Anda di halaman 1dari 13

Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…

KAFA’AH JOURNAL, 8 (2), 2018


(Print ISSN 2356-0894 Online ISSN 2356-0630)
Available online at : http://kafaah.org/index.php/kafaah/index

Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun Terhadap


Ekonomi Keluarga Di Desa Bukit Batu
Hasbullah
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
hasbullah@uin-suska.ac.id

Abstract
This study aims to determine the woman contribution in the family economy. It is interesting to
study because the Indonesian especially people in Riau province, the financial responsibility
belong to men (husbands). Meanwhile women (wives) are often viewed as scaffolder of the family
economy. This research is classified as qualitative method since it can captured and explained the
phenomena. The results indicated that women weavers had a significant contribution in the
household economy, particularly for those who had husband with decisive job and fixed income.
Choosing this job as a source of economic income is a strategy to carry out their gender role in the
domestic sector. They could earn money from the job without leaving the responsibility in caring
their household.
Keywords: Women, economics, and weavers

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi perempuan dalam ekonomi keluarga. Hal ini
menarik untuk diteliti karena bagi masyarakat Riau, atau masyarakat Indonesia umumnya tanggung
jawab ekonomi berada pada kaum laki-laki (suami). Sedangkan perempuan (istri) sering dilihat
sebagai pendukung dalam ekonomi keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Metode ini dipandang tepat digunakan karena mampu menangkap dan
memahami fenomena yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan pengrajin tenun
di Bukit Batu memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam ekonomi rumah tangga. Apalagi
bagi perempuan yang suaminya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang tidak
pasti. Dengan demikian, perempuan menjalani peran ganda dalam kehidupan keluarga. Pemilihan
menenun sebagai pekerjaan yang dapat dijadikan sumber ekonomi keluarga merupakan strategi
agar dapat menjalankan peran ganda tersebut secara baik. Mereka dapat memperoleh uang dari
pekerjaan menenun dan sekaligus juga dapat mengurus pekerjaan rumah tangga.

Kata Kunci: Perempuan, ekonomi, dan pengrajin tenun

PENDAHULUAN ganda ini merupakan hal yang paling


berat dihadapi oleh kaum perempuan.
Perempuan menghadapi tekanan
Pada saat ini “mitos” tentang yang
yang tumpang tindih, disamping peran
memberi nafkah adalah kaum laki-laki
tradisional dalam keluarga yang harus
sudah mulai tergoyahkan. Sudah
dijalankan, perempuan juga harus
merupakan fenomena umum laki-laki dan
bertugas sebagai pencari nafkah. Peran
213

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
214| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018

perempuan mempunyai peran yang sama peran perempuan untuk berkiprah di


dalam memenuhi kebutuhan keluarga sektor publik.
(Haryanto, 2008; Puspitasari,
Puspitawati, & Herawati, 2013). Oleh Usaha mandiri dipandang dari
karena itu, kaum perempuan juga satu sisi memungkinkan bagi perempuan
mempunyai tanggung jawab dalam untuk memulai dan menghentikan
memenuhi kebutuhan rumah tangga. kegiatan tersebut sesuai dengan
Tuntutan ekonomi yang begitu kebutuhan keluarga. Tetapi disisi lain ini
tinggi pada hari ini mengharuskan merupakan hambatan bagi perkembangan
perempuan terlibat untuk ikut serta usaha dalam meningkatkan pendapatan.
mencari nafkah agar kebutuhan keluarga Pada umumnya perempuan yang
menjadi tercukupi. Perempuan sudah menggeluti sektor informal seperti
terlibat dalam hampir seluruh sektor berdagang, jasa, dan sektor lain masih
kehidupan, baik sebagai pegawai, guru, memiliki banyak kendala antara lain
karyawan, pedagang, pengrajin, disebabkan keterbatasan atau tidak
pengusaha, petani, buruh, dan lain-lain. dimilikinya keterampilan khusus untuk
Keterlibatan perempuan dalam sektor mengelola pekerjaannya, disamping
publik bukan berarti berkurangnya beban keterbatasan mobilitas fisik mereka
sektor domestik. Mereka tetap harus dalam menjalankan aktivitas
menjalankan pekerjaan sektor domestik, (Kemiskinan, 2015; Rahman, n.d.).
seperti memasak, mencuci, mengasuh Keterlibatan perempuan dalam
anak dan lain-lain.
sektor informal dapat ditemukan di setiap
Pada umumnya motivasi kawasan negeri ini. Mereka melakukan
perempuan bekerja adalah untuk berbagai pekerjaan untuk mendukung
membantu menghidupi keluarga, namun ekonomi keluarga, antara lain sebagai
juga mempunyai makna khusus karena petani, nelayan dan perajin (Abubakar
memungkinkannya memiliki otonomi & Palisuri, 2018; Aina, Suwarsinah, &
keuangan, agar tidak selalu tergantung Burhanuddin, 2018; Gunawan &
pada pendapatan suami. Hasil kajian Setyawati, 2018; Nursiah, n.d.; Nursiah,
Papanek (Haryanto, 2008; Perempuan, Kusnadi, & Burhanuddin, 2017;
Anak, & Statistik, 2016; Sukiyono & Rahmawati & Triyono, 2017;
Cahyadinata, 2016) menjelaskan bahwa Rahmawaty & Ag, n.d.). Fenomena
perempuan cenderung bekerja lebih lama serupa juga ditemukan pada kaum
dengan pendapatan yang relatif lebih perempuan di Desa Bukit Batu. Kaum
rendah dibandingkan dengan laki-laki, perempuan di daerah ini sudah sejak lama
perempuan juga dibayar dengan upah terlibat dalam kegiatan ekonomi sektor
yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. informal sebagai pengrajin tenun. Mereka
Tetapi bagaimanapun beratnya beban telah menjadikan pekerjaan ini sebagai
kerja mereka dan kecilnya imbalan yang upaya untuk membantu suami dalam
diperoleh, kegiatan ini tetap mereka memenuhi kebutuhan keluarga. Tulisan
tekuni karena mutlak diperlukan, ini bertujuan untuk menjelaskan
disamping membantu suami menambah pengembangan usaha pengrajin tenun dan
pendapatan juga sangat berarti bagi kontribusinya dalam ekonomi keluarga.
mempertahankan kelangsungan hidup
METODE PENELITIAN
mereka yang selalu berada di garis
subsistensi. Hal ini merupakan indikator Metode yang digunakan dalam
betapa sentralnya posisi perempuan penelitian ini adalah metode kualitatif.
dalam ekonomi rumah tangga. Kondisi Metode ini dipilih karena penelitian ini
ini merupakan dorongan penyadaran bertujuan untuk memahami berbagai

