Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan

ISSN: 0852 - 9124 Vol. 4 No.1, Juli 2013

DAMPAK PENINGKATAN KUALITAS SUMBER


DAYA MANUSIA DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TERHADAP PENURUNAN JUMLAH
PENDUDUK MISKIN
DI PROVINSI ACEH
Impact of Improvement Quality of Human Resources and Economic
Growth on the Reduction of Poor People in Aceh

Zakiah1
1Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh
Email: dq_909qq@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pertumbuhan
ekonomi terhadap masyarakat miskin di Aceh. Studi ini menggunakan data dari tahun 1996-2011. Analisis
ekonometrik digunakan uuk mengetahui hubungan antara kualitas sumber daya manusia bidang kesehatan,
pertumbuhan ekonomi, dan faktor kemiskinan lain di Aceh. Jumlah masyarakat miskin meningkat selama masa
konflik antara RI dan GAM, akan tetapi setelah itu angka ini cenderung menurun disebabkan kondisi
keamanan yang kondusif menyebabkan meningkatnya sumberdaya manusia dan pertumbuhan ekonomi.
Kualitas sumberdaya manusia bidang pendidikan dan kesehatan secara signifikan mempengaruhi jumlah
masyarakat miskin di Aceh. Pertumbuhan ekonomi, daya beli, dan jumlah angka pengangguran mempengaruhi
secara signifikan jumlah masyarakat miskin Aceh, walaupun sangat kecil. Berdasarkan data ini, beberapa
rekomendasi diperlukan untuk menurunkan jumlah masyarakat miskin yaitu peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, akselerasi pertanian dan industri, dan kontrol tingkat inflasi untuk mempertahankan daya beli
masyarakat.

Kata kunci: kualitas Sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi, penduduk miskin

ABSTRACT
This paper analyze the impact of improvement quality of human resources and economic growth on the
number of poor people in Aceh. This paper used yearly data 1996-2011. Econometrics analyses were used to
find out the linkage between human resources quality at education and healthy sector, economic growth, and
other factors on poverty in Aceh. The number of poor people increase during conflict between RI and GAM,
but after that, it has tendency to decrease because the condusive condition has improve quality of human
resources and economic growth. Quality of human resources on education (literacy rate) and healthy sector
(life expectancy), were significant and relatively high influence on the number of poor people in Aceh. The
economic growth, purchasing power parity and number of unemployment were significant affecting the
number of poor people in Aceh, even though in a relative small magnitude. Based on these finding, policy
recommendation were needed to reduce the number of poor people such as improved quality of human
resources, quality and fairness of growth as the obligatory requirement, accelaration of agricultural and rural
industrialization, and the control of inflation rate to maintain purchasing ability of community.

30 30
Key words: quality of human resources, economic growth, poor people

31 31
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

PENDAHULUAN
Tantangan utama yang sedang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang
adalah kemiskinan. Indonesia sampai tahun 2012 masih mempunyai 29,13 juta orang
penduduk miskin dari jumlah penduduk 242,33 juta jiwa. Begitu pula dengan Aceh,
meskipun angka kemiskinannya semakin menurun, namun Aceh masih termasuk dalam
daerah dengan jumlah penduduk miskin yang besar (20,98 %), yakni menduduki
peringkat 10 besar provinsi termiskin selama periode 1996-2011. Peringkat pertama
Papua dengan persentase penduduk miskin mencapai 36,80 %, Maluku 27,74 %,
Gorontalo 23,19 %, NTT 23,03 %, dan NTB 21,55 % (BPS, 2012). Jika diperhatikan,
kemiskinan ini malah terjadi di wilayah dengan kekayaan sumber alam melimpah.
Karena itu pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia benar-benar harus
mempunyai sasaran utama yaitu membangun masyarakat adil dan makmur yang dapat
meneruskan kelangsungan hidupnya dan bebas dari kemiskinan.
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal
dari standar hidup tertentu. Salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya
pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan, pakaian, perumahan, tingkat kesehatan, dan pendidikan, yang akhirnya
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Di samping itu kemiskinan juga berkaitan
dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Karena itu untuk mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah
dari masalah-masalah kualitas sumber daya manusia, pengangguran, dan masalah
ekonomi lainnya yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat menghambat proses pembangunan
dan upaya mengurangi jumlah penduduk miskin. Kualitas sumber daya manusia dapat
dilihat dari indeks kualitas hidup/indeks pembangunan manusia. Rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja
penduduk. Produktivitas yang rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan.
Sehingga dengan rendahnya pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk
miskin.
United Nation Development Programme (UNDP) menyusun suatu indeks
komposit atau IPM untuk mengukur tingkat kemiskinan berdasarkan tiga indikator, yaitu
angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectacy at birth), angka melek huruf
penduduk dewasa (adult literacy rate), dan rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran per
kapita/kemampuan daya beli (purchasing power parity). Beberapa faktor lainnya yang
digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan diantaranya yaitu produk domestik
regional bruto (PDRB) dan jumlah pengangguran.
Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus
diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya termasuk
kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan
kemiskinan. Sedangkan di bidang pendidikan indeks pembangunan manusia diwakili
oleh Angka Melek Huruf (AMH) yaitu proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang

32 32
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

bisa membaca dan menulis (baik huruf latin maupun huruf lainnya) dan rata-rata lama
sekolah yang digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk
suatu daerah. Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Aceh pada tahun 2010 sebesar

33 33
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

8,81 tahun, ini artinya Provinsi Aceh baru bisa menikmati pendidikan rata-rata sampai
kelas 2 SMP. Angka ini masih belum sesuai dengan target Program Wajib Belajar
(Wajar) 9 tahun yang dicanangkan pemerintah. Untuk itu adanya fasilitas pendidikan dan
kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktivitas, dan pada
gilirannya meningkatkan pendapatan.
Provinsi Aceh terdiri atas 23 kabupaten/kota, memiliki jumlah penduduk yang rentan
terhadap kemiskinan. Jumlah penduduk sebanyak 4.363.477 jiwa, terdiri atas 2.171.388
jiwa laki-laki dan 2.192.089 jiwa perempuan seharusnya dapat menjadi modal dasar dari
pembangunan, namun sekaligus menjadi salah satu hambatan dalam pembangunan jika
kualitas penduduk yang ada tidak diperhatikan.
Aceh menduduki peringkat ke 20 pada angka harapan hidup (68,78 tahun),
sedangkan pada angka melek huruf Aceh menduduki peringkat ke 11 (96,7 %), dan pada
pengeluaran per kapita Aceh menduduki peringkat ke 29 (Rp. 609.700). IPM Aceh
menduduki peringkat ke 16 (71,7 %) (BPS, 2012). Ini menunjukkan bahwa kualitas
sumber daya manusia di Provinsi Aceh masih belum unggul jika dibandingkan dengan
propinsi-propinsi lain di Indonesia. Jika dibandingkan dengan angka rata-rata di
Indonesia, Angka Harapan Hidup Provinsi Aceh masih berada di bawah rata-rata angka
harapan hidup Indonesia. Ini menyebabkan sulitnya menurunkan jumlah penduduk
miskin di Aceh. Karena itu, saat ini Aceh masih menduduki peringkat 6 besar provinsi
termiskin di Indonesia.
Selain kualitas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari
penurunan kemiskinan di suatu wilayah. Produk domestik regional bruto merupakan
salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dan untuk mengetahui sampai
sejauhmana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, serta
digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan. Pertumbuhan tersebut
dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya infrastruktur ekonomi. Semakin tinggi
PDRB suatu daerah, maka semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah
tersebut (Kristiana, 2009). Bahkan, berhasil tidaknya program-program di negara-negara
dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat output dan pendapatan
nasional (Todaro, 2000).
Pertumbuhan ekonomi di Aceh sempat menurun pada saat terjadi konflik antara RI
dan GAM. Kondisi keamanan yang tidak menentu saat itu menyebabkan semua sektor
mengalami perlambatan, bukan hanya karena sedikitnya investasi, tapi juga ketakutan
para penduduk untuk melakukan aktivitas, terutama di daerah-daerah kantong konflik.
Namun setelah adanya MoU antara kedua belah pihak tersebut (setelah tahun 2005),
pertumbuhan ekonomi di Aceh kembali menunjukkan peningkatan. Ini tentu saja
merupakan peluang dalam mengurangi jumlah kemiskinan di Aceh.
Kemiskinan juga tidak terlepas dari tersedianya lapangan pekerjaan bagi semua
penduduk angkatan kerja. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran
akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi
tingkat kemakmuran. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah
yaitu kemiskinan. (Sukirno, 2000). Bertambahnya angkatan kerja yang tidak diikuti dengan

34 34
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

tersedianya lapangan dan kesempatan kerja akan menimbulkan pengangguran


(Anonymous, 2011).

