Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi Volume 11


(2), 2022: 273 - 288 P-ISSN: 2087-2046; E-
ISSN: 2476-9223

Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi

Pertumbuhan Produktivitas di Indonesia?

Rizqon Halal Syah Aji1, Roziana Baharin2, Ishak Yusof3,


Mohd Nasir Bin Mohd Saukani4
1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Universitas Kebangsaan Malaysia
2,3,4

Surel:1risqon.hsa@gmail.com ,2roziana.baharin@ukm.edu.my ,
3iby@ukm.edu.my ,4nasirs@ukm.edu.my

Penulis yang sesuai


*

Klasifikasi JEL: Abstrak


I25 Peningkatan anggaran pendidikan di Indonesia menjadi fokus
J24 politik ekonomi karena merupakan persoalan mendasar.
P36 Pendidikan, sebagai salah satu komponen penting dalam
produktivitas tenaga kerja, berperan penting dalam mendorong
kesejahteraan tenaga kerja karena peningkatan Productivity Factor
Diterima: 05 April 2022 Tota. Tulisan ini bertujuan untuk menguji kualitas pendidikan
tinggi dengan menggunakan data Bank Dunia dan APO. Makalah
1stRevisi: 15 Mei 2022 ini memberikan gambaran pendidikan tinggi yang mempengaruhi
TFP ketika disandingkan dengan beberapa variabel kontrol lainnya
2tRevisi: 10 Juni 2022 dan menggunakan uji ARDL (Autoregressive Distributed Lag). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan TFP secara signifikan
Diterima: 15 Juni 2022 dipengaruhi secara positif oleh peningkatan kualitas pendidikan
tinggi dan modal produksi, namun secara signifikan dipengaruhi
oleh kesejahteraan tenaga kerja.

Kata kunci:

investasi pendidikan tinggi; produktivitas faktor total; kesejahteraan tenaga


kerja; Model ARDL

Cara Mengutip:

Aji, RHS, Baharin, R., Yussof, I., & Mohd Saukani, MN (2022). Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga
Kerja Mempengaruhi Pertumbuhan Produktivitas di Indonesia.Signifikan: Jurnal Ilmu Ekonomi, 11(2), 273-288. https://
doi. org/10.15408/sjie.v11i2.26401.
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

PENGANTAR
Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang memadai, Indonesia terus melakukan
pembangunan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Konsensus para
pendiri bangsa Indonesia telah memberikan beberapa pandangan tentang pengelolaan
bangsa melalui pendidikan. Semangat para pendiri bangsa Indonesia diwujudkan dengan
sepenggal kalimat dalam pembukaan konstitusinya yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum”.
Kemajuan kualitas pendidikan bangsa tercermin dari pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan proposisi pembangunan ekonomi, peningkatan
kualitas pendidikan akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Fakta empiris mempengaruhi proposisi bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditentukan
oleh modal fisik dan kualitas modal manusia. Pada gilirannya, kemajuan pendidikan harus
menjadi faktor peningkatan produktivitas tenaga kerja karena merupakan motor penggerak
pertumbuhan ekonomi yang bermuara pada kesejahteraan penduduk negara (Nafziger, 2012;
Reza & Widodo, 2013). Marquez-Ramos & Mourelle (2019) menyimpulkan bahwa pendidikan
menengah dan tinggi penting untuk pertumbuhan ekonomi.
Tujuan pendidikan itu sendiri mengarahkan hubungan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan (Reza & Widodo, 2013; Al Arif, 2014; Marquez-Ramos & Mourelle, 2019; Ziberi et al.,
2022). Pengetahuan merupakan sarana untuk mendidik individu agar individu dapat meningkatkan
produktivitasnya (Levedinski & Vanderberghe, 2014). Peningkatan produktivitas individu akan menjadi
masukan dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan dapat menambah nilai pengeluaran dalam
ekonomi dan pendapatan. Namun, seseorang dengan pendapatan yang sama dapat memperoleh manfaat
dari pendidikan karena ia dapat membaca, berkomunikasi, menyanggah, dan memilih pilihan dengan
pengetahuan yang lebih baik dan dapat dipertimbangkan oleh orang lain (Todaro & Smith, 2009).

Modal manusia mengacu pada investasi tenaga kerja dalam pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja (Qu & Cai, 2011). Dengan jumlah waktu dan peralatan modal
yang sama, jumlah tenaga kerja yang telah dilatih dan menjadi terampil akan menghasilkan output
yang lebih signifikan daripada jumlah tenaga kerja yang tidak terlatih dan tidak terampil. Produk
rata-rata tenaga kerja meningkat karena investasi modal manusia, yang berdampak positif pada
produktivitas. Banyak penelitian menunjukkan bahwa investasi sumber daya manusia untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja ekonomi memiliki efek yang sama dengan investasi modal fisik
yang meningkatkan persediaan alat-alat produksi.

Semua negara di dunia mengalami pergulatan praktis dengan investasi pendidikan, baik
negara maju maupun negara berkembang. Tak pelak, Indonesia juga mengalami dinamika
pembangunan yang sama dengan negara-negara lain di dunia. Tolok ukur investasi pendidikan
di Indonesia dapat dilihat dari Peringkat Indeks Pembangunan Manusia, setidaknya di Asia
Tenggara (ASEAN). Investasi pendidikan diartikan sebagai suatu bentuk pengeluaran dalam
rangka meningkatkan pendidikan. Todaro & Smith (2009) berpendapat bahwa pendidikan
formal dan informal dianggap sebagai salah satu bentuk investasi dalam kualitas sumber daya
manusia selain kesehatan dan migrasi. Pendidikan akan

274 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan menghasilkan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
pekerja tersebut (Setyonaluri & Amanulah, 2018).

