Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pemberdayaan Keluarga


Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris empowerment yang juga dapat
bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekedar daya, tetapi
juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu, tetapi
juga mempunyai kuasa. (Fahrudin, hal:13)(Wrihatnolo & Dwidjowijoto,
2007, hal:1)
Pemberdayaan merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya (Parsons, 2008).
Pemberdayaan merupakan sebuah konsep untuk memotong lingkaran
setan yang menghubungkan power dengan pembagian kesejahteraan.
Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang
atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa
kepada tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

Secara konseptual, pemberdayaan keluarga adalah upaya untuk


meningkatkan harkat dan martabat keluarga, terutama keluarga miskin atau
keluarga tidak sejahtera atau istilah lainnya yang menunjukkan masih belum
berfungsinya keluarga sehingga tidak bisa mencapai tujuan kehidupan
berkeluarga (Sunarti,2008).

B. Tujuan dan Perinsip Pemberdayaan


Menurut Sunarti (2008), tujuan pemberdayaan keluarga adalah :
1. Membantu sasaran untuk menerima / melewati / mempermudah proses perubahan
yang harus /akan dijalani/ditemui individu/keluarga
2. Menggali kapasitas/potensi laten anggota keluarga (kepribadian, ketrampilan
manajerial dan keterampilan kepemimpinan).
3. Mendorong sasaran agar memiliki daya ungkit/daya lompat serta sebagai lecutan
untuk lari mengejar cita cita keluarga.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan hidup seluruh anggota keluarga
sepanjang tahap perkembangan dan siklus hidupnya.
5. Membangun daya tahan dan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan agar mampu
menjalani kehidupan dengan sukses tanpa kesulitan dan hambatan yang berarti.
6. Membina dan mendampingi proses perubahan sampai pada tahap kemandirian dan
tahap tujuan yang dapat diterima.

Agar tujuan pemberdayaan dapat tercapai, maka perlu memperhatikan


beberapa prinsip pemberdayaan keluarga, diantaranya adalah :

1. Pemberdayaan keluarga hendaknya tidak memberikan bantuan atau


pendampingan

yang

bersifat

charity

yang

akan

mendatangkan

ketergantungan dan melemahkan, melainkan bantuan, pendampingan dan


atau pelatihan yang mempromosikan self reliance dan meningkatkan
kapasitas sasaran pemberdayaan.
2. Hendaknya menggunakan metode pemberdayaan yang menjadikan pihak
yang dibantu/dibina/didamping menjadi lebih kuat melalui latihan daya
juang/tahan, menghadapi masalah.
3. Meningkatkan partisipasi yang membawa pihak yang diberdayakan
meningkat kapasitasnya.
4. Menjadikan pihak yang diberdayakan mengambil kontrol penuh,
pengambilan keputusan penuh dan tanggung jawab penuh untuk
melakukan kegiatan yang akan membawanya menjadi lebih kuat.
C. Strategi Pemberdayaan Keluarga
Menurut Herawati (2013), strategi pemberdayaan keluarga yang dimaksud
adalah :
1. Sistemik Holistic
Strategi yang memperhatikan berbagai dimensi kehidupan keluarga :
fungsi,

peran

dan

tugas

keluarga,

perkembangan kehidupan keluarga.


2. Sinergistik
Strategi yang memperhatikan

serta

dan

memperhatikan

menempatan

tahap

kegiatan

pemberdayaan keluarga diantara program keluarga atau program


kemasyarakatan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai pihak baik oleh
pemerintah maupun non pemerintah agar saling mendukung.
3. Kemandirian dan ketahanan keluarga
Strategi pemberdayaan adalah mendorong kemandirian
menguatkan ketahanan keluarga
4. Fokus : Proses perubahan

dan

Strategi ini menekankan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses


oleh karnanya perlu memberi ruang dan memasukkan perjalanan sebuah
proses dalam perencanaan serta memastikan agar proses perubahan
tersebut dilalui sampai tujuan tercapai.
5. Kepedulian atau kemitraan
Strategi ini memperhatikan aspek utama dalam proses pembangunan
manusia yaitu kepedulian, serta

meningkatkan

kemitraan untuk

mendorong perubahan yang lebih luas.