35 35
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin dan Pengangguran di Provinsi Aceh 1996-2010


Perkembangan jumlah penduduk miskin dan jumlah pengangguran di Aceh
mengalami peningkatan drastis pada tahun 1997-2003 (Gambar 1), disebabkan dua hal
yaitu krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan Asia bagian Timur dan Konflik antara
RI dan GAM. Kemiskinan cukup besar yaitu berkisar antara 29,76 persen sampai 36,78
persen pada periode 1998 sampai dengan 2004 (Bank Indonesia, 2012). Penurunan
angka kemiskinan mulai terjadi tahun 2005. Hal ini menandakan adanya perluasan
lapangan pekerjaan dan meningkatnya kegiatan perekonomian. Kondisi keamanan yang
kondusif dan perekonomian global sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Teori Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan
dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi
kesehatan, standar hidup, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.
Ukuran kemiskinan menurut Arsyad (1999), dapat dibedakan menjadi dua
pengertian: (1) Kemiskinan absolut, apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis
kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini
dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup. (2) Kemiskinan relatif, seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan
masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami
perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini
bersifat dinamis atau akan selalu ada.

36 36
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (vicious circle of


poverty) (Gambar 2), yaitu suatu rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi suatu
keadaaan, suatu negara akan tetap miskin dan akan banyak mengalami kesukaran untuk
mencapai tingkat pembangunan yang lebih baik. Adanya keterbelakangan, dan

37 37
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

ketertinggalan SDM (yang tercermin oleh rendahnya IPM), ketidaksempurnaan pasar,


dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktifitas
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima (yang tercermin oleh
rendahnya PDRB). Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan
dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya akumulasi modal sehingga
proses penciptaan lapangan kerja rendah (tercemin oleh tingginya jumlah
pengangguran). Rendahnya akumulasi modal disebabkan oleh keterbelakangan dan
seterusnya seperti sebuah lingkaran yang tidak ada ujungnya (Kuncoro, 1997).

Gambar 2. Lingkaran kemiskinan

Seseorang yang berada pada garis kemiskinan memiliki tingkat konsumsi yang rendah.
Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki. Dengan rendahnya tingkat konsumsi
berdampak pada rendahnya status gizi, karena kemampuan untuk membeli makanan dan
minuman yang rendah. Status gizi yang rendah secara langsung berdampak pada kesehatan
seseorang menjadi rendah. Kesehatan yang rendah berdampak pada rendahnya kinerja
seseorang dan berdampak langsung pada tingkat produksi yang rendah.
Apabila pendapatan yang dimiliki oleh seseorang rendah maka daya beli pendidikan
dan informasi yang dimiliki oleh seseorang cenderung rendah. Dalam hal yang dimaksud
adalah pendidikan formal. Secara umum pendidikan terbagi menjadi dua yaitu
pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan informal tidak seluruhnya
memerlukan biaya karena didapatkan dari pengalaman seseorang dan lainnya. Dengan
rendahnya tingkat pendidikan seseorang menyebabkan pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang cenderung rendah. Tingkat pengetahuan yang rendah menyebabkan
kemampuan seseorang untuk memproduksi menjadi rendah. Hal ini berdampak langsung
seseorang menjadi miskin.
Rendahnya tingkat tabungan yang dimiliki oleh seseorang menyebabkan modal yang
dimiliki untuk berusaha menjadi kecil, hal ini menyebabkan rendahnya tingkat produksi.
Tingkat produksi yang rendah berdampak langsung pada pendapatan yang dimiliki oleh
seseorang menjadi rendah. Pendapatan yang rendah menyebabkan seseorang menjadi
miskin.
Menurut Tambunan (2001), pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai
korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat

38 38
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan
jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Pertumbuhan ekonomi merupakan

39 39
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

syarat keharusan bagi pengurangan kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya ialah


bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam mengurangi kemiskinan. Artinya,
pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di
golongan penduduk miskin.
Pembangunan Kualitas Manusia
Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi dan menjadi indikator yang lebih
komprehensif dalam menjelaskan kemiskinan selain pertumbuhan ekonomi (Rollit,
2010). Komponen dasar kualitas hidup manusia dapat dilihat nilai IPM. Indeks
pembangunan manusia menggambarkan beberapa komponen kualitas hidup yaitu
capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf,
partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur kinerja pembangunan
bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan
pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita.
Napitupulu (2007) mengatakan bahwa IPM mempunyai pengaruh dalam penurunan
jumlah penduduk miskin. Peningkatan pada sektor kesehatan dan pendidikan serta
pendapatan memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga semakin
tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi jumlah penduduk miskin di
daerah. Dengan angka harapan hidup, dapat dilihat perkembangan tingkat kesehatan
pada suatu wilayah serta dapat pula dilihat perbandingan tingkat kesehatan antar wilayah
(Preston, 2004).
Todaro dan Smith (2000) juga menyatakan bahwa pembangunan manusia merupakan
tujuan pembangunan itu sendiri. Menurut Todaro dan Smith (2006), pendidikan
merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Pendidikan memainkan
peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi
modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan yang berkelanjutan. Semakin tinggi angka kecakapan baca tulis semakin
tinggi pula mutu dan kualitas SDM. Karena itu semakin tinggi nilai melek huruf berarti
makin baik mutu penduduk di wilayah tersebut (Zuhaifah, 2012).
Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan konsumsi riil
perkapita. Pengeluaran per kapita (Purchasing Power Parity) adalah kemampuan daya
beli penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk setiap tahun, yang diukur
dengan pengeluaran perkapita penduduk (Rp). Semakin tinggi indeks daya beli maka
semakin tinggi daya beli per kapita penduduk (Siegel, 2002).
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2000), laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan
ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional
bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi
pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati
hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas
konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas,
banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang
paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Siregar (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat

40 40
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

keharusan (necessary condition) bagi pengurangan kemiskinan. Adapun syarat


kecukupan (sufficient condition) adalah bahwa pertumbuhan tersebut efektif dalam
mengurangi kemiskinan. Artinya pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap

41 41
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin dipastikan terjadi di


sektor-sektor tempat penduduk miskin bekerja (pertanian atau sektor padat karya).
Adapun secara tidak langsung, hal itu berarti diperlukan pemerintah yang cukup efektif
meredistribusi manfaat pertumbuhan yang boleh jadi didapatkan dari sektor modern
seperti jasa dan manufaktur yang padat modal.
Studi Terdahulu
Balisacan et al. (2002) melakukan studi mengenai pertumbuhan dan pengurangan
kemiskinan di Indonesia. Studi tersebut menyatakan bahwa Indonesia memiliki catatan
yang mengesankan mengenai pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.
Pertumbuhan dan kemiskinan menunjukkan hubungan yang kuat. Disamping
pertumbuhan ekonomi ada faktor lain yang juga mempengaruhi kemiskinan yaitu
infrastruktur, sumber daya manusia, insentif harga pertanian, dan akses terhadap
teknologi. Upaya memacu pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang peting dilakukan,
namun selain itu juga diperlukan strategi pengentasan kemiskinan yang lebih lengkap
terkait dengan faktor-faktor yang relevan di atas.
Sukmaraga (2011) melakukan penelitian “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, PDRB per Kapita, dan Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk
Miskin di Jawa Tengah”. Kesimpulannya yaitu: IPM mempunyai pengaruh dalam
penurunan jumlah penduduk miskin. Indeks Pembangunan Manusia memiliki indikator
komposit dalam penghitungannya antara lain angka harapan hidup, angka melek huruf,
dan konsumsi per kapita. Peningkatan pada sektor kesehatan dan pendidikan serta
pendapatan per kapita memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga
semakin tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi jumlah penduduk
miskin di daerah.

METODE PENELITIAN
Analisis yang dilakukan dalam studi ini adalah analisis deskriptif dan analisis
ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel
dan grafik, sedangkan analisis ekonometrika dilakukan dengan menggunakan data time
series, dari tahun 1996 sampai 2010. Data yang digunakan adalah data sekunder yang
berasal dari berbagai institusi pemerintah terutama Badan Pusat Statistika dan Bank
Indonesia.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometrik. Model analisis ini
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor pengaruh Angka Harapan Hidup, Angka
Melek Huruf, dan Pengeluaran per kapita (variabel yang mewakili kualitas sumber daya
manusia) dan PDRB (yang mewakili pertumbuhan ekonomi) serta pengangguran
terhadap jumlah pnduduk miskin di Provinsi Aceh. Model analisis regresi linear
berganda tersebut adalah sebagai berikut:
JPM = a0 + a1(AHHt - AHHt-1) + a2(AMHt-1- AMHt-2) + a3( PPt-2) + a4 (PDt-1) + a5 (PG t-2) +
JPMt-1 + e
Keterangan:
JPM = jumlah penduduk miskin (jiwa)
JPMt-1 = jumlah penduduk miskin satu tahun sebelumnya (jiwa)
AHH = angka harapan hidup (tahun)
AHHt-1 = angka harapan hidup 1 tahun sebelumnya (tahun)
42 42
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

AMH = angka melek huruf (persen)