Salah satu cermin investasi pendidikan yang dikeluarkan oleh masyarakat adalah
besarnya rata-rata lama sekolah di suatu negara. Kondisi ini menjadi krusial dalam mengukur
pengeluaran pemerintah untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Capaian
pemerintah Indonesia dalam meningkatkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
tentu tercermin dari kebijakan alokasi anggaran negara untuk pendidikan. Tabel 1 memberikan
gambaran tentang Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya.

Tabel 1. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


negara
2014 2015 2016 2017

Singapura 0,928 0,929 0,930 0,932

Brunei Darussalam 0,853 0.852 0.852 0,853

Malaysia 0,790 0,795 0,799 0.802

Thailand 0,735 0,741 0,748 0,755

Filipina 0,689 0,693 0,696 0,699

Indonesia 0,683 0,686 0,691 0,694

Vietnam 0,678 0,684 0,689 0,689

Laos 0,586 0,593 0,598 0,601

Kamboja 0,566 0,571 0,576 0,582

Myanmar 0,564 0,569 0,574 0,578


Sumber: Bank Dunia (2018)

Masalah pendidikan di Indonesia secara inheren timbul karena masalah utama yang
mendasari penduduk dalam kemiskinan. Permasalahan tersebut termasuk penyebab
pesatnya investasi pendidikan di Indonesia. Isu kemiskinan di Indonesia terlihat akut dan
melilit banyak penduduk. Fakta ini terlihat dari data jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Apalagi terjadi kesenjangan antara penduduk kota dengan penduduk desa. Tabel 2.
menjelaskan persentase penduduk miskin di Indonesia.
Kesenjangan kemiskinan antar daerah di Indonesia menyebabkan kurangnya pemerataan
investasi di bidang pendidikan. Pemerataan pembangunan yang belum terselesaikan niscaya akan
menghambat laju investasi di setiap kabupaten atau provinsi di Indonesia. Alasannya, masyarakat
mengalami kemiskinan alami dengan kondisi akses terbuka terhadap sumber daya. Akses
masyarakat terhadap sumber daya alam, manusia, dan pembangunan kurang dapat diakses secara
terbuka dibandingkan dengan yang lain. Masyarakat juga terlibat dalam mekanisme pembangunan
namun memiliki keterbatasan peran. Mereka hanya terlibat sebagai pekerja murah atau pekerja
tidak terampil.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 275
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

Membahas kondisi ketimpangan ekonomi, Indonesia terus melakukan perbaikan. Pada tahun
1999 babak baru dimulai. Badan Pusat Statistik (BPS) meningkatkan standar yang digunakan dalam
menentukan garis kemiskinan dan menghitung kembali angka kemiskinan yang digunakan pada
tahun 1996, yang kemudian mengubahnya dengan menggunakan metode standar yang baru.
Metode standar baru ini menghasilkan angka yang lebih tinggi yang diperoleh selama krisis
ekonomi. Saat krisis 1996, angka kemiskinan 17,3%. Metode standar baru mengurangi tingkat
kemiskinan menjadi 23,4% pada tahun 1999.

Meskipun pada awalnya terdapat perbedaan yang lebih tajam antara perhitungan
menggunakan metode standar lama dan metode standar baru, pada akhirnya metode tersebut
berhasil mengkoreksi kemiskinan di tahun-tahun mendatang menjadi lebih merata. Hasil penerapan
metode ini menunjukkan pada tahun 2002. Tergambar bahwa angka kemiskinan Indonesia
meningkat menjadi 18,2%, meskipun pada tahun berikutnya turun menjadi 17,4%. Fenomena
selanjutnya menjelaskan angka kemiskinan Indonesia tahun 2006, data tahun tersebut
menggambarkan bahwa Indonesia mengalami kondisi luar biasa karena angka kemiskinan
meningkat menjadi 17,8%. Kondisi ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan
harga bahan bakar minyak. Kenaikan Harga Minyak Nasional sangat ekstrim yaitu sekitar 120 persen
dari harga semula. Setelah periode kenaikan harga minyak, Indonesia terus mengalami tingkat
kemiskinan secara bertahap. Bahkan pada tahun 2009, dampak kenaikan harga minyak masih
menjadi faktor penyebab kemiskinan sehingga angka kemiskinan Indonesia mencapai 14,2%.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia

Jumlah Orang Miskin


Garis kemiskinan
(Jutaan orang) Persentase Orang Miskin
(Rp/Kapita/Bulan)
Perkotaan + Pedesaan

Tahun
Perkotaan Perkotaan

Perkotaan Pedesaan + Perkotaan Pedesaan + Perkotaan Pedesaan

Pedesaan Pedesaan

2000 12.31 26.43 38.74 14.60 22.38 19.14 91632 73648

2005 12.40 22.70 35.10 11.68 19.98 15.97 165565 117365

2010 11.10 19.93 31.02 9.87 16.56 13.33 232989 192354

2015 10.62 17.89 28.51 8.22 14.09 11.13 356378 333034

2016 10.49 17.28 27.76 7.73 13.96 10.70 372114 350420

2017 10.27 16.31 26.58 7.26 13.47 10.12 400995 370910

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (2017)

Secara umum, sektor pendidikan telah berkembang secara signifikan, terutama


setelah era reformasi. Fakta ini terlihat dalam perkembangan data pendidikan dari waktu
ke waktu di pemerintahan. Sebagai gambaran data, dalam kurun waktu 1990-2010, BPS
mencatat bahwa pada usia 19 tahun ke atas penduduk Indonesia telah menyelesaikan
jenjang pendidikan pada jenjang SMP ke atas serta jenjang SMA. Menariknya,

276 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

data yang dikeluarkan oleh IFLS menjelaskan bahwa krisis ekonomi tahun 1997 dan dampaknya
terhadap pendapatan per kapita juga berdampak pada pembangunan pendidikan. Namun, data IFLS
menunjukkan bahwa 94,1% telah menyelesaikan pendidikan dasar (Wicaksono & Witoelar, 2019).
Tabel 3 menjelaskan jumlah pendaftaran sekolah di Indonesia.

