GENDER
LAKI-LAKI PEREMPUAN
CONTOH:
a. Pandangan terhadap peran domestik perempuan mengakibatkan
peran publiknya dianggap “perpanjangan” peran domestiknya.
b. Dianggap pandai merayu, perempuan ditempatkan di bagian penjualan
(sales/marketing).
c. Laki-laki marah dianggap tegas, perempuan dianggap emosional dan tak
bisa menahan diri.
d. Label sebagai “ibu rumah tangga” membatasi gerak perempuan dalam
kegiatan polotik, bisnis maupun birokrasi.
e. Laki-laki dianggap sebagai “pencari nafkah” mengakibatkan kerja
perempuan dianggap “sambilan” sehingga kurang dihargai.
f. Laki-laki rumah dianggap “pereyu”. Perempuan rumah dianggap “genit”.
DOUBLE BURDEN
BEBAN GANDA PADA SALAH SATU JENIS KELAMIN
Contoh:
a. Peran reproduksi di rumah tidak berkurang dengan adanya peran publik
dan peran pengelolaan komunitas (walaupun perempuan telah masuk
dalam peran publik/meniti karier peran dalam rumah tangga masih
besar);
b. Pekerjaan dalam rumah tanggga, 90% dikerjakan perempuan;
c. Setelah makan bersama, Bapak dan anak laki-laki ngloyor begitu saja
mninggalkan meja makan;
MARJINALISASI
PROSES PEMINGGIRAN AKIBAT PERBEDAAN JENIS KELAMIN YANG MENGAKIBATKAN KEMISKINAN
Contoh
a. Perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, disektor produksi/publik,
sering dibedakan pendapatannya;
b. Revolusi hijau (modernisasi) memikirkan perempuan dipertanian dan
perkebunan membuat perempuan miskin;
c. Komandan dimiliter peluangnya lebih besar pada laki-laki;
d. Banyak bidang pekerjaan tertutup bagi laki-laki karena anggapan mereka
tidak teliti, cermat dan sabar;
e. Guru TK, sekretariss, perawat, konveksi, dan PRT dianggap pekerjaaan
rendah sehinga berpengaruh pada penggajian.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
KESENJANGAN GENDER DI RANAH PUBLIK