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|215

gejala, baik eksternal maupun internal ekonomi keluarga. Adapun teknik untuk
yang terdapat dalam kehidupan kaum pengumpulan data yang digunakan
perempuan. Penelitian deskriptif adalah observasi, wawancara mendalam,
bertujuan untuk menggambarkan dan dan dokumentasi.
memahami pola kebudayaan suatu Kegiatan dalam menganalisis data
masyarakat dalam konteks keutuhan dimulai dari klasifikasi, kategorisasi, dan
sebagai suatu kesatuan yang bulat interpretasi, sampai pada pembahasan.
(Gunawan & Setyawati, 2018; Pengolahan data atau analisis deskriptif
Nurgiyantoro, 2018; Thamrin, 2013, (descriptive analysis) mengandung
2017). Penelitian deskriptif menggambar- pengertian sebagai usaha untuk
kan dengan tepat mengenai sifat-sifat menyederhanakan dan sekaligus
individu, keadaan, gejala dan kelompok menjelaskan bagian dari keseluruhan data
tertentu, menentukan frekuensi adanya melalui langkah-langkah klasifikasi
hubungan tertentu antara satu gejala sehingga tersusun suatu rangkaian
dengan gejala lainnya dalam masyarakat. deskripsi yang sistematis dan akurat.
Sedangkan pendekatan kualitatif
dicirikan oleh tujuan penelitian yang HASIL PENELITIAN DAN
berupaya untuk memahami gejala-gejala PEMBAHASAN
sedemikian rupa untuk tak memerlukan
kuantifikasi atau gejala-gejala tersebut Pola Pembagian Kerja Antara Laki-
tidak mungkin diukur secara tepat laki dan Perempuan dalam Rumah
(Garna, 1994; Moleong, 1999, 2000; Tangga
Subadi, 2006). Metode kualitatif merujuk Kondisi keluarga pengrajin tenun
kepada prosedur penelitian yang
di Desa Bukit Batu merupakan salah satu
menghasilkan data deskriptif, yakni apa bentuk gambaran keluarga miskin di
yang dituturkan orang, baik lisan
Indonesia. Mereka harus melakukan
maupun tulisan, apa yang dilakukan pekerjaan untuk membantu suami dalam
orang, yang secara fundamental
memenuhi kebutuhan rumah tangga.
bergantung pada pengamatan manusia Menurut penjelasan informan,
dalam keluasannya sendiri dan
masyarakat Desa Bukit Batu memandang
berhubungan dengan orang tersebut laki-laki maupun perempuan dalam
dalam bahasanya serta dalam
rumah tangga sama-sama berkewajiban
peristilahannya (Bungin & Sos, 2005; dalam memenuhi kebutuhan rumah
Hamdi & Bahruddin, 2015; Haryati,
tangga (“wawancara, 1-7 Juli 2017,”
2012; Semiawan, 2010; Setyosari, 2016;
n.d.). Meskipun demikian, pandangan
Somantri, 2010).
bahwa laki-laki (suami) sebagai
Penelitian ini mengambil lokasi di
pemimpin rumah tangga dan
Desa Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu
berkewajiban memenuhi nafkah keluarga
Kabupaten Bengkalis. Dipilihnya desa
tetap dipegang teguh. Dengan demikian,
ini sebagai lokasi penelitian dengan
peranan perempuan (istri) dipandang
alasan banyaknya kaum perempuan yang
lebih sebagai pelengkap untuk membantu
bekerja sebagai pengrajin tenun. Data
suami dalam mencukupi keperluan
primer diperoleh dari informan
sehari-hari. Fenomena ini menjelaskan
penelitian, yaitu perempuan pengrajin
bahwa kaum perempuan sudah terbiasa
tenun, tokoh masyarakat, dan tokoh
bekerja untuk membantu suami dalam
agama. Data yang dikumpulkan dalam
memenuhi keperluan rumah tangga,
penelitian ini adalah fenomena-fenomena
sehingga persoalan ekonomi tidak
yang berkaitan langsung dengan objek
selamanya bergantung kepada kaum laki-
penelitian, yaitu pengembangan usaha
laki atau menjadi monopoli para suami.
pengrajin tenun dan kontribusinya dalam

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
216| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Informan sepakat bahwa perempuan (istri) (Nurgiyantoro, 2018;


