[AUTHOR NAME] i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena atas segala berkah, rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Program Kerja Tahunan (PKT)
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Tahun 2021 dengan baik dan sesuai waktu yang
ditentukan.
Program kerja tahunan merupakan penjabaran dari sasaran dan program yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategis tahun 2020-2024, dan akan dilaksanakan oleh Ditjen
Pendidikan Vokasi melalui kegiatan tahun 2021. Penyusunan dokumen dilakukan selaras
dengan agenda penyusunan program dan kebijakan anggaran yang akan dicapai pada tahun
berjalan. Penyusunan PKT meliputi sasaran strategis, indikator Kinerja Sasaran Strategis,
Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program yang ingin dicapai pada tahun 2021.
PKT ini disusun sebagai bentuk kesungguhan Ditjen Pendidikan Vokasi dalam
merancang dan melaksanakan kegiatan, sebagai upaya untuk mewujudkan manajemen yang
akuntabel, efektif dan efisien. PKT diharapkan dapat menjadi acuan dan alat evaluasi kinerja
satuan kerja di lingkungan Ditjen Pendidikan Vokasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Agar Program kerja ini dapat maksimal, kami berharap setiap satuan kerja dapat memberikan
masukan, kritik dan saran perbaikan untuk penyempurnaan program kerja dan rujukan
pelaksanaan kegiatan.
Demikian harapan kami, semoga program kerja ini dapat memberikan manfaat,
sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal di dalam peningkatan mutu
pendidikan vokasi.
[AUTHOR NAME] ii
DAFTAR ISI
BAB II VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DITJEN PENDIDIKAN VOKASI .............................. 25
A. Visi dan Misi ..................................................................................................................25
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ..........................................................................28
BAB IV PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN PENDIDIKAN VOKASI TAHUN 2020 ............. 60
A. Anggaran Ditjen Pendidikan Vokasi Tahun 2020 .......................................................... 60
B. Program Kerja Tahun 2020 ........................................................................................... 64
LAMPIRAN:
Rencana Kerja Tahun 2020
A. Latar Belakang
Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan tingginya proporsi penduduk usia
produktif. Pada tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia mencapai 68,6 persen
atau 181,3 juta jiwa dengan angka ketergantungan usia muda dan tua yang rendah, yaitu
45,7. Perubahan struktur penduduk ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk
mendapatkan bonus demografi (demographic dividend) yang dalam jangka menengah
dan panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan menghantarkan
Indonesia menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus demografi ini akan
diperoleh dengan prasyarat utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang sehat dan
cerdas, adaptif, inovatif, terampil, berkarakter dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Penguasaan ilmu pengetahuan ini dibuktikan dengan kompetensi Higher Order
Thinking dengan penekanan pada enam kompetensi utama (6C’s), yang meliputi:
Communication, Collaboration, Compassion, Critical Thinking, Creative Thinking, dan
Computation Logic.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada
pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan, pemenuhan
pelayanan dasar dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak, perempuan dan
pemuda, pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing
angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia tersebut dilakukan berdasarkan
pendekatan siklus hidup, dan inklusif termasuk memperhatikan kebutuhan penduduk
usia lanjut maupun penduduk penyandang disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta.
Menurut Global Human Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) 2019,
peringkat daya saing Indonesia dalam laporan Global Competitiveness Index (GCI) 2019
turun ke posisi 50 dari posisi 45 pada tahun lalu. Tak hanya penurunan peringkat, skor
daya saing Indonesia juga turun meski tipis 0,3 poin ke posisi 64,6. Berdasarkan daftar
[AUTHOR NAME] 1
tersebut, Indonesia makin tertinggal jauh dari Singapura yang menempati posisi pertama.
Demikian pula dari Malaysia dan Thailand yang sebenarnya juga turun masing-masing
dua peringkat tetapi mash diposisi 27 dan 40. Peringkat Indonesia terkait stabilitas makro
juga turun dari sebelumnya 51 menjadi ke peringkat 54. Hal ini menunjukan bahwa
produktivitas dan daya saing manusia Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif dan adaptif belum dapat
dipenuhi secara optimal. Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum merespon
perkembangan kebutuhan pasar kerja merupakan salah satu penyebab mengapa
produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal. Saat ini proporsi pekerja
berkeahlian menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar 39,57% (Sakernas Agustus,
2018), lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara itu, pekerja
masih didominasi lulusan SMP ke bawah (58,77%/72,8 juta), sedangkan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai 8,01
persen. Informasi pasar kerja andal yang belum tersedia dan keterlibatan industri yang
rendah, menyebabkan masih terjadinya mismatch antara penyediaan layanan
pendidikan, termasuk pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.
Program studi yang dikembangkan pada jenjang pendidikan tinggi juga belum
sepenuhnya menjawab potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa aktif dan
lulusan perguruan tinggi sebagian besar didominasi oleh program studi sosial humaniora.
Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang ilmu sains dan keteknikan masih
terbatas. Pada jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan kualitas layanan belum
sepenuhnya didukung dengan sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik yang
memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik produktif berkualitas, kecukupan magang
dan praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi kompetensi. Selain itu,
pembelajaran juga belum mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung
kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing, serta kemampuan berpikir kritis, analisis,
inovasi, kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim. Beberapa isu strategis ini merupakan
tantangan dan sekaligus peluang dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing
angkatan kerja di Indonesia.
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 menetapkan Ditjen Pendidikan Vokasi
sebagai salah satu unit eselon 1 baru di Kemendikbud. Kebijakan perubahan struktur
[AUTHOR NAME] 2
Kemendikbud dimaksudkan untuk kemerdekaan belajar. Tiga alasan utama di balik
perubahan ini adalah perlunya keterpaduan antara pendidikan formal dan nonformal,
perampingan organisasi sesuai dengan arahan presiden mengenai deregulasi dan
debirokratisasi, dan upaya menghadirkan pemerintahan yang fokus pada output.
Restrukturisasi organisasi ini berdampak terhadap perubahan tata kelola, program dan
anggaran sebagai wujud dari salah satu prioritas pemerintah untuk menciptakan sumber
daya manusia yang unggul, produktif, berdaya saing dan siap kerja.
Sebagaimana diamanatkan dalam Perpres Nomor 82 Tahun 2019, pasal 17
menyebutkan bahwa Ditjen Pendidikan Vokasi mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan vokasi. Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan Pendidikan
Vokasi di Indonesia dan keberhasilan pelaksanaan program Pendidikan Vokasi
bergantung pada perumusan kebijakan yang diambil, pelaksanaan dan pemantauan di
bidang pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja. Oleh karena itu, kegiatan Direktorat Jenderal harus dilaksanakan secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan agar mampu mendorong peran serta seluruh
pihak dan memperlancar pelaksanaan program di bidang pendidikan vokasi. Agar
akuntabilitas kinerja Direktorat Jenderal dapat dipertanggungjawabkan secara rasional
dan objektif, sehingga pelaksanaan tugas dan fungsinya lebih berhasil dan berdaya guna
untuk mendukung tercapainya program revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi
berbasis kerjasama industri, maka perlu disusun Program Kerja Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi Tahun 2020 yang rasional, obyektif dan akuntabel.
B. Landasan Hukum
Program Kerja Tahunan ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan
perundangan yang meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
[AUTHOR NAME] 3
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
6. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
8. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 Tentang Penyusunan RKA-K/L;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024;
14. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/PMK.02/2019 tentang
Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 tentang
Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 tahun 2020 tentang
Akreditasi Program Studi Pendidikan Tinggi;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 tahun 2020 tentang
Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 7 tahun 2020 tentang
Pendirian, Perubahan dan Pembubaran PTN dan PTS;
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun
2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 46 Tahun
2019 tentang Rincian Tugas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
[AUTHOR NAME] 4
C. Kondisi Umum
Proyek strategis nasional pendidikan dan pelatihan vokasi untuk industri 4.0 dilakukan
demi meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing. Saat ini tenaga kerja terampil,
kreatif, inovatif dan adaptif, belum dapat dipenuhi secara baik. Sebab masih belum
optimalnya penyediaan layanan pendidikan dan pelatihan vokasi dalam menghasilkan
SDM sesuai kebutuhan pasar kerja. Manfaat proyek ini adalah untuk meningkatkan
pekerja yang berada pada bidang pekerjaan berkeahlian menengah dan tinggi dari 39,57
persen pada 2018, menjadi 50 persen pada 2024, kemudian meningkatnya lulusan
pendidikan dan pelatihan vokasi bersertifikat kompetensi dari 472.089 orang pada 2017
menjadi 2 juta orang pada 2024. Salah satu arahan utama presiden dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 menyebutkan pembangunan SDM
(sumber daya manusia) yang meliputi:
1. Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kerjasama industri, serta peningkatan peran
dan kerjasama industri dalam pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan menetapkan
system insentif/regulasi untuk industri; melakukan Pemetaan kebutuhan dan
pengembangan bidang keahlian termasuk penguatan informasi pasar kerja
2. Reformasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, dengan menyelaraskan
kurikulum, model pembelajaran, prodi sesuai kebutuhan industri; menetapkan konsep
dual TVET (technical and vocatioanal educatioan and training), teaching factory dan
pemagangan; penguatan softskills dan pembelajaran bahasa asing; kewirausahaan di
sekolah, madrasah, dan pesantren; pemagangan guru/instruktur di industri,
instruktur/praktisi dari industri
3. Penguatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi, melalui pengendalian satuan
pendidikan dan program studi vokasi baru; peningkatan akreditasi; membuat skema
pendanaan peningkatan keahlian; fleksibilitas pengelolaan keuangan pada unit
produksi/teaching factory/teaching industry ; pembentukan komite TVET
4. Penguatan Sistem Sertifikasi Kompetensi, yaitu standar kompetensi berdasarkan
okupasi yang mengacu standar internasional, dan sinkronisasi sistem sertifikasi yang
ada di berbagai sektor; penguatan lembaga sertifikasi profesi
[AUTHOR NAME] 5
Sesuai dengan Rencana Pemerintah Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sasaran
pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai
bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Hal inilah yang kemudian
menginspirasi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi 2020-2024 yang
merupakan kesinambungan dari arah kebijakan pembangunan yang dilakukan pada
periode sebelumnya dengan melanjutkan Pembangunan Pendidikan Vokasi yang
diarahkan pada peningkatan daya saing internasional sebagai pondasi dalam
membangun kemandirian dan daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global
ke depan.
Sebagai salah satu unit utama di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi menangani pelaksanaan program pada Sekolah
Menengah Kejuruan, Kursus dan Pelatihan, Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi serta
Penyelarasaan Kemitraan dan Kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Sejumlah capaian sebagai dampak langsung berbagai upaya di tahun sebelumnya
diharapkan dapat meningkatkan capaian revitalisasi Pendidikan Vokasi dalam periode
2020-2024.
[AUTHOR NAME] 6
Revitalisasi Pendidikan Vokasi ke depan tidak dapat dilepaskan dari berbagai upaya yang
telah dilakukan pada periode sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari tingkat
pengangguran terbuka yang semakin menurun jumlahnya, namun banyak didominasi
dari SMK dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 yaitu sebagai berikut:
[AUTHOR NAME] 7
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003).
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka
peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia, Kemendikbud mendapatkan tugas untuk
1) membuat peta jalan pengembangan SMK; 2) pengembangan dan penyelarasan kurikulum;
3) inovasi pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga pendidik; 4)
kerjasama sekolah dengan dunia usaha, industri, serta perguruan tinggi; 5) meningkatkan
akses sertifikasi lulusan SMK dan Akreditasi SMK; 6) membentuk kelompok kerja
pengembangan SMK.
Dalam perkembangannya, capaian kinerja SMK sampai dengan tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
PROFILE SMK
Berdasarkan data pokok SMK tahun 2019, jumlah SMK di Indonesia sebanyak 14.284
sekolah dengan 5.019.994 siswa, 312.668 guru, serta 165.007 ruang kelas. Dari jumlah
SMK tersebut hanya 3.612 SMK (25%) yang berstatus negeri, sisanya 10.672 SMK (75%)
masih berstatus swasta.
[AUTHOR NAME] 8
Besarnya pengembangan SMK swasta baru di setiap provinsi perlu dicermati karena
belum tentu berdampak kepada peningkatan akses Pendidikan menengah, namun yang
terjadi adalah penurunan minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta dan lebih
memilih masuk ke SMK negeri. Hal ini bisa dilihat dari total jumlah siswa SMK swasta
sebesar 2.822.803 siswa atau rata-rata 264 siswa per sekolah, sangat jauh dibandingkan
siswa SMK negeri, yaitu 2.197.191 dengan rata-rata 608 orang per sekolah.
Pembukaan SMK swasta baru, banyak yang tidak dibarengi dengan penyediaan sarana
prasarana dan guru yang memadai serta jurusan yang tidak sesuai dengan potensi daerah
yang ada, berdampak pada kekurangan siswa atau bahkan berpotensi tutup atau “mati”
dikarenakan kesulitan menarik siswa. Dengan demikian pemerintah, khususnya
pemerintah provinsi yang mengeluarkan ijin pendirian SMK, perlu mengkaji lebih jauh
dan memperketat pembukaan SMK di setiap wilayah untuk mencegah minimnya
peningkatan akses masyarakat ke pendidikan SMK dikarenakan kalah bersaingnya SMK
swasta dibanding dengan SMK negeri. Jangan sampai tujuan awal pendirian SMK sebagai
salah satu upaya mengurangi pengangguran, tetapi malah menjadi penyumbang terbesar
pengangguran.
