Anda di halaman 1dari 15

SEKURITAS SOSIAL PETANI PADI SAWAH KECAMATAN TAPANGO

KABUPATEN POLMAN SULAWESI BARAT


SOCIAL SECURITY OF PADDY RICE FARMERS IN TAPANGO
DISTRICT POLMAN REGENCY WEST SULAWESI
Fatmawati P
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km.7 Makassar
Telepon (0411) 885119, 883748, Faksimile (0411) 865166
Pos-el: fatmawatipalle@yahoo.com
Handphone:085242824485
Diterima: 6 Februari 2017; Direvisi: 17 Maret 2017; Disetujui: 31 Mei 2017

ABSTRACT
This research uses descriptive method with qualitative approach that aimed to describe the social and economic
life and social security of farmers in the district of Polman,Tapango, West Sulawesi which is intertwined
between them. Collecting data using the technique of indepth interviews, direct observation, and literature.
This study shows that paddy-rice farming communities in Tapango,realizing not just the behavior of formal
social securities but traditional social securities such as mutual help in form of borrowing/reciprocal systems,
give each other, exchanged each other, an arisan system, the mechanism of zakat. In addition, the realization of
socio-cultural values intended
​​ on kinship relationships and friendships, the principles of functional reciprocity
are balanced selflessly, the values ​​of honesty, obedience, diligence, responsibility, solidarity, who are guided
by the principle of mutual help.
Keywords: traditional social security, formal social security and cultural values

ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kehidupan sosial ekonomi dan sekuritas sosial masyarakat petani di Kecamatan Tapango
Kabupaten Polman Sulawesi Barat yang terjalin antara mereka. Pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara mendalam, pengamatan langsung, dan studi pustaka. Penelitian ini menunjukkan bahwa
masyarakat petani padi sawah Tapango mewujudkan tidak hanya prilaku sekuritas sosial formal melainkan
sekuritas sosial tradisional seperti tolong menolong berupa sistem pinjam-meminjam/timbal-balik, saling
memberi, saling tukar-menukar, sistem arisan, mekanisme zakat. Selain itu, terealisasinya nilai-nilai sosial
budaya dimaksudkan pada hubungan-hubungan kekerabatan dan pertemanan, prinsip-prinsip timbal-balik
fungsional seimbang tanpa pamrih, nilai-nilai kejujuran, ketaatan, kerajinan, tanggungjawab, kesetiakawanan
yang berpedoman pada prinsip tolong-menolong.
Kata Kunci: sekuritas sosial tradisional, sekuritas sosial formal, nilai-nilai budaya

PENDAHULUAN orang pada Februari 1998. Temuan Irawan dan


Pada krisis ekonomi yang berkepanjangan Romdiati (2000) yang mengungkapkan bahwa
pada akhir tahun 1998, Badan Pusat Statistik hampir 72% dari seluruh rumah tangga miskin
(BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk dicirikan oleh mereka yang bergantung kepada
miskin mencapai 49,5 juta jiwa yang 31,9 juta sektor pertanian sebagai sumber penghasilan
diantaranya terdapat di pedesaan (Notoatmojo, utamanya, dan umumnya terdapat di pedesaan.
2003). Beberapa lembaga, antara lain Bank Dunia Pengeluaran pemerintah untuk pengentasan
memperkirakan bahwa pertambahan jumlah kemiskinan di Indonesia kecenderungannya
penduduk miskin di Indonesia akibat krisis meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini
ekonomi yang mencapai 11 % atau sekitar 22 juta memberikan indikasi bahwa sebagian besar

165
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
pengeluaran pemerintah yang dijadikan program kemiskinan di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
pengentasan kemiskinan belum mampu berpengaruh signifikan terhadap pengurangan
menyelesaikan masalah kemiskinan. Belanja angka kemiskinan, terutama di daerah perdesaan
untuk program kemiskinan terus bertambah yang banyak terdapat kantong-kantong
belum menjadi ukuran prestasi. Pemborosan kemiskinan. Sebaliknya kemiskinan juga
dana pemerintah yang sangat besar menjadikan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
beban negara semakin membengkak karena dana ekonomi. Melalui peningkatan akses modal,
pemerintah tersebut didapat dari dana pinjaman. kualitas pendidik (peningkatan melek huruf
Secara umum, kemiskinan didefinisikan dan lama pendidikan) dan derajat kesehatan
sebagai kondisi saat seseorang atau sekelompok (peningkatan harapan hidup) penduduk miskin
orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas
untuk mempertahankan dan mengembangkan mereka dalam berusaha.
kehidupan yang bermartabat (Kecuk,2011). Sekalipun berbagai upaya pemberdayaan
Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa petani melalui berbagai program telah dilakukan
angka kemiskinan meningkat sebanyak 860 terdapat berbagai hambatan yang ditemui
ribu orang, atau naik dari 10,96 persen pada dalam pelaksanaan program penanggulangan
September 2014 menjadi 11,22 persen pada kemiskinan tersebut, terutama disebabkan
Maret 2015 (Ritonga, 2015). oleh sosialisasi yang kurang efektif baik pada
Ada dua karakteristik desa miskin, anggota masyarakat yang menjadi sasaran
yaitu terbatasnya aset produktif seperti program maupun pada pelaksana program itu
lahan dan kapital dan kualitas sumber daya sendiri. Apalagi tujuan utama pemberdayaan
manusia sebagian besar sangat rendah. Kedua adalah memperkuat kekuasaan masyarakat,
karakteristik tersebut diduga merupakan khususnya kelompok lemah yang memiliki
kendala dalam mengaplikasikan suatu teknologi ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal
atau pemanfaatan secara optimal kesempatan (persepsi mereka sendiri), maupun kondisi
ekonomi. Walaupun demikian, Hayami dan eksternal, misalnya ditindas oleh struktur yang
Masau (1997) membuktikan bahwa secara tidak adil (Suharto,2006:60). Hal ini menekankan
umum dalam kondisi tertentu perubahan bahwa pendekatan strategi pemberdayaan
teknologi dapat berpengaruh positif terhadap masyarakat bermaksud memperkuat pengetahuan
penanggulangan kemiskinan. dan kemampuan dalam memecahkan masalah
Hal penting lain yang perlu mendapat demi memenuhi kebutuhan yang dimiliki
perhatian adalah pemantapan ketahanan masyarakat, tak terkecuali bagi kelompok
pangan dan menghilangkan kemiskinan, yang masyarakat yang tergolong sebagai petani.
juga menjadi bagian dalam penanggulangan Sebagai bagian dari masyarakat, para petani
kemiskinan petani. Ketahanan pangan mencakup memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
berbagai aspek, antara lain ketersediaan, menjangkau atau mengakses sumber-sumber
keandalan, keberlanjutan dan keterjangkauan. ekonomi, pendidikan, kesehatan, pelayanan
Golongan masyarakat yang paling rentan sosial secara adil dan merata. Berbagai kebutuhan
terhadap perubahan adalah angkatan kerja yang tersebut diupayakan terpenuhi agar menghindari
bekerja di sektor informal dengan kualitas dan masalah yang dihadapi melalui pendekatan
produktivitas tenaga kerja yang masih rendah. pemberdayaan. Dalam memperkuat kekuasaan
Kondisi itu semakin parah dengan terbatasnya atau keberdayaan kelompok lemah dalam
jangkauan terhadap penguasaan lahan pertanian masyarakat (termasuk individu), pemberdayaan
dan aset produktif lainnya. menjadi proses dan tujuan pemenuhan
Apalagi terdapat hubungan dua arah kebutuhan mereka. Hal ini menekankan bahwa
yang kuat antara pertumbuhan ekonomi dan pendekatan strategi pemberdayaan masyarakat