AMHt-1 = angka melek huruf 1 tahun sebelumnya (persen)
AMHt-2 = angka melek huruf dua tahun sebelumnya (persen)
PPt-2 = pengeluaran per kapita dua tahun sebelumnya (rupiah)
PDt-1 = produk domestik regional bruto satu tahun sebelumnya (rupiah)
PG t-2 = jumlah pengangguran dua tahun sebelumnya (jiwa)
E = tern of error
a0 = Konstanta
a1…a3 = koefisien regresi
Koefisien regresi yang diharapkan yaitu: a1 a2 a3 a4 < 0 dan a5 > 0
Metode pendugaan parameter yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square
(OLS) dengan memanfaatkan program komputer Shazam.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin
Penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum dikategorikan
sebagai penduduk miskin. Nilai garis kemiskinan yang digunakan mengacu pada
kebutuhan minimum 2.100 kkal per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan
minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi
kebutuhan dasar untuk papan, sandang, sekolah, transportasi, serta kebutuhan rumah
tangga, dan individu yang mendasar lainnya.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Aceh tahun 1996-2010
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%)
Tahun
Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 57.700 434.100 491.800 8,74 14,07 12,72
1997 59.900 450.600 510.500 9,04 14,55 13,15
1998 158.883 1.195.198 1.354.081 22,87 36,78 33,24
1999 199.243 1.206.293 1.405.536 10,15 16,3 34,45
2000 228.710 1.229.644 1.458.354 10,45 16,78 35,05
2001 306.184 1.208.084 1.514.268 13,03 20,92 36,78
2002 201.100 998.800 1.199.900 20,09 33,06 29,83
2003 223.900 1.030.300 1.254.200 19,47 33,63 29,76
2004 198.700 957.500 1.156.100 17,49 32,57 28,37
2005 222.900 943.500 1.166.400 19,04 32,6 28,69
2006 226.900 922.800 1.149.700 19,22 31,98 28,28
2007 218.800 864.700 1.083.600 18,68 29,87 26,65
2008 195.800 763.900 959.700 16,67 26,3 23,53
2009 182.190 710.680 892.870 15,44 24,37 21,8
2010 173.370 688.480 861.850 14,65 23,54 20,98
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, beberapa tahun (diolah)

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk miskin meningkat dari tahun 1998
sebesar 1.354.081 jiwa penduduk, dengan persentase sebesar 33,24%, sampai pada tahun
2001 sebesar 1.514.268 jiwa atau 36,78 persen. Penyebab meningkatnya jumlah penduduk

43 43
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

miskin pada tahun-tahun tersebut karena pada kurun waktu tersebut masyarakat Aceh
sedang mengalami krisis moneter dan konflik yang berkepanjangan. Jumlah penduduk

44 44
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

miskin di daerah perdesaan selalu lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Hal ini disebabkan oleh ketimpangan kemajuan pembangunan yang terjadi antara daerah
perkotaan dan perdesaan. Selama beberapa dekade terakhir, pembangunan yang dilakukan
cenderung lebih besar ke perkotaan sehingga menyebabkan keadaan sosial ekonomi
penduduk di daerah perdesaan jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Perkembangan Kualitas Sumber Daya Manusia
Peningkatan sumber daya manusia merupakan modal utama dan sekaligus juga
menjadi output dalam pembangunan. Tingkat pendidikan dan kesehatan yang tinggi
menjadi salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan kualitas sumber
daya manusia di suatu wilayah.
Tabel 2. Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah
(RLS) di Provinsi Aceh dan Indonesia
AHH AMH RLS
Tahun
Aceh Indonesia Aceh Indonesia Aceh Indonesia
1996 66 63 91,37 87,4 7 6,24
1997 66,12 64.3 91,7 89 7 6,51
1998 67,1 65.25 92 89,4 7,04 6,57
1999 67,1 66.2 92,89 88 7,2 6,71
2000 67 67.1 93 88,1 7,4 6,79
2001 67,3 67.4 93,19 88,2 7,3 6,74
2002 67,6 66.2 94,57 89,5 7,7 7,05
2003 67,7 66 95 89,9 7,8 7,08
2004 67,9 68.7 95,7 90,5 8,4 7,24
2005 68 70 96 90,9 8,4 7,30
2006 68,34 70.2 96,2 91,5 8,5 7,44
2007 68,34 70.4 96,2 91,9 8,5 7,47
2008 68,47 70.5 96,2 92,2 8,5 7,52
2009 68,63 70.7 96.3 92,6 8,6 7,72
2010 68,78 70,9 96.7 92,9 8,8 7,92
Rata-rata 67,6 70,9 91,37 88,5 7 7
Sumber: BPS Aceh dan BPS Indonesia, 2010 (diolah)