Fakta tersebut tentu berdampak pada masyarakat miskin karena kondisi tersebut menyebabkan mereka

tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan biaya sekolah bagi keluarganya. Secara teoritis, ini juga

menghambat pembangunan ekonomi. Gherghina & Duca (2013) menggambarkan bahwa pembangunan

ekonomi disumbangkan oleh pendidikan dan pembangunan manusia, dengan fokus utama pada belanja

pendidikan dan tingkat penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi tingkat kemiskinan suatu negara. Ada

hubungan yang signifikan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia yang berkontribusi

terhadap produktivitas tenaga kerja (Mat, 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak investasi pendidikan terhadap produktivitas dan
kesejahteraan pekerja di Indonesia. Penelitian ini menekankan pada aspek pendidikan melalui tingkat
partisipasi pendidikan tinggi, proksi produktivitas tenaga kerja dengan menggunakan faktor produktivitas
total serta modal produksi dan PDB sebagai tingkat kesejahteraan tenaga kerja. Studi ini mengikuti teori
pertumbuhan tunggal, di mana modal manusia termasuk dalam pembangunan ekonomi.

Tabel 3. Jelaskan Jumlah Partisipasi Sekolah di Indonesia 1994-2016

Bruto Dasar SMP Senior


Kampus
Tarif Pendaftaran Sekolah Sekolah SMA

(GER) (SD/MI) (SMP/MTs) (SMA/SMK/MA) (PT)

1994 107.13 64.36 43.04 10.14

1996 107.19 70.46 44.87 10.37

1998 107.60 73.14 47.17 10.64

2000 107,68 77.62 50.22 10.26

2002 105,99 79.81 48.00 10.54

2004 107.13 82.24 54.38 10.73

2006 109,96 81.87 56.69 12.16

2008 109,41 81,38 57.42 14.42

2010 111.63 80.35 62.53 16.35

2012 104.15 89.26 68.32 18.92

2014 108,87 88.63 74.26 25.26

2016 109,31 90.12 80.89 27.98

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018)

Berbicara tentang investasi pendidikan dalam human capital menjadi kerangka berpikir
sebagai landasan konsep penelitian untuk meningkatkan daya saing pendidikan. Itu

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 277
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

Masalah akut pendidikan Indonesia bukan pada pendidikan tetapi pada masalah
pengembangan sumber daya manusia. Pada langkah pertama dalam melakukan tinjauan
literature review penelitian ini, penulis ingin memaparkan hasil penelitian terbaru dari
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). Pada tahun 2017, lembaga ini melakukan
penelitian tentang hak atas pendidikan. Penelitiannya bertujuan untuk mengukur
pemenuhan hak atas pendidikan di tanah air. Penelitian dilakukan di 14 negara yang
dipilih secara acak: Inggris, Kanada, Australia, Filipina, Ethiopia, Korea Selatan, Indonesia,
Nigeria, Honduras, Palestina, Tanzania, Zimbabwe, Kongo, dan Chili. Hasil yang diperoleh
dalam studi Right to Education Index (RTEI) menyebutkan bahwa kualitas pendidikan
Indonesia masih di bawah Filipina dan Ethiopia.
Modal manusia mengukur pendidikan, kapasitas, dan atribut tenaga kerja yang
memengaruhi kapasitas produksi dan potensi pendapatan tenaga kerja. Mengenai
Asumsi yang mendasari teori modal manusia, teori tersebut menjelaskan bahwa
seseorang dapat meningkatkan pendapatan melalui pendidikan. Dapat diilustrasikan
seperti halnya setiap angkatan kerja memperoleh tambahan satu tahun sekolah,
artinya di satu sisi diharapkan orang tersebut akan meningkatkan kapasitas kerjanya
dan meningkatkan tingkat pendapatannya. Namun, di sisi lain, ia akan menunda
menerima penghasilan selama satu tahun karena bersekolah. Pengetahuan dan
eksternalitas sumber daya manusia merupakan faktor penting untuk menjelaskan
perbedaan tingkat pertumbuhan antar negara, seperti yang diungkapkan oleh Klenow
(2005) dan perbedaan pembangunan daerah (Lucas, 1988; Moretti, 2004; Wantchekon
et al., 2015; Woessmann, 2016) .
Literatur ekonomi juga menjelaskan bahwa modal manusia sangat penting dalam
pertumbuhan total faktor produktivitas (TFP). Teori produktivitas faktor total (TFP) ditentukan
oleh tingkat rata-rata modal manusia yang dihasilkan. Para ekonom telah menguraikan
pendapat ini dalam tinjauan literatur yang mendukung teori ini. Ekonom kontemporer terus
memperkuat studi mereka, seperti Wei & Hao (2011) dan Agrey et al. (2010) yang
menggambarkan peran pendidikan di luar modal fisik. Namun, pengembangan sumber daya
manusia melalui pendidikan sangat mendukung faktor produktivitas total melalui fasilitas alih
teknologi (Qutb, 2017). Demikian juga pendidikan menyebabkan peningkatan produktivitas
karena adanya korelasi antara pendidikan dengan kenaikan upah (Bokana & Akinola, 2017).

Selanjutnya, Barro (1991) memberikan bukti empiris untuk mendukung teori pertumbuhan
endogen. Studinya menyimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per
kapita berhubungan positif dengan modal manusia. Qutb (2017) juga menyoroti teori pertumbuhan
endogen baru tentang kemampuan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas. Memperkuat
landasan teori bahwa kunci utama modal manusia menyebabkan peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Sumber daya manusia berdampak pada kesejahteraan tenaga kerja melalui pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman. Teori ini mengasumsikan bahwa investasi modal manusia melalui
pendidikan memiliki efek internal dan eksternal terhadap produktivitas tenaga kerja.