166
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

bermaksud memperkuat pengetahuan dan (Suharto,2006). Perlindungan sosial ini juga


kemampuan dalam memecahkan masalah demi berusaha menangani komunitas adat kecil
memenuhi kebutuhan yang dimiliki masyarakat, dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan
tak terkecuali bagi kelompok masyarakat agar mereka dapat hidup secara baik jasmani,
yang tergolong sebagai petani. Salah satu rohani dan sosial sehingga dapat berperan dalam
pemberdayaan yang dianggarkan bagi petani pembangunan dengan tetap menjunjung tinggi
adalah pemberdayaan masalah kemiskinan nilai sosial budaya setempat (Departemen Sosial
petani. Republik Indonesia, 2003).
BPS baru saja merilis gambaran Penulis mengganggap salah satu alasan
pendapatan petani terbaru melalui hasil Survei mengapa label kemiskinan kian mengikat
Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian para petani disebabkan tidak terpenuhinya
tahun 2013, sampel yang digunakan sebanyak kebutuhan akibat minimnya pendapatan mereka.
418.000 rumah tangga, diperoleh rata-rata Ketidakcukupan ini menganggap bahwa model
pendapatan rumah tangga pertanian sebesar Rp sekuritas sosial menjadi jalan efektif dalam
2,2 juta per bulan atau Rp 550.000 per kapita menyelesaikan persoalan pemberdayaan terkait
per bulan (asumsi rata-rata jumlah anggota dengan beberapa penelitian yang diperuntukkan
empat orang), dengan rata-rata pendapatan terkhusus bagi petani tradisional. Sekuritas
tersebut dua kali lebih tinggi dibandingkan sosial adalah perwujudan dari jaminan sosial,
garis kemiskinan perdesaan sebesar Rp 286.000 sebagai suatu batasan yang sangat luas
(kondisi Maret 2014) lalu, mengapa atribut yang mencakup seluruh pemeliharaan guna
miskin masih saja melekat pada profesi petani. memelihara taraf kesejahteraan sosial. Maka
Jawabannya ada pada struktur pendapatan dari itu penulis menganggap pentingnya ada
rumah tangga usaha pertanian yang belum mekanisme sekuritas sosial yang diperuntukkan
sepenuhnya ditopang pendapatan dari usaha bagi masyarakat petani demi upaya menemukan
pertanian (Pudjianto&Syawie,2015). Hal ini jalan keluar bagi permasalahan ini, seperti
didukung oleh pendapat Arrochmah (2012) yang pada petani di Kecamatan Tapango Kabupaten
menunjukkan bahwa petani miskin memiliki Polman Sulawesi Barat.
luas garapan sangat sempit dengan sedikit Berdasarkan latar belakang tersebut
kepemilikan lahan pada petani serta akses maka penulis tertarik untuk mendeskripsikan
pasar yang dikuasai pihak luar. kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Salah satu penanganan kemiskinan petani serta prilaku sekuritas sosial yang terjalin
yang sangat erat kaitannya dengan perspektif pada petani di Kecamatan Tapango Kabupaten
pembangunan kesejahteraan sosial dan Polman Sulawesi Barat. Tujuan penelitian ini
pekerjaan sosial yaitu perlindungan sosial adalah untuk menggambarkan kehidupan sosial
(social protection). Menurut penulis ekonomi dan sekuritas sosial petani di Kecamatan
mekanisme ini dapat menjadi salah satu solusi Tapango Kabupaten Polman Sulawesi Barat yang
permasalahan petani. Perlindungan sosial ini terjalin antara mereka. Manfaat dari penelitian
adalah skema yang dirancang secara terencana ini diharapkan memberikan atau menambah
oleh pemerintah maupun masyarakat untuk bahan acuan pengetahuan tentang kondisi
melindungi anggotanya dari berbagai resiko kehidupan sosial ekonomi petani dan sekuritas
dalam kehidupannya, baik resiko yang timbul sosial yang terjalin di dalamnya. Keterangan
dari dirinya (kecelakaan, sakit, meninggal yang dikumpulkan dapat menjadi rujukan
dunia), maupun yang timbul dari lingkungannya bagi perumusan masalah langkah mengatasi
(menganggur, bencana alam atau sosial), seperti kemiskinan di kalangan petani, khususnya petani
bantuan sosial, asuransi sosial, mekanisme dan tradisional.
jaring pengaman sosial berbasis masyarakat

167
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan mencukupi standar hidup minimum, seperti
memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, sandang, pangan, kesehatan, pendidikan untuk
pangan dan papan. Selain itu juga ketiadaan dapat hidup dan berkerja (Jamasy, 2004:33).
akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya Benjamin dkk (2012), bahwa faktor-faktor
seperti kesehatan, sanitasi, air bersih dan penentu yang kritis dari keparahan kemiskinan
transportasi (Suharto,2006: 6-7). Kemiskinan adalah efisiensi ekonomi, pendapatan rumah
diartikan sebuah kondisi yang berada dibawah tangga, rasio ketergantungan, total rasio
garis nilai standar kebutuhan minimum, baik pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi, luas
untuk makanan dan non makanan, yang disebut lahan yang diusahakan, akses kredit, struktur
garis kemiskinan atau batas kemiskinan (poverty produksi rumah tangga, diversifikasi produksi
theshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah tingkat rumah tangga, komersialisasi tingkat
rupiah yang diperlukan oleh setiap individu produksi, pengeluaran pada pendidikan, akses
untuk dapat membayar kebutuhan makanan kelayanan penyuluhan pertanian, anggota
setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan organisasi dalam masyarakat atau organisasi
kebutuhan non makanan yang terdiri atas sosial petani lainnya, akses pasar, modal,
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pendidikan formal,
transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. berdasarkan hasil temuannya di Negeria.
(BPS dan Depsos, dikutip Suharto, 2006). Defenisi sekuritas sosial menurut ILO:
Selain konsep kemiskinan kultural disebut “The protection which society provides for its
di atas, terdapat juga kemiskinan struktural members, though a series of public measures,
yaitu kemiskinan yang terjadi bukan karena against the economic and social distress that
ketidak mampuan si miskin untuk bekerja atau otherwise would be caused by the stoppage
malas, melainkan karena ketidak mampuan or substantial reduction of earnings resulting
sistem dan struktur sosial dalam menyediakan from sickness, maternity, employment injury,
kesempatan-kesempatan yang memungkinkan unemployment, old age and death; the provision
si miskin dapat berkerja. Sering disebut juga of medical care; and the provision of subsidies
sebagai kemiskinan secara sosial-psikologi yang for families with children.” Dikutip Tang dkk
menunjuk pada kekurangan jaringan dan struktur (2010). Sedangkan pemerintah Indonesia telah
dalam mendapatkan kesempatan peningkatan merumuskan defenisi “sekuritas sosial” itu lebih
produktivitas. Kemiskinan ini bukanlah kepada sebagai perwujudan dari sekuritas sosial
persoalan individu, melainkan persoalan dengan suatu batasan yang lebih luas, yaitu
struktural yang dipahami oleh kaum demokrasi- seluruh sistem perlindungan dan pemeliharaan
sosial. Menurutnya kemiskinan disebabkan oleh kesejahteraan sosial bagi warga negara
terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan dalam diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
masyarakat dalam mengakses sumber-sumber guna memelihara taraf kesejahteraan sosial di
kemasyarakatan (Suharto, 2006:140). Indonesia yang merupakan tanggung jawab
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi bersama antara pemerintah dan masyarakat
dua pengertian, yaitu kemiskinan absolut dan bersama-sama atas dasar kekeluargaan (Junida,
kemiskinan relatif. Seseorang termasuk golongan 2012).
miskin absolut apabila hasil pendapatannya Hal tersebut dianggap Tang dkk (2005)
berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup sebagai “kebijakan yang tidak cocok untuk
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: dipakai, di mana menurut mereka hanya terbatas
pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. pada penyediaan kebutuhan yang disediakan
Kemiskinan Absolut adalah kemiskinan oleh pemerintah dalam kondisi sulit. Hal ini
apabila tingkat pendapatannya di bawah garis tidak memperhitungkan penyediaan bantuan
kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak terhadap kebutuhan-kebutuhan yang sama yang