pembagian kerja dalam keluarga sudah Nursiah et al., 2017; Subhan, 2004).
“baik” dan berjalan mengikuti alur dan Keadaan ini terlihat jelas dalam
patut serta tidak perlu diperdebatkan, kehidupan rumah tangga perempuan
meskipun mereka melakukan pekerjaan pengrajin tenun dengan banyaknya istri
lebih banyak dari laki-laki (suami). yang terlibat dengan pekerjaan-pekerjaan
Mereka tidak mempersoalkan banyaknya mencari nafkah. Keterlibatan mereka
pekerjaan yang harus dikerjakan, mulai dalam mencari nafkah dilakukan dengan
dari mengurus rumah tangga hingga ikut alasan untuk menutupi kekurangan
mencari nafkah. Pandangan seperti ini pendapatan suami, ataupun sebagai
merupakan hasil konstruksi sosial, baik pekerjaan sampingan untuk mendapatkan
bersumber dari nilai-nilai budaya maupun tambahan agar mereka lebih mandiri dan
pemahaman terhadap ajaran agama sekaligus mengurangi ketergantungan
(Islam). Legitimasi sumber inilah yang kepada suami. Informan menjelaskan
membuat mereka tidak merasa bahwa sudah menjadi kebiasaan
"dieksploitasi" oleh kaum laki-laki perempuan di Desa Bukit Batu bekerja
(suami). Mereka melakukan semua dan tidak mau berpangku tangan saja di
pekerjaan tersebut dengan ikhlas dan rumah, karena perilaku ini dipandang
dipandang sebagai menunaikan sebagai perilaku yang sia-sia dan
kewajiban dalam berumah tangga membuang-buang waktu. Jadi, mereka
(Amran, 2014; Hafidhuddin, 2003; melakukan pekerjaan apa saja yang bisa
Jannah, 2002; Lestari, 2011; Nursiah, dilakukan, selama pekerjaan tersebut
n.d.). tidak mengganggu tugas utama, yaitu
Mereka benar-benar menyadari mengurus rumah tangga.
bahwa dengan keadaan ekonomi pada Pola pembagian kerja ini
masa sekarang ini tidak mungkin lagi merupakan bentuk yang terus
hanya mengandalkan pendapatan suami. dipertahankan dari waktu ke waktu dan
Oleh karena itu, mereka bekerja untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.
ikut mengatasi persoalan ekonomi Oleh karena itu, pembagian kerja ini
keluarga (Astuti, 2013; Chapra, 2000, menjadi spesifik dan biasanya tidak dapat
2001; Soesastro & Indonesia, 2005; saling menggantikan kecuali dalam
Subhan, 2004). Pola pembagian kerja kondisi tertentu. Pewarisan pola
seperti di atas juga merupakan pola pembagian kerja yang terjadi merupakan
pembagian kerja yang berlaku pada satu hal yang menarik. Hampir tidak ada
masyarakat pedesaan di Riau umumnya. pola pembagian kerja yang berubah dari
Pada satu sisi, pembahagian kerja waktu ke waktu. Hal ini tidak saja karena
tersebut menempatkan laki-laki setingkat jenis pekerjaan yang tidak berubah,
lebih tinggi dari perempuan (sebagai melainkan juga disebabkan hampir tidak
pencari nafkah). Namun, pada sisi lain ada pilihan pola pembagian kerja yang
tidak ada larangan bagi perempuan untuk lain yang dapat dilakukan. Pola
melakukan hal yang sama, jika ia mampu pembagian kerja yang ada merupakan
dan mau, selama pekerjaan-pekerjaan hasil kombinasi dari berbagai pekerjaan
domestik terurus dengan baik. Mereka yang diusahakan perempuan dan
memandang bahwa urusan domestik keluarganya untuk tetap bertahan hidup.
tidak dapat diganti oleh laki-laki dan ini Secara umum, seperti yang sudah
sudah dianggap sebagai "kodrat" dijelaskan di atas, pola pembagian kerja
kewanitaan. Sementara pekerjaan dalam keluarga perempuan pengrajin
mencari nafkah keluarga bukan hanya tenun tetap berdasarkan gender, namun
merupakan tanggung jawab laki-laki bukan berarti laki-laki tidak boleh
(suami), tetapi juga tanggung jawab melakukan pekerjaan perempuan

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|217

(Ernaningsih & Samawati, 2017; Rioeh, sumber daya manusia suatu negara
n.d.; Soesastro & Indonesia, 2005). Hal (Ihromi, 1999; Rahman, n.d.; E. M.
ini berlaku dalam kondisi tertentu, seperti Setiadi, 2017; N. J. Setiadi, 2015).
istri sedang sakit, melahirkan atau Jelaslah bahwa keluarga adalah penentu
keuzuran lainnya, dan jumlah anak yang kualitas awal individu yang menentukan
banyak. Dalam kondisi seperti ini, suami sifatnya apabila dewasa. Pandangan
akan membantu atau menggantikan peran serupa juga dikemukakan oleh (Ihromi,
istrinya dalam melakukan pekerjaan 1999; Nugraha & Rachmawati, 2014)
domestik, seperti mencuci pakaian, bahwa keluarga membentuk watak
mengasuh anak, memasak, dan anggotanya dan mempersiapkan mereka
sebagainya. Demikian juga halnya dalam dalam bekerja. Dalam membentuk
aktivitas menenun, meskipun pekerjaan individu tersebut, keluarga baik secara
tersebut dipandang bersesuaian dengan langsung maupun tidak langsung
sifat perempuan, namun suami mereka memberi pengaruh terhadap institusi
juga ikut membantu melakukan salah satu masyarakat yang lain (politik, undang-
tahapan dalam pembuatan kain tenun, undang, kesehatan, dan pendidikan) dan
yaitu menggulung benang (mengelos). Di sebaliknya setiap institusi keluarga
samping itu, mereka (suami) juga ikut mengalami pengaruhnya.
memasarkan kain tenun yang sudah siap.
Tidak ada pandangan yang negatif bagi Kedudukan dan peranan pengrajin
laki-laki dalam keluarga yang melakukan tenun dalam keluarga senantiasa merujuk
pekerjaan yang sebenarnya merupakan kepada peranan yang berasal dari
pekerjaan kaum perempuan (istri). Jadi, perbedaan gender. Menurut informan,
pembagian peranan berdasarkan gender kondisi ini sudah ada sejak masa lalu dan
dalam keluarga informan bukanlah tidak mengalami perubahan hingga saat
pembagian yang tidak boleh bertukar ini (“wawancara, 1-7 Juli 2017,” n.d.).
ganti, melainkan dapat disesuaikan Hal tersebut terkait erat dengan
dengan keadaan dan keperluan. pemahaman terhadap ajaran agama yang
Penjelasan di atas dianut dan sistem nilai budaya yang
memperlihatkan bahwa pembagian kerja berlaku dalam masyarakat. Kaum
dalam keluarga lebih dimaksudkan untuk perempuan bertingkah laku sebagaimana
menentukan peranan utama yang yang telah diajarkan oleh orang tua
dilakukan oleh seorang suami atau istri, mereka, dan mereka tidak mau dikatakan
sehingga berbagai pekerjaan dalam sebagai istri yang tidak mengabdi kepada
rumah tangga akan terselesaikan dengan suami atau orang yang tidak 'tahu adat'.
baik. Namun, bukan berarti tanggung Pengabdian kepada suami dipandang
jawab suatu pekerjaan hanya dipikul oleh sebagai hal yang penting dalam berumah
satu pihak, melainkan mereka saling tangga, karena akan berdampak kepada
melengkapi dan saling bantu. Artinya, kehidupan yang akan datang (akhirat),
pekerjaan tersebut boleh dilakukan secara sebagaimana yang mereka pahami dari
bertukar ganti sesuai dengan tuntutan nilai-nilai ajaran Islam. Pandangan ini
keadaan. tentu saja memberi dampak terhadap
kedudukan dan peranan dalam keluarga.
Kedudukan dan Peran Perempuan Sekalipun istri cukup berperan
dalam Rumah Tangga membantu suami dalam memenuhi
keperluan keluarga, namun teraju
Institusi keluarga adalah organisasi
kepemimpinan rumah tangga tetap berada
dasar dalam masyarakat yang
di tangan laki-laki (suami). Suamilah
mempengaruhi dan menentukan
kepribadian dan kualitas individu yang yang berhak membuat keputusan dan
mengambil kebijakan dalam keluarga.
seterusnya membentuk masyarakat dan