278 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

Kondisi negara yang mengalami persentase partisipasi sekolah yang lebih tinggi akan
meningkatkan pendapatan per kapita. Kondisi ini karena tren peningkatan partisipasi sekolah secara
signifikan memperkuat produktivitas (Bils & Klenow, 2000; Ali & Jabeen, 2015). Pendidikan tinggi
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Perancis dari tahun 1899-1986, Jepang dari tahun
1885-1975, Swedia dari tahun 1910 -1986, Inggris dari tahun 1999-1987, Australia dari tahun
1906-1986, dan Italia dari tahun 1885-1996 (Yussof & Zakariya, 2009). . Uraian ilmiah tersebut telah
dikuatkan oleh Nafziger (2012), yang menjelaskan hasil mereka tentang rata-rata tahun ajaran untuk
laki-laki dan perempuan di pendidikan menengah dan tinggi, berkorelasi signifikan dengan tingkat
pertumbuhan PDB per kapita.

Mengukur hubungan antara rasio pendaftaran sekolah dan tingkat melek huruf telah menjadi
fokus (Mankiw et al., 1992), tetapi data ini tidak cukup untuk mengukur stok agregat modal manusia
yang tersedia bersama sebagai input untuk produksi (Barro & Lee, 2010) . Mengenai faktor
partisipasi sekolah yang merupakan faktor pendapatan per kapita, tentunya hal ini merupakan
proksi sebagai upaya pendekatan pengukuran dalam studi empiris.

Meskipun banyak penelitian telah membahas pengaruh pendidikan terhadap tingkat produktivitas,

penelitian terbatas telah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kajian ini melihat dampak pendidikan

terhadap tingkat kesejahteraan dan produktivitas di Indonesia dari tahun 1981 hingga 2015. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pendidikan terhadap tingkat kesejahteraan dan tingkat

produktivitas di Indonesia.

METODE
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yang bersumber
dari data World Bank dan APO. Data yang diambil meliputi beberapa variabel yang dapat
mewakili (proxy) variabel yang dapat menjelaskan tujuan dari penelitian ini. Fokus utama
adalah pengukuran Total Productivity Factors (TFP). Faktor produktivitas total dikaitkan
dengan faktor produksi seperti modal produksi untuk mengukur input produksi dan juga
mendorong inovasi dalam peralatan produksi karena output pendidikan (Barro & Lee,
2010). Kemudian ukuran rasio partisipasi sekolah tinggi diambil sebagai proksi untuk
pendidikan tinggi. Hal ini digunakan dalam penelitian Lubis (2014), data dengan variabel
pendidikan serupa juga telah digunakan oleh Barro & Lee (2010). Ali & Jabeen, (2015),
selain menggunakan variabel pendidikan berupa nomor registrasi juga menggunakan
PDB,
Setelah mengetahui variabel-variabel yang dijadikan proksi dalam penelitian ini,
penulis akan bergerak ke bagian pengolahan data dengan Autoregresisve Distributive Lag
(ARDL), melalui pendekatan kointegrasi. Hal ini menentukan adanya hubungan antara
variabel yang diteliti, juga menentukan pola hubungan variabel yang diteliti. Pendekatan
ARDL dipilih karena dapat menampung jumlah variabel yang banyak. Kemudian model ini
juga memungkinkan kesimpulan peramalan jangka panjang yang tidak mungkin dilakukan
untuk prosedur kointegrasi lainnya. Selanjutnya langkah selanjutnya adalah menguji
adanya hubungan jangka panjang antar variabel dan sebagai uji akhir adalah menguji
hubungan jangka pendek antar variabel.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 279
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

Langkah pertama dimulai dengan menguji sifat deret waktu. Pengujian ini berfungsi
untuk melihat kondisi stasioner data. Pengujian ini juga menentukan urutan integrasi antar
variabel yang berfungsi untuk mendeteksi hubungan model jangka panjang. Unit uji root
dengan Dickey-Fuller (ADF) dapat dilihat dari persamaan umum berikut:
(1)
Persamaan dapat diartikan bahwa Y adalah variabel deret waktu,αadalah konstanta danβ
adalah koefisien waktu (t), maka p adalah urutan lag dari proses autoregressive dan εt adalah
kesalahan. Setelah melakukan unit root test, selanjutnya membangun hubungan jangka
panjang antar variabel. Pendekatan ini berguna untuk menguji batas kointegrasi Shin et al.
(2001), kemudian dilanjutkan dengan uji batas pendekatan Autoregressive Distributed Lag
(ARDL) co-integration.

(2)
Persamaan (2) menunjukkan metode kointegrasi. ARDL di daerah ini memiliki manfaat
melakukan uji kointegrasi bivariat. Kointegrasi multivariat juga berlaku untuk sampel besar tetapi
tidak dapat diandalkan untuk sampel kecil. Selain itu, dengan menggunakan ARDL Cointegration
akan mendapatkan keuntungan dari pengujian adanya hubungan antara variabel-variabel yang
terintegrasi pada orde pertama, l (1) dan barisan l (0) atau saling integrasi. Mengacu pada literatur di
atas, diperoleh fungsi sebagai berikut:

lnTFP = F(dalam PDB, dalam CP, dalam EN3)

Oleh karena itu, bentuk model ARDL adalah sebagai berikut:

(3)
Persamaan (3) menunjukkan bahwa variabel bebas (dv) TFPt merupakan
pertumbuhan produktivitas faktor total. Kemudian untuk variabel bebas (dv) Ln PDB
menunjukkan pertumbuhan PDB sedangkan Ln CP adalah produktivitas modal pendidikan
tinggi dan partisipasi. Variabel Independen diharapkan berdampak pada TFP di Indonesia
dan model ini mampu menangkap kondisi investasi tingkat tersier di Indonesia
(1981-2015).
Langkah selanjutnya adalah prosedur kointegrasi pada ARDL yang harus ditempuh
dalam dua tahap. Prosedur pertama adalah menguji adanya hubungan jangka panjang antara
variabel yang diteliti dan hasil yang diharapkan adalah angka signifikansi masing-masing
variabel. Caranya adalah dengan membandingkan nilai F statistik dari uji Terikat. Melangkah ke
prosedur kedua adalah memperkirakan hubungan jangka panjang dengan variabel jangka
pendek.

