Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemiskinan merupakan masalah bagi negara-negara di dunia
terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia sendiri
masalah kemiskinan bukan merupakan hal yang baru. Hampir semua
periode pemerintahan yang ada di Indonesia menempatkan masalah
kemiskinan menjadi sebuah isu pembangunan negara. Permasalahan
kemiskinan ini sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan (Anggraini, 2012).
Program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah disalah
satu Provinsi di Indonesia yaitu Aceh tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakatnya saja, tetapi juga pemerintahan
Aceh mengharapkan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin di
daerahnya. Tingkat kemiskinan di Aceh mengalami penurunan dari 959,7
ribu jiwa pada tahun 2008 menjadi 861,9 ribu jiwa pada tahun 2010,
dimana 79,88% merupakan penduduk yang berada di daerah pedesaan.
Kondisi ketenaga kerjaan di Aceh menunjukan perkembangan yang
cukup baik, hal ini diketahui dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
yang semakin menurun dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
yang semakin meningkat. Kemampuan angkatan kerja untuk memperoleh
pekerjaan tentunya terkait dengan pendidikan yang mereka miliki.
Tingkat pendidikan masyarakat Aceh saat ini mengalami
peningkatan, dilihat dari persentase masyarakat yang memiliki ijazah
sekolah menengah dan perguruann tinggi. Selain itu kualitas kesehatan
juga dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Kualitas kesehatan
masyarakat Aceh sendiri dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH)
menunjukkan peningkatan baik. Berdasarkan pemaparan diatas Provinsi
Aceh mengalami penurunan untuk angka kemiskinan, namun apakah ada
pengaruh kesempatan kerja, pendidikan dan kesehatan terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Aceh.
1.2 Tinjauan Pustaka dan Pembahasan
1.2.1 Definisi Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi


untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah.
Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan,
sandang, maupun papan. Masyarakat kondisi seperti ini tidak banyak
memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004).
Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan
pembangunan

yang

diakibatkan

adanya

dampak

negatif

dari

pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar


kesenjangan

pendapatan

antar

masyarakat

maupun

kesenjangan

pendapatan antar daerah (inter region income gap) (Harahap, 2006).


Menurut Bappenas (2006) kemiskinan adalah terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu
layanan kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya
akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air
bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah,
memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam,
lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban
kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.
1.2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan
Bentuk

kemiskinan

struktural

yang

dikembangkan

dari

pemikiran/teori Chamber menjelaskan mengenai faktor-faktor yang


menjadikan kemiskinan atau faktor-faktor yang memiskinkan seperti
masalah rendahnya taraf pendidikan dan rendahnya kualitas kesehatan
yang keseluruhannya menyebabkan kualitas hidup menjadi rendah.

1.2.3 Cara Mengatasi Kemiskinan

Salah satu cara mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan


pembangunan kualitas sumber daya manusia. Menurut Schultz, ada lima
cara pembangunan sumber daya manusia antara lain :
a) Fasilitas dan pelayanan kesehatan,

pada

umumnya

mempengaruhi harapan hidup kekuatan dan stamina rakyat,


tenaga dan vitalitas rakyat.
b) Latihan jabatan, termasuk magang yang diorganisasikan oleh
perusahaan.
c) Pendidikan yang

diorganisasikan

pada

tingkat

dasar,

menengah dan tinggi.


d) Migrasi perorangan dan keluarga untuk menyesuaikan diri
dengan kesempatan kerja yang selalu berubah (Jhingan,
2012).
Menurunkan angka kemiskinan juga perlu dilakukan perluasan
kesempatan kerja, menurut Soeroto (1986) kesempatan kerja dan jumlah
serta kualitas orang yang digunakan dalam pekerjaan mempunyai fungsi
yang menentukan dalam pembangunan wilayah. Hal ini didukung oleh
Batubara (1988:59) bahwa pemerataan kesempatan kerja mempunyai
posisi yang sangat strategis, terutama untuk pemerataan kesempatan
berpartisipasi dalam pembangunan.
Dengan