Untuk peningkatan mutu SMK, mulai tahun 2019, strategi pemerintah bukan lagi
berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi lebih ke pembangunan sumber
daya manusia (SDM). SMK pun menjadi andalan pemerintah dalam menyiapkan tenaga
terampil. Pemerintah mendorong SMK, khususnya yang menerima bantuan program
revitalisasi SMK, untuk mengubah teaching factory unggulan menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 tentang BLUD.
Melalui BLUD, SMK yang memiliki produk-produk unggulan dapat mengelola proses
produksi di teaching factory secara lebih fleksibel tanpa melanggar peraturan. Selain itu,
siswa akan dilatih untuk memproses produksi selayaknya industri. Produk yang dihasilkan
tidak lagi menjadi produk hasil praktik saja, tetapi juga menjadi produk yang dapat
dipasarkan secara umum karena memenuhi standar industri. Adapun SMK yang menjadi
percontohan yakni, SMKN 6 Semarang (Pariwisata), SMKN 1 Bawen (Pertanian), SMKN 1
Mundu Cirebon (Kemaritiman), SMKN 1 Kalasan (Industri Kreatif), SMK Muhammadiyah
Metro (Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial), dan SMKN 5 Surabaya (Teknologi dan
Rekayasa).
[AUTHOR NAME] 9
Dari sisi guru, saat ini SMK masih kekurangan banyak guru kejuruan. Sampai dengan
tahun 2019 jumlah guru adaptif sebanyak 87.007 (31%), guru normatif 81.377 (29%) dan
guru produktif sebanyak 114.301 orang (40%). Guru adaptif adalah yang mengajarkan
kemampuan dasar yaitu tentang matematika, kimia, dan biologi. Guru normatif adalah
guru mengajar pelajaran-pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
Bimbingan Konseling. Sedangkan guru produktif adalah guru yang mengajar pada bidang-
bidang tertentu yaitu bidang-bidang kekhususan, misalnya bidang keteknikan, pertanian,
dan sains.
Dari 8 bidang keahlian di SMK, tiga teratas yang paling banyak diminati adalah bidang
Teknologi Rekayasa (25,19%), Teknologi Informasi dan Komunikasi/ TIK (22,97%) serta
Bisnis dan Manajemen (22,72%). Tiga bidang keahlian tersebut banyak dipilih karena
aplikatif dengan kondisi saat ini. Perkembangan TIK membawa perubahan besar yang
berdampak pada “revolusi’’ sektor industri dan lapangan pekerjaan. Ada profesi dan
usaha yang jadi langka bahkan hilang. Sebaliknya muncul berbagai macam pekerjaan
baru, yang bahkan belum ada 10-15 tahun yang lalu. Bisa dibilang nyaris semua usaha
membutuhkan dukungan TIK, sehingga memerlukan banyak pekerja dengan keahlian di
bidang ini termasuk lulusan SMK dengan kualifikasi yang baik.
Menurut data riset Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, lebih
dari 82 juta masyarakat Indonesia pernah melakukan transaksi online. Sedangkan
menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi, di tahun 2020 mendatang, industri e-
commerce Indonesia akan menjadi nomor 3 terbesar di dunia, setelah China dan India.
Ini artinya, bisnis serta perdagangan digital bakal makin kencang dan industry e-
commerce tersebut berpotensi menyerap pekerja berlatar belakang TIK serta bisnis
manajemen.
Untuk meningkatkan kualitas SMK, Tahun 2020 – 2024, SMK mempunyai tujuan paket
program Revitalisasi yaitu “Penataan dan pengkondisian ulang (Re-Design) SMK secara
utuh, tuntas, dan menyeluruh mulai dari pembelajaran, lingkungan, fasilitas, kemitraan
DUDI dan manajemen sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan sehingga mampu
meningkatkan keterserapan lulusan SMK di dunia kerja maupun berwirausaha” dan
diwujudkan dengan 1) peningkatan kualitas dan pemenuhan guru kejuruan dan tenaga
kependidikan; 2) pemutakhiran system pembelajaran berbasis industry 4.0 dan sertifikasi
[AUTHOR NAME] 10
siswa; 3) pengadaan dan revitalisasi peralatan praktek; 4) renovasi bangunan dan fasilitas
pendukung; 5) penguatan karakter kerja; 6) kerjasama dengan DUDI.
Oleh karena itu dimulai di tahun 2020 ini dilakukan strategi impelementasi untuk paket
revitalisasi SMK tersebut melalui 1) sekolah pengimbas yang ditargetkan akan mencapai
3300 SMK; 2) Revitalisasi SMK mendukung “Klaster Pengembangan Industri, yang
berfokus pada sektor pariwisata, pertanian, industry kreatif, manufaktur, energi
pertambangan dan kemaritiman.
Untuk hasil yang diharapkan dalam paket program revitalisasi SMK antara lain
terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana serta tampilan perwajahan di sekolah,
terpenuhinya fasilitas belajar praktek siswa yang sesuai dengan perkembangan teknologi,
meningkatknya kualitas proses dan nilai hasil evaluasi akhir pembelajaran SMK,
terpenuhinya kebutuhan guru produktif baik dari segi jumlah maupun kualifikasi, 80%
lulusan SMK bekerja, tumbuhnya karakter kerja dan jiwa kewirausahaan siswa dan SMK
Negeri menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Revitalisasi Vokasi dapat mendorong SMK menyediakan tenaga kerja terampil yang siap
kerja di berbagai sektor prioritas nasional seperti pertanian, industri, pariwisata, bahkan
ekonomi kreatif. Keberhasilan revitalisasi SMK ini diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas tenaga kerja Indonesia serta dapat mengurangi permasalahan
pengangguran usia produktif dan menjadikan Indonesia meraih bonus demografi.
[AUTHOR NAME] 11
2. Program diploma dua;
3. Program diploma tiga;
4. Program diploma empat atau program sarjana terapan;
5. Pprogram magister terapan;
6. Program doktor terapan; dan/atau
7. Program profesi.
yang terdiri atas paling sedikit tiga program studi pada program diploma tiga dan/atau
program diploma empat atau sarjana terapan.
Sedangkan pada pasal 3 (8) Akademi komunitas menyelenggarakan pendidikan vokasi
program diploma satu dan/atau program diploma dua di daerah kabupaten/kota yang
berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Sampai tahun 2019, politeknik di seluruh Indonesia berjumlah 199 lembaga, terdiri atas
43 negeri dan 156 swasta, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 239.282 orang, 156.461
mahasiswa negeri dan 89.821 swasta. Dari 199 politeknik baru 2 lembaga yang berstatus
Badan Layanan Umum (BLU), yaitu Politeknik Negeri Malang (Polinema) dan Politeknik
Manufaktur Negeri Bandung.
[AUTHOR NAME] 12
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, pasal 9 menyebutkan bahwa satuan kerja / satker yang berstatus BLU dapat
memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang
diberikan. Status BLU memberikan keleluasaan dan otonomi bagi PTN/Politeknik Negeri
untuk mengelola sendiri keuangan dalam melaksanakan tri darma perguruan tinggi di
kampus masing-masing.
Penyelenggara Pendidikan vokasi lainnya selain politeknik adalah akademi komunitas
(AKN). Sampai dengan tahun 2019, jumlah AKN di seluruh Indonesia sebanyak 18 AKN,
terdiri atas 4 AKN negeri (22%) dan 18 AKN swasta (78%), dengan jumlah mahasiswa
sebanyak 1.877 orang, 887 mahasiswa AKN negeri (48%) dan 990 mahasiswa AKN swasta
(52%). Selain politeknik dan AKN, ada 2.249 perguruan tinggi (Unista) yang
menyelenggarakan Pendidikan vokasi dengan jumlah mahasiswa sebanyak 538.841
orang.
Data Sebaran Politeknik di K/L lain
[AUTHOR NAME] 13
Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Pertanian, Kementerian Sosia, Badan Siber dan Sandi Negara dan kementerian
Kesehatan.
Sampai dengan tahun 2019 kebijakan pembukaan perguruan tinggi di Indonesia masih
dibatasi untuk mendukung pengembangan jenis pendidikan vokasi di Indonesia dalam
bentuk Politeknik, Akademi, Akademi Komunitas. Namun untuk target sampai dengan
tahun 2024, ada beberapa hal yang akan dilakukan revitalisasi antara lain 1) pendidikan
tinggi vokasi akan berubah setara Universitas sehingga tidak saja mempunyai keleluasaan
dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terutama DUDI tapi juga untuk
lulusannya akan lebih kompeten; 2) Pengembangan SDM akan menargetkan tidak hanya
pada dosen, namun juga teknisi dan direktur Politeknik dan Ketua Akademi; 3)
melibatkan pihak DUDI secara intens pada pendidikan vokasi; 4) melakukan
pengembangan fleksibilitas kelembagaan sehingga dapat melaksanakan tugas lebih baik;
5) melakukan perbaikan akkreditasi/sertifikasi; 6) melakukan kerjasama dengan industri
dalam hal pelatihan baik dalam rangka pengembangan kurikulum maupun pemagangan.
[AUTHOR NAME] 14
sudah selayaknya jika indusri memiliki tanggung jawab untuk peduli, dan ikut
bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan khususnya lembaga-lembaga
kursus dan pelatihan vokasi.
Salah satu bentuk Pendidikan Nonformal yang merupakan bagian dari Pendidikan Vokasi
adalah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pasal 1 menjelaskan bahwa LKP adalah satuan Pendidikan nonformal
yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Pada Permendikbud Nomor 83 Tahun 2013, Pasal 4: LKP dapat menyelenggarakan
program-program sebagai berikut:
1. Pendidikan kecakapan hidup;
2. Pelatihan kepemudaan;
3. Pendidikan pemberdayaan perempuan;
4. Pendidikan keterampilan kerja;
5. Bimbingan belajar; dan/atau
6. Pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.
[AUTHOR NAME] 15
Sumber: Dapodik PAUD dan Dikmas, per Januari 2018
Gambar 1.7 Persebaran LKP di Indonesia
Dari data Dapodik PAUD dan Dikmas per Januari 2018, jumlah LKP yang memiliki Nomor
Pokok Satuan Pendidikan Nasional (NPSN), dan mengentri data di aplikasi Dapodik
sebanyak 17.306 lembaga dengan 29.025 jenis keterampilan dan 2.940.249 orang
peserta didik (mandiri dan bantuan pemerintah). Dari 2940.249 peserta didik kursus dan
pelatihan, pada tahun 2018 baru 63.244 orang yang mengikuti uji kompetensi (0,02%).
Dilihat dari sebaran LKP di atas, LKP banyak terpusat di lima provinsi di pulau Jawa dan
Sumatera, yaitu: Jawa Barat sebanyak 2.450 lembaga, diikuti dengan Jawa Timur 2.209
lembaga, Jawa Tengah 1.501 lembaga, Sumatera Utara 1.411 lembaga dan DKI Jakarta
sebanyak 872 lembaga. Salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar penduduk
Indonesia masih terkonsentrasi di pulau jawa.
Menurut proyeksi penduduk Indonesia (2015-2045) dengan dasar hasil Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 2015, jumlah penduduk Indonesia pada 2019 sebanyak 266,91 juta
jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 150 juta jiwa atau lebih dari 56% berada di Pulau Jawa.
Dari enam provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, lima di antaranya berada di
Pulau Jawa. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni
mencapai 49 juta jiwa atau sekitar 18% dari total penduduk, diikuti Jawa Timur dan Jawa
Tengah masing-masing 39,7 juta jiwa dan 34,5 juta jiwa.
[AUTHOR NAME] 16
Jumlah penduduk yang banyak tersebut, merupakan pasar potensial untuk mendirikan
LKP dengan jurusan yang disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing dan
dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri. Pendirian LKP, harus diiringi dengan program,
sarana prasarana dan pendidik yang berkualitas / bermutu. Salah satu indikatornya
adalah melalui akreditasi. Sayangnya mayoritas LKP belum terakreditasi. Sampai dengan
Januari 2018, jumlah LKP yang terakreditasi baru sebanyak 3.887 dari 17.306 lembaga
(23%).
Untuk program pengembangan kursus dan pelatihan, rekruitmen peserta didik dilakukan
sesuai dengan kemauan dan potensi masing-masing. Syarat peserta didiknya adalah anak
usia sekolah tidak sekolah yang berusia di bawah 21 tahun, anak usia sekolah yang belajar
di Paket B atau C dan perlu diberikan keterampilan.
Proses pelaksanaan kursus dan pelatihan kerja dibagi menjadi dua yaitu 1) Pendidikan
Kecakapan kerja (PKK) yang kurikulumnya berbasis kompetensi dan harus bekerjasama
dengan DUDI; 2) Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang kurikulumnya sesuai
kebutuhan usaha dan manajemen usaha kecil bekerjasama dengan UMKM. Pada tahun
2014, program PKK dan PKW masih belum berdiri sendiri karena bagian dari program
Keluarga Harapan (PKH) dan Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) dan untuk
saat ini sudah dilakukan berbagai inovasi, diantaranya mempercepat proses pengajuan
bantuan melalui e-proposal, pembelajaran menggunakan sistem Massive Open Online
Course dan Blended Learning System, bahan ajar menggunakan digital (e-book), jenis-
jenis keterampilan yang diajarkan mengangkat potensi/kearifan lokal dan menambahkan
materi digital marketing pada pembelajaran untuk mendukung industry 4.0.
[AUTHOR NAME] 17
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak dengan passion dan visi yang jelas. Bahkan
lulusan SMP cenderung terpaksa masuk SMK, atau memiliki pola pikir yang
sederhana bahwa dengan masuk ke SMK pasti akan cepat mendapatkan kerja.