168
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

disediakan oleh perorangan atau kelompok yang masih belum terintegrasi dengan sektor
sosial lain selain dari pemerintah, sebut saja ekonomi formal dan umumnya miskin, bahkan
seperti keluarga, tetangga, organisasi-organisasi banyak yang sangat miskin (Getubig,1992:1).
yang membantu diri sendiri, dan sebagainya”. Dalam tulisan ini, penulis ingin membahas
“Pembatasan pengertian pada bantuan dari tentang sekuritas sosial yang dilihat sebagai
pemerintah saja tidak memberikan gambaran suatu konsep analitis yang berkenaan dengan
yang lengkap, karena tidak memperhatikan fungsi sosial tertentu. Istilah sekuritas sosial
pentingnya menganalisis peranan yang dipakai untuk mengacu kepada problem-
dimainkan oleh berbagai pengelompokkan- problem sosial. Dalam pengertian luas sekuritas
pengelompokkan dan institusi-institusi sosial dapat dirujukkan kepada usaha-usaha
lainnya”(Von Benda-Beckman, 1988:268). dari individu-individu, kelompok-kelompok,
Keterbatasan lainnya yang dianggap K. keluarga, warga satu desa, swasta dan institusi-
Von Benda-Beckman dikutip oleh Tang, dkk institusi pemerintahan untuk mengatasi berbagai
(2005) dikutip Junida (2012) adalah pengertian kebutuhan-kebutuhan hidup primer dari anggota-
dari “situasi kesulitan” (disterss) yang tidak anggota masyarakat seperti bahan makanan yang
dapat dipakai di sini sebab, apa yang dianggap memadai, perumahan, pendidikan, pelayanan
“normal” ataukah “situasi kesulitan” ditanggapi kesehatan, air bersih, dan lain-lain: sekaligus
secara berbeda bukan saja dari masyarakat satu memberikan jaminan di saat peristiwa atau
ke masyarakat lainnya, tetapi juga bervariasi keadaan tertentu menimpa mereka (seperti
di dalam satu masyarakat. Keterbatasan itu sakit, cacat, kehilangan pekerjaan, lanjut usia,
bertambah lagi dari kenyataan bahwa pengertian dan kematian) untuk memungkinkan mereka
itu biasanya pada upah yang diperoleh dari memenuhi standar kehidupan yang bersesuaian
bekerja selama hampir sehari penuh. Di negara- dengan norma-norma masyarakat (Tang,dkk,
negara bukan di Negara Barat didapati di 2010). Adapun sekuritas sosial tradisional
pedesaan adanya perbedaan yang kurang tajam adalah sekuritas sosial yang sumbernya dari luar
antara tenaga kerja gajian dan bukan gajian, institusi pemerintah yang secara turun temurun
terutama bagi mereka yang sebagian bergantung diberikan atau diterima dari adanya hubungan-
pada ekonomi subsistensi. Mekanisme sekuritas hubungan sosial seperti kerabat, tetangga, orang
sosial yang berlaku bagi “situasi normal” juga sekampung, teman, patron-klien, dan sebagainya
memainkan peranan dalam keadaan krisis atau (Junida, 2012).
situasi kesulitan.
Dengan perkataan lain kita tidak METODE
seharusnya mengartikan istilah itu secara Penelitian ini menggunakan metode
terbatas kepada upah dalam arti moneter, dalam deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
mempertimbangkan masyarakat di mana hasil- dipahami sebagai prosedur penelitian yang
hasil dari kegiatan produksi atau kegiatan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
bernilai lainnya adalah tidak selamanya bersifat tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang
moneter. Selanjutnya, gagasan mengenai yang dapat diamati. Sehingga, pendekatan ini
“upah” barangkali beralasan untuk mencakup diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
pendapatan dari kegiatan-kegiatan perorangan, holistik. Metode deskriptif dengan mengamati,
dalam ungkapan yang asing di barat disebut menggambarkan dan mengungkapkan perilaku
bekerja secara mandiri (Woodman, 1988:71). tentang sekuritas sosial. Menemukan keunikan
Singkatnya, bahwa defenisi jaminan sosial atau kondisi kemiskinan pola-pola perilaku
yang lazim (konvensional) dari ILO di atas, jaminan sosial pada petani. Sehingga, titik
tidak cocok dengan konteks sosio-ekonomi dan perhatian bukan hanya ditujukan terhadap
realitas politik dari Negara-negara berkembang, ketentuan menjadi petani yang dikehendaki

169
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
dan harus berlaku, melainkan titik perhatiannya sedangkan jumlah perempuan sebanyak
terutama ditujukan terhadap fakta-fakta dan 1.216 orang. Bila memasuki desa ini tampak
berbagai peristiwa yang nampak sesungguhnya terlihat rumah-rumah penduduk umumnya
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Penelitian menggunakan rumah panggung. Dalam setiap
ini dilakukan di masyarakat petani di Kecamatan rumah biasanya ditinggali lebih dari satu
Tapango Kabupaten Polman Sulawesi Barat keluarga. Seperti anaknya yang telah menikah
karena sebelumnya tidak ada yang pernah dan belum memiliki rumah biasanya masih
meneliti mengenai tema sekuritas sosial di sana. menumpang dirumah orang tuanya, termasuk
Penulis menetapkan informan secara sengaja kakek dan neneknya. Kondisi rumah penduduk
(purposive) agar memudahkan mendapakan sangat sederhana dan banyak yang tidak layak
sumber yang terkait. Informan dipilih adalah huni, hanya berdinding gamacca dan berlantaikan
informan kunci seperti kepala desa, pemuka bambu atau papan dari kayu kapuk/randu.
masyarakat, informan dari petani. Walaupun rumahnya tergolong sederhana, tetapi
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini di dalam rumahnya tetap ada perabot-perabot
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data berubah kursi sofa, radio, TV maupun kulkas,
primer diperoleh dari wawancara mendalam dan termasuk alat komunikasi berupa Handphone.
observasi yang berkaitan dengan prilaku sekuritas Termasuk peralatan memasak berupa kompos
sosial. Sedangkan data sekunder adalah data gas, sedangkan yang belum memiliki mereka
yang diperoleh dari kantor desa, seperti jumlah menggunakan tungku dan kayu bakar saat
penduduk, mata pencaharian hidup, data tentang hendak memasak.
kategori sosial keluarga miskin dan sebagainya. Sarana air bersih yang digunakan berasal
Dalam menganalisis, saya mengambil dasar pada dari PAM dan sumur bor. Air PAM digunakan
prinsip baku Moleong, bahwa analisis dimulai untuk minum dan memasak, sedang air sumur
dengan menelaah data yang tersedia, yaitu data dipakai untuk mandi dan mencuci pakaian. Biaya
yang melalui wawancara, observasi, kumpulan PAM yang dikeluarkan tergantung pemakaian.
dokumen (dokumen pribadi, dokumen resmi), Untuk satu kubik dikenakan sebanyak 2.000
gambar, foto dan sebagainya. rupiah dengan beban 5.000 rupiah. Biasanya
mereka memakainya sebanyak 20 kubik selama
PEMBAHASAN sebulan. Air yang bersumber dari sumur bor
Gambaran Lokasi Penelitian tidak dapat diminum karena mengandung
Desa Bonne-Bonne adalah salah satu banyak kapur, dan hanya bisa digunakan untuk
desa di Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali mandi dan mencuci.
Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Letaknya tidak
jauh dari ibu kota kabupaten.Luas wilayah hanya Kondisi Sosial Ekonomi
mencapai 1 km x 2km2, dan tidaklah tergolong a. Pemenuhan Kebutuhan Pokok
luas. Tercatat sawah irigasi teknis 2,056,371 Ketika manusia ingin memenuhi kebutuhan
m2 dan tanah perkebunan peorangan 43.000 hidupnya, mereka dituntut untuk mengkonsumsi
m2. Menurut administrasi pemerintahan Desa makanan sebagai salah satu prasyarat pemenuhan
Bonne-Bonne, sebagai berikut: Sebelah Utara kebutuhan hidup. Pemenuhan tersebut ditandai
berbatasan dengan Desa Kerma, Sebelah Selatan dengan beberapa kategori yaitu makanan yang
berbatasan dengan Desa Sigerang. Sebelah dikonsumsi haruslah tergolong sebagai makanan
Timur berbatasan dengan Desa Ugi Baru dan yang bersih, makanan yang tercukupi atau paling
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mapilli. tidak ada makanan yang mereka makan tiap hari.
Jumlah penduduknya tergolong sangat Tidak sebatas itu, persediaan bahan makanan pun
kecil, dan hanya berjumlah 602 KK. Jumlah termaksud dalam kategori pemenuhan, walau
penduduk laki-laki sebanyak 1.170 orang saja hal ini tidaklah sesuai dengan kenyataan