280 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

HASIL DAN DISKUSI


Hubungan jangka panjang antara TFP dan variabel Independen diperiksa
menggunakan ARDL. Tabel 4 menjelaskan bahwa semua variabel yang diteliti (TFPt,
GDPt, CPt dan En3t) menunjukkan stasioner pada level d (1). Setelah itu dilanjutkan
dengan analisis regresi. Tabel 5 menunjukkan uji kointegrasi antar variabel. Hasilnya
menyatakan bahwa nilai F-statistik melebihi nilai kritis batas pada taraf 5% (4,35). Jadi,
hipotesis null tidak adanya kointegrasi ditolak (rejected), sehingga disimpulkan bahwa
terdapat hubungan kointegrasi jangka panjang antar variabel.

Tabel 4. Hasil Uji ADF dan PP Uji Akar pada Tingkat dan Perbedaan Pertama

ADF hal

Tingkat Beda Pertama Tingkat Perbedaan Pertama

Variabel saya(0) saya(l) saya(0) saya(l)

Mencegat Mencegat Mencegat Mencegat


Mencegat Dan Mencegat dan Mencegat dan Mencegat dan
Kecenderungan Kecenderungan Kecenderungan Kecenderungan

Ln_TFP - 2.24 - 2.31 - 4.33 - 4.23 2.28 2.12 4.28 - 4.17

Masalah. 0.196 0,416 0,002 0,011 0,183 0,517 0,000 0,012

Tanda tangan. (0) (0) *** ** (0) (0) *** ***

Ln_GDP - 0,54 - 2.75 - 6.66 - 6.48 - 0,52 - 2.99 - 6.63 - 6.49

Masalah. 0,870 0,222 0,000 0,000 0,874 0,149 0,000 0,000

Tanda tangan. (0) (0) *** *** (0) (0) *** ***

Ln_CP - 1,79 - 1,97 - 3.97 - 3.92 - 1.69 - 1,76 - 3.91 - 3.86

Masalah. 0,379 0,594 0,005 0,023 0,425 0,702 0,005 0,026

Tanda tangan. (0) (0) *** ** (0) (0) *** **

Ln_EN3 - 1.40 - 2.64 - 6.66 - 6.48 - 1.40 - 2.64 - 6.67 - 6.96

Masalah. 0,571 0,268 0,000 0,000 0,571 0,268 0,000 0,000

Tanda tangan. (0) (0) *** *** (0) (0) *** ***

Catatan : Angka dalam tanda kurung mewakili panjang jeda yang digunakan dalam uji ADF (dan ditentukan dari
himpunan SIC hingga maksimum 7) untuk penolakan korelasi serial dalam residual.
* * dan *** menunjukkan signifikansi masing-masing pada tingkat 5% dan 1%.

Setelah melalui tahap konfirmasi hubungan kointegrasi dengan F-statistik, maka


dapat dilihat uji diagnostik Model ARDL dengan model jangka panjang. Metode ARDL
menunjukkan bahwa tingkat produktivitas faktor total dalam jangka panjang berpengaruh
positif signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan pada jenjang perguruan tinggi
(EN3) namun dengan koefisien yang lebih rendah, yaitu sebesar 1 juta

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 281
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

pekerja dengan pendidikan tinggi hanya akan menambah TFP sebesar 0,03%. Informasi lebih lanjut ditunjukkan pada

tabel 6.

Hasil ini berarti bahwa hanya 0,03% pekerja tingkat tersier yang menambahkan pertumbuhan
TFP dari dorongan inovasi dan peniruan. Aspek positif pertumbuhan jangka panjang adalah faktor
modal produksi, dimana modal input produksi dan teknologi berpengaruh positif terhadap TFP
sebesar 18%. Sedangkan GDP memiliki kontribusi negatif terhadap TFP, terlihat bahwa proksi
kesejahteraan pekerja mengalami ketimpangan. Hasil ini dapat diartikan sebagai distribusi
pendapatan tenaga kerja yang tidak merata yang dialami di Indonesia.

Tabel 5. F-Statistik Hubungan Kointegrasi

Variabel Dependen : LnTFP

F-Statistik = 7,0383 K = 3
Nilai Kritis

Tingkat Signifikan Batas Bawah l(0) Batas Atas l(I) Catatan

1% 2.72 3.77 Terkointegrasi

5% 3.23 4.35 Terkointegrasi

10% 4.29 5.61 Terkointegrasi

Keterangan: Jumlah variabel bebas (k) = 4

Langkah selanjutnya adalah mencari model stabilitas model ARDL dengan melihat plot residu
kumulatif rekursif (CUSUM) seperti yang diberikan pada Gambar 1. Stabilitas dinamis jangka pendek dan
parameter keseimbangan jangka panjang pertumbuhan TFP ditunjukkan bahwa CUSUM kuadrat tetap
pada batas kritis 5% yang diwakili oleh dua garis lurus pada gambar 1.