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
218| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Hal ini menunjukkan bahwa tampuk Dalam konteks ini, kedudukan dan
kekuasaan dan penanggungjawab rumah peranan utama perempuan adalah
tangga adalah laki-laki. Dengan berkaitan dengan pengurusan rumah
demikian, sangat “memalukan” apabila tangga. Meskipun mereka melakukan
satu keluarga dipimpin oleh perempuan, berbagai pekerjaan yang mendatangkan
dimana suami patuh atas perintah istri. uang, namun tanggung jawab domestik
Sekalipun suami pemegang teraju tidak pernah lepas dari mereka. Sebagai
kepemimpinan, istri tetap mempunyai contoh, terdapat keluarga yang suaminya
peran dalam memberikan saran dan dalam kondisi sakit dan tidak dapat
pertimbangan terhadap berbagai memenuhi nafkah keluarga dan ia
persoalan yang dihadapi oleh keluarga. (perempuan) yang mengambil peranan
Peranan ini dirasakan sangat penting tersebut, namun kedudukan laki-laki
dalam kehidupan berumah tangga. (suami) sebagai pemimpin rumah tangga
Artinya, istri tetap diajak berpikir dan tidak diambil alih oleh istri. Dengan kata
berdiskusi untuk mengatasi berbagai lain, istrinya yang memenuhi nafkah
persoalan yang dihadapi oleh keluarga. keluarga, namun kepemimpinan rumah
Sebagai contoh, dengan keterbatasan tangga tetap berada pada suami. Informan
kemampuan ekonomi, mereka akan (“wawancara, 1-7 Juli 2017,” n.d.)
mendiskusikan masalah pendidikan anak- menjelaskan bahwa sehebat apapun
anak mereka, apakah akan melanjutkan kedudukan dan peranan perempuan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dalam masyarakat tidak akan
atau tidak. Mereka akan mendiskusikan mempengaruhi atau merubah kedudukan
akibat yang akan ditimbulkan dengan dan peranannya dalam keluarga. Hal ini
mengirim anak mereka untuk sangat terkait dengan nilai yang berlaku
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang dalam masyarakat setempat sehingga
lebih tinggi dan cara mengatasinya. kedudukan dan peranan tidak boleh
Artinya, mereka berupaya mengatur bertukar ganti, meskipun pekerjaan yang
pengeluaran rumah tangga seefisien berkaitan dengan kedudukan dan peranan
mungkin agar semuanya dapat terpenuhi. tersebut bertukar ganti dalam rumah
Penjelasan di atas memperlihatkan tangga.
bahwa kedudukan dan peranan istri
Pengrajin Tenun dan Pengembangan
dalam keluarga bersesuaian dengan
Usaha Mikro
konsep keluarga harmonis. (Marcoes-
Natsir, 2005) menjelaskan bahwa dalam Usaha mikro seringkali
keluarga harmonis peranan laki-laki dan digambarkan sebagai usaha-usaha
perempuan memang telah ditentukan marginal dan subsisten (Nugraha &
sedemikian rupa. Perempuan ditempatkan Rachmawati, 2014; Soemitra, 2017;
dalam peranan tertentu sebagai ibu rumah Zainul Arifin, 2012). Ciri-ciri usaha
tangga, sedangkan laki-laki pemimpin mikro di antaranya ditandai dengan jenis
rumah tangga. Inilah inti peranan dan transaksi jual beli yang dilakukan dalam
kedudukan perempuan sejak terlahir ke jumlah kecil, sebagian transaksi
bumi. Padanya memang diberi pilihan dilakukan dengan orang-orang yang
terbuka, akan tetapi pilihan lain, dikenal, kesepakatan yang dibangun
sebagaimana juga sifat suatu pilihan, bersifat langsung (face-to-face),
tidak seutama menjadi ibu rumah tangga berdasarkan pada kepercayaan, referensi
atau dalam bahasa kajian perempuan pribadi, transaksi dilakukan antara dua
disebut peranan reproduksi yang orang atau lebih dengan orang-orang
bertanggung jawab atas sektor domestik yang dipercaya dan dapat
(Feillard, 1997; Gunarsa, 1991; Huda, dipertanggungjawabkan, memiliki aturan
2018; Sumbulah, 2012; Zaini, 2016). sosial sendiri, menggabungkan berbagai