6. Keberlanjutan (sustainability)
Strategi yang memperhatikan keberlanjutan program, mengingat
perubahan sosial membutuhkan waktu yang lama dan panjang.
7. Meningkatkan partisipasi dan menggunakan pendekatan pendidikan orang
dewasa.
8. Memanfaatkan dan atau meningkatkan kapasitas kelembagaan lokal agar
perubahan

lebih

mengakar

untuk

menjamin

keberlanjutan

dan

kelangsungannya.
9. Memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi lokal.
Pemberdayaan ekonomi keluarga hendaknya memanfaatkan potensi
lokal yang bertujuan memberi nilai tambahan serta meningkatkan potensi
ekonomi wilayah.
D. Cara

Mendorong

Keluarga

untuk

dapat

Menangani

Masalah

Kesehatannya sesuai dengan Sumber yang Tersedia


Menurut Herawati (2013), cara mendorong keluarga untuk dapat menangani
masalah kesehatan, diantaranya :
1. Meningkatkan potensi atau kapasitas individu dalam keluarga untuk
berkembang
a. Pelatihan di berbagai tingkat sasaran untuk meningkatkan produktifitas
keluarga dalam meningkatkan sumber daya ekonomi.

b. Pelatihan, bimbingan konseling untuk meningkatkan ketrampilan


keluarga : menilai sumber daya, mengembangkan potensi atau
kapasitas dan kelola masalah untuk mencapai tujuan.
c. Kampanye sosial dan penyuluhan untuk meningkatkan dukungan
sosial bagi ketahanan keluarga.
d. Pelatihan ketrampilan organisasi di masyarakat : managemen,
kepemimpinan dan ekonomi orang, kerjasama jaringan organisasi
kelembagaan di masyarakat.
2. Menciptakan lingkungan supaya kapasitas keluarga untuk berkembang
dapat terwujud dengan :
a. Advokasi : meningkatkan komitmen pemerintah
b. Bangun kemitraan sosial dan jaringan seperti dengan pemerintah,
swasta, LSM dan media massa.
c. Pelatihan kepada para tokoh dan penggerak masyarakat dalam rangka
memberdayakan masyarakat dalam menyediakandukungan sosial bagi
d.
e.
f.
g.

keluarga.
Penguatan kelembagaan seperti bimbingan dan konseling keluarga.
Kampanye dan advokasi soial untuk membangun ketahanan keluarga
Mobilisasi sumber daya bagi perbaikan ekonomi keluarga,
Advokasi kebijakan sistem ekonomi makro seperti sistem intensif
usaha, sistem upah, perluasan lapangan dan kesempatan kerja, serta
kemudahan akses berusaha.

E. Ruang lingkup pemberdayaan keluarga


Ruang lingkup substansi pemberdayaaan keluarga meliputi berbagai
wilayah dan ranah utama terkait kehidupan keluarga seperti secara ringkas
dijelaskan berikut ini :
1. Ketahanan keluarga
Pemberdayaan

keluarga

menekankan

pada

peningkatan

pengetahauan, kesadaran, serta peningkatan kapasitas keluarga dalam

kaitannya dengan kondisi dinamik suatu keluarga yang harus memiliki


keuletan dan ketangguhan serta kemampuan secara fisik-material dan
psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan
keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir
dan batin. Peningkatan ketahanan keluarga meliputi ketahanan fisik,
ketahanan sosial, dan ketahanan psikologis keluarga (Sunarti, 2001).
2. Keberfungsian, peran dan tugas keluarga
Pemberdayaan keluarga menekankan pada peningkatan potensi dan
kapasitas keluarga dalam memenuhi fungsinya seperti dinyatakan
resolusi majelis umum PBB bahwa : keluarga sebagai wahana untuk
mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dimasyarakat
dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang
sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi, 1994). Agar
fungsi keluarga berada pada kondisi optimal, perlu peningkatan
fungsionalisasi dan struktur yang jelas, yaitu suatu rangkaian peran
dimana keluarga sebagai sistem sosial terkecil dibangun.Peran keluarga
merupakan kunci utama keberhasilan keberfungsian keluarga (families
first-key to successful family functioning) .
Tugas dasar keluarga berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan
keluarga hari ke hari, yaitu meliputi penyediaan kebutuhan dasar
kebutuhan