170
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Karena bagi mereka (petani penggaraa) ingin
Sebagaimana pada umumnya petani juga menggarap sawah mereka sendiri tapi
memiliki penghasilan yang tidak menentu (hanya mereka tidak mempunyai lahan sendiri.
saat panen atau dari usaha lain, jika ada), mereka Pada saat panen, pertama-tama hasilnya
menganggap penghasilan tergantung dengan dikeluarkan untuk kebutuhan biaya produksi
“rezki” yang didapatkan. Penghasilan setiap seperti pengupahan tanam untuk upah traktor
orang bergantung pada apa yang mereka makan (dompeng) dan biaya pupuk. Gabah dijual untuk
sehari-hari. Petani tidak mampu memenuhi melunasi biaya tersebut, sisanya digunakan
kebutuhannya sesuai dengan standar kelayakan. untuk kebutuhan konsumsi. Biasanya penggarap
Masyarakat tersebut tidak mampu memenuhi menyimpan sebanyak lima karung gabah.
standar gizi, melainkan juga jenis menu yang di Bagi pengusaha dompeng bertugas mengelola
konsumsi tidak beragam. Belum termasuk ketika penggunaan mesin tersebut. Dimana petani
musim paceklik yang biasa mereka alami saat penggaraa’ meminjam traktor (dompeng) ke
musim kemarau tiba. Petani Desa Bonne-bonne pengusaha tersebut dengan biaya Rp 900.000
mengalami kehidupan yang serba kurang karena sampai 1.000.000 rupiah perhektarnya.
kesulitan mendapatkan air pada musim kemarau. Penghasilan perharinya tidak ada, penghasilan
Sekalipun terdapat irigasi yang disediakan mereka didapatkan tiap panen. Kecuali petani
oleh pemerintah namun kenyataannya tidak yang memiliki prosfesi lain seperti tukang
berjalan dengan baik, tidak sesuai dengan yang batu, biasanya mereka melakukannya sebagai
diharapkan petani. Pada masa seperti ini, bahan pekerjaan sampingan tanpa mengabaikan sawah
makanan yang mereka konsumsi pada saat mereka. Kalau hasil panen salah seorang petani
musim paceklik berupa mie instan dan telur. banyak, mereka memakan ikan, itupun kadang
Sebagaimana yang sering dihadapi oleh mereka memakan nasi saja dengan garam kalau
petani untuk mendapatkan penghasilan yang pendapatan mereka berkurang. Para tetangga
diperoleh saat panen tiba adalah persoalan baik dan keluarga kadang membantu petani tersebut
atau tidaknya gabah yang dihasilkan. Gabah dengan memberikan sejumlah bahan bumbu
yang dihasilkan berpengaruh dengan serangan dapur untuk keperluan masak-memasak seperti
hama yang meresahkan petani. Kalau serangan penyedap rasa, bawang dan sebagainya.
hama berkurang, maka penghasilan merekapun Kehidupan petani terasa sulit, sehingga
bertambah, biasanya saat panen diperoleh 40 mereka berusaha mencari penghasilan lain selain
karung gabah yang dihasilkan per hektarnya. bertani padi-sawah. Terkadang juga ada pemilik
Paling banyak petani memperoleh 50 karung modal yang mempercayakan kepada petani
gabah per hektar jika hasilnya baik (tanpa dengan membelikan ternak sapi atau kambing,
ganggguan hama). Tiap 40 karung gabah tersebut kemudian hasilnya dibagi dua. Misalnya sapinya
menghasilkan 16 juta laba kotor, belum keluar dibesarkan lalu dijual maka hasilnya mereka
biaya penggunaan dompengnya, biaya tanam bagi dua. Kalau sapi tersebut beranak maka
dan biaya pupuk yang dikeluarkan saat produksi. anaknya juga dibagi menjadi dua, kalau ada dua
Bagi petani penggaraa’, untuk biaya ekor anak sapi maka si pemilik mendapatkan
pengolahan tanah menggunakan dompeng satu dan petani yang merawatnya mendapatkan
ditanggung sepenuhnya oleh penggaraa’, tidak satu ekor sapi.
ditanggung oleh tuan tanah. Istilah tuan tanah Begitu pula setelah panen biasanya ada
adalah pemilik lahan tempat padi tersebut peternak itik yang memasukkan itiknya ke
ditanam. Keuntungan bersih yang didapatkan sawah yang baru dipanen karena sangat kondusif
oleh para penggarap paling banyak 3,5 juta (tiga beternak itik, tanah persawahan pada saat itu
juta setengah) perhektar. Kebanyakan petani sedang mengering. Telur itik tersebut diberikan
disini mengelola satu hektar lahan padi-sawah. sebagian ke pemilik lahan sawah dan sebagiannya