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|219

jenis pekerjaan yang sumber dayanya diakses untuk menjaga kelangsungan


dimiliki dan dikendalikan sendiri oleh hidupnya. Dalam hal ini, keluarga-
mereka untuk keperluan-keperluan yang keluarga pengrajin tenun di Bukit Batu
sifatnya subsisten. Pendapat serupa juga menjalani lebih dari satu macam
dikemukakan oleh (Ahmadun, 2015; pekerjaan dan usaha demi pemenuhan
Dzikrulloh & Permata, 2016) yang kebutuhan keluarga. Demi efisiensi,
menyatakan bahwa usaha mikro adalah kerja-kerja produktif perempuan
usaha informal yang memiliki aset, pengrajin tenun lebih banyak diposisikan
modal dan hasil penjualan yang amat di ranah domestik agar dapat sekaligus
kecil. Ciri lainnya adalah jenis menyelesaikan tugas domestik
komoditas usahanya sering berganti, (wawancara, 1-7 Juli 2017, n.d.).
tempat usaha kurang tetap, tidak dapat Para perempuan mengerjakan usaha
dilayani oleh perbankan, dan umumnya tenun di dalam rumahnya masing-masing
tidak memiliki legalitas usaha. atau paling jauh mereka mengerjakan di
Usaha mikro sangat dekat dengan gedung yang disediakan oleh pemerintah
perempuan. Kondisi kesejahteraan usaha untuk usaha ini. Tapi yang jelas, jarak
mikro maupun perempuan yang terlibat gedung dengan rumah mereka tidak
di dalamnya hampir tidak mengalami terlalu jauh. Pilihan usaha ini sangat
perubahan dari waktu ke waktu. menguntungkan kaum perempuan di
Keduanya senantiasa berada dalam Bukit Batu, karena secara ekonomis
kondisi buruk. Hal ini dapat dibuktikan mereka dapat menghasilkan uang, dan
dengan berbagai hasil penelitian yang secara budaya atau adat mereka dapat
dilakukan dalam dua dekade terakhir menyelesaikan tanggung jawab domestik
(Astuti, 2013; Lestari, 2011; Saputro, sebagai ibu rumah tangga. Strategi ini
2017). Masuknya masyarakat desa dan tentu saja sangat membantu kaum
khususnya perempuan ke dalam kerja- perempuan terhindar dari pandangan
kerja produktif, seperti usaha mikro tidak negatif yang dianut oleh masyarakat
dapat dipandang sebagai bagian dari daerah ini. Dalam menjalankan kegiatan
capaian pembangunan, tetapi sebagai alat rutinitas, mereka dapat melakukan usaha
potensial untuk menghasilkan pendapatan menenun dengan tidak meninggalkan
dan kesejahteraan (Amran, 2014; pekerjaan domestik, seperti memasak,
Puspitasari et al., 2013; Spillane, 1991; mencuci, menjaga anak, dan lainnya.
Sumbulah, 2012). Walaupun demikian, Selain itu, banyak fakta di lapangan
sektor-sektor tersebut membuka peluang yang memperlihatkan bahwa di luar
baru bagi perempuan untuk masuk pada usaha tersebut, perempuan banyak
kerja produktif di luar pertanian. memiliki dan menjalankan usaha sendiri
Pilihan-pilihan kerja dan usaha di rumah untuk menambah penghasilan,
yang diambil perempuan tidak terlepas seperti warung, jasa penjahitan, dan
dari pola-pola pemenuhan kebutuhan pengolahan makanan (Nimarni,
keluarga yang tidak saja muncul akibat wawancara, 3 Juli 2017, n.d.). Ketiga
konstruksi budaya dalam sistem jenis pekerjaan ini seringkali dianggap
masyarakat tertentu, tetapi juga akibat sebagai kerja "khas" perempuan.
penetrasi sistem kapitalis ke dalam Berdasarkan penjelasan tersebut, dapatlah
ekonomi pedesaan yang menempatkan dibuat suatu pengelompokan jenis usaha
desa sebagai wilayah periferi ekonomi yang digeluti perempuan Desa Bukit
yang miskin. Secara ekonomi, pembagian Batu, yaitu; (1) pekerjaan tanpa upah
kerja dapat dijelaskan melalui fenomena dalam sistem produksi keluarga, (2)
kemiskinan, yaitu keluarga-keluarga pekerjaan upahan dalam hubungan yang
miskin sedapat mungkin mengerahkan sifatnya informal, dan (3) usaha mandiri
sumber daya yang dimilikinya atau dapat

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
220| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018

yang dijalankan sebagai penambah Kontribusi kaum perempuan


penghasilan. pengrajin tenun di Desa Bukit Batu
Dalam gambaran kasus penelitian terhadap peningkatan ekonomi keluarga
ini (perempuan pengrajin tenun), terbiasa sangat besar dan tidak diragukan lagi.
bekerja atau menjalankan usaha sendiri, Meskipun sebenarnya pasaran kain tenun
baik dalam bentuk usaha mandiri, usaha tidaklah terlalu menggembirakan.
keluarga, atau kombinasi keduanya. Namun, para pengrajin sedikit mendapat
Sudah menjadi kebiasaan pula bahwa angin segar setelah masa reformasi dan
perempuan tidak dapat dipisahkan dari otonomi daerah, dimana adanya
aktivitas usaha dan aktivitas domestik. kebijakan pemerintah daerah yang
Hal itu sekaligus menjadi ciri dari berupaya mencari dan menggali
dinamika usaha mikro. Dalam hal ini, khazanah khas lokal, baik terkait dengan
bentuk relasi perempuan dengan anggota kuliner maupun kerajinan tradisional
keluarga lain di dalam unit usaha tidak yang dapat dijadikan sebagai cendramata.
sepenuhnya dapat dilepaskan dari bentuk Penghasilan yang diperoleh dari
relasi dalam aktivitas domestik. Kerja pekerjaan menenun ini – menurut
sebagai home worker, home-based pengakuan para pengrajin – cukup
worker, buruh upahan, dan self-employed lumayan dan dapat memenuhi sebagian
dalam skala mikro menjadi pilihan dari kebutuhan rumah tangga dan
kebanyakan perempuan karena dipandang keluarga, terutama bagi keluarga yang
memberikan fleksibilitas antara suaminya tidak memiliki pekerjaan atau
mengerjakan kegiatan domestik sekaligus penghasilan yang jelas. Hilangnya
kerja produktif yang memberikan pendapatan para suami – khususnya di
penghasilan (cash income). Selain itu, Dusun Muara Laut – sebagai dampak dari
juga memberi kesempatan dan waktu dilarangnya kegiatan illegal logging dan
untuk memperoleh tambahan penghasilan penjualan minyak illegal. Di samping itu,
lewat usaha-usaha lainnya. Pembagian kegiatan sebagai nelayan sudah tidak
kerja semacam inilah yang seringkali mendatangkan hasil yang memadai
dipandang sebagai beban ganda. seperti masa lalu (“Wahab, wawancara, 5
Juli 2017,” n.d.). Jadi, secara tidak
Pekerjaan Menenun dan Strategi
langsung mereka sangat bergantung
Pemenuhan Hidup
dengan pendapatan istri yang menekuni
Partisipasi kaum perempuan pekerjaan sebagai pengrajin tenun.
dalam bidang ekonomi dapat dilihat Besarnya penghasilan yang
dengan jelas dari peran yang dimainkan diperoleh dari kegiatan menenun ini
oleh para perempuan pengrajin tenun di sangat bergantung dengan kemampuan,
Desa Bukit Batu. Mereka melakukan kecepatan, dan ketekunan seseorang
pekerjaan ini secara rutin untuk dalam mengerjakannya. Tidak ada
membantu suami dalam memenuhi kepastian tentang seberapa lama
kebutuhan rumah tangga, apalagi seseorang akan menyelesaikan satu
sebagian dari suami mereka sudah tidak tenunan atau satu kain tenun, semuanya
memiliki pekerjaan tetap, (Kartini, bergantung dengan seberapa banyak
wawancara, 1-7 Juli 2017,” n.d.). Dengan waktu yang disediakan untuk
demikian, kontribusi ekonomi yang mengerjakannya. Semakin banyak waktu
diberikan oleh kaum perempuan sangat yang disediakan, semakin cepat siapnya
berarti dalam rumah tangga, dan tidak satu tenunan tersebut (Antik, wawancara,
jarang pendapatan mereka dijadikan 6 Juli 2017, n.d.). Semakin banyak hasil
tulang punggung keluarga (“Zuraida, tenun yang diproduk dalam setiap
wawancara, 7 Juli 2017,” n.d.). bulannya, tentu akan semakin besar

