Anda di halaman 1dari 23

Tradition of Excellence

FEMINISME
dalam
KAJIAN GENDER DAN PEMBANGUNAN
Pokok Bahasan Tradition of Excellence

• Makna feminisme baik secara akademis maupun secara praktis,


• Sejarah perkembangan feminisme,
• Feminisme sebagai paradigma kritis, dan
• Berbagai teori / perspektif feminisme berikut dasar pemikirannya
Makna Feminisme Tradition of Excellence

• Istilah feminisme berasal dari bahasa Latin ’femina’ yang berarti


wanita.
• Feminisme (Inggris ’feminisms’) berarti memiliki kualitas wanita.
Istilah ’feminisme’ pertama kali digunakan di dalam suatu
ulasan tentang teori kesetaraan seksual (sexual equality) dan
gerakan untuk hah-hak wanita pada tahun 1890-an untuk
menggantikan istilah ’womanisme’.
• Menurut Alice Rossi dalam Encyclopedia of Feminism
(Tuttle, 1987:107), istilah ’feminisme’ pertama kalinya
digunakan dalam bentuk cetak pada sebuah ulasan buku yang
diterbitkan di The Athenaeum pada tanggal 27 April 1985.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Menurut Tuttle (1987:107), penggunaan istilah feminisme berpangkal dari
suatu persepsi bahwa ada sesuatu yang salah atas perlakuan masyarakat
terhadap wanita dan mencoba untuk menganalisis faktor penyebabnya
dan dimensi penindasan wanita guna membebaskan wanita dari
penindasan tersebut.
• Saat ini, terdapat berbagai definisi tentang ’feminisme’ yang maknanya
sering bebeda-beda bahkan berselisih.
• Dalam arti sempit (kamus), ’feminisme’ umumnya didefinisikan sebagai
suatu advokasi atas hak-hak wanita yang didasarkan pada kepercayaan
akan adanya kesetaraan jenis kelamin,
• Dalam arti luas, ’feminisme’ merujuk pada seseorang yang sadar atas
terjadinya subordinasi terhadap wanita dan berupaya untuk mengakhiri
subordonasi tersebut dengan berbagai cara dan berbagai alasan.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Dalam Encyclopedia of Feminism (Tuttle, 1987) ada beberapa
definisi dari beberapa tokoh feminis.
• Charlotte Bunch (1981) menyatakan bahwa ’feminisme’ bukan
tentang penambahan hak-hak wanita, tetapi tentang
transformasi masyarakat, sehingga ’feminisme’ dapat dikatakan
sebagai ’politik transformasional’ karena segala sesuatu
berpengaruh terhadap wanita, setiap isu adalah isu wanita, dan
setiap subjek pembahasan ada perspektifnya.
• Teresa Billingtogrieg, (1911) menulis bahwa ’feminisme’ adalah
suatu gerakan yang melakukan reorganisasi dunia
lanjutan
Tradition of Excellence
Dalam Collins Dictionary of Sociology (Jary D. and Julia J.
1991), ’feminisme’ berarti :
• teori holistik tentang penindasan dan subordinasi global yang
dialami wanita oleh pria.;
• teori dan praktek yang bersifat sosio-politis yang bertujuan
untuk membebaskan seluruh wanita dari supremasi dan
eksploitasi pria;
• suatu gerakan sosial yang mengarah pada konfrontasi strategis
dengan sistem kelas berbasis jenis kelamin;
• suatu ideologi yang menempatkan oposisi dialektis pada semua
ideologi dan praktek misogini (’misogyny’ : kebencian terhadap
wanita).
lanjutan
Tradition of Excellence
• Kamla Bhasin dan Night Said Khan (1995), ’feminisme’ adalah suatu
kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap wanita dalam
masyarakat di tempat kerja dan dalam keluarga serta tindakan sadar oleh
wanita maupun pria untuk mengubah keadaan tersebut.
• Menurut Yunahar Ilyas (1997), ’feminisme’ adalah suatu kesa­daran akan
ketidakadilan gender yang menimpa kaum wanita, baik dalam keluarga
maupun masyarakat serta tindakan sadar oleh wanita maupun pria untuk
mengubah kondisi tersebut.
• Wardah hafidz (1994) menyatakan ’feminisme’ sebagai teori sosial
sekaligus gerakan pembebasan wanita yang mengupayakan transfor­masi
bagi satu pranata sosial yang secara gender lebih egaliter.
• Saptari dan Holzner (1997),’feminisme’ adalah kesadaran akan posisi
wanita yang rendah di dalam masyarakat, dan keinginan untuk
memperbaiki atau mengubah keadaan tersebut."
Feminisme sebagai ideologi
Tradition of Excellence