Padahal yang dibutuhkan keterampilan, kompetensi dan etos kerja, serta karakter
positif dan unggul pada diri lulusan SMK.
b. Ekonomi
Hasil survey angkatan kerja nasional (sakernas) yang diselenggarakan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS), menunjukan bahwa jumlah pengangguran terbuka pada bulan
Agustus 2019 mencapai 7.045.800 jiwa, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT)
5,28%, 0,06% poin dibandingkan Agustus 2018. Ini berarti bahwa dari 100 orang
Angkatan kerja Indonesia, terdapat 5 orang yang termasuk kategori penganggur.
10,42%
7,92%
5,99%
5,67%
4,75%
2,41%
[AUTHOR NAME] 18
Sumber: Sakernas BPS, Agustus 2019
Secara umum, berdasarkan hasil sakernas Agustus 2019, TPT untuk pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 10,42%, diikuti
oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,92%, Diploma I/II/III) 5,99%,
Universitas 5,67%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 4,75% dan TPT
terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 2,41%. Dengan
kata lain ada tenaga kerja yang tidak terserap pada tingkat sekolah menengah,
terutama kejuruan. Sementara mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau
menerima pekerjaan apa saja.
c. Teknologi
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan
tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi,
digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi
akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga
membantu proses pembangunan di berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui
distance learning, pemerintahan melalui e-government, inklusi keuangan melalui fin-
tech, dan pengembangan UMKM seiring berkembangnya e-commerce.
INDONESIAN LABOR IS THREATED BY THE EMERGE OF INDUSTRIAL REVOLUTION (IR) 4.0
[AUTHOR NAME] 19
Gambar 1.10 Revolusi Industri 4.0
[AUTHOR NAME] 20
pendidikan politik untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi, (4)
implementasi otonomi daerah yang mendorong kemandirian dan berkembangnya
kearifan lokal, (5) terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam implementasi
otonomi daerah, (6) keterlambatan penerbitan turunan peraturan perundangan yang
berdampak pada bidang pendidikan, (7) ancaman disintegrasi bangsa akibat dari
ketidakdewasaan dalam berdemokrasi, (8) ideologi negara sebagai pemersatu bangsa
dan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan (9) komitmen pemenuhan
pendanaan pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD sesuai dengan UUD 1945
Pasal 31ayat (4).
1. Potensi
Kemendikbud mengenali potensi-potensi yang dapat digali untuk memperkuat
relevansi lulusan dan produktivitas SDM:
a. Kemungkinan pemberian insentif pajak bagi perusahaan atau industri yang
bermitra dengan SMK yang dinaungi oleh regulasi yang kuat;
b. Tingginya animo pembukaan SMK oleh swasta menandakan adanya kegairahan
untuk menyiapkan lulusan siap kerja yang patut mendapatkan bimbingan dan
arahan dari Kemendikbud dan Pemda terkait;
c. Kerja sama yang erat dengan BNSP memungkinkan percepatan sertifikasi profesi
bagi lebih banyak guru dan lulusan SMK;
d. Dengan penerapan sistem zonasi, SMK-SMK yang berdekatan dapat berbagi
sumber daya untuk mengatasi permasalahan kurangnya fasilitas pendukung
pendidikan;
[AUTHOR NAME] 21
e. Antusiasme tenaga-tenaga profesional untuk berbagi pengalaman dan
pengetahuan dengan sektor vokasi yang sepatutnya dikoordinasikan oleh
Kemendikbud dan Pemda;
f. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan berbagai sektor unggulan masih terus
memerlukan tenaga siap kerja dan wirausahawan sehingga sepantasnya angka
pengangguran terbuka lulusan SMK dapat terus ditekan;
g. Tersedianya berbagai lembaga pelatihan nonformal dapat semakin memperkuat
kesiapan kerja lulusan SMK dan SMA
h. Semakin terbukanya kolaborasi antara Akademisi, Bisnis, Pemerintah
(multistakeholders) mengurangi kesenjangan antara lulusan pendidikan tinggi
dengan kebutuhan tenaga kerja
2. Permasalahan
Di samping beberapa pontensi tersebut di atas dalam melaksanakan pendidikan
vokasi lima tahun ke depan masih ditemui beberapa permasalahan yang harus bisa
diatasi. Walaupun Kemendikbud telah memprioritaskan revitalisasi pendidikan
vokasi, hasil analisis menunjukkan lulusan vokasi memiliki tingkat pengangguran lebih
tinggi dibanding lulusan umum. Seperti lulusan SMK yang memiliki persentase
pengangguran lebih banyak daripada lulusan SMA, serta lulusan diploma yang
memiliki persentase pengangguran lebih tinggi dari pada Universitas.
Permasalahan tersebut yaitu:
a. Mayoritas tenaga kerja (58,77 persen/72,8 juta) memiliki tingkat pendidikan
rendah (lulusan SMP/sederajat ke bawah) tanpa keterampilan yang dibutuhkan
oleh pasar tenaga kerja (BPS, 2019)
b. Sistem pendidikan dan pelatihan vokasi saat ini belum menghasilkan lulusan yang
memadai dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan dengan keterampilan
tinggi
c. Sistem pendidikan menghasilkan cukup banyak lulusan semi-terampil, sementara
pasar kerja memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyerap lulusan tersebut
d. Pengembangan bidang keahlian di lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi
belum sejalan dengan kebutuhan industri dan belum merespon kebutuhan pasar
[AUTHOR NAME] 22
e. Produktivitas tenaga kerja Indonesia relatif rendah (1,37 persen) jika
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand (5,28%), Vietnam (4,39%),
dan Malaysia (2,16 persen), (Sumber: APO, September 2018)
[AUTHOR NAME] 23
BAB II
VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
1. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan
[AUTHOR NAME] 24
responsif, kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan negara;
2. Memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam
menyelenggarakan kekuasaaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara;
3. Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan,
administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan; dan
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Dalam mewujudkan Visi dan Misi Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, Kemendikbud
bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Sedangkan
fungsi dari Kemendikbud sebagai berikut:
[AUTHOR NAME] 25
h. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;
i. Pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra
indonesia;
j. Pelaksanaan pengelolaan sistem perbukuan;
k. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di
daerah;
l. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan kementerian;
m. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian;
n. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan kementerian; dan
o. Pelaksanaan dukungan substantif untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
strategis kementerian.
[AUTHOR NAME] 26
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, pada Pasal 17 disebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
memiliki mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang vokasi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Direktorat Jenderal
Pendidikan Vokasi menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan standar dan penjaminan mutu peserta
didik, sarana prasarana, dan tata kelola pendidikan vokasi, pendidikan kejuruan, dan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
3. Pelaksanaan kebijakan penetapan standar dan penjaminan mutu dosen dan tenaga
kependidikan pada pendidikan vokasi;
4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik, sarana
prasarana, dan tata kelola pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja;
5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana
prasarana, dan tata kelola pendidikan kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja;
6. Pelaksanaan kemitraan dan penyelarasan pendidikan vokasi dengan dunia usaha
dan dunia industri;
7. Perumusan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi vokasi swasta yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendidikan vokasi, pendidikan
kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
9. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal;
10. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
[AUTHOR NAME] 27
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Direktorat Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Kursus dan
Pelatihan, Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri.
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN VOKASI
[AUTHOR NAME] 28
a. koordinasi penyusunan kebijakan, rencana, program, kegiatan, dan anggaran di
bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah menengah kejuruan, dan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
b. pengelolaan data dan informasi di bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi,
sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
c. koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang pendidikan tinggi vokasi dan
profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
d. koordinasi pengelolaan dan laporan keuangan Direktorat Jenderal;
e. penyusunan bahan peraturan perundang-undangan dan penelaahan dan fasilitasi
advokasi hukum di lingkungan Direktorat Jenderal;
f. pelaksanaan urusan organisasi dan tata laksana di lingkungan Direktorat Jenderal;
g. pengelolaan kepegawaian di lingkungan Direktorat Jenderal;
h. koordinasi dan penyusunan bahan publikasi dan hubungan masyarakat di bidang
pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;
i. pengelolaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal;
j. koordinasi pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, rencana, program,
kegiatan, dan anggaran di bidang pendidikan tinggi vokasi dan profesi, sekolah
menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan
k. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat Jenderal.
Sekretariat Ditjen Pendidikan Vokasi terbagi atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara,
persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat Jenderal.
[AUTHOR NAME] 29
Struktur organisasi pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
[AUTHOR NAME] 30
a. perumusan kebijakan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan
penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada
sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
b. perumusan standar di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola dan
penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada
sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
c. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan,
pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan
khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja;
d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik,
sarana prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan,
pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan
khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja;
e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola
dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan kesetaraan pada
sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada sekolah
menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan,
pendidikan kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan
khusus pada sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja pada sekolah menengah kejuruan;
g. penyiapan pertimbangan pemberian izin penyelenggaraan sekolah menengah
kejuruan yang diselenggarakan perwakilan negara asing dan sekolah menengah
kejuruan kerja sama yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan asing
dengan lembaga pendidikan Indonesia;
[AUTHOR NAME] 31
h. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana,
tata kelola dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan
kesetaraan pada sekolah menengah kejuruan, pendidikan layanan khusus pada
sekolah menengah kejuruan, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
i. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Direktorat Sekolah Menengah terdiri atas Subbagian Tata Usaha dan Kelompok
Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara,
persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.
[AUTHOR NAME] 32
tinggi vokasi dan profesi serta penyiapan pemberian izin penyelenggaraan perguruan
tinggi vokasi dan profesi yang diselenggarakan oleh masyarakat dan perwakilan
negara asing atau lembaga asing serta urusan ketatausahaan Direktorat.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas Direktorat Pendidikan Tinggi
Vokasi dan Profesi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana
prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan
profesi;
b. perumusan standar di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana
prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan
profesi;
c. pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan, sarana
prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan
profesi;
d. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang pembelajaran, peserta didik,
kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan
tinggi vokasi dan profesi;
e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang pembelajaran, peserta didik, kelembagaan,
sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan tinggi vokasi dan
profesi;
f. penyiapan pemberian izin penyelenggaraan perguruan tinggi vokasi dan profesi
yang diselenggarakan oleh masyarakat dan perwakilan negara asing atau lembaga
asing;
g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembelajaran, peserta didik,
kelembagaan, sarana prasarana, dan dosen dan tenaga kependidikan pendidikan
tinggi vokasi dan profesi; dan
h. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi terdiri atas Subbagian Tata Usaha
dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas
[AUTHOR NAME] 33
melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang
milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.
Struktur organisasi pada Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi
[AUTHOR NAME] 34
b. pelaksanaan kebijakan di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan
dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan
profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kemitraan dan
penyelarasan dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan,
pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
d. fasilitasi di bidang kemitraan dan penyelarasan dunia usaha dan industri dengan
sekolah menegah kejuruan, pendidikan tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja;
e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kemitraan dan penyelarasan
dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan
tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
f. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kemitraan dan penyelarasan
dunia usaha dan dunia industri dengan sekolah menengah kejuruan, pendidikan
tinggi vokasi dan profesi, dan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan
g. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri terdiri atas
Subbag Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha
mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian,
ketatalaksanaan, barang milik negara, persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan
Direktorat.
[AUTHOR NAME] 35
Struktur organisasi pada Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan
Dunia Industri dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha
dan Dunia Industri
[AUTHOR NAME] 36
b. perumusan standar di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola, dan
penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
c. pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
e. fasilitasi penyelenggaraan di bidang peserta didik, sarana prasarana, tata kelola,
dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja;
g. penyiapan pemberian izin penyelenggaraan pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja pada kursus dan pelatihan yang diselenggarakan perwakilan
negara asing atau lembaga asing;
h. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana prasarana,
tata kelola, dan penilaian pada pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan
i. pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan terdiri atas Subbagian Tata Usaha dan
Kelompok Jabatan Fungsional. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan
urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, barang milik negara,
persuratan, kearsipan, dan kerumahtanggaan Direktorat.
[AUTHOR NAME] 37
Struktur organisasi pada Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Susunan organisasi Politeknik Negeri dan Akademi Komunitas Negeri terdiri atas:
a. Senat
merupakan organ yang menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan
pelaksanaan kebijakan akademik.
[AUTHOR NAME] 38
b. Direktur
Merupakan organ yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan non-akademik
dan pengelolaan.
c. Satuan Pengawas Internal
merupakan organ yang menjalankan fungsi pengawasan non-akademik untuk dan
atas nama Direktur.
d. Dewan Penyantun
merupakan organ yang menjalankan fungsi pertimbangan non-akademik dan
membantu pengembangan politeknik negeri maupun akademi komunitas negeri.
Struktur organisasi pada Politeknik dan Akademi Komunitas Negeri dapat digambarkan
sebagai berikut:
Politeknik/ AKN
Satuan Dewan
Senat Direktur
Pengawas Penyantun
Internal
Unit
Wakil Bagian Jurusan Pusat Pelaksan
a Teknis
[AUTHOR NAME] 39
BAB III
A. KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS PENDIDIKAN VOKASI
[AUTHOR NAME] 40
Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam pelaksanaan misi
Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut
mencakup:
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia
Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama industri dan talenta global.
Strategi:
a. Layanan dasar dan perlindungan sosial
• Tata Kelola Kependudukan
• Perlindungan Sosial
• Kesehatan
• Pendidikan
• Pengentasan Kemiskinan
• Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda
b. Produktivitas
• Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
• Pendidikan Tinggi
• Iptek dan Inovasi
• Prestasi Olahraga
c. Pembangunan karakter
• Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila
• Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan
• Moderasi Beragama
• Budaya Literasi, Inovasi dan Kreativitas
2. Pembangunan Infrastruktur
Melanjutkan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan kawasan produksi
dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak
lapangan kerja baru, dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian
rakyat.