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|221

sumbangannya terhadap penghasilan Motivasi kaum perempuan untuk


keluarga. bekerja adalah membantu kepentingan
Menurut para pengrajin, satu helai keluarga, terutama yang berkaitan dengan
kain tenun (kualitas standar) hal-hal yang bersifat ekonomis. Pada
menghabiskan modal ± Rp.250.000,- masyarakat seperti ini, perempuan
(tidak termasuk alat tenun) dan penjualan bekerja di luar rumah tidak dipandang
pada saat sekarang ini satu helai kain sebagai aib atau memalukan, karena laki-
Rp.750.000. Setiap pengrajin mempunyai laki dan perempuan dipandang sama-
waktu dan kemampuan yang berbeda sama harus bekerja, sekalipun tanggung
dalam menyelesaikannya, ada yang jawab mencari nafkah tetap berada di
menghabiskan waktu 3 hari, 1 minggu, tangan suami (Antik, wawancara, 5 Juli
10 hari dan lain-lain, untuk satu helai 2017, n.d.). Keadaan seperti ini
kain. Tapi, ada satu orang pengrajin yang sebenarnya sangat memberatkan kaum
luar biasa, ia dapat menyelesaikan satu perempuan, di mana mereka harus
helai kain dalam waktu satu hari, dan melakukan pekerjaan yang lebih banyak,
bahkan hasil penjualan kain tenun ini beragam, dan mereka juga harus bekerja
dapat membangun rumah sebagai tempat lebih lama dibanding laki-laki. Peran
tinggal keluarganya. Keluarga ini ganda yang dijalani oleh kaum
menjadi penenun sebagai sumber perempuan pada masyarakat di Desa
ekonomi utama keluarga, karena Bukit Batu bisa dipandang sebagai satu
suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap. pola pembagian kerja yang lebih
Dalam kasus seperti ini, suaminya setiap memberatkan kaum perempuan, karena
hari membantu istrinya melakukan salah laki-laki tidak bisa berfungsi sebaliknya.
satu tahapan dalam aktivitas menenun Pada satu sisi mereka dituntut untuk
(Ino, wawancara, 5 Juli 2017, n.d.). melakukan pekerjaan rumah tangga
Mereka juga mengerjakan kain (domestik) dengan baik, dan pada sisi
tenun yang dipesan oleh konsumen lain mereka juga harus membantu suami
dengan kualitas, motif, dan warna yang mencari nafkah, baik bekerja sebagai
diinginkan. Kualitas yang berbeda tentu pedagang, petani, peladang, pengrajin,
saja mempunyai harga yang lebih tinggi, peternak, dan lain sebagainya. Namun,
ini ditandai dengan seberapa banyak bagi mereka kegiatan rutinitas ini lebih
benang emas (yang dijadikan motif) yang dipandang sebagai kewajiban daripada
harus digunakan dalam kain tenun pembagian kerja yang berdasarkan
tersebut. Di samping itu, mereka juga gender (wawancara, 1-7 Juli 2017, n.d.).
memproduk kain tenun untuk ’papa – Di samping persoalan ekonomi,
mama’ (seragam) yang sekarang alasan para kaum perempuan di daerah
harganya berkisar Rp. 1.500.000,- Para ini memilih sebagai pengrajin tenun
pengrajin juga membuat beberapa produk adalah sebagai warisan orang tua atau
turunan dari kain tenun, diantaranya keahlian yang mereka miliki. Keahlian
adalah tanjak. Pada masa lalu tanjak ini mereka peroleh tanpa harus melalui
digunakan sangat terbatas, yaitu pada saat pendidikan di bangku sekolah atau ijazah.
perkawinan, namun pada saat sekarang Mereka mendapatkannya dengan belajar
tanjak sudah digunakan secara luas. Hal dari orang tua mereka. Alasan lain yang
ini terjadi karena adanya kebijakan dari juga dikemukakan adalah dengan
Pemerintah Riau tentang gerakan ’Riau melakukan pekerjaan ini, mereka tidak
Bertanjak’. Kebijakan seperti ini tentu perlu ke luar rumah. Artinya, mereka
saja dapat menambah semakin tetap dapat menjalankan pekerjaan
terbukanya pemasaran kain tenun dan domestik sekaligus kegiatan ekonomi
juga produk turunannya. yang dapat membantu meningkatkan
pendapatan rumah tangga. Hal ini terlihat

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
222| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018