• Feminisme merupakan sebuah ideologi yang berangkat dari


suatu kesadaran akan suatu penindasan dan pemerasan
terhadap wanita dalam masyarakat, apakah itu di tempat kerja
ataupun dalam konteks masyarakat secara makro, serta
tindakan sadar baik oleh wanita maupun pria untuk mengubah
keadaan tersebut.
• Gerakan feminis itu mencoba untuk mewujudkan sebuah
masyarakat yang harmonis tanpa penghisapan dan diskriminasi,
demokratis, dan bebas dari pengotakan berdasarkan kelas,
kasta, dan bias jenis kelamin (Dzuhayatin dalam Bainar, 1998)
Sejarah Lahirnya Feminisme
Tradition of Excellence
• Feminisme sebagai suatu gerakan dan ideologi memiliki sejarah yang
panjang dan secara argumentatif dapat dilacak kembali pada abad 15
(Kelly, 1982), meskipun pada waktu itu wanita resistensi (tahan) terhadap
subordinasi yang dialaminya tetapi nyatanya dapat memunculkan
’feminisme’ sebagai suatu ideologi dan gerakan yang saling berhubungan
(Rowbotham, 1972). Akar dari pemikiran ’feminisme’ modern dapat
dilacak kembali pada abad 18 dan pada karya-karya Wollstonecraft.
• Gerakan wanita di dunia khususnya di Barat (Eropa dan Amerika), terbagi
dalam dua gelombang feminisme, yang pertama pada abad ke-18 dan 19,
yang kedua mulai pada tahun 1960-an.
• Isu-isu pokok yang diusung pada saat itu umumnya didasarkan atas ide
bahwa semua manusia itu sederajat, bebas, dan bersaudara serta
penerapan sistem komunal sebagai ganti milik pribadi dan hidup secara
komunal sebagai ganti perkawinan monogami
Feminisme gelombang 1
Tradition of Excellence
• Feminisme gelombang pertama, abad 18 dan 19 diletakkan dalam konteks
sejarah Revolusi Prancis, industrialisasi, dan perang kemerdekaan di
Amerika Utara yang semuanya telah membawa barbagai masalah untuk
dan oleh wanita.
• Selama Revolusi Prancis (1789), ide tentang status sosial karena
hubungan keturunan dan hak-hak feodal dari raja-raja dan para aristokrat
telah tumbang. Ada beberapa wanita yang menonjol dalam menerapkan
pandangan baru tentang hubungan antara pria dan wanita pada masa itu
serta mendukung hak-­hak wanita.
• Sebagai bangunan teoritis, feminisme sebenarnya sudah ada sejak abad
Pertengahan. Pada saat itu telah terjadi debat publik yang cukup seru
meski dilakukan oleh kaum pria, akan tetapi pada abad 15 M suara wanita
sudah mulai terdengar. Wanita pertama yang menulis tentang hak-hak
dan kewajiban seksualnya adalah Cristine de Pisan (1364-1430).
lanjutan
Tradition of Excellence
• Feminisme yang baru berbentuk ide terus berkembang hingga abad ke 17
yang ditandai dengan adanya gerakan protes sekuler yang dilan­carkan oleh
kalangan feminis melalui tulisan-tulisan dengan nama sarnaran.
• Valerie Bryson dalam bukunya Feminist Political Theory mencatat adanya dua
orang feminis pertama di Inggris, yaitu Aphra Ben (1640-1689) dan Mary
Astell (1666-1731) yang oleh generasi berikutnya dilukiskan sebagai teoritisi
feminisme sistematis yang pertama di Barat.
• Gerakan perernpuan pada abad ke-17 ini berbeda dengan sebelumnya
karena dua hal, yakni
1. skala keterlibatan wanita yang cukup tinggi yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dan
2. gerakan ini muncul bersamaan dengan perubahan yang sangat cepat dalam bidang
ekonomi, sosial dan politik.
lanjutan
• Gagasan feminis banyak dipengaruhi peniikiran filsafat, salah
Tradition of Excellence

