Abstract
This study aims to determine the woman contribution in the family economy. It is interesting to
study because the Indonesian especially people in Riau province, the financial responsibility
belong to men (husbands). Meanwhile women (wives) are often viewed as scaffolder of the family
economy. This research is classified as qualitative method since it can captured and explained the
phenomena. The results indicated that women weavers had a significant contribution in the
household economy, particularly for those who had husband with decisive job and fixed income.
Choosing this job as a source of economic income is a strategy to carry out their gender role in the
domestic sector. They could earn money from the job without leaving the responsibility in caring
their household.
Keywords: Women, economics, and weavers
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi perempuan dalam ekonomi keluarga. Hal ini
menarik untuk diteliti karena bagi masyarakat Riau, atau masyarakat Indonesia umumnya tanggung
jawab ekonomi berada pada kaum laki-laki (suami). Sedangkan perempuan (istri) sering dilihat
sebagai pendukung dalam ekonomi keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Metode ini dipandang tepat digunakan karena mampu menangkap dan
memahami fenomena yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan pengrajin tenun
di Bukit Batu memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam ekonomi rumah tangga. Apalagi
bagi perempuan yang suaminya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan pendapatan yang tidak
pasti. Dengan demikian, perempuan menjalani peran ganda dalam kehidupan keluarga. Pemilihan
menenun sebagai pekerjaan yang dapat dijadikan sumber ekonomi keluarga merupakan strategi
agar dapat menjalankan peran ganda tersebut secara baik. Mereka dapat memperoleh uang dari
pekerjaan menenun dan sekaligus juga dapat mengurus pekerjaan rumah tangga.
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
214| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|215
gejala, baik eksternal maupun internal ekonomi keluarga. Adapun teknik untuk
yang terdapat dalam kehidupan kaum pengumpulan data yang digunakan
perempuan. Penelitian deskriptif adalah observasi, wawancara mendalam,
bertujuan untuk menggambarkan dan dan dokumentasi.
memahami pola kebudayaan suatu Kegiatan dalam menganalisis data
masyarakat dalam konteks keutuhan dimulai dari klasifikasi, kategorisasi, dan
sebagai suatu kesatuan yang bulat interpretasi, sampai pada pembahasan.
(Gunawan & Setyawati, 2018; Pengolahan data atau analisis deskriptif
Nurgiyantoro, 2018; Thamrin, 2013, (descriptive analysis) mengandung
2017). Penelitian deskriptif menggambar- pengertian sebagai usaha untuk
kan dengan tepat mengenai sifat-sifat menyederhanakan dan sekaligus
individu, keadaan, gejala dan kelompok menjelaskan bagian dari keseluruhan data
tertentu, menentukan frekuensi adanya melalui langkah-langkah klasifikasi
hubungan tertentu antara satu gejala sehingga tersusun suatu rangkaian
dengan gejala lainnya dalam masyarakat. deskripsi yang sistematis dan akurat.
Sedangkan pendekatan kualitatif
dicirikan oleh tujuan penelitian yang HASIL PENELITIAN DAN
berupaya untuk memahami gejala-gejala PEMBAHASAN
sedemikian rupa untuk tak memerlukan
kuantifikasi atau gejala-gejala tersebut Pola Pembagian Kerja Antara Laki-
tidak mungkin diukur secara tepat laki dan Perempuan dalam Rumah
(Garna, 1994; Moleong, 1999, 2000; Tangga
Subadi, 2006). Metode kualitatif merujuk Kondisi keluarga pengrajin tenun
kepada prosedur penelitian yang
di Desa Bukit Batu merupakan salah satu
menghasilkan data deskriptif, yakni apa bentuk gambaran keluarga miskin di
yang dituturkan orang, baik lisan
Indonesia. Mereka harus melakukan
maupun tulisan, apa yang dilakukan pekerjaan untuk membantu suami dalam
orang, yang secara fundamental
memenuhi kebutuhan rumah tangga.
bergantung pada pengamatan manusia Menurut penjelasan informan,
dalam keluasannya sendiri dan
masyarakat Desa Bukit Batu memandang
berhubungan dengan orang tersebut laki-laki maupun perempuan dalam
dalam bahasanya serta dalam
rumah tangga sama-sama berkewajiban
peristilahannya (Bungin & Sos, 2005; dalam memenuhi kebutuhan rumah
Hamdi & Bahruddin, 2015; Haryati,
tangga (“wawancara, 1-7 Juli 2017,”
2012; Semiawan, 2010; Setyosari, 2016;
n.d.). Meskipun demikian, pandangan
Somantri, 2010).