anggota

keluarga,

menjalani

dengan

sukses

tugas

perkembangannya.
Sementara itu terdapat lima peran utama keluarga bagi efektifnya
fungsi keluarga yaitu :

a. Penyediaan sumberdaya yang dibutuhkan keluargau untuk tumbuh


dan berkembang
b. Dukungan, pengasuhan, dan kasih sayang
c. Pengembangan keterampilan hidup
d. Pemeliharaan dan pengelolaan sistem keluarga
e. Kepuasan seksual suami-istri.
3. Sumberdaya keluarga
Sumberdaya bermakna sebagai sumber dari kekuatan, potensi
dan kemampuan untuk mencapai suatu manfaat atau tujuan.
Sumberdaya merupakan asset, yaitu sesuatu apapun baik yang dimiliki
atau yang dapat di akses, yang dapat memberikan nilai tukar untuk
mencapai tujuan. Aset tersebut bisa berupa sumberdaya ekonomi,
potensi manusia, karakter pribadi, kualitas lingkungan, sumberdaya
alam, fasilitas masyarakat (Rice & Tucker, 1987). Sumberdaya
keluarga ditinjau dari sudut pandang ekonomi merupakan alat atau
bahan yang tersedia dan diketahui fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan atau tujuan keluarga (Gross, Crondall, & Knoll, 1980).
Sumberdaya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu yang dapat
diukur, nyata secara fisik(tangible) dan yang tidak dapat diukur
(intangible) seperti intetegritas dan kepercayaan. Demikian juga
pembagian menjadi sumberdaya manusia dan material. Sumberdaya
manusia meliputi keahlian, bakat dan kemampuan yang seseorang
miliki. Sumberdaya material berhubungan dengan fenomena alam
seperti tanah subur, sungai, minyak bumi, dsb (Goldsmith, 1996).
Sedangkan Rice dan Tucker (1987) mengelompokan sumberdaya
kedalam tiga kelompok yaitu : sumberdaya manusia meliputi aspek
kognitif,

afektif,

psikomotorik.

sumberdaya

ekonomi

seperti

pendapatan, kesehatan, keuntungan pekrjaan, dan kredit, serta


sumberdaya lingkungan meliputi lingkungan fisik ,sumberdaya sosial,
serta lembaga politik.
4. Pengolahan masalah dan stress keluarga
Kemampuan keluarga dalam menghadapi stressor yang berpotensi
menyebabkan stress dan krisis. Dalam proses tersebut, tipologi
keluarga, persepsi keluarga terhadap stress serta kemampuan koping
mekanisme keluarga menentukan timbulnya stress atau krisis dalam
keluarga.
Interaksi keluarga dapat dipandang melalui beberapa pendekatan,
diantaranya adalah pendekatan sistem, yang meliputi husband-wife
interaction (marital relationship), parent-child interaction, sibling
interaction, intergeneration interaction. Kajian interaksi keluarga
sebagai institusi penting bagi kehidupan individu dan pembangunan
harmoni sosial. Interaksi keluarga dipandang sebagai proses yang akan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang yang berkaitan dengan
dampak perubahan sosial untuk menghindari dan meminimalkan
konflik antar anggota keluarga.
5. Tipologi keluarga
Analisis tipologi keluarga menggunakan delapan perubah family
hardness (kekuatan internal, kontrol terhadap sumber daya, pemaknaan
kehidupan, serta komitmen untuk belajar dan berkembang), family
coherence (koping strategi fundamental keluarga dalam mengelola
masalah keluarga yang di tujukan oleh pelaku penerimaan, loyalitas,
kejujuran, kebanggaan, rasa hormat, berbagi), family bonding
(tingkatan keterikatan secara emosional sebagai satu kesatuan

