EPIDEMIOLOGI
stadium lanjut / parah, maka tindakan pencegahan dapat diartikan agar tidak
menjadi menahun yang dapat berakibat cacat, dapat dikatakan juga sebagai
tindakan untuk mencegah kematian. Dalam pencegahan ini diberikan
pengobatan dan perawatan rehabilitas guna penyumbuhan fungsi fisik
seperti semula.
a. Penanganan Preeklampsia Ringan (140/90 mmHg)
1) Jika tekanan darah diastolik berkisar 80-90 mmHg atau naik
kurang dari 15 mmHg dan tidak ditemukan proteinuria, wanita
tersebut diizinkan untuk tinggal di rumah dan dianjurkan untuk
beristirahat sebanyak mungkin. Pada setiap kunjungan:
a) Memeriksa tekanan darah.
b) Memeriksa urine untuk menemukan adanya protein.
c) Menimbang berat badan pasien.
d) Memeriksa untuk menemukan adanya edema.
e) Meminimalkan gejala-gejala pre-ekalmpsia berat.
f) Memantau pertumbuhan janin, tanyakan pada ibu tentang
gerakan janin.
g) Memeriksa denyut jantung janin.
dokter.
b. Penanganan Preeklampsia Berat
Menurut Saifuddin (2007), penanganan preeklampsia berat dan
eklampsia (160/110 mmHg dan preeklampsia disertai kejang).
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat sama dengan eklampsia. Dengan
tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan
mengakhiri kehamilan secepatnnya digunakan cara yang aman setelah
keadaan ibu mengizinkan.
Penanganan kejang:
1) Memberikan obat antikonvulsan.
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan,
masker oksigen, oksigen).
3) Melindungi pasien dari kemungkinan trauma.
4) Aspirasi mulut dan tenggorokan
5) Membaringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi.
6) Memberikan O2 4-6 liter/ menit.
Menurut Saifuddin (2006) penanganan umum PreEklampsia Berat yaitu:
1) Jika tekanan darah diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi,
sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
2) Memasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge
atau lebih ).
3) Mengukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
4) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
5) Jika jumlah urin < 30ml per jam, infus cairan dipertahankan 1 1/8
jam, memantau kemungkinan edema paru, tidak meninggalkan
pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin.
6) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin
setiap jam.
bedside. Jika
utama
pengubatan
medikamentosa
dan
mengatasi
penyulit,
khususnya
sebagai
alternative
pilihan,
namun
hendaknya
selalu
disertai
dengan
memonitor
plasma elektrolit. Obat kardiotonika ataupun obatobat antihipertensi hendaknya selalu disiapkan dan
diberikan benar-benar atas indikasi.
b) Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya
sama seperti pemberian magnesium sulfat pada
preeklampsia berat. Pengobatan suportif terutama
ditujukan
untuk
gangguan
penting,
misalnya
fungsi
organ-organ
tindakan-tindakan
untuk
sulfat
harus
dipertimbangkan
rencana
penatalaksanaan
konservatif
magnesium
refleks
dapat
tendon
dideteksi
profunda.
dengan
Apabila
care sangat
penting,
misalnya
2) Pengobatan obstetric
Sikap terhadap kehamilahn ialah semua kehamilan dengan
eklampsia harus diakhiri, tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi
(pemulihan) hemodinamika dan metabolisme ibu. Pada perawatan
pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagimana lazimnya.
Prognosis:
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan,
maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya
diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik
akan segera pula mengalami perbaikan. Dieresis terjadi 12 jam
kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda
prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama
eklampsia
yang
utama
ialah
terapi
mencegah
breathing,
kejang,
circulation (ABC),
mengatasi
mengatasi
hipoksemia
dan
pertolongan
ialah
mencegah
penderita
dikamar
isolasi
cukup
terang,
tidak
tidurharus
dipasang
dan
dijaga
agar
kepala
dan
ekstremitas
penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentakhentak benda keras disekitarnya. Fiksasi badan pada
tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari
fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri
oksigen.
2) Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau
mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrem, posisi tubuh yang
menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya efek muntah.
Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya
jalan nafas atas. Setiap penderita eklampsia yang jatuh koma harus
dianggap bahwa jalan nafas atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang
jatuh koma (tidak sadar), ialah menjaga dan mengusahakan jalan nafas
atas tetap terbuka. Untuk menghindari terbuntunya jalan nafas atas
oleh pangkal lidah dan epiglottis dilakukan tindakan sebagai berikut.
Cara sederhana cukup efektif dalam menjaga terbukanya jalan nafas
atas, ialah
direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi kebelakan atau head tiltchainlift, yaitu dengan kepala direndahkan dan dagu ditari keatas,
tau jaw-trust, yaitu mandibula kiri kanan diekstensikan keatas sambil
mengangkat kepala kebelakang. Tindakan ini kemudian dapat
dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngealairway.
Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah bahwa
penderita koma akan kehilanga refleks muntah sehingga kemungkinan
terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil
harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua
benda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa
lender maupun sisa maupun sisa makanan, harus segera diisap secara
DAFTAR PUSTAKA
S.Elizabeth Robson And Jason Waugh.(2013).Patologi Pada Kehamilan:
Manajemen Dan Asuhan Kebidanan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prawirohardjo, Sarwono.(2010).Ilmu Kebidanan (Edisi Keempat).Jakarta : P.T.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Syafarudin, Hamidah.(2012).Kebidanan Komunitas.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://www.idmedis.com/2014/12/preeklampsia-pada-ibu-hamil-penyebab-gejaladan-faktor-resiko.html
http://elfallife.blogspot.co.id/2015/02/pencegahan-penyakit-yang-berkaitan.html
http://syafaatphunsoed.blogspot.co.id/2015/11/konsep-dasar-pencegahanpenyakit.html