jelas dari tempat mereka meletakkan alat penghasilan, karena pemasarannya tidak
produksi ini, yang hampir semuanya terlalu sulit, dan (4) pekerjaan ini tidak
terdapat di ruang belakang yang tentu mengharuskan kaum perempuan
saja tidak jauh dari peran domestik yang meninggalkan rumah, karena pekerjaan
harus dilakukan kaum perempuan, yaitu ini dapat dilakukan di rumah, sehingga
di dapur (wawancara, 1-7 Juli 2017, n.d.). para perempuan dapat menyelaraskan dua
Dengan mendekatkan dua jenis pekerjaan kewajiban sekaligus, yaitu kewajiban
(domestik dan ekonomi), perempuan domestik dan ekonomi. Strategi ini
daerah ini dapat menyelesaikan tanggung penting untuk dipahami, karena para
jawabnya dengan baik, tanpa harus perempuan di daerah ini masih
mendapatkan "celaan" dari masyarakat. memandang pekerjaan domestik tetap
sebagai tanggung jawab mereka.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Para perempuan pengrajin tenun
di Bukit Batu memberikan kontribusi
Pola pembagian kerja yang sering yang cukup berarti dalam ekonomi rumah
ditunjukkan pada keluarga pengrajin tangga. Apalagi para suami mereka tidak
tenun di Desa Bukit Batu sama dengan mempunyai pekerjaan yang tetap, dan
berbagai masyarakat di daerah Riau pendapatan yang tidak pasti. Dengan
lainnya. Kaum laki-laki dianggap demikian, dapat dikatakan bahwa
kelompok yang paling berhak di sektor keterlibatan kaum perempuan dalam
publik dan sebagai kepala rumah tangga, sektor ekonomi (bekerja) amatlah penting
sedangkan kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan rumah
bertanggungjawab di sektor domestik dan tangga. Bahkan tidak jarang ditemukan di
menjadi ibu rumah tangga. Pembagian lapangan, pendapatan yang diperoleh
pola kerja ini sudah sedemikian kaum perempuan dapat dijadikan sebagai
mengakar dan masyarakat memandang sumber utama ekonomi keluarga.
pola pembagian seperti ini sudah “baik”. Meskipun kaum perempuan memberikan
Meskipun kaum perempuan kontribusi yang besar dalam pendapatan
pengrajin tenun bertanggung jawab di rumah tangga, tidak berarti teraju rumah
sektor domestik, tidak berarti akses tangga beralih ke tangan perempuan.
mereka terhadap ekonomi dibatasi. Hal Perlu dilakukan penelitian
ini karena bagi masyarakat Riau, kaum lanjutan tentang pengrajin tenun di Desa
perempuan bekerja bukanlah suatu Bukit Batu dengan menggunakan metode
fenomena baru, artinya kaum perempuan yang berbeda. Penelitian ini
sudah sejak lama memainkan peran menggunakan metode kualitatif dengan
ganda dalam kehidupannya. Fenomena menekankan data wawancara. Oleh
ini terlihat dengan jelas dalam penelitian karena itu, perlu dilakukan kajian dengan
ini, dimana kaum perempuan memainkan menggunakan pendekatan kualitatif
peran yang penting dalam sektor ekonomi berkaitan dengan aktivitas pekerjaan
untuk membantu suami dalam memenuhi pengrajin tenun. Di samping itu, kajian
kebutuhan keluarganya. Adapun alasan ini baru melihat aspek strategi mengatur
para perempuan di Bukit Batu waktu dalam menyelesaikan dua
mengembangkan usaha tenun adalah; (1) pekerjaan, yaitu pekerjaan domestik dan
keterampilan menenun telah dimiliki juga pekerjaan menenun. Perlu dilakukan
sejak lama dan diwariskan dari generasi kajian lanjutan tentang strategi kaum
ke generasi, (2) untuk menjadi seorang perempuan pengrajin tenun Desa Bukit
penenun yang baik tidak perlu melalui Batu dalam memasarkan produknya.
pendidikan formal, cukup dengan belajar
melalui orang tua, (3) secara ekonomi,
pekerjaan ini cukup mendatangkan

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|223

REFERENSI Palembang Tentang Rekonstruksi


Pasal Mengenai Pembagian Peran
Abubakar, H., & Palisuri, P. (2018).
Antara Suami dan Istri Dalam
Karakteristik Wirausaha terhadap
Undang-Undang No. 1 Tahun
Keberlanjutan Industri Kuliner
1974 Tentang Perkawinan. Jurnal
Tradisional. In Prosiding Seminar
Hukum Simbur Cahaya, 24(2 Mei
Nasional: Manajemen, Akuntansi,
2017), 4772–4789.
dan Perbankan (Vol. 1, pp. 403–
Feillard, A. (1997). Indonesia’s emerging
410).
Muslim feminism: women leaders
Ahmadun, A. (2015). USAHA MIKRO,
on equality, inheritance and other
KECIL DAN MENENGAH
gender issues. Studia Islamika,
(UMKM) SEBAGAI BASIS
4(1).
EKONOMI KERAKYATAN.
Garna, J. (1994). K., 1999. Metode
Jurnal Administrasi &
Penelitian Pendekatan Kualitatif,
Manajemen, 5(1).
Bandung, Primaco Akademik.
Aina, A. Q., Suwarsinah, H. K., &
Gunarsa, S. D. (1991). Psikologi praktis:
Burhanuddin, B. (2018). Faktor-
anak, remaja dan keluarga. BPK
faktor yang Mempengaruhi
Gunung Mulia.
Perilaku Wirausaha Mompreneur
Gunawan, T., & Setyawati, C. Y. (2018).
(Studi Kasus: Komunitas Bunda
EVALUASI KINERJA
Online). In Forum Agribisnis
INDIVIDUAL PADA
(Vol. 8, pp. 17–34).
PERUSAHAAN KARYA
Amran, A. (2014). Dakwah dan
SELARAS JAYA ABADI.
perubahan sosial. Hikmah: Jurnal
PERFORMA, 3(1), 11–18.
Ilmu Dakwah Dan Komunikasi
Hafidhuddin, D. (2003). Manajemen
Islam, 6(1).
syariah dalam praktik. Gema
Antik, wawancara, 5 Juli 2017. (n.d.).
Insani.
Antik, wawancara, 6 Juli 2017. (n.d.).
Hamdi, A. S., & Bahruddin, E. (2015).
Astuti, A. W. W. (2013). Peran Ibu
Metode penelitian kuantitatif
Rumah Tangga dalam
aplikasi dalam pendidikan.
Meningkatkan Kesejahteraan
Deepublish.
Keluarga (PhD Thesis).
Haryanto, S. (2008). Peran Aktif Wanita
Universitas Negeri Semarang.
dalam Peningkatan pendapatan
Bungin, P. D. H. B., & Sos, S. (2005).
Rumah Tangga Miskin: Studi
Metodologi penelitian kuantitatif.
Kasus pada Wanita Pemecah Batu
Kencana.
di Pucanganak Kecamatan Tugu
Chapra, M. U. (2000). Islam dan
Trenggalek.
tantangan ekonomi. Gema Insani.
Haryati, S. (2012). Research and
Chapra, M. U. (2001). Masa depan ilmu
Development (R&D) sebagai
ekonomi: sebuah tinjauan Islam.
salah satu model penelitian dalam
Gema Insani.
bidang pendidikan. Majalah
Dzikrulloh, D., & Permata, A. R. E.
Ilmiah Dinamika, 37(1), 15.
(2016). Sinergitas Baitul Maal Wa
Huda, M. (2018). Dampak Kekerasan
Tamwil (BMT) Dengan Badan
dalam Rumah Tangga terhadap
Usaha Milik Desa (BUMDES)
Perempuan di Kabupaten
Sebagai Alternatif Penguatan
Ponorogo. Lentera, 1(2), 93–106.
UMKM Masyarakat Pedesaan.
Ihromi, T. O. (1999). Bunga rampai
Dinar Jurnal Ekonomi Dan
sosiologi keluarga. Yayasan Obor
Keuangan Islam, 1(1).
Indonesia.
Ernaningsih, W., & Samawati, P. (2017).
Ino, wawancara, 5 Juli 2017. (n.d.).
Persepsi Masyarakat Kota