171
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
lagi diambil oleh pemilik itik. Kadang kala ada membawa uang jajan, kadang juga ada. Mereka
pemelihara bebek masuk desa mereka, biasa merasa berat kalau tiap hari memberikan uang
mereka diberikan telur berjumlah 5 butir tiap jajan, berprofesi sebagai penggaraa’ istilah
orang/petani. Peternak bebek tersebut masuk lokal petani penggarap merasa berat jika tiap
ke desa mereka saat setelah panen berlangsung. hari memberikan uang jajan, cukup uang
Setelah panen biasanya peternak masuk desa transportasi agar mereka dapat bersekolah.
untuk menternakkan bebeknya di lahan tempat Mereka sangat berharap dengan anak-anaknya
garapan petani, mereka mendapatkan telur agar dapat bersekolah, dapat membantu kedua
bebarapa butir yang dapat menambah-nambah orangtuanya kelak sehingga mereka berupaya
kebutuhan pokok petani. dapat mengusahakan pendidikan formal anak-
anaknya. Selain transportasi, biaya semester juga
b. Bahan Makanan adalah hal utama yang mereka harus persiapkan
Umumnya jumlah orang dalam satu agar kelangsungan sekolah anak-anaknya dapat
rumah di Desa Bonne-Bonne sama seperti yang terus berjalan. 900.000 ribu per semester yang
lain, terdiri dari ayah, ibu, nenek, kakek, anak kuliah.
berjumlah tiga sampai 5 orang. Biasanya mereka
tinggal ada 6-8 orang per rumah. Makanan PEMBAHASAN
yang mereka konsumsi berupa snack sebanyak Praktik Pranata Sekuritas Sosial
dua kali sehari yaitu pagi minum kopi atau teh,
1. Sekuritas Sosial Tradisional
kadang-kadang mereka makan kue. Saat siang
a. Sistem Pinjam-Meminjam/Timbal-balik
hari barulah mereka makan nasi dan lauk-pauk,
Kadang para petani di Desa Bonne-
dilanjut sore harinya biasanya minum kopi
Bonne saling membantu satu sama lain saat
kembali dan dilanjutkan makan malam.
kekurangan. Pada saat musim tanam tiba, sedang
Bahan makanan yang mereka konsumsi
uang mereka belum mampu membeli sejumlah
berupa nasi dengan ikan. Kadang saat lagi
pupuk dan pestisida. Dimana uang mereka
kekurangan uang, mereka tidak memakan ikan.
hanya bisa menyewa dompeng ataukah ketika
Pada situasi seperti itu, petani Desa Bonne-
salah satu penggaraa’ sedang kehabisan pupuk,
bonne menggantinya dengan kelapa yang
penggara’ yang lain membantunya dengan
dicampur garam. Kadang mereka makan nasi
membagi pupuk mereka dengan dipinjam.
dengan kelapa. Ada juga makanan khas yang
Proses pengembaliannya saat uang si penggaraa’
sering mereka makan pada musim paceklik,
yang kekurangan tersebut sudah ada saat
petani Desa Bonne-Bonne menyebutnya dengan
panen atau pada saat mendapatkan rezeki dari
sebutan tawaro istilah lokal untuk makanan
sanak keluarga dan saudara, disitulah mereka
yang terbuat dari sagu yang diremas-remas lalu
menggantikan pinjamannya. Biasanya petani
mengeluarkan air sebagai pengganti nasi.
Desa Bonne-Bonne ini memperoleh pupuk di
pengusaha gabah atau di pembeli gabah (pupuk
c. Pendidikan
harus dipesan terlebih dahulu di pengusaha
Tiga anak yang sekolah, SMA satu,
gabah) dengan perjanjian tidak tertulis sang
SMA kelas tiga, Kuliah satu sudah semester
penggaraa’ nantinya akan menjual gabah mereka
dua (paling tua). Yang sudah keluarga tidak
ke pengusaha tersebut. Sehingga terjadi proses
sampai kuliah, ia sudah menikah. Kalau kuliah
timbal-balik yang saling menguntungkan sesuai
transportnya dalam sehari 20.000 ribu, kalau
kesepakatan bersama. Prosesnya terjadi antara
SMA 5.000 perhari dikali 2. Jadi totalnya 30.000
para penggaraa’ dengan pengusaha gabah.
perhari biaya yang keluarkan untuk transportasi.
Ada juga mereka yang meminjam harus
Yang kuliah di Majene tetap tinggal bersama
segera dipenuhi. Setelah masa panen barulah
orangtuanya. Kadang anak-anaknya tidak
mereka mengembalikan pinjaman sejumlah uang

172
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

kepada tetangga dan kerabat untuk kebutuhan masa penanaman sedang uang untuk biaya
pokok mereka yang mendesak tersebut. Ada salah produksi tidak cukup banyak maka petani disana
seorang petani disana meminjam Rp 1.000.000 sangat membutuhkan bantuan pinjaman uang.
rupiah kemudian mereka mengembalikannya Rp Selain itu, mereka juga membutuhkan orang
1.200.000. Uang Rp 200.000 ini adalah bentuk lain atau petani lain membantu mengerjakan
rasa terima kasih si penerima pinjaman, tidak ada proses penanaman, terdapat istilah “rombongan
sedikitpun paksaan pengembalian dalam jumlah penanam padi” istilah lokal mereka, yang diupah
yang lebih melainkan karena rasa berterima untuk membantu proses penanaman karena
kasih yang mereka berikan karena telah dibantu. mereka membutuhkan banyak tenaga untuk
Sekalipun masih ada juga yang tidak menggarap tanah/lahan. Salah seorang informan
memberikan pinjaman uang karena melihat seorang penggaraa’ mengatakan bahwa untuk
petani (menurut salah satu informan biasanya mengefisienkan waktu dan tenaga, petani di
yang meminjam dari kalangan penggaraa’) Desa Bonne-Bonne ini harus mengerjakan sawah
ini malas membayar utangnya. Sehingga tidak mereka perhektarnya minimal dua orang atau
ada yang mau memberikannya pinjaman uang lebih. Penggaraa’ yang membantu berasal dari
kecuali ia sudah dipercaya dengan petani sanak keluarga atau tetangga. Dengan perjanjian
tertentu. Rasa percaya disini yang menjadikan tidak tertulis maka penggaraa’ yang dibantu akan
proses saling meminjam menjadi salah satu membantunya kelak jika lahan penggaraa’ yang
perilaku sekuritas sosial tradisional yang telah membantunya tersebut siap untuk digarap,
ada disana. Pinjamannya dimulai dari proses bahkan ada penggaraa’ yang membantunya
produksi, proses tanam (selama tiga bulan baru) mulai dari masa tanam sampai masa panen
hingga siap mengembalikan pinjaman tersebut. tiba. Kegiatan timbal-balik terjadi secara terus
Kadang kala kalau penggaraa’ mendapatkan menerus, apalagi penggaraa’ bukanlah berasal
rezeki lain dari pekerjaan lain seperti menarik dari orang lain melainkan masih ada hubungan
becak barulah sedikit-sedikit dilunasi, namun kekeluargaan.
pada umumnya mereka mengembalikannya saat Selain itu, terjalin pertukaran yang unik
panen tiba. menurut penulis. Dimana petani disini kadang
Petani di Desa Bonne-Bonne harus menukar beras yang mereka simpan saat panen,
meminjam karena mereka sangat membutuhkan kemudian sewaktu-waktu ditukarnya pada
pinjaman. Katakanlah dalam proses penanaman, pedagang sayur atau mereka sering sebut dengan
mereka butuh biaya penanaman karena harus istilah penjual keliling yang menggunakan mobil
segera dibayar seperti biaya sewa dompeng, atau bentor. Biaya beras perliternya dikenakan
pupuk, pertisida dan sebagainya. Jika petani tidak sebanyak Rp 5.000 rupiah. Kemudian penjual
segera menggarapnya proses penanamannya sayur tersebut menjual kembali beras tersebut
tidak akan pernah selesai, sedangkan masa di penjual beras yang ada di pasar dengan harga
penanaman sudah terjadwal sesuai kondisi alam. Rp 7.000 perliternya. Atau kadang juga petani
Misalnya, petani harus segera menanam pada langsung menjual beras mereka ke pasar, di toko
bulan tiga (maret) kalau lewat dari bulan tersebut beras.
maka mereka tidak punya simpanan beras atau Dalam keadaan terdesak mereka harus
uang selama enam bulan ke depan. Idealnya, mengutang di penjual racun atau mereka
salah seorang informan menjelaskan bahwa jika mengutang bahan-bahan produksi di pasar.
menanam bulan maret masa panen tiba bulan Namun, jika mereka mengutang di penjual racun
juni, kemudian menanam kembali di bulan juli atau di pasar, mereka dikenakan denda sebesar
jadi masa tanam dan memanen berkisar tiga sekitar antara 5000 rupiah sampai 20 ribu.
bulan lamanya. Mereka juga merasa bantuan ini cukup membuat
Pada kondisi seperti itu, dimana saat tiba mereka harus mengeluarkan biaya juga, mereka
tidak merasa senang dengan bantuan ini karena