Tabel 6. Hasil ARDL

ARDL (1, 1, 0, 0) Variabel


Dependen adalah LnTFP

Variabel Koefisien Kesalahan Standar t-Statistik Kemungkinan

C 1.485739 0,494926 3.001942 0,0057

LN_TFP(-1)* - 0,196146 0,076074 - 2.578359 0,0157

LN_CP(-1) 0,187217 0,050858 3.681181 0,0010

LN_EN3** 0,039208 0,014394 2.723985 0,0112

LN_GDP** - 0,335708 0,106828 - 3.142510 0,0040

D(LN_CP) 0,893362 0,043587 20,49592 0,0000


* dan ** menunjukkan signifikansi masing-masing pada tingkat 5% dan 10%

Tes diagnostik akan ditunjukkan pada tabel 8 di bawah ini. Tabel diagnostik adalah
bentuk fungsional dari beberapa pengujian: korelasi serial residual (uji LM), Uji Reset Ramsey,
normalitas residual (Histogram: uji normalitas Jarque-Bera), dan uji heteroskedastisitas. Nilai
tes tercantum dalam Tabel 7.

282 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

Tabel 7. Uji Diagnostik Model ARDL

f-statistik 0,926 prob (0,41)


Tes LM korelasi serial Breush-Godfrey
Prob chi-kuadrat (0,32)

Prob Chi-kuadrat (0,28)


Uji Heteroskedastisitas : Breush-pagan-Godfrey
masalah f-statistik (0,31)

Tes Ramsey (RESET). f-statistik (0.22)

Nilai P dalam paranthese

Tulisan ini mencoba mengungkap hubungan antara Total Productivity Factors, kesejahteraan, dan
investasi pendidikan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan
tersier berpengaruh positif terhadap TFP. Demikian juga dengan faktor input produksi seperti modal
produksi. Namun, PDB, yang merupakan proksi kesejahteraan tenaga kerja, berkontribusi terhadap TFP.
Fakta ini menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan di Indonesia cukup tajam. Kesenjangan
pendapatan menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan akan mempengaruhi investasi pendidikan
dan berimplikasi pada faktor produktivitas total karena ketimpangan mempengaruhi akumulasi modal
manusia. Namun, pada saat yang sama, ketimpangan mempengaruhi pertumbuhan. Studi ini secara
eksplisit memiliki temuan yang sama dengan temuan penelitian dari Lee & Lee (2018). Ketimpangan
kesejahteraan akan mempengaruhi pengeluaran untuk pendidikan. Padahal belanja pendidikan publik
membantu mengurangi ketimpangan pendidikan. Demikian pula, temuan Gregorio & Lee (2002)
menegaskan bahwa Kuznets Invested-U Curve menjelaskan bahwa pengeluaran sosial pemerintah
berkontribusi pada distribusi pendapatan yang lebih merata. Oleh karena itu, fakta empiris dalam
penelitiannya mengatakan bahwa pendidikan dan pemerataan prestasi pendidikan yang lebih merata
terkait dengan distribusi pendapatan terbukti.

Gambar 1. Plot Jumlah Kumulatif Residual Rekursif

Produktivitas dapat dipahami sebagai ukuran yang dapat menggambarkan sejauh mana
modal fisik, sumber daya alam, teknologi, dan manusia digunakan dengan benar dan dapat
mencapai hasil tertentu yang diinginkan. Yang dimaksud produktivitas adalah ukuran seberapa jauh
input dapat menghasilkan output, baik kuantitatif maupun kualitatif, sesuai standar yang diterapkan
(Antarwati, 2018). Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dipengaruhi oleh peningkatan jam kerja,
pelatihan, pendidikan, penghargaan, jaminan tenaga kerja, dan kondisi kerja yang aman dan
nyaman. Peran penting modal manusia dalam pertumbuhan produktivitas yang besar juga banyak

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 283
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

dijelaskan dalam literatur ekonomi (Van Lottum & Van Zanden, 2014; Mate, 2015). Teori human
capital masih bertumpu pada asumsi bahwa pendidikan merupakan faktor yang dapat
meningkatkan produk fisik marjinal pekerja. Namun, pengenalan input sumber daya terhenti
sampai tahun 1980-an, dan akhirnya, para ekonom muncul seperti modal manusia (Ziberi et al.,
2022). Akumulasi modal manusia dapat menopang pertumbuhan jangka panjang (Aggrey et al.,
2010).
Dalam sebuah studi yang melihat kesenjangan antara GDP di Amerika Latin
mengenai Amerika Serikat, Daude & Fernández-arias (2010) menjelaskan bahwa disparitas
modal per pekerja, modal manusia, partisipasi tenaga kerja, dan faktor produktivitas. Hasil
penelitian menunjukkan rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi di Amerika disebabkan
rendahnya pertumbuhan produktivitas dibandingkan dengan rendahnya faktor produksi.
Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Mcmillan (2011) melihat produktivitas
tenaga kerja berdasarkan sektor di negara maju dan berkembang. Mereka melakukan
treatment sebagai hipotesis dimana penawaran tenaga kerja di negara berkembang
ditempatkan pada sektor-sektor yang mengikuti pola di negara maju. Hasilnya
menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja perlu ditingkatkan melalui investasi
sumber daya manusia dan teknologi dalam industri. Mereka disebut komponen internal,

Konsep faktor produktivitas total, yang didefinisikan sebagai rasio antara output dan faktor
input riil, tidak diragukan lagi dapat ditelusuri kembali ke sumber teoritis (Solow, 1956). Hal ini
dijelaskan dengan gamblang oleh van Zanden & Marks (2012). Teori Solow mengurai jawaban atas
pertanyaan proposisi tentang pertumbuhan ekonomi terdokumentasi yang dapat dihubungkan
antara pertumbuhan stok modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Dalam teori ekonomi, ini disebut
sebagai perhitungan pertumbuhan. Perhitungan masih dimulai dengan menggunakan rumus fungsi
produksi Cobb-Douglas.

Di Indonesia, pernyataan tersebut juga didukung oleh Prabowo (2015) yang menyatakan
bahwa pemerintah Indonesia cenderung mengalami tingkat ketimpangan pendapatan. Hal ini
terlihat saat menelaah data ketimpangan pendapatan di Indonesia antara tahun 1992-1997 dan
1998-2013. Hasil penelitian cenderung membenarkan adanya perubahan kepemimpinan politik di
Indonesia yang berimplikasi pada kebijakan kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun 2005.
Pada tahun 2008-2009 juga terjadi krisis keuangan dunia.