memperoleh

kesempatan

kerja,

masyarakat

dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya melalui pendapatan yang diterima dari


pekerjaan tersebut. Ini berarti melibatkan tenaga kerja dalam kegiatan
ekonomi dan mempertinggi pertumbuhan ekonomi.
1.2.4 Pembahasan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah terbesar yang sedang
dialami oleh negara Indonesia. Di Provinsi Aceh sendiri masalah
kemiskinan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 959,7 ribu
jiwa tahun 2008 menjadi 861,9 ribu jiwa pada tahun 2010, hal ini
merupakan kabar baik untuk pemerintah Aceh bahwa program penurunan
angka kemiskinan di daerah Aceh dapat dikondisikan dengan baik,

walaupun masih cukup banyak masyarakatnya yang mengalami


kemiskinan khususnya di daerah pedesaan.
Kesempatan kerja di sektor-sektor seperti industri, perdagangan
dan keuangan memberikan pendapatan dan nilai tambah yang tinggi
namun ketersediaannya lebih banyak di perkotaan daripada di pedesaan,
hal ini menimbulkan kinerja perekonomian di pedesaan relatif rendah
sehingga belum mampu mengurangi angka kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Selain kesempatan kerja terdapat faktor pendidikan dan
kesehatan yang dapat mempengaruhi angka kemiskinan di setiap daerah.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pedesaan
akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang bermutu sesuai
dengan kebutuhan jaman dilihat dari meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan seseorang, begitu juga kemiskinan terhadap kesehatan,
pelayanan kesehatan yang masih kurang memadai dapat mempengaruhi
produktivitas masyarakat desa dalam peningkatan pendapatan pedesaan.
Sebagaimana Juanita (2002) menyatakan bahwa salah satu modal dasar
dalam pelaksaan pembangunan ekonomi adalah kondisi kesehatan
masyarakat yang baik.
1.3 Kritik dan Saran
1.3.1 Kritik
Kebijakan pemerintah mengenai pemberantasan kemiskinan
seharusnya lebih

menyentuh akar permasalahan dan harus lebih

memperhatikan keadaan rakyat miskin dan memberikan bantuan bagi


mereka yang benar-benar membutuhkan, agar dapat menyejahterakan
rakyatnya menjadi rakyat yang makmur dan terhindar dari kemiskinan.
1.3.2

Saran
1. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius
dan bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah
kemiskinan di Indonesia.

2. Pemerintah harus lebih memperhatikan pendidikan, kesehatan dan


perluasan kesempatan kerja pada masyarakat Indonesia tidak hanya
diperkotaan saja, tetapi juga sampai di pedesaan, untuk mengurangi
disparitas ekonomi antarwilayah dan ketimpangan pendapatan.
3. Masyarakat harus ikut berpartisipasi bersama pemerintah dalam
mewujudkan pemerataan pendapatan, masyarakat juga harus sadar
serta aktif dalam mencari informasi dan menempuh pendidikan
khususnya masyarakat pedesaan, demi menambah pengetahuan agar
menjadi sumber daya manusia yang lebih produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, S. Syafri. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Suryawati. 2004. Teori Ekonomi Mikro. UPP. AMP YKPN.Yogyakarta
Michael P. Todaro, Stepen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi (edisi
kesembilan jilid I). Jakarta: Erlangga
Paul, T. Schultz. 2005. Fertility and Income. Economic Growth Center
Yale University. Paper No.925.
Yoga P. 2012. Analisis Pengaruh PDRB, Pengangguran, Pendidikan dan
Kesehatan Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah.
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2015/09/hubungan-kesehatanterhadap-tingkat.html
http://teorikemiskinan.blogspot.co.id/2015/11/konsep-dan-definisikemiskinan.html
http://arhyan37.blogspot.co.id/2012/01/pengaruh-kesempatan-kerjaterhadap.html

Anda mungkin juga menyukai