[AUTHOR NAME] 41
3. Penyederhanaan Regulasi
Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law,
terutama menerbitkan 2 undang-undang. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua,
UU Pemberdayaan UMKM.
4. Penyederhanaan Birokrasi
Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur
dan birokrasi yang panjang, dan menyederhanakan eselonisasi.
5. Transformasi Ekonomi
Melakukan transformasi ekonomi dari ketergantungan SDA menjadi daya saing
manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran
bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
RPJMN 2020-2024 merupakan titik tolak untuk mencapai sasaran Visi Indonesia 2045
yaitu Indonesia Maju. Untuk itu, penguatan proses transformasi ekonomi dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka
pencapaian infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
RPJPN 2005 – 2025, Visi Indonesia 2045, dan Visi Misi Presiden menjadi landasan utama
penyusunan RPJMN 2020–2024, yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam 7 agenda
pembangunan sesuai kerangka pikir sebagai berikut.
[AUTHOR NAME] 42
Ada 7 (tujuh) Agenda Pembangunan RPJMN Tahun 2020 – 2024, yang menjadi Prioritas
Nasional (PN), yaitu:
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas;
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan;
3. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing;
4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan;
5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan
dasar;
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan
iklim; dan
7. Memperkuat stabilitas Polhukhankam dan transformasi publik.
Sesuai dengan RPJMN 2020-2024, kemajuan bangsa dapat dilihat dari kualitas SDM,
tingkat kemakmuran, dan kemantapan sistem dan kelembagaan politik dan hukum.
Terkait dengan bidang SDM yang menjadi fokus Kemendikbud, yaitu meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Manusia merupakan modal
utama pembangunan nasional untuk menuju pembangunan yang inklusif dan merata di
seluruh wilayah. Peningkatan kualitas dan daya saing SDM yaitu manusia yang sehat dan
cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter, melalui (program prioritas):
[AUTHOR NAME] 43
1. Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan;
2. Penguatan pelaksanaan perlindungan sosial;
3. Peningkatan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta;
4. Peningkatan pemerataan layanan Pendidikan berkualitas;
5. Peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda;
6. Pengentasan kemiskinan; dan
7. Peningkatan produktivitas dan daya saing.
[AUTHOR NAME] 44
memadai bagi anak keluarga kurang mampu, dari daerah afirmasi, dan anak
berprestasi, termasuk bantuan bagi lulusan pendidikan menengah yang melanjutkan
ke Pendidikan Tinggi dari keluarga tidak mampu melalui Program KIP Kuliah; b)
pemerataan layanan pendidikan antarwilayah, dengan memberikankeberpihakan
kepada daerah yang kemampuan fiskal dan kinerja pendidikannya rendah, dan
penerapan model layanan yang tepat untuk daerah 3T, seperti Pendidikan terintegrasi
(sekolah satu atap/SATAP), sekolah terbuka, pendidikan jarak jauh, dan pendidikan
berpola asrama; c) pemerataan memperoleh pendidikan tinggi berkualitas melalui
perluasan daya tampung terutama untuk bidang-bidang yang menunjang kemajuan
ekonomi dan penguasaan sains dan teknologi; d) Penanganan ATS untuk kembali
bersekolah, dengan pendataan tepat, penjangkauan dan pendampingan efektif,
revitalisasi gerakan kembali bersekolah, dan model pembelajaran tepat untuk anak
berkebutuhan khusus, anak yang bekerja, berhadapan dengan hukum, terlantar,
jalanan, dan di daerah bencana; e) peningkatan pemahaman dan peran keluarga dan
masyarakat mengenai pentingnya pendidikan; dan f) peningkatan layanan 1 tahun
pra-sekolah.
3) Peningkatan profesionalisme, kualitas, pengelolaan, dan penempatan pendidik dan
tenaga kependidikan yang merata, mencakup: a) peningkatan kualitas pendidikan
calon guru melalui revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan
penguatan Pendidikan Profesi Guru (PPG); b) pemenuhan kualifikasi akademik
minimal untuk guru (S1/DIV) dan dosen/peneliti (S2/S3); c) peningkatan pengelolaan,
pemenuhan, dan pendistribusian pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan
pemetaan komprehensif mengenai kebutuhan dan ketersediaan; d) peningkatan
kualitas sistem penilaian kinerja sebagai acuan untuk pembinaan, pemberian
penghargaan, serta peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; dan
e) peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan berbasis kinerja.
[AUTHOR NAME] 45
industri/swasta dalam pendidikan dan pelatihan vokasi; peningkatan peran daerah
dalam koordinasi intensif dengan industri/swasta untuk pengembangan pendidikan
dan pelatihan vokasi di wilayahnya; dan pemetaan kebutuhan keahlian termasuk
penguatan informasi pasar kerja; b) Reformasi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan vokasi, meliputi penguatan pembelajaran inovatif dengan penyelarasan
program studi/bidang keahlian mendukung pengembangan sektor unggulan dan
kebutuhan industri/swasta; penyelarasan kurikulum dan pola pembelajaran sesuai
kebutuhan industri; penguatan pembelajaran untuk penguasaan karakter kerja,
softskills dan Bahasa asing; penguatan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi
sistem ganda (dual TVET system) yang menekankan pada penguasaan keterampilan
berbasis praktik dan magang di industri; perluasan penerapan teaching
factory/teaching industry berkualitas sebagai salah satu sistem pembelajaran standar
industri; revitalisasi dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran dan
praktek kerja pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai standar; peningkatan kerja sama
pemanfaatan fasilitas praktik kerja di industri, termasuk unit produksi/ teaching
factory/teaching industry; penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan
di sekolah, madrasah, dan pesantren; peningkatan fasilitasi dan kualitas pemagangan;
dan penyusunan strategi penempatan lulusan; c) Peningkatan kualitas dan
kompetensi pendidik/instruktur vokasi, terutama dengan peningkatan pelatihan
pendidik/instruktur vokasi sesuai kompetensi; peningkatan keterlibatan
instruktur/praktisi dari industri untuk mengajar di satuan Pendidikan dan pelatihan
vokasi; dan peningkatan pemagangan guru/instruktur di industri; d) Penguatan sistem
sertifikasi kompetensi vokasi, terutama dengan pengembangan standar kompetensi
sesuai kebutuhan industri; penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas
pelaksanaan sertifikasi profesi; dan sinkronisasi system sertifikasi yang ada di berbagai
sektor; dan e) Peningkatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi, terutama
dengan pengendalian ijin pendirian satuan pendidikan vokasi baru dan program studi
yang tidak sesuai standar dan kebutuhan industri/pasar kerja; peningkatan penilaian
kualitas satuan pendidikan melalui akreditasi program studi dan satuan pendidikan
vokasi; pengaturan untuk fleksibilitas pengelolaan keuangan pada unit
produksi/teaching factory/teaching industry; pengembangan skema pendanaan
[AUTHOR NAME] 46
peningkatan keahlian; pembentukan lembaga single oversight di tingkat nasional yang
mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi;
dan peningkatan akses ke pelatihan vokasi melalui penerapan Kartu PraKerja.
2) Penguatan pendidikan tinggi berkualitas mencakup: (a) Pengembangan perguruan
tinggi sebagai produsen Iptek-inovasi dan pusat keunggulan (center of excellence) yang
mencakup penguatan fokus bidang ilmu sesuai potensi daerah setempat dan
peningkatan kerja sama konsorsium riset antarperguruan tinggi maupun
antarperguruan tinggi dan lembaga penelitian di dalam dan luar negeri; (b)
Pengembangan kerja sama perguruan tinggi dengan industri dan pemerintah dengan
menyediakan insentif bagi perguruan tinggi dan industri yang mengembangkan kerja
sama litbang strategis dan memfasilitasi mobilitas peneliti antarperguruan tinggi
dengan pihak industri; (c) Peningkatan kualitas dan pemanfaatan penelitian dengan
meningkatkan interaksi perguruan tinggi dan industri; (d) Peningkatan kualitas lulusan
perguruan tinggi melalui pengembangan prodi yang adaptif dan desain kurikulum
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan industri dan pembangunan daerah,
perluasan sertifikasi, program untuk percepatan masa tunggu bekerja, dan pelatihan
kewirausahaan untuk mendorong tumbuhnya wirausahawan muda; (e)
Pengembangan dana abadi (endowment fund) di perguruan tinggi yang bersumber
dari dana masyarakat, termasuk sektor swasta dan filantropi untuk pengembangan
pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi; (f) Perwujudan diferensiasi misi
dengan mendorong fokus perguruan tinggi dalam mengemban tridharma perguruan
tinggi, yakni sebagai research university, teaching university, atau vocational
university; g) Penguatan tata kelola PTN-BH yang lebih otonom dan akuntabel; dan (h)
Penguatan pembinaan perguruan tinggi swasta (PTS) dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan tinggi.
3) Peningkatan kapabilitas Iptek dan penciptaan inovasi mencakup: a) Pemanfaatan Iptek
dan inovasi di bidang-bidang fokus Rencana Induk Riset Nasional 2017-2045 untuk
pembangunan yang berkelanjutan yang mencakup integrasi pelaksanaan riset dengan
skema flagship Prioritas Riset Nasional untuk menghasilkan produk riset dan produk
inovasi strategis, diantaranya adalah pembangkit listrik tenaga nuklir skala industri,
bahan bakar alternatif dari kelapa sawit, kendaraan listrik termasuk baterai lithium ion
[AUTHOR NAME] 47
dan sistem fast charging, kereta cepat, pesawat amphibi, pesawat terbang tanpa
awak, bahan baku obat, dan pabrik garam industri, pemetaan potensi sumber daya
alam dan sumber daya budaya wilayah.