Data yang terdapat pada Tabel 2 menunjukkan angka harapan hidup Provinsi Aceh
selama kurun waktu 15 tahun masih berada di bawah rata-rata angka harapan hidup
nasional yaitu sebesar 67,6 tahun. Ini merupakan salah satu indikasi masih rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat Aceh. Rendahnya tingkat kesehatan ini dapat disebabkan
rendahnya konsumsi zat-zat penting yang diperlukan tubuh disebabkan keterbatasan
daya beli karena kemiskinan. Rata-rata angka melek huruf Provinsi Aceh sebesar 91,37
%. Ini menunjukkan Aceh belum bebas dari buta huruf, begitu pula pada tingkat
nasional. Ini tentunya merupakan hambatan mengurangi jumlah penduduk miskin di
negara ini. Rata-rata lama sekolah baik di Aceh maupun pada tingkat nasional juga

45 45
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

masih relatif rendah, rata-rata penduduknya hanya lulusan SD atau sekolah sampai di
tingkat SLTP kelas 1. Ini menunjukkan terjadinya kesenjangan yang sangat besar antara
penduduk, ada penduduk yang punya kesempatan melanjutkan sekolahnya sampai di

46 46
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

tingkat doktoral, sementara masyarakat kalangan bawah banyak yang tidak mempunyai
kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya.
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Aceh
Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9536. Ini
menunjukkan variasi jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh dipengaruhi 95,36 %
oleh angka harapan hidup, angka melek huruf, pengeluaran per kapita, produk domestik
regional bruto (PDRB), dan jumlah pengangguran, sedangkan sisanya 4,64 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan hubungan yang sangat erat
antara jumlah penduduk miskin dengan angka harapan hidup, angka melek huruf,
pengeluaran per kapita, PDRB, dan jumlah pengangguran di Provinsi Aceh. Hasil regresi
pengaruh angka harapan hidup, angka melek huruf, pengeluaran perkapita, PDRB, dan
jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil regresi pengaruh angka harapan hidup, angka melek huruf, pengeluaran perkapita,
PDRB, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin.
Variabel Independen Koefisien Regresi t.cari Sig
Constanta (a0) 14.277.000 12,66 0,000
Perubahan Angka Harapan Hidup -14186 -7,176 0,000
(AHHt - AHHt-1 )
Perubahan Angka Melek Huruf -8036,9 -6,436 0,018
(AMHt-1- AMHt-2)
Pengeluaran Perkapita dua tahun -0,29032 -2,368 0,000
sebelumnya (PPt-2 )
Produk Domestik Regional Bruto -9,1257 -5,732 0,000
satu tahun sebelumnya (PDt-1)
Jumlah Pengangguran dua tahun 1,8636 3,505 0,000
sebelumnya (PG t-2)
F hitung 61,601
Sign F 0,000
Pengujian statistik secara serempak menunjukkan bahwa perubahan angka harapan
hidup (AHHt-AHHt-1), perubahan angka melek huruf (AMHt-1 - AMHt-2), pengeluaran
per kapita dua tahun sebelumnya (PPt-2), produk domestik regional bruto satu tahun
sebelumnya (PDt-1), dan jumlah pengangguran dua tahun sebelumnya (PGt-2)
berpengaruh nyata terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.
Angka harapan hidup berpengaruh positif terhadap penurunan jumlah penduduk
miskin, setiap penambahan perubahan angka harapan hidup satu tahun akan menurunkan
jumlah penduduk miskin sebesar 14.186 jiwa. Secara statistik angka harapan hidup juga
berpengaruh nyata terhadap jumlah penduduk miskin pada tingkat kepercayaan 99
persen. Ini disebabkan karena semakin tinggi angka harapan hidup menunjukkan bahwa
seseorang semakin sehat sehingga kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama.
Semakin tinggi tingkat harapan hidup, maka semakin baik pula tingkat kesehatan
seseorang sehingga mampu untuk bekerja dan meningkatkan pendapatannya. Dengan
demikian pemerintah sudah seharusnya terus mengupayakan peningkatan tingkat
kesehatan masyarakat, bukan hanya dengan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA)

47 47
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

tapi juga dengan peningkatan pelayanan di rumah sakit-rumah sakit pemerintah, yang
selama ini mendapat nilai agak negatif dari masyarakat. Selama ini masyarakat Aceh
masih lebih percaya pada pelayanan kesehatan di rumah sakit-rumah sakit di Malaysia.