keluarga), family time and routine (curahan waktu kebersamaan


keluarga), valuing family time and routine (pemaknaan terhadap
rutinitas dan waktu kebersamaan keluarga), family traditions (upaya
pemeliharaan kepercayaan dan nilai yang berlaku antar generasi) dan
family celebration (kebiasaan merayakan kejadian penting dan
bermakna bagi keluarga).
Tipologi kelurga regenerative menghasilkan 4 tipologi keluarga
turunan yaitu regenerative families, durable families, secure families
dan fulnerable families. Tipologi resilient menghasilkan 4 tipologi
turunan yaitu resilien (lentur) families, pliant (liat) families,
bondedfamilies, dan fragile (mudah pecah)families.
6. Kelentingan keluarga (family resilience)
Kelentingan keluarga diartikan sebagai kemampuan keluarga
untuk merespon secara positif terhadap situasi yang menyengsarakan
atau merusak kehidupan keluarga, sehingga memunculkan perasaan
kuat, tahan dan bahkan situasi dimana keluarga merasa lebih berdaya
dan lebih percaya diri dibanding situasi sebelumnya . Kelentingan
keluarga juga dapat diartikan sebagai kapasitas untuk pulih dari
kesengsaraan bahkan merasa lebih kuat dan berdaya (Walsh,2006).
Kelentingan keluarga dialami ketika anggota keluarga menunjukkan
perilaku seperti percaya diri, kerja keras, kerjasama, memanfaatkan hal
tersebut merupakan faktor yang menolong keluarga dapat menghadapi
stressor sepanjang siklus kehidupannya.
Kelentingan keluarga berkaitan dengan konsep-konsep utama
yang

saling

berhadapan.

Konsep

pertama

berkaitan

dengan

10

kerentangan keluarga, faktor resiko dan akumulasi resiko yang


dihadapi keluarga, sedangkan disisi lainnya adalah konsep asset
keluarga serta asset yang menjadi faktor resiko akan menghasilkan
tingkat resiliensi keluarga (Sunarti,2007).
Proses utama kelentingan keluarga berkaitan dengan sistem
keluarga,pola organisasi dan proses komunikasi dalam keluarga.
Bagaimana nilai yang dianut keluarga terkait kemalangan,anggota
keluarga terhadap masalah, apakah berpikir positif atau cenderung
bepikir negativ dan bagaimana nilai spiritual dan transendensi keluarga
akan menentukan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah.
Pola organisasi yang dijalankan dalam keluargapun turut menentukan
kelentingan keluarga, Selain itu, proses komunikasi yang dilakukan
keluarga, apakah ada keterbukaan,kejelasan, berbagai emosi secara
terbuka antara anggota keluarga dan menyelesaikan masalah bersama.
7. Perkembangan keluarga
Pembahasan menekankan pada pengetahuan dan kesadaran
adanya beberapa tahap perkembangan keluarga, dimana setiap tahap
perkembangan memiliki tugas perkembanganya serta berpotensi
menghadapi periode kritisnya yang mana kala keluarga tidak mampu
menyelesaikan atau menghindari periode kritis tersebut, maka akan
menyebabkan keretakan atau kehancuran keluarga. Menurut Duvval
(1971) terdapat 8 tahap perkembangan keluarga yaitu tahap pasangan
baru menikah ( married couple ) ,tahap keluarga memiliki bayi , tahap
keluarga dengan pra sekolah,tahap keluarga dengan anak sekolah,tahap
keluarga dengan anak remaja,tahap keluarga saat anak keluar rumah