bahwa laki-laki (suami) sebagai
Penelitian ini mengambil lokasi di
pemimpin rumah tangga dan
Desa Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu
berkewajiban memenuhi nafkah keluarga
Kabupaten Bengkalis. Dipilihnya desa
tetap dipegang teguh. Dengan demikian,
ini sebagai lokasi penelitian dengan
peranan perempuan (istri) dipandang
alasan banyaknya kaum perempuan yang
lebih sebagai pelengkap untuk membantu
bekerja sebagai pengrajin tenun. Data
suami dalam mencukupi keperluan
primer diperoleh dari informan
sehari-hari. Fenomena ini menjelaskan
penelitian, yaitu perempuan pengrajin
bahwa kaum perempuan sudah terbiasa
tenun, tokoh masyarakat, dan tokoh
bekerja untuk membantu suami dalam
agama. Data yang dikumpulkan dalam
memenuhi keperluan rumah tangga,
penelitian ini adalah fenomena-fenomena
sehingga persoalan ekonomi tidak
yang berkaitan langsung dengan objek
selamanya bergantung kepada kaum laki-
penelitian, yaitu pengembangan usaha
laki atau menjadi monopoli para suami.
pengrajin tenun dan kontribusinya dalam
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
216| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|217
(Ernaningsih & Samawati, 2017; Rioeh, sumber daya manusia suatu negara
n.d.; Soesastro & Indonesia, 2005). Hal (Ihromi, 1999; Rahman, n.d.; E. M.
ini berlaku dalam kondisi tertentu, seperti Setiadi, 2017; N. J. Setiadi, 2015).
istri sedang sakit, melahirkan atau Jelaslah bahwa keluarga adalah penentu
keuzuran lainnya, dan jumlah anak yang kualitas awal individu yang menentukan
banyak. Dalam kondisi seperti ini, suami sifatnya apabila dewasa. Pandangan
akan membantu atau menggantikan peran serupa juga dikemukakan oleh (Ihromi,
istrinya dalam melakukan pekerjaan 1999; Nugraha & Rachmawati, 2014)
domestik, seperti mencuci pakaian, bahwa keluarga membentuk watak
mengasuh anak, memasak, dan anggotanya dan mempersiapkan mereka
sebagainya. Demikian juga halnya dalam dalam bekerja. Dalam membentuk
aktivitas menenun, meskipun pekerjaan individu tersebut, keluarga baik secara
tersebut dipandang bersesuaian dengan langsung maupun tidak langsung
sifat perempuan, namun suami mereka memberi pengaruh terhadap institusi
juga ikut membantu melakukan salah satu masyarakat yang lain (politik, undang-
tahapan dalam pembuatan kain tenun, undang, kesehatan, dan pendidikan) dan
yaitu menggulung benang (mengelos). Di sebaliknya setiap institusi keluarga
samping itu, mereka (suami) juga ikut mengalami pengaruhnya.
memasarkan kain tenun yang sudah siap.
Tidak ada pandangan yang negatif bagi Kedudukan dan peranan pengrajin
laki-laki dalam keluarga yang melakukan tenun dalam keluarga senantiasa merujuk
pekerjaan yang sebenarnya merupakan kepada peranan yang berasal dari
pekerjaan kaum perempuan (istri). Jadi, perbedaan gender. Menurut informan,
pembagian peranan berdasarkan gender kondisi ini sudah ada sejak masa lalu dan
dalam keluarga informan bukanlah tidak mengalami perubahan hingga saat
pembagian yang tidak boleh bertukar ini (“wawancara, 1-7 Juli 2017,” n.d.).
ganti, melainkan dapat disesuaikan Hal tersebut terkait erat dengan
dengan keadaan dan keperluan. pemahaman terhadap ajaran agama yang
Penjelasan di atas dianut dan sistem nilai budaya yang
memperlihatkan bahwa pembagian kerja berlaku dalam masyarakat. Kaum
dalam keluarga lebih dimaksudkan untuk perempuan bertingkah laku sebagaimana
menentukan peranan utama yang yang telah diajarkan oleh orang tua
dilakukan oleh seorang suami atau istri, mereka, dan mereka tidak mau dikatakan
sehingga berbagai pekerjaan dalam sebagai istri yang tidak mengabdi kepada
rumah tangga akan terselesaikan dengan suami atau orang yang tidak 'tahu adat'.
baik. Namun, bukan berarti tanggung Pengabdian kepada suami dipandang
jawab suatu pekerjaan hanya dipikul oleh sebagai hal yang penting dalam berumah
satu pihak, melainkan mereka saling tangga, karena akan berdampak kepada
melengkapi dan saling bantu. Artinya, kehidupan yang akan datang (akhirat),
pekerjaan tersebut boleh dilakukan secara sebagaimana yang mereka pahami dari
bertukar ganti sesuai dengan tuntutan nilai-nilai ajaran Islam. Pandangan ini
keadaan. tentu saja memberi dampak terhadap
kedudukan dan peranan dalam keluarga.