Selain itu, penelitian ini juga relevan dengan Prabowo (2015) yang menjawab fakta empiris
temuan hasil kami, yaitu PDB menjadi faktor negatif dalam pertumbuhan TFP. Fakta empiris yang
dipaparkan Prabowo (2015) menjelaskan bahwa Indonesia mengalami tren peningkatan di sektor
industri, dengan pertumbuhan nyata terjadi di sektor industri. Fakta ini berarti bahwa pendapatan
industri cenderung meningkat, tetapi hal ini diikuti oleh peningkatan koefisien ini dan tidak ada
peningkatan yang signifikan dalam perubahan tingkat kemiskinan. Hal senada dikatakan oleh
Castello & Dome (2002) bahwa ketimpangan modal manusia memberikan hasil yang lebih
menentukan daripada pengukuran ketimpangan pendapatan dalam mengestimasi perubahan dan
persamaan investasi.

284 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendidikan terhadap tingkat produktivitas di
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan khususnya pada jenjang perguruan tinggi
akan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Peningkatan produktivitas akan
mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Peningkatan kualitas pendidikan secara
tidak langsung akan mampu mengurangi kesenjangan pendapatan yang terjadi di Indonesia.

Oleh karena itu, beberapa rekomendasi kebijakan diberikan berdasarkan temuan empiris
studi ini. Pertama, pemerintah harus meningkatkan belanja pendidikan untuk mengurangi
ketimpangan pendidikan di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Terakhir, pemerintah harus meningkatkan kualitas guru dan dosen.
Selain itu, kita juga harus meningkatkan tingkat kesejahteraan guru dan dosen.

UCAPAN TERIMA KASIH


Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Prijono Tjiptoherijanto, Ph.D dan Diahhadi Setyonaluri, Ph.D

yang telah menyumbangkan ide-idenya atas waktu yang diberikan untuk mereview makalah ini.

REFERENSI
Aggrey, N., Eliab, L., & Joseph, S. (2010). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Tenaga Kerja di
Perusahaan Manufaktur Afrika Timur.Jurnal Penelitian Saat Ini Teori Ekonomi, 2
(2), 48–54.
Al Arif, MNR (2014). Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Domestik Regional
Bruto.Signifikan: Jurnal Ilmu Ekonomi, 3(1), 81-94.
Ali, H., & Jabeen, A. (2015). Pengaruh Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi : Bukti dari
Pakistan.Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Manajemen Amerika,1(6), 579–585.
Antarwati, SHBH & E. (2018).Produktivitas dan Pemanfaatan Bonus Demografi.
Dalam Adioetomo, SM, & Pardede, EL (Ed.). Depok: Rajawali Pers.
Barro, RJ (1991). Pertumbuhan Ekonomi di Lintas Negara.Triwulanan
Jurnal Ekonomi,106(2), 407. https://doi.org/10.2307/2937943
Barro, RJ, & Lee, J.-W. (2010).Kumpulan Data Baru Pencapaian Pendidikan di
Dunia, 1950-2010. Kertas Kerja NBER 15902.
Bils, M., & Klenow, PJ (2000). Apakah Sekolah Menyebabkan Pertumbuhan?Ekonomi Amerika
Tinjauan,90(5), 1160–1183. https://doi.org/10.1257/aer.90.5.1160
Bokana, KG, & Akinola, GW (2017). Pengaruh Produktivitas Pendidikan Tinggi
Sumber Daya Manusia di Negara-Negara Terpilih di Afrika Sub-Sahara.Prosiding
Rijeka Fakultas Ekonomi: Jurnal Ekonomi dan Bisnis,35(1), 173–198. https://doi.org/
10.18045/zbefri.2017.1.173.
Caceres, LR, & Caceres, S. (2017). Produktivitas Tenaga Kerja dan Kebijakan Sosial dalam bahasa Latin
Amerika.Jurnal Pembangunan Daerah,51(2), 85–104.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 285
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

Castello, A., & Dome, R. (2002). Ketimpangan Sumber Daya Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi : Beberapa

Bukti Baru.Jurnal Ekonomi,112, 187–200. https://doi.org/10.1111/1468-


0297.00024.
Daude, C., & Fernández-arias, E. (2010). Tentang Peran Produktivitas dan Faktor
Akumulasi Pembangunan Ekonomi di Amerika Latin dan Karibia. Seri
Kertas Kerja IDB No. IDB-WP 155.
Gherghina, R., & Duca, I. (2013). Kontribusi Pendidikan terhadap Ekonomi
Proses Pembangunan Negara-Negara.Jurnal Manajemen Pengetahuan, Ekonomi
dan Teknologi Informasi,1, 88-100.
Gregorio, JD, & Lee, JW (2002). Ketimpangan Pendidikan dan Pendapatan: Bukti Baru
Dari Data Lintas Negara.Tinjauan Pendapatan dan Kekayaan, (3), 395–416. https://doi.
org/10.1111/1475-4991.00060.

Klenow, PJ (2005). Eksternalitas dan Pertumbuhan. Dalam Aghion, P., & Durlauf , S. (Eds.).
Buku Pegangan Pertumbuhan Ekonomi,. Elsevier. Belanda. https://doi.org/10.1016/
S1574-0684(05)01011-7.

Levedinski, L., & Vandenberghe, V. (2014). Menilai Kontribusi Pendidikan untuk


Produktivitas Menggunakan Bukti Tingkat Perusahaan.Jurnal Tenaga Kerja Internasional, 35
(8), 1116-1139. https://doi.org/10.1108/IJM-06-2012-0090.