satunya adalah Cartesian yang beranggapan bahwa semua


manusia diberi akal karena itu pengetahuan yang benar pada
prinsipnya dapat dicarai oleh sernua orang.
• Selain itu, pemikiran Descrates telah menginspirasikan wanita
untuk mempertanyakan segala hal termasuk otoritas kekuasaan
dari tradisi dan budaya.
• Mary Astell, misalnya memiliki pandangan bahwa pria dan
wanita mempunyai kemampuan nalar sama. Pendapat ini
sangat mungkin dipengaruhi oleh pemikiran filsafat yang
berkembang saat itu.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Gerakan wanita abad ke-18, masih diwarnai oleh persoalan
rasionalitas dan otoritas tradisional yang dipengaruhi oleh
semangat revolusi Amerika dan revolusi Prancis yang
menekankan kebebasan dan rasionalitas manusia,
• gerakan wanita juga dipengaruhi oleh doktrin Jhon Lock
tentang Human Right (hak azasi manusia).
• Dalam perjalanan sejarah HAM di Barat, kaum pria dianggap
makhluk rasional, sementara wanita dianggap makhluk yang
kurang rasional sehingga wanita tidak diberikan hak-hak
sebagai warga negara sebagaimana pria.
• Seperti di AS wanita tidak memiliki hak untuk terlibat dalam
Pemilu sampai tahun 1920.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Pada abad ke-19 M, ide tentang feminisme tidak hanya muncul dari kalangan wanita,
tetapi juga banyak disuarakan oleh kaum laki laki, di antaranya Jhon Stuart Mill dalam
bukunya "The Subjection of Nornen" (Ryan, 1980).
• Dalam argumentasinya, Mill mengkritik pandangan yang menyatakan bahwa pekerjaan
wanita di sektor domestik sebagai pekerjaan irrasional, emosional, dan tirani. Ia
menyuruh wanita untuk menekan dan menghilangkan segala aspek yang berkaitan
dengan pekerjaan domestik agar kebahagiaan tertinggi dapat dicapai. Dengan kata lain,
Mill menghendaki agar perempuar, berperan di sektor publik.
• Tokoh feminis lain yang memiliki pandangan cukup radikal masa itu adalah Sarah Grimke
(1792-1873) yang menyatakan bahwa pernikahan menyebabkan wanita terpenjara dalam
sebuah tirani di bawah kekuasaan seorang (suami).
• Puncaknya, pada tahun 1851, dunia diguncangkan oleh pernyataan Harriet Tylor (1807-
1858) bahwa kesetaraan total dalam bidang politik dan kewarganegaraan antara pria dan
wanita sangat diperlukan
lanjutan
Tradition of Excellence
• Revolusi industri abad ke 19 mempunyai dampak buruk
terhadap wanita.
• Wanita kelas menengah secara hukum tergantung sepenuhnya
pada suami dan terikat di rumah. Wanita miskin yang bekerja
sebagai buruh pabrik, pembantu rumah tangga, pelacur jalanan
mengalami eksploitasi.
• Protes dari buruh wanita yang terlalu dieksploitasi untuk bekerja
14 atau 16 jam sehari telah sering dilakukan (Tuttle, 1987).
Protes yang paling berkesan adalah terjadi tanggal 8 Maret
sehingga dalam konferensi Wanita Sosialis II di Kopenhagen
pada tahun 1910,
• Tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai Hari Wanita Internasional
Tradition of Excellence

Gerakan feminisme awal abad 20, masih memiliki tuntutan yana,


sama dengan masa sebelumnya.
• Kalangan femi­nis berusaha untuk memasukkan ide bahwa
wanita juga merupakan mahluk yang sama dengan pria, dan
mem­punyai hak yang sama pula dengan pria.
• Ide-ide tentang kesamaan hak dan kedudukan telah
termanifestasi dalam beberapa perspektif feminisme, seperti
feminisme leberal, marxis, sosialis, dan lain sebaginya yang
akan dibahas pada sub-bab selanjutnya
Feminisme dan Paradigma Kritis
Tradition of Excellence
• Asumsi dasar penggunaan paradigma kritis dalam kajian wanita dan
gender adalah permasalahan ketidakadilan gender khususnya dalam
wujud penindasan dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang di
masyarakat terhadap kaum wanita oleh kaum pria (Littlejohn, 1996).
• Menurut Littlejohn (1996), ada tiga ciri dari teori kritis, yaitu:
1. adanya upaya untuk memahami pengalaman kehidupan orang-orang dalam konteks
sosialnya;
2. adanya upaya untuk menemukan ketidakbenaran dalam suatu konstruksi sosial
kemasyarakatan yang biasanya terdapat dalam kehidupan sehari-hari,
3. adanya upaya secara radar untuk menyatukan teori dan tindakan.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Teori Kritis pada umumnya mengajarkan bahwa pengetahuan adalah
kekuasaan.
• Dengan memahami bagaimana proses penindasan itu terjadi
memungkinkan kita untuk melakukan suatu tindakan dan mengubah
kekuatan-kekuatan yang menindas tersebut.
• Paradigma kritis mencoba mengungkapkan terjadinya proses dominasi
satu kelompok terhadap kelompok yang lain dalam relasi konfliktual.
• Dalam praktiknya, paradigma kritis ini sering digunakan oleh kelompok-
kelompok yang mengalami marginalisasi kepentingan di masyarakat
sehingga paradigma ini biasanya bersifat ekonomis dan politis.
• Dalam analisisnya, paradigma ini banyak berhubungan dengan persoalan
komunikasi sebagai suatu sub-sistem dan sistem kemasyarakatan secara
menyeluruh.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Paradigma kritis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu paradigma kritis
strukturalis dan pasca-strukturalis (Littlejohn, 1996).
• Paradigma kritis strukturalis melihat bahwa struktur-struktur sosial yang
menindas itu bersifat nyata, meskipun penindasan itu kadang-kadang
tersembunyi dari kesadaran kebanyakan orang. Paradigma ini mencoba
menjelaskan proses terjadinya struktur yang menindas tersebut.
• Paradigma kritis pasca-strukturalis melihat tidak ada renlitas atau makna
sentral karena penindasan yang dilakukan oleh struktur itu sifatnya
sementara. Apabila terdapat suatu perjuangan, bukanlah perjuangan
antara ideologi-ideologi yang monolitik (tunggal), akan tetapi merupakan
perjuangan gagasan dan kepentingan yang sifatnya cair dan mengalir.
• Menurut perspektif Golding dan Murdock, paradigma kritis dapat dibedakan
menjadi dua, instrumentalisme dan strukturalisme. Tradition of Excellence