173
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
masih juga tetap dibayar. dengan memberi.
Tolong-menolong atau kerjasama antar Pada saat ada petani yang tidak memiliki
petani dilihat pada saat membersihkan drainase lahan, sedang petani penggaraa’ ada juga yang
atau irigasi, selain itu pada saat mereka memiliki lahan sendiri dan juga secara bersamaan
mencabut bibit padi di sawah dengan menanam mengelola lahan milik orang lain. Sehingga
bibit padi. Biasanya saat mereka melihat yang petani penggaraa yang juga memiliki lahan
lain merasa kesusahan, penggaraa’ yang lain memberikan beras mereka kepada keluarga atau
datang membantunya. Tiba saat penggaraa’ kerabat serta tetangga yang tidak memiliki lahan.
yang membantu ini membutuhkan bantuan yang Biasanya mereka memberikannya sebanyak 20
serupa, maka si penggaraa’ yang telah dibantu liter beras atau 2 karung saat panen tiba. Dari
sebelumnya membantunya juga diwaktu yang setiap yang mereka lakukan, biasanya mereka
lain. Terjadi sistem resiprositas, sistem pemberian menyimpan sebanyak 8 karung. 10 karung
timbal-balik antar mereka. Ada juga petani dijual dan 3 karung dibagi-bagi kepada keluarga,
yang tergolong berkecukupan, cara mereka kerabat atau tetangga.
menggarap sawahnya dengan mappagajii’ Penggaraa’ disini ada yang memiliki
istilah lokal dengan memberikan upah tertentu lahan persawahan dan ada juga yang tidak
sesuai kesepakatan kepada penggaraa’ yang memiliki lahan persawahan. Penggaraa’ yang
sudah ditentukan untuk menggarap lahan memiliki lahan sendiri tidak menggarap lahannya
persawahannya. dikarenakan letaknya sangat jauh sehingga ia
Sewa dompeng istilah orang lokal dengan hanya menyuruh orang lain untuk menggarapnya.
penyebutan traktor. Biaya yang dibutuhkan untuk Secara bersamaan, ini juga menggarap sawah
menyewa dompeng ini berjumlah sebesar 1,5 orang lain yang berada dekat dengan tempat
juta perhektarnya sama dengan 100x100 meter tinggalnya. Ada juga penggaraa’ yang tidak
luas tiap hektarnya. Kadang kala ada keluarga memiliki lahan persawahan. Dia tidak memiliki
yang tidak dapat membeli dompeng, mereka lahan persawahan sehingga satu-satunya mata
yang memiliki dompeng meminjamkan petani pencahariannya adalah mengelola lahan orang
yang tidak memiliki. Dengan alasan mereka lain. Terdapat penggaraa’ (yang memiliki
tidak sampai hati tidak meminjamkan sedang lahan) memberikan beras kepada keluarga atau
mereka tidak dalam keadaan menggunakannya kerabat serta tetangga (sama-sama penggaraa’)
juga. yang tidak memiliki lahan persawahan. Petani
tersebut memberikannya sebanyak 20 liter beras
b. Saling Memberi atau 2 karung saat panen tiba. Jadi setiap panen
Di desa ini kehidupan terasa susah, hanya penggaraa’ yang memiliki lahan persawahan
jadi tukang batu atau mattigaroda istilah lokal menyimpan sebanyak 8 karung beras. Untuk 10
untuk profesi tukang becak, itupun kalau ada karung dijual dan 3 karung dibagi-bagi kepada
orang yang kaya (memiliki banyak uang) yang keluarga, kerabat atau tetangga jika bersih yang
sedang membangun rumahnya dan membutuhkan dia terima sebanyak 11 karung beras. Untuk 8 kg
bantuan kuli batu maka merekapun menjadi kuli tersebut untuk dimakan atau dijual jika sewaktu-
batu. Adanya penghasilan tambahan tersebut waktu dibutuhkan.
barulah mereka bisa membeli gula, garam, kopi Begitupun sebaliknya keluarga, kerabat dan
dan kebutuhan pokok lainnya. Adanya bantuan sanak saudara yang juga penggaraa’ yang tidak
berupa makanan jadi (sudah masak) diberikan memiliki lahan persawahan tersebut memberikan
pada saat salah satu anggota keluarga, kerabat sejumlah hasil tanaman berupa sayur-mayur atau
dan tetangga mereka sedang kekurangan. dalam bentuk sayur masak (sudah masak) yang
Pemberian ini dilakukan oleh petani yang sedang mereka tanam sendiri di belakang rumahnya.
berkecukupan. Bantuannya tidak menentu, kalau Umumnya lahan perkebunan yang tidak terlalu
mereka berlebih maka membantu yang lain luas ditanami beberapa jenis tanaman sayur,

174
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

terletak tidak jauh dari rumahnya. dalam memperoleh kebutuhan rumah seperti
Ada bantuan pemberian perabot rumah perabotan rumah tangga. Ketiga cara tesebut
tangga yang biasanya diberikan pada saat bulan tergantung kesepatakan, kalau dengan cara
puasa berlangsung. Jenis perabot rumah tangga ini dicicil kadang mereka merasa cukup diberatkan
berupa pecah belah seperti piring, cangkir, gelas, maka mereka memutuskan untuk memainkan
sendok dan sebagainya tergantung si pemberi arisan. Tiap triwulan, satu kali dalam tiga bulan
memberikannya. Pemberian ini dilakukan oleh arisan tersebut berlangsung. Jumlah anggota
petani yang berkecukupan harta dengan tujuan tergantung kesepakatan, jumlah uangnyapun
mengeluarkan sebagian hartanya kepada petani sesuai kesepakatan.
lain yang membutuhkan. Petani yang menerima Biaya arisannya berjumlah Rp 50.000 ribu
bantuan tersebut biasanya berasal dari keluarga per bulan sehingga perorang mengumpulkan
yang miskin, keluarga yang tidak memiliki Rp 150.000 ribu rupiah per tiga bulannya lalu
lahan persawahan atau lahan kebun yang bisa barulah arisan siap untuk di lot. Kadang juga
mereka tanami sendiri. Apalagi petani kecil mereka tidak jadi membeli prabotan rumah
dalam pendapatan yang minim tidak memiliki tangga seperti alat pecah belah (cangkir, piring,
sejumlah perabotan dapur yang memadai sepeti gelas dll) atau perabotan yang lain, melainkan
alat pecah belah sehingga pemberian tersebut mereka beralih ke bahan makanan. Arisannya
sangat bermanfaat bagi mereka. berupa sejumlah uang, dengan berniat membeli
prabotan rumah tangga tetapi ketika nama
c. Saling tukar Menukar mereka sudah keluar saat di lot, mereka kadang
Terjalin pertukaran yang unik penulis mengalihkan uang tersebut untuk membeli
rasakan disana. Dimana petani di desa ini kadang bahan makanan. Dengan alasan, kebutuhan
menukar beras yang mereka simpan pada saat dapur sangat penting bagi mereka sehingga
panen, kemudian sewaktu-waktu ditukarnya mereka lebih mengutamakan kepentingan dapur
pada pedagang sayur atau disebut di sini penjual dibanding isi perabotan rumah tangga.
keliling menggunakan mobil atau motor. Biaya Umumnya anggotanya berasal dari istri-
beras perliternya dikenakan sebanyak 5000 istri petani yang mengumpulkan dan menyimpan
rupiah. Kemudian penjual sayur tersebut menjual uang belanja yang diberikan suami mereka. Sisa
kembali beras tersebut di penjual beras di pasar dari pengelolaannya kemudian dimainkan arisan
dengan harga 7000 perliternya. Atau kadang juga sesuai kesepakatan dengan suaminya. Tak jarang,
petani langsung menjual beras mereka di pasar, mekanismenya berjalan lancar, ada juga anggota
di toko beras. Ada bantuan yang didapatkan yang sulit sekali membayar jika namanya sudah
dari keluarga saat mencabut bibit dan menanam keluar sebelumnya. Para anggota yang namanya
karena mereka kewalahan mengelolanya sendiri, belum keluar kesulitan menagih anggota
biasanya mereka harus menggarap lahan satu tersebut, sehingga kadang pertengkaran diantara
hektar harus selesai dalam sehari. Saat mereka mereka terjadi padahal sebenarnya tujuan
mattanam (istilah lokal menanam lahan), mereka diadakannya arisan untuk melatih keuangan
membutuhkan bantuan dari banyak pihak untuk dalam belajar menabung. Secara tidak langsung
cepat menyelesaikan proses produksi. jika kita menyisihkan sebagian pendapatan untuk
tujuan membeli sesuatu maka sama halnya kita
d. Sistem Arisan telah menabung untuk memiliki sesuatu yang
Ada dua cara mendapatkan perabotan diinginkan. Diperlukan saling pengertian antar
rumah tangga di desa ini, dengan dibeli langsung/ anggota arisan karena tujuan diadakannya untuk
kontan dan dengan dicicil. Ada juga yang menabung secara bersama sesuai kesepakatan
memperolehnya dengan cara memainkan arisan. yang juga disepakati secara bersama.
Tujuannya agar mereka merasa tidak diberatkan Ada hal yang menarik menurut penulis di

