik dlm rmhtangga (domestic violence),
termasuk child abuse
4. mutilasi organ alat kelamin (genital mutilation)
5. pelacuran
6. pornografi  tubuh perempuan sbg obyek keuntungan
7. enforced sterilization dalam KB
Kekerasan (lanjt…)
Tradition of Excellence

• UU RI no. 23 tahun 2004: “ kekerasan dalam rumah tangga


(KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga”
Kekerasan (Lanjt…)
Tradition of Excellence
Contoh: Kekerasan Terhadap Perempuan Adat

• Bagi masyarakat adat, tanah adalah landasan materi dan spiritual yang menyediakan
keamanan pangan dan kesehatan dan kelangsungan budaya.
• Dalam komunitas adat, perempuan adalah penghasil pangan utama, pemegang
pengetahuan, penyembuh serta penjaga dan penerus budaya.
• Ketika tanah dan akses ke sumber daya yang selama ini dimanfaatkan secara adat hilang
(pemindahan paksa oleh swasta/ pihak luar), perempuan adat bisa kehilangan peran
tradisional mereka sebagai pendidik dan kehilangan kemampuan mereka untuk
memanfaatkan dan menjaga pengetahuan tradisional.
• Saat pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan sumber daya lokal lemah atau
dilemahkan, melemah pula kemampuan suatu komunitas untuk menghadapi perubahan
yang ditimbulkan oleh iklim di lingkungan mereka.
Bahan Rujukan Tradition of Excellence

• Fakih, Mansour 2000. Gender dan Transformasi Sosial


• Women Research Institute, 2010. Target MDGS Menunrunkan AKI
tahun 2015 Sulit Dicapai.
• Women Research Institute, 2011. Mencari Ujung Tombak Penurunan
AKI di Indonesia.
• Rosenberg (ed) 2003. Perdagangan Perempuan dan Anak.
• Shvedova. 2005. Obstacle to Women’s Participation in Parliament
• Amnesty International, 2012. Laporan kepada Komite PBB tentang
Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan

Anda mungkin juga menyukai