Kedudukan dan Peran Perempuan Sekalipun istri cukup berperan
dalam Rumah Tangga membantu suami dalam memenuhi
keperluan keluarga, namun teraju
Institusi keluarga adalah organisasi
kepemimpinan rumah tangga tetap berada
dasar dalam masyarakat yang
di tangan laki-laki (suami). Suamilah
mempengaruhi dan menentukan
kepribadian dan kualitas individu yang yang berhak membuat keputusan dan
mengambil kebijakan dalam keluarga.
seterusnya membentuk masyarakat dan
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
218| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018
Hal ini menunjukkan bahwa tampuk Dalam konteks ini, kedudukan dan
kekuasaan dan penanggungjawab rumah peranan utama perempuan adalah
tangga adalah laki-laki. Dengan berkaitan dengan pengurusan rumah
demikian, sangat “memalukan” apabila tangga. Meskipun mereka melakukan
satu keluarga dipimpin oleh perempuan, berbagai pekerjaan yang mendatangkan
dimana suami patuh atas perintah istri. uang, namun tanggung jawab domestik
Sekalipun suami pemegang teraju tidak pernah lepas dari mereka. Sebagai
kepemimpinan, istri tetap mempunyai contoh, terdapat keluarga yang suaminya
peran dalam memberikan saran dan dalam kondisi sakit dan tidak dapat
pertimbangan terhadap berbagai memenuhi nafkah keluarga dan ia
persoalan yang dihadapi oleh keluarga. (perempuan) yang mengambil peranan
Peranan ini dirasakan sangat penting tersebut, namun kedudukan laki-laki
dalam kehidupan berumah tangga. (suami) sebagai pemimpin rumah tangga
Artinya, istri tetap diajak berpikir dan tidak diambil alih oleh istri. Dengan kata
berdiskusi untuk mengatasi berbagai lain, istrinya yang memenuhi nafkah
persoalan yang dihadapi oleh keluarga. keluarga, namun kepemimpinan rumah
Sebagai contoh, dengan keterbatasan tangga tetap berada pada suami. Informan
kemampuan ekonomi, mereka akan (“wawancara, 1-7 Juli 2017,” n.d.)
mendiskusikan masalah pendidikan anak- menjelaskan bahwa sehebat apapun
anak mereka, apakah akan melanjutkan kedudukan dan peranan perempuan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dalam masyarakat tidak akan
atau tidak. Mereka akan mendiskusikan mempengaruhi atau merubah kedudukan
akibat yang akan ditimbulkan dengan dan peranannya dalam keluarga. Hal ini
mengirim anak mereka untuk sangat terkait dengan nilai yang berlaku
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang dalam masyarakat setempat sehingga
lebih tinggi dan cara mengatasinya. kedudukan dan peranan tidak boleh
Artinya, mereka berupaya mengatur bertukar ganti, meskipun pekerjaan yang
pengeluaran rumah tangga seefisien berkaitan dengan kedudukan dan peranan
mungkin agar semuanya dapat terpenuhi. tersebut bertukar ganti dalam rumah
Penjelasan di atas memperlihatkan tangga.
bahwa kedudukan dan peranan istri
Pengrajin Tenun dan Pengembangan
dalam keluarga bersesuaian dengan
Usaha Mikro
konsep keluarga harmonis. (Marcoes-
Natsir, 2005) menjelaskan bahwa dalam Usaha mikro seringkali
keluarga harmonis peranan laki-laki dan digambarkan sebagai usaha-usaha
perempuan memang telah ditentukan marginal dan subsisten (Nugraha &
sedemikian rupa. Perempuan ditempatkan Rachmawati, 2014; Soemitra, 2017;
dalam peranan tertentu sebagai ibu rumah Zainul Arifin, 2012). Ciri-ciri usaha
tangga, sedangkan laki-laki pemimpin mikro di antaranya ditandai dengan jenis
rumah tangga. Inilah inti peranan dan transaksi jual beli yang dilakukan dalam
kedudukan perempuan sejak terlahir ke jumlah kecil, sebagian transaksi
bumi. Padanya memang diberi pilihan dilakukan dengan orang-orang yang
terbuka, akan tetapi pilihan lain, dikenal, kesepakatan yang dibangun
sebagaimana juga sifat suatu pilihan, bersifat langsung (face-to-face),
tidak seutama menjadi ibu rumah tangga berdasarkan pada kepercayaan, referensi
atau dalam bahasa kajian perempuan pribadi, transaksi dilakukan antara dua
disebut peranan reproduksi yang orang atau lebih dengan orang-orang
bertanggung jawab atas sektor domestik yang dipercaya dan dapat
(Feillard, 1997; Gunarsa, 1991; Huda, dipertanggungjawabkan, memiliki aturan
2018; Sumbulah, 2012; Zaini, 2016). sosial sendiri, menggabungkan berbagai