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
224| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Jannah, H. F. (2002). Kekerasan Puspitasari, N., Puspitawati, H., &


terhadap istri. LKIS PELANGI Herawati, T. (2013). Peran
AKSARA. gender, kontribusi ekonomi
Kemiskinan, R. (2015). Pekerja Rumah perempuan, dan kesejahteraan
Tangga di Provinsi Jawa Timur keluarga petani hortikultura.
Reproduksi Kemiskinan dan Jurnal Ilmu Keluarga &
Potensi untuk Berkembang. Oleh: Konsumen, 6(1), 10–19.
Keppi Sukesi8. Gender Dan Rahman, A. (n.d.). AKTIVITAS
Kemiskinan Di Indonesia, 75. PEREMPUAN PEDAGANG DI
Lestari, P. (2011). Peranan Dan Status PASAR SERENG DESA
Perempuan dalam Sistem Sosial. DUAMPANUAE DI
DIMENSIA, 5(1). KABUPATEN SINJAI. Jurnal
Marcoes-Natsir, L. (2005). Abortion and Kajian Sosial Dan Budaya: Tebar
the Qur’an: Need for Science, 2, 11–24.
Reinterpretation in Indonesia?’. Rahmawati, N., & Triyono, T. (2017).
Approaches to the Qur’an in Keberanian dalam Mengambil
Contemporary Indonesia, 161–74. Keputusan dan Risiko oleh Petani
Moleong, L. J. (1999). Metodologi Padi Organik di Kabupaten
penelitian. Bandung: PT. Remaja Bantul. AGRARIS: Journal of
Rosda Karya. Agribusiness and Rural
Moleong, L. J. (2000). Metoda Kajian Development Research, 3(2),
Kualitatif. Remaja Rosdakarya. 128–137.
Bandung. Rahmawaty, A., & Ag, M. (n.d.).
Nimarni, wawancara, 3 Juli 2017. (n.d.). ISLAMISASI ILMU EKONOMI.
Nugraha, A., & Rachmawati, Y. (2014). Rioeh, I. D. S. P. (n.d.). STUDI
Metode Pengembangan Sosial. TENTANG PEKERJA WANITA
Nurgiyantoro, B. (2018). Teori DI KOTA PALU (Studi Kasus
pengkajian fiksi. UGM PRESS. Pada Ibu Rumah Tangga di
Nursiah, T. (n.d.). Perilaku Industri Tenun). Katalogis, 5(7).
Kewirausahaan pada Usaha Saputro, A. D. (2017). Membangun
Mikro Kecil (UMK) di Bogor, Ekonomi Islam Dengan
Jawa Barat (PhD Thesis). Bogor Melestarikan Lingkungan.
Agricultral University (IPB). IKONOMIKA, 1(1).
Nursiah, T., Kusnadi, N., & Semiawan, C. R. (2010). Metode
Burhanuddin, B. (2017). Perilaku Penelitian Kualitatif. Grasindo.
Kewirausahaan pada Usaha Mikro Setiadi, E. M. (2017). Ilmu sosial &
Kecil (UMK) Tempe di Bogor budaya dasar. Kencana.
Jawa Barat. Jurnal Agribisnis Setiadi, N. J. (2015). Perilaku konsumen.
Indonesia, 3(2), 145–158. Kencana.
Perempuan, K. P., Anak, P., & Statistik, Setyosari, H. P. (2016). Metode
B. P. (2016). Pembangunan penelitian pendidikan &
Manusia Berbasis Gender 2012. pengembangan. Prenada Media.
Jakarta (ID): Kementerian Soemitra, A. (2017). Bank & Lembaga
Pemberdayaan Perempuan Dan Keuangan Syariah. Prenada
Perlindungan Media.
Anak.[Internet].[Diunduh Pada Soesastro, H., & Indonesia, I. S. E.
11 Mei 2018]. Tersedia Pada: (2005). Pemikiran dan
Https://Www. Kemenpppa. Go. permasalahan ekonomi di
Id/Lib/Uploads/List/4f9aa-Buku- Indonesia dalam setengah abad
Pmbg-2016-Min. Pdf. terakhir: 1966-1982. paruh

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|225

pertama ekonomi Orde Baru Thamrin, H. (2013). Kearifan Lokal


(Vol. 3). Kanisius. dalam Pelestarian Lingkungan
Somantri, G. R. (2010). Memahami (The Lokal Wisdom in
metode kualitatif. Hubs-Asia, Environmental Sustainable).
9(2). Kutubkhanah, 16(1), 46–59.
Spillane, J. J. (1991). Ekonomi Thamrin, H. (2017). ECO-RELIGIO-
pariwisata: sejarah dan CULTURE SUATU
prosepeknya. Kanisius. ALTERNATIF PENGELOLAAN
Subadi, T. (2006). Metode Penelitian LINGKUNGAN. Al-Fikra, 15(1),
Kualitatif. Muhammadiyah 84–136.
University Press. Wahab, wawancara, 5 Juli 2017. (n.d.).
Subhan, Z. (2004). Membina Keluarga wawancara, 1-7 Juli 2017. (n.d.).
Sakinah. PT LKiS Pelangi Zaini, A. (2016). Membentuk Keluarga
Aksara. Sakinah Melalui Bimbingan dan
Sukiyono, K., & Cahyadinata, I. (2016). Konseling Pernikahan. Konseling
Status Wanita dan Ketahanan Religi: Jurnal Bimbingan
Pangan Rumah Tangga Nelayan Konseling Islam, 6(1).
dan Petani Padi di Kabupaten Zainul Arifin, M. B. A. (2012). Dasar-
Muko-Muko Provinsi Bengkulu. dasar manajemen bank syariah.
Jurnal Agro Ekonomi, 26(2), Pustaka Alvabet.
191–207. Zuraida, wawancara, 7 Juli 2017. (n.d.).
Sumbulah, U. (2012). Agama dan
keadilan gender. Egalita.

© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)

Anda mungkin juga menyukai