11

untuk mandiri,tahap keluarga dengan pasangan paruh baya dan tahap


keluarga lansia. Pengetahuan tentang tugas perkembangan dan periode
kritis pada setiap tahap keluarga dapat digunakan untuk memprediksi
kerentanan keluarga serta penetapan kebijakan dan program keluarga.
8. Ekologi keluarga
Membahas hubungan timbal balik keluarga sebagai ekosistem
dengan lingkunganya baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial
mendalami proses transaksi energi,materi dan informasi antara
keluarga dengan lingkunganya yang diimplementasikan melalui proses
pemaknaan (valuing), penerimaan (perceiving),pengambilan keputusan
(deciding) dan keruangan (spacing).
Substansi ini menekankan tujuan kehidupan keluarga bukan
hanya untuk memperoleh kehidupan manusia yang berkualitas namun
sekaligus menjaga dan melestarikan kualitas lingkungan (alam dan
sosial) (Bubolz dkk ,1993;Sunarti,2008).
9. Arah perkembangan (trend ) kehidupan keluarga
Membahas kehidupan keluarga yang senantiasa mengalami
perubahan seiring ekonomi (infra struktur ekonomi, perdagangan
,transportasi,
pendidikan

perkembangan
dan

kesehatan)

wilayah)
serta

dan

sosial

pergeseran

(pelayanan

budaya

seiring

perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi. Demikian


halnya dengan semakin dinamisnya mobilitas penduduk dan mobilitas
sosial yang juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
keluarga

beberapa

fenomena

kehidupan

keluarga

terkait

perkembangan sosial ekonomi diantaranya lain adalah menurunya

12

jumlah anggota keluarga, perubahan keberfungsian keluarga , dan


semakin tingginya perempuan yang bekerja di sector publik yang
menyebabkan besarnya kebutuhan bantuan dan dukungn sosial
terhadap keluarga. Sementara disisi lain urbanisasi dan migrasi
menyebabkan semakin besarnya keluarga inti yang jauh dari keluarga
luasnya,menyebabkan terbatasnya dukungan dan bantuan besar
terhadap keluarga inti. Pola perumahan kurang mendukung keluarga
luas hidup bersama dalam satu atap. Berbagai isu kehidupan keluarga
terhadap trend perubahan sosial ekonomi masyarakat diantaranya dalah
: perubahan pola manajemen keuangan keluarga ,pola pengambilan
keputusan,nilai anak, dan pola pengasuhan anak, pergeseran fungsi
suami istri disekitar publik dan domestic ,dukungan sosial terhadap
keluarga

pola

komunikasi

dan

interaksi

antar

anggota

keluarga,manajemen stress keluarga,krisis keluarga dan perceraian.


Terdapat perubahan nilai anak dimata orang tua. Anak diharapkan
lebih berprestasi dan lebih mandiri lebih awal.
Dengan semakin pesatnya perkembangan

media

massa,

berdampak terhadap pengetahuan keluarga akan kehidupan keluarga


itu sendiri. Terdapat perubahan nilai ayah dan ibu yang dikategorikan
baik. Keluarga menjadi lebih terpapar

informasi dan pengetahuan

mengenai fungsi dan peran keluarga serta pemahaman yang lebih baik
mengenai tahapan perkembangan keluarga.

13

Berdasarkan hasil analisa jurnal yang berjudul Developing posdaya for


family empowerment oleh Pudji Muljono, Sarwititi Sarwoprasodjo dan Mintarti
tahun 2015 terdapat issue issue sosial yang terjadi yaitu meningkatnya kekerasan
didalam rumah tangga dan masyarakat seta meningkatnya kasus perdagangan
manusia.
Hasil penelitian Sarwoprasodjo tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat
perdagangan manusia dan kekerasan dalam rumah tangga baik didataran tinggi
maupun daerah nelayan, dikarenakan kemiskinan dan perubahan gaya hidup yang
berpotensi pada kekerasan dalam rumah tangga.
Hal ini dapat disosialisasikan dengan kegiatan posdaya dimana posdaya
dapat memperkuat fungsi keluarga, selain itu posdaya juga dapat berfungsi
sebagai forum untuk berkomunikasi dalam pencegahan dan pengobatan dalam
kekerasan rumah tangga.
Menurut Suryono dan Haryanto (2009) posdaya diciptakan sebagai forum
untuk advokasi, komunikasi, informasi, pendidikan untuk memperkuat koordinasi
fungsi keluarga.
Issue terkini yang bisa diambil dalam kegiatan promosi kesehatan dalam
pelaksanaan posdaya yaitu dengan mensosialisasikan kekerasan dalam rumah
tangga dengan bentuk penyuluhan sosialisasi menggunakan media, yang berupa
media cetak (leaflet, baner dan koran)