Strategi untuk mencapai program prioritas peningkatan produktivitas dan daya saing,
melalui kegiatan prioritas yaitu Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Berbasis Kerjasama
Industri. Dari kegiatan prioritas tersebut dijabarkan dalam proyek prioritas yaitu:
1. Peningkatan Peran dan Kerjasama Industri dalam Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
a. Penerapan regulasi/insentif untuk mendorong peran industri/swasta dalam
pendidikan dan pelatihan vokasi
b. Peningkatan peran daerah dalam koordinasi kerjasama industri/swasta dalam
pendidikan dan pelatihan vokasi
c. Penguatan pemetaan kebutuhan keahlian termasuk informasi pasar kerja
2. Reformasi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
a. Penyelarasan kurikulum dan pola pembelajaran sesuai kebutuhan industri
b. Penguatan vokasi sistem ganda (dual TVET system), pembelajaran bahasa asing,
dan karakter kerja
c. Penerapan sistem pembelajaran standar industri;
d. Penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan di sekolah, madrasah,
dan pesantren
e. Perluasan kesempatan pemagangan dan strategi penempatan lulusan
3. Peningkatan Kualitas Pendidik Vokasi
a. Peningkatan pelatihan pendidik/instruktur sesuai kompetensi
b. Peningkatan keterlibatan instruktur/praktisi berpengalaman dari industri
c. Peningkatan pemagangan guru/instruktur di industri
4. Penguatan Sistem Sertifikasi Kompetensi
a. Penguatan standar kompetensi sesuai kebutuhan industri
b. Penguatan kelembagaan dan kapasitas pelaksanaan sertifikasi profesi
c. Peningkatan sinkronisasi sistem sertifikasi yang ada di berbagai sektor
5. Penguatan Tata Kelola Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
[AUTHOR NAME] 48
a. Pengendalian ijin pendirian satuan pendidikan/program studi yang tidak sesuai
standar dan kebutuhan
b. Peningkatan akreditasi program studi dan satuan pendidikan vokasi
c. Peningkatan fleksibilitas pengelolaan keuangan pada unit produksi/teaching
factory/teaching industry
d. Pengembangan skema pendanaan peningkatan keahlian
e. Pembentukan Komite Vokasi
f. Peningkatan akses ke pelatihan vokasi melalui Kartu Pra-Kerja
[AUTHOR NAME] 49
a. Sistem insentif/regulasi terutama pada bidang keahlian prioritas antara lain melalui
tax deduction
b. Peningkatan peran pemerintah daerah untuk pengembangan pendidikan dan
pelatihan vokasi berbasis wilayah
c. Pemetaan kebutuhan keahlian termasuk penguatan informasi pasar kerja
2. Reformasi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
a. Penguatan pembelajaran inovatif dengan penyelarasan prodi/bidang keahlian
mendukung sektor unggulan dan kebutuhan industri
b. Penyelarasan kurikulum dan pola pembelajaran sesuai kebutuhan industri
c. Penguatan pembelajaran untuk penguasaan karakter kerja, softskills dan bahasa
asing
d. Penguatan dual TVET
e. Perluasan penerapan teaching factory/teaching industry berkualitas
f. Revitalisasi dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran dan
praktik kerja sesuai standar
g. Peningkatan kerja sama pemanfaatan fasilitas praktik kerja di industri
h. Penguatan pelatihan kecakapan kerja dan kewirausahaan
i. Peningkatan fasilitasi dan kualitas pemagangan
j. Penyusunan strategi penempatan lulusan
3. Peningkatan Kualitas dan Kompetensi Pendidik/Instruktur Vokasi
a. Peningkatan pelatihan pendidik/instruktur vokasi sesuai kompetensi
b. Peningkatan keterlibatan instruktur/praktisi dari industri untuk mengajar di satuan
pendidikan dan pelatihan vokasi
c. Peningkatan pemagangan guru/instruktur di industri
4. Penguatan Sistem Sertifikasi Kompetensi
a. Pengembangan standar kompetensi sesuai kebutuhan industri
b. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas pelaksanaan sertifikasi
profesi
c. Sinkronisasi sistem sertifikasi yang ada di berbagai sector
5. Penguatan Tata Kelola Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
[AUTHOR NAME] 50
a. Pengendalian satuan pendidikan vokasi baru dan prodi yang tidak sesuai standar
dan kebutuhan industri
b. Peningkatan penilaian kualitas satuan pendidikan
c. Pengaturan untuk fleksibilitas pengelolaan keuangan pada unit produksi/teaching
factory/teaching industry
d. Pengembangan skema pendanaan peningkatan keahlian
e. Pembentukan lembaga single oversight tingkat nasional untuk vokasi
f. Peningkatan akses pelatihan vokasi melalui Kartu Pra-Kerja
[AUTHOR NAME] 51
c. Pemetaan dan penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan DU/DI
d. Penyesuaian kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri dan pengembangan
kurikulum soft skill /karakter kerja
e. Akselerasi pelatihan guru/dosen vokasi berstandar Industri (Upskilling dan
Reskilling) dan dosen dan pelatihan manajemen usaha bagi kepala SMK
f. Pengembangan akreditasi kelembagaan berstandar kebutuhan industri
g. Pembentukan dan Penguatan Bursa Kerja Khusus (BKK)
h. Pengukuran tingkat penyelarasan pendidikan di setiap satuan pendidikan dan
daerah (alighment index)
[AUTHOR NAME] 52
e. Mengembangkan Pembinaan PT Vokasi sebagai TUK, dan Tempat Diklat
Bersertifikasi bagi Dosen dan Guru
f. Peningkatan Mutu Karakter Peserta Didik di PT Vokasi (Bakat, Minat,
Pengembangan Karir, Membangun Kepribadian Sesuai Kebutuhan Industri)
g. Terwujudnya Penjaminan Mutu (Akreditasi) Berstandar Industri
h. Program Pembinaan PTS (PP-PTS) Vokasi
i. Peningkatan Kompetensi (Uji Kompetensi, Sertifikasi) Bagi Dosen Vokasi/Profesi
dan Karir Dosen PT Vokasi
[AUTHOR NAME] 53
Sasaran strategis tersebut didukung oleh sasaran program (SP) dan indikator kinerja
program (IKP). Berikut uraian masing-masing indikator sasaran program dan indikator
kinerja program :
Sasaran Target
Program Program dan
Satuan Baseline
Kegiatan Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Program
Meningkatnya jumlah lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi yang memperoleh pekerjaan dan
SP 4.1
berwirausaha dalam satu tahun setelah kelulusan
Persentase lulusan
SMK dalam satu
tahun yang
IKP 4.1.1 % 42,00 45,00 48,00 52,00 56,00 60,00
memperoleh
pekerjaan atau
berwirausaha
Persentase
pekerja lulusan
IKP 4.1.2 SMK dengan gaji % 64,28 65,42 66,57 67,71 68,86 70,00
minimum sebesar
1x UMR
Persentase
Lulusan
Pendidikan Tinggi
Vokasi yang dalam
IKP 4.1.3 satu tahun % 46,60 47,80 49,00 50,20 51,40 52,60
memperoleh
pekerjaan di
industri atau
berwirausaha
Persentase
pekerja lulusan
Politeknik D1, D2,
IKP 4.1.4 % 53,98 53,98 55,49 56,99 58,50 60,00
dan D3 dengan
gaji minimum
sebesar 1.2x UMR
Persentase
pekerja lulusan
Politeknik
IKP 4.1.5 D4/Sarjana % 52,20 52,20 54,15 56,10 58,05 60,00
Terapan dengan
Gaji minimum
sebesar 1.5x UMR
Persentase lulusan
kursus dan
pelatihan dalam
IKP 4.1.6 satu tahun yang % 53,90 55,10 56,30 57,50 58,70 59,90
memperoleh
pekerjaan atau
berwirausaha
SP 4.2 Meningkatnya pendidikan SMK yang berstandar industri
Jumlah Guru dan
Kepala SMK yang
memperoleh
IKP 4.2.1 orang - 2.600 5.200 7.800 10.400 13.000
program sertifikasi
kompetensi dari
industri
[AUTHOR NAME] 54
Sasaran Target
Program Program dan
Satuan Baseline
Kegiatan Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Program
Persentase SMK
yang
dikembangkan
IKP 4.2.2 menjadi Center of % 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00
Excellence (COE)
per bidang
keahlian
Persentase SMK
yang sumber daya
(resources)nya
dimanfaatkan oleh
IKP 4.2.3 % 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
stakeholders
dalam konteks
kerjasama
profesional
Persentase SMK
IKP 4.2.4 yang memperoleh % 0,20 1,00 1,30 1,70 2,10 2,50
status BLUD
Persentase SMK
yang
IKP 4.2.5 % 5,00 5,00 8,00 11,00 15,00 20,00
menyelenggarakan
Teaching Factory
SP 4.3 Terwujudnya Pendidikan Tinggi Vokasi yang berkualitas dan berstandar industri
Jumlah SDM
Pendidikan Tinggi
Vokasi yang
IKP 4.3.1 orang 300 600 900 1200 1500
mengikuti
Peningkatan
Kompetensi
Persentase
Pendidikan Tinggi
Vokasi yang
sumber daya
(resources) nya
IKP 4.3.2 % 20 30 50 75 90
dimanfaatkan oleh
stakeholders
dalam konteks
kerjasama
profesional
Jumlah
Pendidikan Tinggi
IKP 4.3.3 lembaga 0 1 2 3 4 5
Vokasi yang
berstatus PTNBH
Jumlah
Pendidikan Tinggi
Vokasi yang sudah
IKP 4.3.4 lembaga 2 3 4 5 6 7
menjadi Badan
Layanan Umum
(BLU)
SP 4.4 Terwujudnya Pelatihan Vokasi yang sesuai dengan kebutuhan dan standar industri
Jumlah SDM
Lembaga kursus
IKP 4.4.1 dan pelatihan orang 300 400 500 600 700
yang sudah dilatih
oleh industri
[AUTHOR NAME] 55
Sasaran Target
Program Program dan
Satuan Baseline
Kegiatan Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Kinerja Program
SP 4.5 Terwujudnya tata kelola Ditjen Vokasi yang berkualitas
Predikat SAKIP
IKP 4.5.1 Ditjen Vokasi predikat BB BB BB A A A
minimal BB
Jumlah Satker di
Ditjen Pendidikan
Vokasi
IKP 4.5.2 satker 1 5 10 20 30
mendapatkan
predikat ZI-
WBK/WBBM
Sasaran program tersebut didukung oleh sasaran kegiatan (SK) dan indikator kinerja
kegiatan (IKK). Berikut uraian masing-masing indikator sasaran kegiatan dan indikator
kinerja kegiatan :
Program Target
Sasaran Kegiatan dan
Kegiata Satuan Baseline
Indikator Kinerja Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
n
4262, Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan dan Pembinaan Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia
4264 Industri
SK 1 Meningkatnya jumlah SMK yang berkualitas dan berstandar industri
Jumlah Guru Kejuruan yang orang
Mengikuti Pelatihan Upskilling 2.160 2.160 2.160 2.160 2.160
IKK 1.1
dan Reskilling Berstandar
Industri
Jumlah Kepala Sekolah Yang orang
Mengikuti Pelatihan 440 440 440 440 440
IKK 1.2
Peningkatan Kapasitas
Manajerial berbasis industri
Jumlah SMK yang melibatkan sekolah
IKK 1.3 praktisi profesional industri 268 560 840 1.120 1.400
dalam proses pembelajaran
Jumlah SMK yang sekolah
Mendapatkan Fasilitasi 268 292 280 280 280
IKK 1.4
Pengembangan Sarana
Prasarana
Jumlah SMK yang memperoleh sekolah 25
IKK 1.5 pembinaan untuk 65 65 65 65 65
memperoleh status BLUD
Jumlah SMK yang memperoleh sekolah 700
pembinaan untuk - 420 420 560 700
IKK 1.6
menyelenggarakan Teaching
Factory
Jumlah SMK yang sekolah
IKK 1.7 menawarkan program 4 tahun 0 101 152 202 253
303
(lulus dengan gelar D2)
4263, Pembinaan Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi dan Pembinaan Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan
4264 Dunia Industri
[AUTHOR NAME] 56
Program Target
Sasaran Kegiatan dan
Kegiata Satuan Baseline
Indikator Kinerja Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
n
Jumlah dosen Pendidikan orang
IKK 2.1 Tinggi Vokasi yang mengikuti 3.118 3.318 3.818 4.618 5.718 7.118
sertifikasi kompetensi
Jumlah instruktur Pendidikan orang
IKK 2.2 Tinggi Vokasi yang mengikuti 50 100 150 250 350
pelatihan kompetensi
Jumlah pimpinan Pendidikan orang
Tinggi Vokasi yang mengikuti 50 50 50 50 50
IKK 2.3
pelatihan manajemen bisnis
berbasis industri
Jumlah Insitusi Pendidikan lembaga 12
Tinggi Vokasi yang melibatkan 15 30 45 60 75
IKK 2.4 praktisi profesional industri
dalam proses pembelajaran
dan perkuliahan
Jumlah Institusi Pendidikan lembaga 29
Tinggi Vokasi yang memiliki 20 40 60 80 100
IKK 2.5
dosen berNIDK dari praktisi
profesional
Jumlah pendidikan tinggi prodi 30
vokasi yang menerapkan 46 95 150 225 300
IKK 2.6
program studi Link and Match
dengan industri
Jumlah diploma yang sertifikat
IKK 2.7
diberikan dengan kredit RPL 100 600 1.100 1.600 2.100
Jumlah Institusi Pendidikan lembaga
IKK 2.8 Tinggi Vokasi mendapatkan 1 2 3 4 5
pembinaan menuju PTNBH
Jumlah Institusi Pendidikan lembaga 2
IKK 2.9 Tinggi Vokasi mendapatkan 3 4 5 6 7
pembinaan menuju BLU
4278, Pembinaan Kursus dan Pelatihan dan Profesi dan Pembinaan Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia
4264 Industri
SK 3 Meningkatnya jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang berstandar industri
Jumlah instruktur lembaga orang
IKK 3.1 kursus dan pelatihan yang 100 200 300 400 500
dilatih industri
Jumlah pengelola lembaga orang
IKK 3.2 kursus dan pelatihan yang 200 200 200 200 200
dilatih industri
Jumlah lembaga kursus dan lembaga
IKK 3.3 pelatihan yang memperoleh 100 100 100 100 100
fasilitas berstandar industri
4261 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Pendidikan Vokasi
SK 4 Meningkatnya tata kelola Satuan Kerja di lingkungan ditjen Vokasi
Rata-rata Predikat Sakip Satker
IKK 4.1 predikat BB
minimal BB BB BB A A A
Jumlah Satker yang dibina
IKK 4.2 satker 9 9 9 10 10
menuju WBK
Rata-rata nilai Kinerja
IKK 4.3 Anggaran atas Pelaksanaan nilai 93,00 93,50 94,50 95,00 95,50
RKA-K/L Satker minimal 93
[AUTHOR NAME] 57
C. ANGKA DASAR PENDIDIKAN VOKASI (BASELINE)
1) Data Sekolah Menengah Kejuruan
Berdasarkan Ihtisar Data Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2018/2019 Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2018, Jumlah SMK sebanyak 14.234 sekolah yang terdiri dari
3.610 SMK Negeri dan 10.624 SMK swasta, 25 SMK BLUD dengan 165.007 ruang kelas.
Status Sekolah
No Variabel
Negeri Swasta Jumlah
[AUTHOR NAME] 58
BAB IV
PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN PENDIDIKAN VOKASI TAHUN 2021
RM Operasional Rp.1.979.069.238.000
PNBP Rp.623.343.862.000
BLU Rp.107.842.912.000
Rp 6,617T
SBSN Rp.631.995.681.000
Rp. 7,790
triliun
Rp. 6,617
triliun
Politeknik & AKN Dit. PT Vokasi & Profesi
Rp. 3.514.369.952.000 Rp. 376.046.782.000
(53,1%) (5,7%)
[AUTHOR NAME] 60
Adapun proporsi anggaran Satker Daerah di Lingkungan Ditjen Pendidiakn Vokasi
(Politeknik dan AKN) adalah seperti tergambar pada Tabel 4.3
Total Anggaran
Politeknik & AKN
Rp. 3.514.369.952
[AUTHOR NAME] 61
Pada tabel 4.2 ditunjukkan bahwa Satker Daerah Ditjen Pendidikan Vokasi (Politeknik dan
AKN) mengelola anggaran terbesar yaitu 53,1%. Urutan kedua adalah Direktorat Sekolah
Menengah Kejuruan 25,6%. Urutan Ketiga adalah Direktorat Kemitraan dan Penyelerasan
Dunia Usaha dan Dunia Industri yaitu sebesar 6,5%. Kemudian urutan keempat adalah
Direktorat Kursus dan Pelatihan mengelola 5,9%. Sedangkan urutan selanjutnya adalah
Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi dengan persentase sebesar 5,7%.
Setditjen Pendidikan Vokasi menempati persentase alokasi anggaran terkecil sebesar
3,2%.