Lee, J., & Lee, H. (2018). Modal Manusia dan Ketimpangan Pendapatan.Jurnal dari
Ekonomi Asia Pasifik,23(4), 554-583. https://doi.org/10.1080/13547860.2018.
1515002 .
Lubis, CABE (2014). Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan Pekerja
Dan Pengeluaran Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.Ekonomi,10(2), 187–
193. https://doi.org/10.1007/s10533-015-0125-0.
Lucas, RE (1988). Tentang Mekanisme Pembangunan Ekonomi.Jurnal Moneter
Ekonomi,22, 3–42.
Mankiw, NG, Romer, D., & Weil, DN (1992). Sebuah Kontribusi ke Empiris
Pertumbuhan ekonomi.Jurnal Ekonomi Triwulanan,107(2), 407–437. https://
doi.org/10.2307/2118477.
Marquez-Ramos, L., & Mourelle, E. (2019). Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi: An
Analisis Empiris Nonlinieritas.Analisis Ekonomi Terapan, 27(79), 21-45.
https://doi.org/10.1108/AEA-06-2019-0005.
Mat, KM dan RM (2015). Hubungan antara Investasi Modal Manusia
dan Pembangunan Ekonomi di Sabah.Jurnal Bisnis Malaysia,2(1), 83–107.
Mate, D. (2015). Dampak Modal Manusia terhadap Pertumbuhan Produktivitas di Berbagai Tenaga Kerja-

Cabang terampil.Acta Oeconomica, 65(1), 51-67.


Mcmillan, MS (2011). Globalisasi, Perubahan Struktural dan Pertumbuhan Produktivitas. Di
Seri Kertas Kerja NBER No. 17143. https://doi.org/10.3386/w17143.
Moretti, E. (2004). Memperkirakan Pengembalian Sosial ke Pendidikan Tinggi: Bukti dari

286 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Rizqon Halal Syah Aji
Apakah Investasi Pendidikan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produktivitas

Data Cross-sectional Longitudinal dan Berulang.Jurnal Ekonometrika,121, 175– 212.


https://doi.org/10.1016/j.jeconom.2003.10.015
Nafziger, EW (2012).Pembangunan Ekonomi. Pers Universitas Cambridge. Cambridge.
Prabowo, BPS (2015). Gambaran Umum Ketimpangan Pendapatan di Indonesia
dalam Persiapan Masyarakat Ekonomi Asean 2015.Jurnal Penelitian
Ekonomi dan Manajemen,15(1), 182–189.
Qu, Y., & Cai, F. (2011). Memahami Daya Saing Tenaga Kerja China: Makro
Analisis.Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Cina, 2(1), 8-22. https://doi. org/
10.1108/20408001111148702.
Qutb, R. (2017). Bagaimana Pendidikan di Semua Tingkat Mempengaruhi Total Factors Productivity
Pertumbuhan?Jurnal Penelitian Internasional Keuangan dan Ekonomi,159,58-75.

Reza, F., & Widodo, T. (2013). Dampak Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 28(1), 23-44. https://doi. org/
10.22146/jieb.6228.
Setyonaluri, D., & Amanulah, A. (2018).Memetik Bonus Demografi, Membangun Manusia
Sejak Dini. Rajawali Pers. Depok.
Shin, Y., Smith, RJ, & Pesaran, MH (2001). Pendekatan Pengujian Batas ke The
Analisis Hubungan Tingkat.Jurnal Ekonometrika Terapan,326, 289–326.
https://doi.org/10.1002/jae.616.
Solow, RM (1956). Sebuah Kontribusi untuk Teori Pertumbuhan Ekonomi Penulis.Oxford
Jurnal,70(1), 65–94.
Todaro, MP, & Smith, SC (2009).Pembangunan Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Van Zanden, JL, & Marks, D. (2012).Ekonomi Indonesia 1800-2010 Drama Antara
dan Keajaiban pertumbuhan. Kompas. Jakarta.
Van Lottum, J., & Van Zanden, JL (2014). Produktivitas Tenaga Kerja dan Sumber Daya Manusia
di Sektor Maritim Eropa Abad Kedelapan Belas.Eksplorasi dalam Sejarah
Ekonomi, 53,83-100. https://doi.org/10.1016/j.eeh.2014.04.001.
Wantchekon, L., Klašnja, M., & Novta, N. (2015). Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
Eksternalitas: Bukti dari Kolonial Benin.Jurnal Ekonomi Triwulanan, 130(2),
703-757. https://doi.org/10.1093/qje/qjv004.
Wei, Z., & Hao, R. (2011). Peranan Sumber Daya Manusia dalam Faktor Total Tiongkok
Pertumbuhan Produktivitas: Analisis Lintas Provinsi.Ekonomi Pembangunan,49(1), 1–
35. https://doi.org/10.1111/j.1746-1049.2010.00120.x.
Wicaksono, TY, & Witoelar, F. (2018). Pengalaman Awal dan Hasil Nanti
Pendidikan: Bukti Transisi Persekolahan dari Indonesia.Buletin Kajian
Ekonomi Indonesia,55(1), 29-60. https://doi.org/10.1080/00074918.2018.
1439156 .
Woessmann, L. (2016). Kasus Ekonomi untuk Pendidikan.Ekonomi Pendidikan,24(1),
3–32. https://doi.org/10.1080/09645292.2015.1059801.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan 287
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401
Signifikan:Jurnal Ilmu Ekonomi
Volume 11 (2), 2022: 273 - 288

Yussof, I., & Zakariya, Z. (2009). Pertumbuhan Ekonomi dan Keperluan Pendidikan
Tinggi di Malaysia.Jurnal Ekonomi Malaysia,43, 85-105.
Ziberi, BF, Rexha, D., Ibraimi, X., & Avdiaj, B. (2022). Analisis Empiris Dampak
Pendidikan Pertumbuhan Ekonomi.Ekonomi, 10, 89. https://doi.org/10.3390/
ekonomi10040089.

288 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/signifikan
https://doi.org/10.15408/sjie.v11i2.26401

Anda mungkin juga menyukai