48 48
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

Untuk itu peningkatan pengetahuan dan kemampuan para dokter di Aceh perlu terus
diupayakan, selain penetapan standar pelayanan yang prima dari para dokter dan tenaga
medis lainnya kepada masyarakat. Tidak mustahil jika pemerintah dan pihak-pihak
terkait bekerja lebih tegas dan serius untuk ini, maka Aceh juga akan menjadi negara
tujuan wisata kesehatan seperti halnya Malaysia dan Singapura.
Sama halnya dengan angka harapan hidup, peningkatan kualitas sumber daya manusia
melalui peningkatan angka melek huruf juga berpengaruh positif terhadap penurunan
jumlah penduduk miskin di Aceh. Setiap penambahan perubahan angka melek huruf
sebesar 1% akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 8.036,9 jiwa. Secara
statistik pengaruh variabel ini juga signifikan pada α 0,01. Ini membuktikan bahwa
semakin tinggi angka melek huruf berarti makin baik mutu pendidikan penduduk di suatu
daerah. Dengan tingginya angka melek huruf, memberi gambaran bahwa seseorang
memiliki pendidikan yang tinggi, dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang dapat
mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu sudah seharusnya pemerintah
memberikan kesempatan kepada semua penduduknya untuk mendapatkan pendidikan,
terutama di daerah-daerah pedesaan. Untuk ini selain menambah fasilitisas infrastruktur
untuk keperluan pendidikan, pemerintah juga perlu mengupayakan beasiswa dan bebas
biaya sekolah bagi orang-orang kurang mampu yang selama ini kadang-kadang enggan
melanjutkan sekolah karena terkendala masalah ekonomi.
Pengeluaran perkapita juga berpengaruh positif terhadap penurunan jumlah
penduduk miskin. Dari koefisien regresi pengeluaran perkapita sebesar - 0,29032,
menunjukkan bahwa setiap penambahan pengeluaran per kapita sebesar Rp. 100.000
akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 29.032 jiwa. Secara statistik
pengaruh variabel ini juga significant pada α 0,01. Ini membuktikan bahwa semakin
tinggi indeks daya beli maka jumlah penduduk miskin akan semakin menurun.
Konsumsi masyarakat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan masyarakat
terutama di kawasan pedesaan yang masyarakatnya lebih banyak hidup di bawah garis
kemiskinan. Sudah seharusnya pemerintah perlu memperhatikan pembangunan di sektor
pertanian yang selama ini masih kurang berkembang dibandingkan sektor industri dan
jasa di wilayah perkotaan. Rendahnya nilai tukar petani selama ini masih menyebabkan
desa-desa di Aceh menjadi kantong-kantong miskin. Karena itu seharusnya pemerintah
memberi perhatian yang lebih serius dan nyata untuk meningkatkan nilai tukar petani
dengan meningkatkan teknologi di bidang pertanian yang selama ini masih tertinggal
dibanding dengan negara-negara tetangga. Pengembangan UKM-UKM juga berpeluang
besar terhadap peningkatan perkapita masyarakat golongan menengah ke bawah.
Koefisien PDRB sebesar -9,1257 menunjukkan bahwa setiap penambahan PDRB
sebesar Rp. 10.000 akan menurunkan jumlah penduduk miskin sebesar 91.257 jiwa.
Pengaruh peningkatakan PDRB terhadap penurunan jumlah penduduk miskin juga
sangat signifikan. Ini disebabkan semakin tinggi PDRB di suatu daerah menunjukkan
pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tersebut juga semakin baik. Karena itu sudah
seharusnya pemerintah terus mengupayakan pemasukan kas daerah dari berbagai sektor
dengan lebih mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan memaksimalkan output,

49 49
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

terutama di kantong-kantong kemiskinan. Selama ini pertumbuhan ekonomi di wilayah


pedesaan yang 2/3 penduduknya berada di bawah garis kemiskinan masih relatif lambat.
Ini disebabkan kinerja sektor pertanian yang masih kurang menggembirakan, padahal

50 50
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

sektor ini menjadi tumpuan mata pencaharian sebagian besar penduduk pedesaan. Ini
menyebabkan lambannnya peningkatan kesejahteraan petani dibanding kesejahteraan
pekerja di luar sektor pertanian.
Sebaliknya laju pengangguran berlawanan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Jika
jumlah pengangguran meningkat maka jumlah penduduk miskin juga akan meningkat.
Dari hasil regresi pengaruh tersebut dapat dilihat sangat signifikan. Karena itu perlu
terus diupayakan penciptaan lapangan kerja terutama di wilayah pedesaan yang selama
ini memiliki pengganguran lebih banyak dari wilayah kota. Penciptaan lapangan kerja di
pedesaan juga dapat mengurangi jumlah migrasi yang selama ini menimbulkan masalah
baru seperti kriminalisme dan penggangguran di perkotaan.