Tabel 4.1 Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah
ANGGARAN SATKER PUSAT DAN DAERAH
[AUTHOR NAME] 62
KODE URAIAN TOTAL
677611 POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 44.908.220
677612 POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 98.552.579
677613 POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 95.845.702
677614 POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN 62.041.849
677615 POLITEKNIK NEGERI KUPANG 72.249.958
677616 POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG 63.578.828
677617 POLITEKNIK NEGERI AMBON 66.122.270
677618 POLITEKNIK NEGERI MANADO 93.388.090
677619 POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG 26.607.900
677620 POLITEKNIK NEGERI BATAM 55.867.922
677621 POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL 31.918.206
677622 POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF 63.435.918
677623 POLITEKNIK MARITIM NEGERI INDONESIA 20.908.436
677624 POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN 26.809.378
677625 AKADEMI KOMUNITAS NEGERI PACITAN 7.281.870
677626 AKADEMI KOMUNITAS NEGERI ACEH BARAT 6.488.154
677627 AKADEMI KOMUNITAS NEGERI REJANG LEBONG 6.107.133
677628 POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU 88.768.716
677629 POLITEKNIK NEGERI CILACAP 76.244.362
677630 POLITEKNIK NEGERI SUBANG 50.666.570
677631 POLITEKNIK NEGERI MADURA 75.928.352
677632 POLITEKNIK NEGERI MADIUN 92.175.066
677633 POLITEKNIK NEGERI SAMBAS 59.756.961
677634 POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT 72.753.836
677635 POLITEKNIK NEGERI FAKFAK 85.340.057
677636 POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA 78.624.735
677637 POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS 103.594.450
677638 AKADEMI KOMUNITAS NEGERI PUTRA SANG FAJAR BLITAR 35.494.747
Tabel 4.2 Program, Kegiatan dan Anggaran Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan
Kode Program/Satker/Kegiatan/ (Pagu SOTK 2020) (APBN-P 2020)
Output Sasaran Satuan Anggaran Sasaran Satuan Anggaran
4262.001 Siswa yang Mendapatkan 257.692 Siswa 129.455.310.000
Program Indonesia Pintar
[AUTHOR NAME] 63
Kode Program/Satker/Kegiatan/ (Pagu SOTK 2020) (APBN-P 2020)
Output Sasaran Satuan Anggaran Sasaran Satuan Anggaran
4262.002 Unit Sekolah Baru yang 6 Unit 54.216.800.000 8 Unit 54.216.800.000
dibangun
4262.007 Sekolah yang Direvitalisasi 407 Sekolah 1.981.269.900.000 407 Sekolah 1.262.215.944.000
4262.013 Sekolah yang 407 Sekolah 100.368.525.000 1.159 Sekolah 98.777.463.000
Mendapatkan Pembinaan
4262.015 Siswa yang mendapatkan 3377 Siswa 17175458000 3.377 Siswa 17.213.778.000
Beasiswa Bakat dan
Berprestasi
4262.020 Sekolah yang 200 Paket 32.961.840.000 200 Paket 32.961.840.000
Mendapatkan Peralatan
Pendidikan
4262.022 Sekolah yang 250 Sekolah 3.406.680.000 250 Sekolah 3.406.680.000
Melaksanakan Program
UKS
4262.040 Siswa SMK yang 138.200 Siswa 90.819.342.000 138200 Siswa 90.819.342.000
Tersertifikasi
4262.042 SMK yang 240 Sekolah 25.176.100.000 240 Sekolah 25.176.100.000
Mengembangkan
Pendidikan Produk Kreatif
dan Kewirausahaan
4262.045 Sekolah yang 40 Paket 10.060.423.000 35 Sekolah 10.060.422.000
Mendapatkan Layanan
Khusus
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya kegiatan Program Indonesia Pintar adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai dengan 21 tahun untuk mendapatkan
layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung
pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun;
2) Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak
melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi;
[AUTHOR NAME] 64
3) Menarik anak usia sekolah yang tidak bersekolah dan/atau peserta didik putus sekolah
(drop out) atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di
sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM)/Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) atau satuan pendidikan nonformal
lainnya;
4) Meringankan biaya personal pendidikan.
Penyaluran Program Indonesia Pintar pada jenjang SMK untuk tahun 2020 disalurkan
oleh Direktorat SMK hanya pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 untuk sejumlah
257.692 Siswa dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 129.455.310.000, untuk penyaluran
pada tahap selanjutnya akan disalurkan oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan.
[AUTHOR NAME] 65
Pembangunan Unit Sekolah Baru SMK dimaksudkan untuk membangun SMK yang secara
bertahap memiliki prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan untuk
menyediakan kepada masyarakat akses terhadap kebutuhan SMK. Pembangunan Unit
Sekolah Baru SMK juga diharapkan mengurangi terjadinya risiko sosial negatif yang
disebabkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap pendidikan. Fasilitasi
pembangunan Unit Sekolah Baru SMK ini diberikan dengan mengakomodir indeks
kemahalan harga barang dan jasa untuk masing-masing wilayah.
Secara umum keluaran (Output) Unit Sekolah Baru yang Dibangun dapat dilihat dari
kegiatan sebagai berikut:
1) Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK)
Pendirian Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) didirikan untuk memberikan akses
pendidikan kepada anak-anak WNI yang berdomisili di Kota Kinabalu, Sabah, dan
Sarawak, Malaysia sehingga mendapatkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan
industri, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.
[AUTHOR NAME] 66
(1) Persiapan Detail Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Pengadaan Konsultan
Perorangan (RDK)
(2) Penyusunan Dokumen Pengadaan Konsultan Perorangan
(3) Pengadaan konsultan perorangan kegiatan SIKK
(4) Koordinasi Terkait Regulasi di Kinabalu dsb sebagai persiapan Rapat
(5) Penyusunan Dokumen Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan
(6) Pengadaan Penyedia Jasa Konstruksi (Kontraktor)
b) Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Khusus
Dalam rangka memfasilitasi tercapainya pembangunan Unit Sekolah Baru (USB)
Khusus secara tepat sasaran, tepat guna, dan bermanfaat, maka perlu adanya
persiapan pelaksanaan kegiatan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Khusus.
Persiapan kegiatan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Khusus salah satunya
adalah bertujuan untuk menghasilkan dokumen Petunjuk Teknis sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Khusus
dan sebagai acuan dalam melaksanakan program penyelenggaraan
pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Khusus.
Penyusunan Pedoman, Instrumen Verifikasi, RAB, RPD serta Draft MoU USB
Khusus (Fullboard).
Kegiatan penyusunan petunjuk pelaksanaan fisik dan alat USB Khusus dilakukan
dengan metode fullboard dalam 2 group yang dilakukan secara parallel yaitu:
[AUTHOR NAME] 67
Pelaksanaan Fullboard Penyusunan Pedoman Pembanguan USB Khusus ini
dilakukan selama 4 hari, berlokasi di Jakarta. Masing-masing group berjumlah 4
orang yang terdiri dari unsur Direktorat SMK, Konsultan alat/bangunan. Keluaran
dari kegiatan full board ini adalah berupa dokumen Form RAB, Form RPD, Form
MoU, Petunjuk Pelaksanaan serta beberapa dokumen yang diperlukan lainnya.
[AUTHOR NAME] 68
teknis dapat dilakukan. Pra Bimtek ini dilakukan selama 5 hari kerja sebelum
pelaksanaan bimbingan teknis.
(4) Pelaksanaan Bimbingan Teknis USB Khusus
Bimbingan teknis (Bimtek) dilakukan untuk menjelaskan dan mediskusikan
aspek teknis termasuk strategi pelaksanaan kegiatan program pembangunan
USB Khusus berikut penandatangan surat perjanjian pemberian bantuan
atau MOU. Bimtek diselenggarakan selama 4 hari dengan mengundang SMK
yang telah ditetapkan sebagai calon penerima bantuan. Unsur yang terlibat
dalam kegiatan bimbingan teknis ini adalah Panitia Dit. PSMK, Nara Sumber,
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan SMK Penerima Bantuan.
(5) Fasilitasi USB Khusus (Pencairan Bantuan)
Fasilitasi dilakukan dengan menyalurkan dana bantuan dengan mengikuti
peraturan – peraturan yang berlaku secara umum yang telah dituangkan
dalam surat perjanjian pemberian bantuan atau MOU. Sekolah harus
melengkapi semua dokumen pendukung terkait dengan persyaratan
pencairan bantuan sesesui ketentuan dalam MOU. Pencairan dana bantuan
dilakukan dalam 2 tahap, tahap 1 dibayarkan 70 % dari total nilai bantuan
saat surat perjanjian sudah ditandatangani, dan tahap 2 dibayarkan 30 % dari
total bantuan setelah progress 50 % tercapai.
(6) Penyusunan Instrumen Supervisi USB Khusus
Pelaksanaan penyusunan instrument supervisi SMK CoE dilakukan dengan
metode fullboard di luar Jakarta.
(7) Supervisi USB Khusus
Direktorat SMK melakukan supervisi atas implementasi kegiatan fasilitasi.
Supervisi bantuan dilaksanakan dengan mengirimkan petugas supervisi ke
lokasi untuk memastikan progress kemajuan pelaksanaan program di
lapangan sesuai dengan rencana/laporan yang disampaikan oleh
sekolah/pihak dinas pendidikan. Sebelum melakukan supervisi dilakukan
persiapan coaching/briefing terhadap petugas supervisi yang dilakukan di
kantor Dit. SMK.
(8) Pelaporan Kegiatan USB Khusus
[AUTHOR NAME] 69
Untuk menjamin akuntabilitas kegiatan pembangunan USB Khusus,
pelaporan harus didokumentasikan secara tertib. Kegiatan ini bertujuan
untuk memastikan bahwa pelaporan dilaksanakan dengan baik. Penyusunan
pelaporan dilakukan dengan metode fullboard yang diikuti oleh staf
penanggungjawab program.
Biaya yang diperlukan dalam mencapai output Unit Sekolah Baru yang Dibangun
adalah Rp. 54.216.800.000 dengan rincian sebagai berikut :
• Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Sekolah Indonesia Kota Kinabalu
(SIKK) : Rp. 10.422.790.000
• Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) Khusus : Rp. 31.023.590.000
• Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) di Daerah Papua/Papua Barat : Rp.
12.770.420.000
[AUTHOR NAME] 70
4. SMK yang Dikembangkan Menjadi Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Prioritas
Sektor Care Service / Care Giver
5. SMK yang Dikembangkan Menjadi Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Sektor
Lainnya
6. SMK yang Dikembangkan Menjadi Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) di
Papua/Papua Barat
7. SMK yang Dikembangkan Menjadi Pusat Keunggulan (Center of Excellence)
Kerjasama Luar Negeri
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Maret s.d. November 2020. Biaya yang diperlukan dalam mencapai output Sekolah yang
Direvitalisasi adalah Rp. 1.262.215.944.000 dengan rincian sebagai berikut:
a. Fasilitasi Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Prioritas Sektor
Pemesinan dan Konstruksi Rp 389.616.800.000
b. Fasilitasi Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Prioritas Sektor
Hospitality Rp 299.335.767.000
c. Fasilitasi Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Prioritas Sektor
Ekonomi Kreatif Rp 275.057.200.000
d. Fasilitasi Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Prioritas Sektor
Care Service/Care Giver Rp 32.635.000.000
e. Fasilitasi Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Sektor Lainnya
Rp177.928.087.000
f. Fasilitasi Pengembangan Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) di Papua/Papua
Barat Rp 8.533.550.000
g. Pusat Keunggulan (Center Of Excellence) Kerja Sama Luar Negeri
Rp79.109.540.000.
[AUTHOR NAME] 71
kejuruan merupakan tenaga kerja tingkat menengah yang baru saja memasuki usia
kerja dan dihadapkan secara langsung dengan persaingan pasar kerja. Sehingga
diperlukan tindakan-tindakan secara khusus dan tepat untuk dapat menyiapkan tenaga
kerja tingkat menengah yang siap bekerja.
Upaya untuk menghasilkan lulusan yang kompeten harus didahului dengan adanya SMK
yang baik. Pengertian baik disini adalah SMK harus dapat menunjukkan kinerjanya
dalam berbagai standar yang telah ditetapkan oleh perundangan. Direktorat Sekolah
Menengah Kejuruan sebagai satuan kerja dalam lingkup Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan memiliki kewajiban dalam melakukan pembinaan terhadap SMK yang ada
di Indonesia. Tentu saja tugas dalam membina ini harus diselaraskan dengan peran dari
Pemerintah Daerah Provinsi.
Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai tugas melaksanakan perumusan
kebijakan dan standar, pelaksanaan kebijakan penjaminan mutu, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, fasilitasi penyelenggaraan, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peserta didik, sarana
prasarana, tata kelola, dan penilaian pada sekolah menengah kejuruan dan pendidikan
layanan khusus pada sekolah menengah kejuruan serta penyiapan pemberian izin
penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan yang diselenggarakan perwakilan negara
asing atau lembaga asing dan urusan ketatausahaan Direktorat.
Pada Output SMK yang Mendapatkan Pembinaan, lingkup kegiatan
yang dilakukan diantaranya:
1. Pembinaan sistem penilaian
2. Penguatan budaya kerja
3. Pengembangan minat dan bakat
4. Peningkatan mutu tata kelola
Upaya penjaminan mutu SMK bertujuan menjamin pemenuhan SNP pada satuan
pendidikan SMK secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sampai berkembangnya
budaya mutu di SMK secara mandiri. Pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat
langsung dan tidak langsung dari program ini antara lain:
1. Direktorat SMK;
[AUTHOR NAME] 72
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Satuan Pendidikan SMK.
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Maret s.d. November 2020. Biaya yang diperlukan dalam mencapai output Sekolah yang
Mendapatkan Pembinaan adalah Rp. 98.777.463.000.
[AUTHOR NAME] 73
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Februari s.d. Oktober 2020. Biaya yang diperlukan dalam mencapai output Siswa yang
Mendapatkan Beasiswa Bakat, Berprestasi, dan Keahlian Khusus adalah Rp.
17.213.778.000.