175
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
sini, dimana arisan yang mereka lakukan salah hasil yang diperoleh mencapai 80 persen berhasil
satunya adalah arisan beras. Jadi tiap petani yang tetapi yang dihasilkan dibawah 80 persen karena
ingin mengikutinya secara bersama menyepakati daya tumbuhnya sehingga petani kekurangan
arisan dengan menentukan jumlah beras yang bibit. Kadang petani kekurangan bibit, kadang
akan dimainkan. Biasanya mereka memainkan lama baru menanam padi karena daya tumbuh
sebanyak 10 liter beras per orang, total semuanya yang diberikan dari pemerintah seperti yang
sebanyak 10 orang. Tiap bulannya di lot tertera dilabelnya. Petani memperoleh bantuan
sehingga tiap orang mendapatkan 100 kg beras. tersebut sebelum pengolahan tanah setelah rapat
Begitu seterusnya sampai 10 bulan lamanya, turun sawah dilakukan baru petani mendapatkan
namun tergantung kesepakatan. Ada juga arisan bantuan benih tersebut.
dalam bentuk barang, jadi setiap anggota arisan Yang mendapatkan bantuan benih dari
menyepakati arisan barang yang ingin dibeli, pemerintah ini adalah ketua kelompok. Tiap
biasanya mereka memilih sendiri barang apa kelompok tani di desa ini mendapatkan bantuan
yang ingin dibeli, ada juga yang menyepakati benih, ketua kelompok yang diberikan oleh
dari awal barang apa yang ingin mereka beli pemerintah setempat. Lalu ketua kelompok
secara bersama, namun kebanyakan yang terjadi yang kemudian membagikan lagi kepada para
berbagai jenis. Ada karpet, piring, gelas, sarung, anggotanya yaitu para petani. Namun kenyataan
dan sebagainya. Sekalipun juga ada arisan berupa yang terjadi, ada petani yang tidak mendapatkan
sejumlah uang. Untuk perabotan, tidak ada benih sesuai yang telah ditetapkan.
saling meminjam kecuali mereka menggunakan Bagi petani mendapatkan benih merasa
metode arisan untuk mendapatkan prabot rumah terbantu dengan adanya bantuan tersebut dari
tangga. pemerintah karena mereka tidak repot lagi
mencari benih. Hanya mereka berharap adanya
e. Mekanisme Zakat ketelitian dalam pengelolaan benihnya karena
Dalam pengelolaan zakat di Desa Bonne- tidak tepat sasaran. Bantuan benih yang diberikan
Bonne, terdapat orang khusus yang memberikan sebanyak 25 benih yang diperuntukkan untuk
zakat. Pemberiannya langsung diberikan di lahan perhektarnya sedangkan menurut petani sendiri
persawahan. Memang mereka akui bahwa hal menganggap 25 benih untuk per hektar tersebut
itu tidak diajarkan dalam ajaran Agama Islam, tidak mencukupi proses produksi. Tidak heran
tidak sesuai dengan se-nisab. Pemberiannya jika petani disini masih kekurangan benih.
diberikan pada saat panen dengan hasil panen, Banyak petani yang tidak mendapatkan
diberikan di lahan persawahan dengan jumlah bantuan dari pemerintah dalam bentuk apapun,
untuk satu hektarnya berjumlah 2 kaleng atau Adapun yang mendapatkan bantuan berupa uang
berjumlah sekitar 20 kg. Zakat mereka adalah namun hanya sebagian kecil itupun hanya sekali
hasil sawah mereka, pemberiannya saat panen. sekitar beberapa tahun yang lalu. Pemberiannya
Ada diantara mereka yang menyadari bahwa hal pun tidak jelas, mereka tidak mengetahui bantuan
itu tidak sesuai dengan nisabnya, tidak terpenuhi tersebut tujuannya apa. Dana tersebut diberikan
zakatnya. Ada yang tersendiri mengelola kepada kepala kampung, datanya pun juga
zakatnya. Ketika terkumpul semuanya, barulah diambil dari kepala kampung kemudian kepala
kelompok khusus ini mendata siapa yang berhak kampung yang membagikannya kepada petani
memperoleh zakat tersebut. yang sudah di data. Selain itu pegawai juga
tidak berhak mendapatkan bantuan dana tersebut
2. Sekuritas Sosial Formal karena dianggap tidak layak mendapatkan
Biasanya petani penggarap mendapatkan bantuan. Syarat mendapatkannya dengan
bantuan berupa benih tetapi pendistribusiannya mengumpulkan foto kopi KTP atau kartu tanda
seperti tahun ini tidak cukup baik, mereka berharap penduduk. Mereka menerimanya sebanyak Rp
600.000 ribu rupiah pertiga atau perenam bulan

176
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

namun hanya berlangsung selama setahun. oleh petani tidaklah gratis melainkan dibayar.
Ada juga pembagian BPJS secara gratis dari Beras yang seharga Rp 28.000 ribu rupiah
pemerintah namun tidak semua mendapatkan, atau sebanyak 25 kg tidaklah gratis melainkan
hanya sebagian saja. Kalau ada keluarga petani mereka membayarnya setengah harga dari
yang mendapatkannya mereka tergolong sebagai harga dipasaran. Itupun pembagian beras ini
keluarga yang kurang mampu sedangkan yang tidak merata, ada yang dapat, ada juga yang
lain dapat mendaftarkan diri dan keluarganya tidak dapat. Padahal mereka merasa semua juga
di program BPJS umum dengan membayar membutuhkannya apalagi saat musim paceklik
pendaftaran diawal dan iuran tiap bulan. datang dan persediaan stok beras mereka sudah
Bagi penerima BPJS gratis ini mendapatkan menipis, belum lagi jika hasil panen tidak atau
keringanan pembayaran biasaya di rumah sakit kurang baik sehingga harga jualnya pun sangat
bila salah satu anggota keluarga mereka sakit. rendah. Mereka berharap beras tersebut diberikan
Pembayaran BPJS gratis ini meringankan dengan tidak dibayar melainkan gratis. Dan
para keluarga petani dengan membayar hanya mereka juga berharap pembagiannya bisa merata
setengah dari harga yang semestinya di rumah dengan turun langsungnya pegawai pemerintah
sakit. Petani merasa terbantu dengan adanya ke desa mereka.
bantuan ini, sekalipun hanya setengahnya saja Bantuan lain dari pemerintah di Desa
yang dikurangi namun mereka masih merasa Bonne-Bonne berupa pupuk yang mereka
sudah terbantu karena mendapatkan keringanan dapatkan sekitar 1 pet atau 10 kg tahun 2012.
pembayaran. Petani menganggap bibit yang mereka dapatkan
Ada juga bantuan dari pemerintah pernah dari pemerintah memiliki kualitas rendah,
didapatkan tahun lalu yaitu sekitar tahun pupuknya kurang bagus sehingga sawah mereka
2015 silam. Salah seorang petani penggaraa’ tidak tumbuh baik bahkan tidak menghasilkan
mendapatkan bantuan bibit satu karung tetapi buah (gabah). Selain itu, bibit tersebut tidak bisa
mereka merasa tidak puas karena sebenarnya dipakai berulang kali. Bibit tersebut hanya bisa
pupuk yang dibutuhkan sebenarnya 6 sak tiap dipakai sebanyak satu kali saja. Kalau petani
karungnya. Sehingga bantuan tersebut belum yang memiliki bibit sendiri masih bisa digunakan
cukup bagi mereka. Mereka juga pernah 3 sampai 4 kali tanam. Sehingga lebih efesien
mendapatkan hanya setengah sak atau karung dengan menggunakan bibit mereka sendiri dari
tergantung banyak dan luas lahan yang mereka pada dari pemerintah tersebut. Mereka biasa juga
garap yaitu tiga petak sawah. menukar bibit sesama petani yaitu jika didengar
Bicara soal bantuan yang datang dari atau dilihat petani yang lain menghasilkan beras
pemerintah mereka merasa ada keganjalan. yang kualitasnya bagus dengan dicirikan seperti
Pemerintah setempat tidak langsung turun ke berasnya berwarna putih bersih dan ukurannya
petani melainkan mengirim orang yang berada besar, petani yang lain datang ke petani yang
dibawahnya untuk mendata atau melaporkan menghasilkan beras tersebut dan menukar
kondisi petani di desa, menurut petani disini bibitnya, mereka saling menukar bibit. Bibit yang
seharusnya pemerintah setempat yang turun diperolehnya dari pemerintah juga bercampur,
langsung melihat kondisi mereka. Sehingga bibit memiliki jenis tertentu. Sehingga kalau
pembagian bantuan bisa merata karena bantuan- dicampur dalam satu karung tercampur banyak
bantuan tersebut dianggap tidak merata. Menurut bibit, maka hasil tanamnya tidak baik. Biasa
mereka terjadi permainan dalam setiap program mereka saling menukar bibit. Jenis bibit seperti
yang terlaksana misalnya turunnya bantuan bibit Thailand, calling, bogor. Jenis-jenis bibit
kepada petani, terjadi permainan. ini hanya sama dijual dipasaran. Sekalipun
Sama halnya bantuan beras yang diterima petani lebih suka menggunakan bibit bermerk