KESIMPULAN
Perekonomian Aceh sempat terhambat oleh konflik yang cukup lama terjadi di Aceh.
Jumlah penduduk miskin pun terus bertambah bukan hanya saat terjadi konflik tapi juga
sejak terjadi krisis ekonomi 1997 yang juga melanda seluruh Indonesia dan kawasan
Asia Timur lainnya. Namun setelah konflik dan krisis ekonomi berlalu, perekonomian di
Aceh kembali tumbuh, begitu juga dengan jumlah penduduk miskin yang semakin
menunjukkan penurunan. Namun penurunan tersebut tidak begitu signifikan dibanding
dengan kenaikan jumlah penduduk miskin pada saat terjadinya konflik dan krisis
ekonomi. Kemiskinan terutama terjadi di pedesaan dengan mata pencaharian utama
penduduk tergantung pada sektor pertanian.
Hasil analisis dampak peningkatan kualitas sumber daya manusia terhadap jumlah
penduduk miskin menunjukkan bahwa peningkatan tingkat kesehatan yang diukur dengan
angka harapan hidup berpengaruh signifikan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin.
Begitu pula dengan pendidikan, yang diukur dengan angka melek huruf, juga berpengaruh
signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Besaran pengaruh tersebut juga
relatif besar. Variabel daya beli beli mayarakat juga signifikan terhadap penurunan jumlah
penduduk miskin, namun besaran pengaruh tersebut relatif kecil. Pertumbuhan ekonomi
dan pengangguran juga berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemiskinan, namun
besaran pengaruh tersebut juga relatif tidak besar.
Permasalahan kemiskinan tidak dapat dipecahkan hanya dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi semata. Selain melalui kedua hal
tersebut, pengendalian laju inflasi, pengendalian populasi penduduk serta industrialisasi
pertanian/pedesaan yang tepat juga harus diupayakan untuk mengurangi jumlah
penduduk miskin.
Implikasi Kebijakan
Perlunya perhatian dari pemerintah provinsi Aceh untuk meningkatkan kualitas pada
sektor kesehatan dan pendidikan dengan menambah sarana dan prasarana penunjang,
penetapan standar pelayanan yang lebih baik serta menyediakan beasiswa bagi orang-
orang miskin disamping beasiswa-beasiswa unggulan yang terbuka bagi masyarakat
umum. Peningkatan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan yang ditujukan

51 51
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

untuk orang-orang miskin juga perlu terus diupayakan. Dengan demikian masyarakat
miskin yang tidak mungkin lagi menempuh pendidikan umum tetap bisa pandai dan
memiliki ketrampilan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

52 52
Jurnal
Jurnal
Ekonomi
Ekonomi
dandan
Pembangunan
Pembangunan Vol. 4 No.1, Juli 2013
Zakiah

Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkeadilan perlu terus ditingkatkan.


Salah satunya adalah dengan investasi industrialisasi pertanian di pedesaan,
pengembangan UKM-UKM, serta perbaikan dan pengembangan infrastruktur pedesaan.
Untuk ini tentunya bukan saja membutuhkan peran pemerintah tapi juga partisipasi
pihak swasta.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama, BPFE-
Yogyakarta.
Balisacan, A., E.M. Pernia, dan A. Asra. 2003. Revisiting Growth and Proverty in Indonesia: What Do
Sunational Data Show? Bulltein of Indonesia Economic Studies 39(3):329-351.
BPS. Beberapa Tahun. Indeks Pembangunan Manusia. Jakarta.
BPS. Beberapa Tahun. Aceh Dalam Angka. Banda Aceh.
Gudjarati dan N. Damodar. 2003. Basic Econometricz, Mc Graw Hill International Edition, USA.
Kuncoro, M. 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta.
Preston, H., Samuel, et.all. 2004. Demography: Measuring and Modelling Population Processes, Blackwell,
USA.
Rollit. 2010. Gubernur: Indeks Pembangunan Manusia Aceh Harus Ditingkatkan. Diakses 15 Mei 2012.
Siegel, J. 2002. Applied Demography, Academic Press, USA.
Siregar, H. 2006. Perbaikan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi: Mendorong Investasi dan Menciptakan
Lapangan Kerja. Jurnal Ekonomi Politik dan Keuangan, INDEF, Jakarta.
Sukirno, S. 2000. Makro Ekonomi Modern: Pengantar ekonomi dan Bisnis Global. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sukmaraga, P. 2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per kapita, dan Jumlah
Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah, Skripsi, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tambunan, T.T.H. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Todaro, M.P. dan S.C. Smith. 2000. Pembangunan Ekonomi. (Jilid 1) Jakarta: Erlangga.
Todaro, M.P. dan S.C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Zuhaifah, S.S.T. 2012. Konsep Definisi Indeks Pembangunan Manusia, Yogyakarta.

53 53

Anda mungkin juga menyukai