Penerima Manfaat:
Pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat langsung dan tidak langsung dari program
ini antara lain:
1. Direktorat SMK;
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Siswa/Siswi SMK;
4. Sekolah Menengah Kejuruan;
5. Masyarakat Indonesia secara umum
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Maret s.d. November 2020. Sedangkan Biaya yang diperlukan dalam mencapai output
Sekolah yang Mendapatkan Peralatan Pendidikan adalah Rp. 32.961.840.000.
[AUTHOR NAME] 74
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta
menciptakan lingkungan sehat, indah, dan hijau sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya. UKS di SMK menekankan kepada peningkatan potensi
dan sumber daya manusia secara fisik dan psikologis yang berstandar internasional dan
layanan berbasis keunggulan lokal (standar nasional). Hal ini berkaitan dengan lulusan
SMK yang siap masuk ke dunia kerja.
Pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat langsung dan tidak langsung dari program
ini antara lain:
1. Peserta Didik SMK;
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Sekolah Menengah Kejuruan;
4. Direktorat SMK
Strategi Pencapaian Keluaran adalah melalui SMK yang Melaksanakan Program UKS
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Februari s.d. Oktober 2020. Biaya yang diperlukan dalam mencapai output Sekolah yang
Melaksanakan Program UKS adalah Rp. 3.406.680.000.
[AUTHOR NAME] 75
Penerima Manfaat:
Pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat langsung dan tidak langsung dari program
ini antara lain:
1. Direktorat SMK;
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Siswa/Siswi SMK;
4. Sekolah Menengah Kejuruan.
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Maret s.d. November 2020. Sedangkan biaya yang diperlukan dalam mencapai output
Siswa SMK yang Tersertifikasi adalah Rp. 90.819.342.000 dengan rincian sebagai
berikut:
1. Siswa SMK yang Mendapatkan Sertifikasi Kompetensi: Rp. 36.489.715.000
2. Siswa SMK yang Mendapatkan Peningkatan Kompetensi Bahasa Asing: Rp.
40.992.530.000
3. Siswa SMK yang Mengikuti Pertukaran/Praktek Kerja Lapangan Siswa SMK Dalam
Negeri / Luar Negeri: Rp. 4.506.850.000
4. Siswa SMK yang Mendapatkan Re-tooling Pelatihan Kerja: Rp. 8.830.247.000
[AUTHOR NAME] 76
menghadapi kondisi dan tantangan real-job yang ada di dunia usaha dan industri.
Bekerja di dunia usaha dan dunia industri berada dalam lingkungan yang berbeda
dengan lingkungan sekolah sehingga diperlukan adanya pengembangan mutu peserta
didik dengan pendekatan kultur industri dan proses bisnis.
Berdasar pada hal tersebut, Direktorat SMK memandang perlu melakukan beberapa
aspek pembinaan dan pembekalan, antara lain:
1. Pengembangan Produk Kreatif dan Kewirausahaan; dan
2. Pameran Hasil Karya Peserta Didik dan StartUp Bisnis.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, Direktorat Pembinaan SMK memberi perhatian
khusus terhadap penguatan pembelajaran mata pelajaran simulasi dan komunikasi
digital (Simdig) dan produk kreatif dan kewirausahaan (PPK) di SMK
Pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat langsung dan tidak langsung dari program
ini antara lain:
1. Peserta Didik SMK;
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Sekolah Menengah Kejuruan;
4. Direktorat SMK.
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Maret s.d. November 2020. Biaya yang diperlukan dalam mencapai output SMK yang
Mengembangkan Pendidikan Produk Kreatif dan Kewirausahaan adalah Rp.
25.176.100.000 dengan rincian sebagai berikut:
1. SMK yang Mengembangkan Produk Kreatif dan Kewirausahaan:
Rp. 16.684.440.000
2. SMK yang Melakukan Pameran Hasil Karya Peserta Didik dan StartUp Bisnis:
Rp. 8.491.660.000
[AUTHOR NAME] 77
j. 4262.045 - Sekolah yang Mendapatkan Layanan Khusus
Dalam rangka membangun bangsa yang tangguh terhadap bencana dan mengambil
pelajaran dalam menanggulangi bencana, Pemerintah dengan persetujuan DPR telah
menerbitkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Undang-undang ini disusun dengan menggunakan paradigma bahwa
penanggulangan bencana harus dilakukan secara terencana, terpadu dan terkordinasi
dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Undang-undang ini telah memberi
mandat pada pemerintah untuk memberikan perlindungan pada masyarakat dari
ancaman bencana, sebagai wujud dari pengejawantahan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 32 ayat 2, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam
terminologi pendidikan layanan khusus, yakni pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
Indonesia yang terbentuk dari pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia merupakan
wilayah yang rawan terhadap gempabumi. Sejarah bencana gempabumi di Indonesia
mengindikasikan terdapat banyaknya sekolah yang rusak maupun hancur. Gempa bumi
yang terjadi di bawah air dengan kekuatan yang besar juga dapat berpotensi terjadinya
tsunami di daerah pesisir pantai yang dapat menimbulkan kerusakan besar atau bahkan
jatuhnya korban jiwa.
Satuan Pedidikan Aman Bencana adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan
prasarana serta budaya yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan di
sekitarnya dari bahaya bencana. Penerapan Satuan Pedidikan Aman Bencana terutama
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
1. Mengurangi gangguan terhadap kegiatan pendidikan, sehingga memberikan jaminan
kesehatan, keselamatan, kelayakan termasuk bagi anak berkebutuhan khusus,
kenyamanan dan keamanan di sekolah dan madrasah setiap saat;
[AUTHOR NAME] 78
2. Tempat belajar yang lebih aman memungkinkan identifikasi dan dukungan terhadap
bantuan kemanusiaan lainnya untuk anak dalam situasi darurat sampai pemulihan
pasca bencana;
3. Dapat dijadikan pusat kegiatan masyarakat dan merupakan sarana sosial yang sangat
penting dalam memerangi kemiskinan, buta huruf dan gangguan kesehatan;
4. Dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat dalam mengkoordinasi tanggap dan
pemulihan setelah terjadi bencana;
5. Dapat menjadi rumah darurat untuk melindungi bukan saja populasi
sekolah/madrasah tapi juga komunitas dimana sekolah itu berada.
Pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat langsung dan tidak langsung dari program
ini antara lain:
1. Peserta Didik SMK;
2. Dinas Pendidikan Provinsi;
3. Sekolah Menengah Kejuruan;
4. Direktorat SMK.
Kegiatan Satuan Pedidikan Aman Bencana Tahun 2020 dilakukan dalam tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
Mempersiapkan secara rinci dan terpadu kebutuhan pelaksanaan Satuan Pedidikan
Aman Bencana, baik dari sisi konsep, teknis, pelaksanaan bimbingan teknis, sampai
dengan penanggulangan dampak bencana yang mungkin terjadi.
2. Bimbingan Teknis
Bimbingan teknis diselenggarakan oleh Direktorat SMK dengan mengundang SMK-
SMK yang berada pada daerah rawan bencana untuk diperikan wawasan dan
pengetahuan terkait dengan Satuan Pedidikan Aman Bencana. Sehingga apabila
dikemudian hari terjadi bencana alam yang tidak pernah diharapkan sebelumnya,
SMK tersebut sudah siap untuk menghadapi bencana tersebut dan tetap dapat
menyelenggarakan Pendidikan dengan baik.
[AUTHOR NAME] 79
3. Fasilitasi
Fasilitasi dilakukan dengan memberikan bantuan kepada SMK yang terdampak
bencana dengan harapan dapat tetap memberikan pelayanan pendidikan yang baik
meskipun berada dalam daerah terdampak bencana. Fasilitasi ini juga diberikan
kepada seluruh pegawai Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan yang terdampak
karena bencana/wabah dengan harapan dapat tetap memberikan pelayanan
pendidikan kepada stakeholder lainnya.
Kurun waktu yang diperlukan dalam pencapaian keluaran yang ingin dicapai adalah
Februari s.d. Desember 2020. Biaya yang diperlukan dalam mencapai output Sekolah
yang Melaksanakan Program UKS adalah Rp. 10.060.422.000.
[AUTHOR NAME] 80
Vokasi yang menerapkan Penguatan Mutu berstandar industri, yang dilaksanakan
secara swakelola oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi dengan
melibatkan tim ahli dari perguruan tinggi dan praktisi untuk menyusun kriteria,
standar dan pedoman sebagai acuan kegiatan. Pengelolaan secara swakelola yang
melibatkan masyarakat/ instansi/ Lembaga dilakukan untuk kegiatan pemberian
bantuan penguatan program studi dan pelatihan untuk dosen dan pimpinan
perguruan tinggi.
Seluruh rangkaian kegiatan dalam rangka menyelesaikan semua usulan pendirian
perguruan tinggi swasta akan dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan
Bulan Desember 2020.
Dana yang dibutuhkan dalam program kegiatan ini adalah sebesar Rp.
291.437.590.000. Dana tersebut diambil dari dana DIPA Satuan Kerja Direktorat
Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Ditjen Pendidikan Vokasi Tahun Anggaran
2020.
[AUTHOR NAME] 81
Fasilitasi SDM Pendidikan Tinggi Vokasi yang mengikuti Peningkatan Kompetensi,
yang dilaksanakan secara swakelola oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan
Profesi dengan melibatkan tim ahli dari perguruan tinggi dan praktisi untuk
menyusun kriteria, standar dan pedoman sebagai acuan kegiatan. Pengelolaan
secara swakelola yang melibatkan masyarakat/instansi/Lembaga/industri
dilakukan untuk kegiatan pemberian bantuan Fasilitasi Peningkatan Kompetensi
SDM Pendidikan Tinggi Vokasi.
Tahapan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai output di atas dilakukan melalui
tahapan berikut:
1. Persiapan dan Penyusunan Pedoman
2. Seleksi Penyelenggara dan Peserta
3. Pelaksanaan Pelatihan dan Uji Kompetensi Dosen Vokasi dan profesi
4. Pelatihan manajemen bisnis pimpinan perguruan tinggi vokasi
5. Monitoring dan Evaluasi
6. Penilaian sertifikasi dosen vokasi
[AUTHOR NAME] 82
masyarakat/instansi/Lembaga/industri dilakukan untuk memberikan bantuan
fasilitasi kepada Mahasiswa Perguruan Tinggi Vokasi untuk mengikuti sertifikasi,
magang industri dan Kewirausahaan.
Tahapan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai output di atas dilakukan melalui
tahapan berikut:
1. Penyusunan Panduan dan Instrumen
2. Seleksi calon peserta
3. Pelaksanaan Setifikasi, Magang Industri dan Kewirausahaan
4. Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan
[AUTHOR NAME] 83
a. 4264.001 - DUDI yang Bekerjasama dengan Pendidikan Vokasi Orang Dewasa
Sinergi antara pendidikan vokasi dan DUDI tentunya sangat dibutuhkan terutama
dalam upayanya mempercepat kemajuan pembangunan nasional demi terciptanya
lingkungan kolaboratif dan kondusif dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja
serta calon angkatan kerja. Tanpa sinergi yang baik, tentunya arah pendidikan
vokasi Indonesia tidak akan pernah sampai pada tujuan utama, yakni memenuhi
demand industri masa depan. Sementara itu dunia usaha dan dunia industri di
Indonesia pun selamanya akan mendapatkan supply SDM yang kurang baik karena
kualifikasi dan kompetensinya tidak sesuai dengan kebutuhan industri masa depan.
Pendidikan vokasi diharapkan menjadi solusi efektif dalam menghasilkan lulusan
berkualitas dan siap pakai. Untuk itu diperlukan keterlibatan berbagai stake holder
lintas sektor, yaitu satuan pendidikan dan industri. Karena Sinergi ini sendiri
menjadi jawaban atas poin 3 visi Mendikbud, yakni tentang aspek peningkatan
investasi dan inovasi di dunia pendidikan. Visi ini sendiri dapat disimpulkan dengan
pelibatan industri dalam proses belajar mengajar di PTV akan turut serta
menambah banyak pelajaran, keterampilan serta kompetensi dalam pendidikan
Indonesia yang sangat dibutuhkan di dunia pekerjaan, industri dan kewirausahaan.
Target capaian kegiatan ini antara lain: Terbentuknya lima forum pengarah vokasi
sektor industry; Kerja sama dengan DUDI secara optimal antara pendidikan vokasi
untuk lima sektor prioritas pada lima lembaga DUDI; Memfasilitasi kerja sama SMK,
perguruan tinggi vokasi, dan lembaga pelatihan dengan DUDI; Program kebijakan
tentang kerja sama dengan DUDI dapat terdiseminasikan kepada stakeholder dan
pemangku kebijakan di lembaga pendidikan vokasi di berbagai daerah.
Selanjutnya penerima manfaat kegiatan ini antara lain: Satuan pendidikan vokasi,
yaitu SMK, politeknik, dan lembaga pelatihan dan keterampilan; Dunia Usaha dan
Dunia industri; Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia
Industri, selaku pemegang kebijakan; Dinas Pendidikan Provinsi di seluruh
Indonesia; Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia; Lembaga
Pelatihan, Akademi, Asosiasi profesi, dan seluruh komunitas profesi di Indonesia;
Stakholders dan Masyarakat penganggur, putus sekolah, dan yang berasal dari
kalangan ekonomi tidak mampu.
[AUTHOR NAME] 84
b. 4264.002 - Guru yang Mengikuti Pelatihan Berstandar Industri
Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang sangat pesat akibat dari
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat
mengakibatkan munculnya istilah disrupsi teknologi, dimana banyak lapangan
pekerjaan yang hilang, namun bermunculan lapangan pekerjaan baru. Kebutuhan
kompetensi tenaga kerja di Industri juga semakin kompleks seiring dengan
peralatan yang digunakan untuk menunjang pekerjaan di Industri berkembang. Hal
ini menyebabkan lembaga pendidikan khususnya SMK yang bertugas untuk
mempersiapkan sumber daya manusia terampil harus mampu menjawab
tantangan tersebut.