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|219
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
220| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|221
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
222| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018
jelas dari tempat mereka meletakkan alat penghasilan, karena pemasarannya tidak
produksi ini, yang hampir semuanya terlalu sulit, dan (4) pekerjaan ini tidak
terdapat di ruang belakang yang tentu mengharuskan kaum perempuan
saja tidak jauh dari peran domestik yang meninggalkan rumah, karena pekerjaan
harus dilakukan kaum perempuan, yaitu ini dapat dilakukan di rumah, sehingga
di dapur (wawancara, 1-7 Juli 2017, n.d.). para perempuan dapat menyelaraskan dua
Dengan mendekatkan dua jenis pekerjaan kewajiban sekaligus, yaitu kewajiban
(domestik dan ekonomi), perempuan domestik dan ekonomi. Strategi ini
daerah ini dapat menyelesaikan tanggung penting untuk dipahami, karena para
jawabnya dengan baik, tanpa harus perempuan di daerah ini masih
mendapatkan "celaan" dari masyarakat. memandang pekerjaan domestik tetap
sebagai tanggung jawab mereka.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Para perempuan pengrajin tenun
di Bukit Batu memberikan kontribusi
Pola pembagian kerja yang sering yang cukup berarti dalam ekonomi rumah
ditunjukkan pada keluarga pengrajin tangga. Apalagi para suami mereka tidak
tenun di Desa Bukit Batu sama dengan mempunyai pekerjaan yang tetap, dan
berbagai masyarakat di daerah Riau pendapatan yang tidak pasti. Dengan
lainnya. Kaum laki-laki dianggap demikian, dapat dikatakan bahwa
kelompok yang paling berhak di sektor keterlibatan kaum perempuan dalam
publik dan sebagai kepala rumah tangga, sektor ekonomi (bekerja) amatlah penting
sedangkan kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan rumah
bertanggungjawab di sektor domestik dan tangga. Bahkan tidak jarang ditemukan di
menjadi ibu rumah tangga. Pembagian lapangan, pendapatan yang diperoleh
pola kerja ini sudah sedemikian kaum perempuan dapat dijadikan sebagai
mengakar dan masyarakat memandang sumber utama ekonomi keluarga.
pola pembagian seperti ini sudah “baik”. Meskipun kaum perempuan memberikan
Meskipun kaum perempuan kontribusi yang besar dalam pendapatan
pengrajin tenun bertanggung jawab di rumah tangga, tidak berarti teraju rumah
sektor domestik, tidak berarti akses tangga beralih ke tangan perempuan.
mereka terhadap ekonomi dibatasi. Hal Perlu dilakukan penelitian
ini karena bagi masyarakat Riau, kaum lanjutan tentang pengrajin tenun di Desa
perempuan bekerja bukanlah suatu Bukit Batu dengan menggunakan metode
fenomena baru, artinya kaum perempuan yang berbeda. Penelitian ini
sudah sejak lama memainkan peran menggunakan metode kualitatif dengan
ganda dalam kehidupannya. Fenomena menekankan data wawancara. Oleh
ini terlihat dengan jelas dalam penelitian karena itu, perlu dilakukan kajian dengan
ini, dimana kaum perempuan memainkan menggunakan pendekatan kualitatif
peran yang penting dalam sektor ekonomi berkaitan dengan aktivitas pekerjaan
untuk membantu suami dalam memenuhi pengrajin tenun. Di samping itu, kajian
kebutuhan keluarganya. Adapun alasan ini baru melihat aspek strategi mengatur
para perempuan di Bukit Batu waktu dalam menyelesaikan dua
mengembangkan usaha tenun adalah; (1) pekerjaan, yaitu pekerjaan domestik dan
keterampilan menenun telah dimiliki juga pekerjaan menenun. Perlu dilakukan
sejak lama dan diwariskan dari generasi kajian lanjutan tentang strategi kaum
ke generasi, (2) untuk menjadi seorang perempuan pengrajin tenun Desa Bukit
penenun yang baik tidak perlu melalui Batu dalam memasarkan produknya.
pendidikan formal, cukup dengan belajar
melalui orang tua, (3) secara ekonomi,
pekerjaan ini cukup mendatangkan
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|223
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
224| Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2018
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)
Hasbullah, Kontribusi Perempuan Pengrajin Tenun…|225
© 2018 by Kafa’ah All right reserved. This work is licensed under (CC-BY-SA)