• Instrumentalisme memfokuskan pada cara-cara kaum kapitalis menggunakan


kekuasaan ekonomi mereka dengan suatu sistem pasar komersial untuk
menjamin aliran informasi publik sesuai dengan kepentingan mereka,
misalnya para kapitalis melihat media massa dapat dimiliki secara pribadi
sebagai alat politik untuk mendominasi kelas tertentu.
• Strukturalisme melihat struktur bukan sebagai suatu bangunan yang solid,
permanen, dan tidak dapat dipindahkan, tetapi sebagai formasi-formasi
dinamis yang secara tetap direproduksi dan diubah melalui tindakan praktis.
• Dalam menganalisis permasalahan dengan menggunakan perspektif
struktural, analisis diarahkan pada kenyataan bahwa makna dibuat dan dibuat
kembali melalui aktivitas-­aktivitas konkret dari produsen dan konsumen
dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana struktur dibentuk melalui
tindakan, dan secara bergantian bagaimana tindakan dibentuk secara
struktural.
lanjutan
Tradition of Excellence
• Teori kritis ini dikembangkan oleh sekelompok cendekiawan kiri
di Frankfurt pada tahun 1923 yang berakar pada tradisi filsafat
juga merupakan suatu program bagi Mazhab Fankfurt untuk
merumuskan suatu teori yang bersifat emansipatoris tentang
kebudayaan dan masyarakat modern.
• Kritik mereka diarahkan pada berbagai bidang kehidupan
masyarakat modern, seperti seni, ilmu pengetahuan, ekonomi,
politik, dan kebudayaan pada umumnya karena di dalam
bidang-bidang tersebut tampaknya diselubungi oleh ideologi-
ideologi yang menguntungkan pihak-pihak tertentu sekaligus
mengasingkan manusia individual di dalam masyarakat.
lanjutan
Tradition of Excellence
Teori kritis aliran Frankfurt dibangun dengan empat Landasan, yaitu:
• Kondisi pengetahuan itu sendiri. Analisis kritis memunculkan realitas itu
sendiri. Aspek kunci dari pendekatan aliran Frankurt menggunakan teori
kritis untuk mengungkap “reifikasi”, atau tendensi produk dari aksi
manusia untuk muncul atau menganggap sebagai “benda”, yg sering lebih
dipahami sebagi produk alam dibanding dgn pilihan manusia.
• Teori kritis mencoba menganalisa teori sosial itu sendiri dlm hal kategori2
dasar dari pemahaman yg berbeda dari teori2 yg dipergunakan.
• Teori kritis mencoba untuk mendpatkan kesatuan dari teori dan praktek
(praksis). Teori kritis terbentuk dengg pengetahuan bahwa suatu aksi dlm
masyarakat bukanlah salah satu sudut pandang luar dlm masyarakat,
semua kerja ilmiah terletak di dalam masyarakat, bukan diluarnya. Tugas
dari ilmu sosial tidaklah untuk memisahkan diri dari masyarakat, namun
untuk membuat dasar sosial yang nyata dan dapat dikritisi di manapun
keberadaannya
Tradition of Excellence

To be continued next week

Anda mungkin juga menyukai