Guru merupakan seorang yang berperan penting dalam membimbing dan
mengevaluasi kompetensi peserta didik selama mereka mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah. Guru sebagai fasilitator bagi peserta didik di sekolah dituntut
untuk mampu menguasai materi pelajaran dan memiliki kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan industri. Kondisi saat ini masih banyak guru kejuruan SMK yang
masih tertinggal dalam menguasai teknologi baru yang ada di Industri. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di dalam kelas dan dampaknya akan
dirasakan oleh peserta didik yang diajarnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
untuk mendukung peningkatan dan pemerataan kompetensi guru berbasis
industri, maka melalui Kelompok Kerja Kemitraan dan Penyelarasan DUDI dengan
SMK, akan menyelenggarakan program Upskilling dan Reskilling Guru SMK berbasis
Industri untuk empat bidang prioritas.
Tahapan pelaksanaan kegiatan Upskilling dan Reskilling Guru SMK berstandar
industri untuk 4 bidang prioritas: Penyusunan Panduan dan Juknis Upskilling dan
Reskilling Guru SMK; Sosialisasi dan Koordinasi dengan DUDI; Penyelenggaraan
Upskilling dan Reskilling Guru SMK di Industri; Monitoring dan Evaluasi
Penyelenggaraan Upskilling dan Reskilling Guru SMK di Industri.
Target capaian kegiatan ini antara lain: Sosialisasi dan Koordinasi dengan DUDI;
Fasilitasi Penyelenggaraan Upskilling dan Reskilling Guru SMK di Industri;
Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Upskilling dan Reskilling Guru SMK di
[AUTHOR NAME] 85
Industri. Selanjutnya penerima manfaat kegiatan ini antara lain Direktorat SMK;
Dinas Pendidikan Provinsi; SMK; Guru SMK; Institusi Pendukung SMK; Masyarakat.
[AUTHOR NAME] 86
tinggi vokasi di Indonesia belum berpegang teguh pada haluan/prinsip pendidikan
vokasi yang seharusnya dijalankan.
Berkenaan dengan itu, reorientasi pendidikan tinggi vokasi ke arah yang lebih baik
menjadi urgensi yang harus segera dibenahi. Pemenuhan SDM yang berkualifikasi,
hingga penyusunan kurikulum yang selaras dengan DUDI tidak bisa ditunda lagi.
Agar keselarasan bisa terjadi DUDI harus terlibat penuh dalam proses penyusunan
Standar Kelembagaan SMK, Pelatihan Kerja, dan PT Vokasi Berstandar Industri.
Dengan begini miss-persepsi antara pendidikan tinggi vokasi dan DUDI diharapkan
tidak lagi terjadi. Sehingga pendidikan tinggi vokasi menjadi tahu apa yang saat ini
dan nanti dibutuhkan DUDI dan DUDI menjadi tahu apa yang saat ini tengah
disiapkan oleh pendidikan tinggi vokasi.
Target capaian dari kegiatan ini antara lain Standart kelembagaan SMK dengan
industri di 5 bidang prioritas dengan target 100 SMK; Selarasnya 10 standar
kelembagaan perguruan tinggi vokasi (PTV) dengan industri di 5 bidang prioritas
dengan target 5 Polteknik; Selarasnya 50 standar kelembagaan pelatihan kerja
dengan industri di 5 bidang prioritas dengan target 50 pelatihan kerja.
Selanjutnya penerima manfaat antara lain: Pendidikan Tinggi Vokasi; SMK;
Lembaga Pelatihan, Akademi, Asosiasi profesi, dan seluruh komunitas profesi di
Indonesia; Dunia usaha dan dunia industri; Dinas Pendidikan Provinsi; Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota; Stakeholders dan Masyarakat.
[AUTHOR NAME] 87
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain: tersusunnya petunjuk teknis
penyelenggaraan BKK, panduan (standar penelurusan); Terlaksananya
koordinasi/bimbingan teknis penyelenggaraan BKK Nasional dan Provinsi, fasilitasi
penyelenggaraan BKK, orientasi teknis pelaksanaan penelurusan lulusan,
pengembangan sistem aplikasi tracer study, pengolahan dan penyajian hasil tracer
study; Terselenggaranya penelusuran lulusan; Tersusunnya hasil alignment index
bagi SMK dan PT Vokasi.
Selanjutnya penerima manfaat kegiatan ini antara lain: Kementerian
Ketenagakerjaan; Dinas Pendidikan Provinsi; Dinas Tenaga Kerja; Dunia Usaha dan
Dunia Industri; Perguruan tinggi vokasi dan profesi; SMK; Peserta Didik SMK dan
perguruan tinggi vokasi dan profesi; Masyarakat.
[AUTHOR NAME] 88
Strategi pencapaian keluaran dari kegiatan ini yaitu Melakukan sosialisasi visi, misi,
dan program Perguruan Tinggi Vokasi kepada DUDI dan stakeholder terkait (dinas
pendidikan provinsi, kab/kota dan instansi terkait lainnya); Melakukan koordinasi
dan bimbingan teknis tim PTV dengan DUDI; FGD; Benchmarking; Supervisi;
Penyusunan dokumen; Monitoring dan evaluasi.
Selanjutnya penerima manfaat dari kegiatan ini antara lain: Kementerian
Ketenagakerjaan; Kementerian Perindustrian; Kementerian/Lembaga lain;
Politeknik seluruh se-Indonesia; Sekolah Tinggi Vokasi se-Indonesia; SMK se-
Indonesia; Asosiasi, Forum, Perkumpulan, Himpunan seluruh Industri di Indonesia;
Lembaga Pelatihan, Akademi, Asosiasi profesi, dan seluruh komunitas profesi di
Indonesia; Dunia usaha dan dunia industri; Dinas Pendidikan Provinsi di seluruh
Indonesia; Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia; Dinas Tenaga
Kerja; Masyarakat; Stakeholders.
[AUTHOR NAME] 89
a. 4278.001 - Angkatan Kerja Muda Memperoleh Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK)
Berbasis Industri
Penyelenggaraan PKK pada satuan dan program pendidikan vokasi, utamanya
melalui kursus dan pelatihan diarahkan untuk pengentasan kemiskinan dan
mengurangi pengangguran.
Untuk tahun 2020 ada 5 sektor prioritas yang menjadi sasaran dari program PKK
berbasis industri ini yaitu: mesin (machinery), konstruksi (construction), ekonomi
kreatif (creative economy), layanan perawatan (care service), dan perhotelan
(hospitality).
Kegiatan diikuti dengan melibatkan peserta laki-laki dan perempuan secara
seimbang yang terdiri dari:
1. Warga masyarakat yang menganggur dan atau miskin, dan atau tidak/putus
sekolah.
2. Direktorat Kursus dan Pelatihan selaku pemegang kebijakan.
3. Dinas Pendidikan Provinsi di seluruh Indonesia
4. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
5. Lembaga kursus dan pelatihan penyelenggara program
6. Satuan pendidikan lain penyelenggara program
7. Dunia Usaha dan Dunia Industri
Untuk melaksanakan program PKK berbasis Industri ini dilakukan strategi sebagai
berikut:
1. Melakukan pemetaan terhadap lembaga calon penyelenggara program PKK
berbasis industri, peserta didik calon penerima manfaat dari program PKK dan
DUDI yang akan mempekerjakan lulusan program PKK ini.
2. Melakukan penyusunan petunjuk teknis program PKK berbasis industri yang
nantunya akan dijadikan pegangan bagi penyelenggara dan stakeholder terkait
dalam pelaksanaan program PKK berbasis industri ini.
3. Melakukan koordinasi program PKK berbasis industri kepada stake holder terkait
(dinas pendidikan provinsi, kab/kota, Lembaga Kursus dan Pelatihan, DUDI dan
instansi terkait lainnya).
[AUTHOR NAME] 90
4. Melakukan verifikasi dan visitasi kuota daerah dan pusat
5. Melaksanakan bimbingan teknis lembaga calon penyelenggara program PKK
berbasis industri.
6. Membentuk Satuan Kerja Sekretariat bantuan Program PKK berbasis industri.
7. Pemberian dana bantuan langsung (Bantuan Operasional Penyelenggaraan
Program)
8. Melaksanakan supervisi dan pendampingan terhadap penyelenggara program
PKK berbasis industry
[AUTHOR NAME] 91
6. Lembaga kursus dan pelatihan penyelenggara program
7. Satuan pendidikan lain penyelenggara program
[AUTHOR NAME] 92
a. Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan dalam mengelola dan
menyalurkan dana bantuan penyelenggaraan uji kompetensi.
b. Lembaga Sertifikasi Kompetensi dalam mensosialisasikan bantuan
penyelenggaraan uji kompetensi kepada Tempat Uji Kompetensi (TUK).
c. Lembaga sertifikasi lainnya yang dibentuk atau diakui oleh instansi/lembaga
pemerintah dalam mengelola dana uji kompetensi dari peserta didik Program
Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK).
d. Lembaga penyelenggara Program Pendidikan Kecakapan Hidup dalam
mengikutsertakan peserta pada uji kompetensi
[AUTHOR NAME] 93
Internasional, 2) LKP dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP), 3) LKP dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan 4) LKP Rintisan.
Permasalahan sekarang ini lembaga kursus dan pelatihan kurang mengikuti
kebutuhan DUDI, hal tersebut menyebabkan banyak lulusan kursus dan pelatihan
tidak terserap bekerja di DUDI. Berdasarkan hal tersebut maka lembaga kursus dan
pelatihan harus berbenah diri dan pendekatan yang dilakukan harus berdasarkan
kebutuhan dan standar berbasis industry.
Kegiatan diikuti dengan melibatkan peserta laki-laki dan perempuan secara
seimbang yang terdiri dari:
1. Warga masyarakat yang menganggur, miskin, dan tidak/putus sekolah.
2. Direktorat Kursus dan Pelatihan selaku pemegang kebijakan.
3. Dinas Pendidikan Provinsi di seluruh Indonesia
4. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
5. Lembaga kursus dan pelatihan penyelenggara program
6. Satuan pendidikan lain penyelenggara program
[AUTHOR NAME] 94
e. 4278.005 - Instruktur Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja yang
Mengikuti Upskilling dan Reskilling Berstandar Industri
Kondisi saat ini masih banyak instruktur kursus dan pelatihan yang masih tertinggal
dalam penguasaan teknologi baru yang ada di industri apalagi dengan munculnya
sistem otomasi yang mendukung smart factory di industri. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kualitas pembelajaran di dalam kelas dan dampaknya akan dirasakan oleh
peserta didik yang diajarnya dan juga industry yang akan menggunakan sumber
daya manusia lulusan kursus dan pelatihan.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung peningkatan dan pemerataan
kompetensi instruktur berbasis industri, maka Direktorat Kursus dan Pelatihan akan
menyelenggarakan program Upskilling dan Reskilling bagi instruktur kursus dan
pelatihan berbasis Industri untuk 5 Bidang Prioritas yaitu mesin (machinery),
konstruksi (construction), ekonomi kreatif (creative economy), layanan perawatan
(care service), dan perhotelan (hospitality).
Adapun penerima manfaat langsung dari kegiatan ini adalah instruktur kursus dan
pelatihan dengan melibatkan beberapa pihak terkait antara lain:
1. Direktorat Kursus dan Pelatihan selaku pemegang kebijakan.
2. Dinas Pendidikan Provinsi di seluruh Indonesia
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
4. Forum Pengarah Vokasi
5. Lembaga Kursus dan Pelatihan
6. Dunia Usaha dan Dunia Industri.
[AUTHOR NAME] 95
3. Menyelenggarakan Upskilling dan Reskilling instruktur kursus dan pelatihan di
Industri
4. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Upskilling dan
Reskilling instruktur kursus dan pelatihan di Industri
[AUTHOR NAME] 96
dan pelatihan kerja, DUDI dan instansi terkait lainnya) dalam rangka
mengidentifikasi potensi lembaga pendidikan keterampilan dan pelatihan
kerja terkait dengan peluang kerja dan peluang usaha yang bisa dikembangkan
sesuai potensi daerah yang ada di kabupaten/kota pada setiap provinsi.
5. Mengolah hasil identifikasi potensi lembaga yang hasilnya berbentuk peta
lembaga pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja serta DUDI yang ada di
kabupaten/kota pada setiap provinsi (peta outlook).
6. Menyusun kebijakan lembaga berstandar industri hasil dari pemetaan satuan
lembaga pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
7. Memberikan rekomendasi terhadap lembaga penyelenggara pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja yang layak sekaligus membantu melakukan
publikasi dan promosi lembaga-lembaga yang layak kepada masyarakat
khususnya calon peserta didik.
[AUTHOR NAME] 97
BAB V
PENUTUP
Program Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Tahun 2021 ini diterbitkan sebagai
acuan kerja bagi Pejabat di lingkungan Ditjen Pendidikan Vokasi sehingga program kerja
Ditjen Pendidikan Vokasi dapat terselenggara secara efektif, efisien serta dapat
dipertanggungjawabkan dan memiliki daya serap yang tinggi.
Disamping itu, program Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi ini diharapkan dapat
menjadi dasar dalam implementasi program kegiatan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
Tahun 2021.
Program Kerja ini akan ditindaklanjuti dengan pedoman kegiatan, yang akan dikeluarkan oleh
Direktorat di lingkungan Ditjen Pendidikan Vokasi.
Demikian program Kerja Ditjen Pendidikan Vokasi tahun 2021 diterbitkan, untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
[AUTHOR NAME] 98