177
WALASUJI Volume 8, No. 1, Juni 2017: 165—179
Thailand. Mereka membandingkan jenis bibit ini May 2012.
dengan mengangkat bibitnya, katanya ada bibit Benda-Beckmann, F. von, K. von Benda-
yang ringan dan ada bibit yang berat. Beckmann (eds) 1988. Between Kinship
and the State, Social Security And Law
PENUTUP In Developing Countries. Dordrecht,
Adanya kesadaran tentang arti pentingnya Holland: Foris Publications.
mempertahankan perilaku sekuritas sosial Departemen Sosial Republik Indonesia. 2003.
di Desa Bonne-Bonne. Dengan kegiatan ini Pola Pembangunan Kesejahteraan
bukan dengan anggapan bahwa petani (sebagai Sosial. Jakarta: Badan Pelatihan dan
kelompok atau individu) tidak sadar akan prilaku Pengembangan Sosial.
sekuritas sosial yang dimiliki dan difungsikan Getubig, I.P. and Sonke Schmidt (eds) 1992.
selama ini, melainkan dimaksudkan agar dalam Rethinking Social Security: Reaching Out
kesadaran mereka meningkat rasa pengakuan, The Poor. Malaysia: S.P Muda Printing
kepemilikan, kebanggaan, dan penilaian yang Sdn. Bhd. Kuala Lumpur.
tinggi serta motivasi mempertahankan, baik Irawan, Puguh B. dan Romdiati, Haning.
dalam fungsinya sebagai sekuritas sosial maupun (2000) Dampak Krisis Ekonomi Terhadap
moral sosial. Perilaku sekuritas sosial tradisional Kemiskinan Dan Beberapa Implikasinya
dimaksudkan seperti tolong menolong berupa Untuk Strategi Pembangunan. Dalam
Sistem Pinjam-Meminjam/Timbal-balik, Saling Prosiding Widya Karya Nasional Pangan
Memberi Saling tukar Menukar, Sistem Arisan, dan Gizi VII (Editor Ananto Kusuma
Mekanisme Zakat dan lain sebagainya. Seta, Moertini Atmowidjoyo, Sumali M.
Terjalin upaya mempertahankan nilai-nilai Atmojo, Abas B. Jahari, Puguh B. Irawan,
sosial dan budaya lokal yang menjadi acuan/ Tahlim Sudaryanto), Cetakan Pertama,
pedoman bagi berbagai perilaku sekuritas sosial hal 193- 243. Jakarta: Lembaga Ilmu
lokal. Nilai-nilai sosial budaya lokal dimaksudkan Pengetahuan Indonesia.
pada hubungan-hubungan kekerabatan dan Jamasy. 2004. Kemiskinan, Pemberdayaan, dan
pertemanan, prinsip-prinsip timbal-balik Penanggulangan Kemiskinan. Bandung:
fungsional seimbang tanpa pamrih, nilai-nilai Belantika.
kejujuran, ketaatan, kerajinan, tanggungjawab, Junida, Dwi Surti.2012. Variasi Bentuk Pranata
kesetiakawanan yang berpedoman pada prinsip Sekuritas Sosial Pada Masyarakat
tolong-menolong. Nelayan di Pulau Kodingareng. Makassar:
Skripsi pada program S1 sarjana strata satu
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Arrochmah Hesti. 2012. Kajian penduduk petani Kecuk, Suhariyanto. 2011. “Jumlah Si Miskin”.
miskin desa candra kencana Kecamatan Kompas, edisi 21 Januari.
Tulang Bawang Tengah Kabupaten Notoatmojo, Budiman. Perencanaan Model
tulang bawang barat tahun. Melalui Penanggulangan Kemiskinan Petani
https://docs.google.comp.unila.ac.id/ojs/ Berlahan Sempit. Journal The WINNERS.
data/journals. Vol. 4 No. 2, September, 2003: 78-93.
Benjamin Chijioke Asogwa, Victoria Ada Pudjianto, Bambang & Syawie, M. 2015.
Okwoche dan Joseph Chinedu Umeh. Kemiskinan dan Pembangunan Manusia
2012. Analysing the Determinants of Poverty And Human Development.
Poverty Severity among Rural Farmers in Pusat Penelitian dan Pengembangan
Nigeria: A Censored Regression Model Kesejahteraan Sosial, Kementerian
Approach. American International Journal Sosial RI. Accepted: 12 September 2015;
of Contemporary Research. Vol.2 No.5; Revised: 4 Oktober 2015; Approved: 1

178
Sekuritas Sosial Petani ... Fatmawati P

November 2015. Tang, M. dkk. 2010. Kajian Sekuritas Sosial


Ritonga, Razali. Nutrisi dan Pembangunan Sebagai Basis Penanggulangan
Manusia. 2015. Media Indonesia: Kemiskinan Komunitas Nelayan Di
September, 2015. Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Barat. Makassar: LP2M Unhas.
Memberdayakan Rakyat. PT Refika Woodman, G.R. 1988. The decline of folk
Aditama, Bandung. law social security in common law Af
Tang, M. dkk. 2005. Kajian Sekuritas Sosial F.von Benda-Beckmann, K. von Benda-
Bagi Keluarga Nelayan Miskin Di Kota Beckmann, E. Casino, F.Hirt Woodman
Pare-Pare Provinsi Sulawesi Selatan, Kota and H.F.Zacher, eds. Between Kinship and
Baru-Bau Provinsi Sulawesi Tenggara, the State: Social Sec Law in Developing
dan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Countries, pp. 69-88, Dordrecht: Foris
Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Publications.
Kesejahteraan Sosial Depsos RI. Yujiro, Hayami dan Kikuchi Masao. 1997. Dilema
Ekonomi Pedesaan: Suatu Pendekatan
terhadap Perubahan Kelembagaan di
Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

179

Anda mungkin juga menyukai