media elektornik seperti (radio dan

televisi) serta dapat dilakukan melalui media website. Seluruh media tersebut
digunakan untuk mendukung kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara tatap
muka. Media yang digunakan dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas agar
mendpatakan informasi mengenai kekerasan didalam rumah tangga serta
masyarakat dan meningkatnya kasus perdagangan manusia.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberdayaan merupakan sebuah proses dimana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan mempengaruhi
terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya.
Ruang lingkup substansi pemberdayaaan keluarga meliputi ketahanan
keluarga, keberfungsian, peran dan tugas keluarga, sumberdaya keluarga,
pengolahan masalah dan stress keluarga, tipologi keluarga, kelentingan
keluarga (family resilience), perkembangan keluarga, ekologi keluarga dan
arah perkembangan (trend ) kehidupan keluarga.
Promosi kesehatan tidak hanya digunakan dalam pelayanan preventif
atau promotif saja. Melainkan juga digunakan dalam pelayanan kuratif dan
rehabilitatif.
B. Saran

15

Bagi lembaga pemberdayaan masyarakat khususnya pemberdayaan


keluarga agar lebih ditingkatkan kembali mutu pelayanan terhadap rutinitas
penyuluhan dan pembinaan dalam keluarga. diharapkan Fungsi dan
kewajiban untuk berjalan lebih baik sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Parson, Wayne. 2008. Public Policy; Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Andrew (2005) dalamSunarti, Euis. 2010. StrategiPemberdayaanKeluarga (online)
http ://repository.usu.ac.id/bitstream/
Bubolz, M.M. dkk.1993. Human Ecology Theory. New York And London.

Duvall, Evelyn Mills. 1971. Family Development. Fourth Edition. J. B Lippincott


Company. Philadelpia, New York, Toronto.

Goldsmith, E.B. 1996. Resource Management for Individual and Families. West
Publishing Company. San Fransisco.
Megawangi, R. 1994.
KeluargadanPeningkatanKualitasSumberdayaManusiadalamRangkaMenyon
gsong Abad ke 21.
Rice, A.S. & Suzanne M. Tucker. 1986. Family Life Management. Sixth
Edition.McMillan publishing company. Belmont, California

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC
Sunarti. 2001. StudiKetahananKeluargadanUkurannya:
TelaahKasusPengaruhnyaTerhadapKualitasKehamilan.
DisertasipadaDepartemen GMSK-Faperta IPB.

16

Sunarti.2007. Theorytical and Methodological Issue on Family Resilient.Makalah


Senior Official Forum On Families. Bali.
Sunarti.2008. EkologiKeluarga: Sejarah, Konsep, danTatanganPenelitian.
DalamSoeryoAdiwibowo. 2008. EkologiManusia. FakultasEkologiManusia.
IPB
Sunarti. 2008. Diklat I dan II Mata KuliahKetahanandanPemberdayaanKeluarga.
DepartemenIlmuKeluargadanKonsumen ,FakultasEkologiManusia. IPB
Tjiptono (2000) dalamSunarti, Euis. 2010. StrategiPemberdayaanKeluarga
(online) http ://repository.usu.ac.id/bitstream/, diakses 18 September 2013
Walsh, Froman. 2006. Strenghthening Family Resilience, Foundation Of Family
Resilience Approach (Chapter 1). Guiford Publication.

Anda mungkin juga menyukai