Anda di halaman 1dari 9

Disusun oleh :

Aditya Putra (22/510698/PSP/07868)1 Fatchul Chobir (22/510541/PSP/07861)2 Amanda Elista


(22/510166/PSP/07849)3 Andre Lofika Pegi (22/508847/PSP/07803)4Lusi Istiviani
(22/509570/PSP/07816)5 dan Noveriya Husni Sanjaya (22/508314/PSP/07787)6

BAB I

PENDAHULUAN

Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Jika tidak memberikan perhatian serius pada
Indonesia menjadi masalah yang belum berhasil masalah ini, maka tenaga kerja kita tidak
diselesaikan. Data UNDP (2022) menunjukkan mampu bersaing memperebutkan lapangan
bahwa Indonesia menempati peringkat 114 pekerjaan yang ada di negara sendiri.
diantara 191 negara di dunia dalam Indeks Padahal menurut UNDP, pembangunan
Pembangunan Manusianya. Dalam laporan manusia merupakan kekayaan sebuah
Asean Statistical Year Book (2022) juga terlihat bangsa yang sebenarnya. Seharusnya
bahwa Human Development Index (HDI) pembangunan manusia ditempatkan di
Indonesia sebesar 0,75 masih tertinggal tujuan akhir dari pembangunan sehingga
dibawah negara tetangga seperti Singapura, memberikan kesempatan bagi setiap
Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. masyarakat Indonesia untuk menikmati
Nilai Global Inovation Index Indonesia yang hidup sehat, memiliki daya saing dan
rendah juga mengindikasikan lemahnya tingkat produktif dalam kehidupannya.
pendidikan dan budaya keilmuan yang masih
jauh di bawah rata-rata negara di Asia Tenggara
dan negara lain di dunia.

Ini tentu kabar yang kurang menggembirakan,


mengingat Indonesia tengah menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
merupakan komitmen bersama diantara negara
anggota untuk membentuk pasar bebas yang
kompetitif di kawasan ASEAN. Hal ini akan
berpengaruh terhadap arus barang dan jasa
termasuk tenaga kerja. Pasar kerja di Indonesia
akan dimasuki oleh tenaga kerja terampil dari
negara lain. Saat ini kita juga dihadapkan
dengan tantangan perubahan revolusi industri
4.0 yang menuntut peningkatan daya saing
SDM dengan penguasaan teknologi.

Gambar 2: Posisi IPM Indonesia,


Goodstats (2022)
BAB II

MASALAH KEBIJAKAN

Dalam mengatasi permasalahan yang pembelajaran di SMK belum


terjadi, rekomendasi kebijakan yang membekali siswa dengan karakter
mampu mengurangi pengangguran terbuka kerja. Pembentukan karakter ini
lulusan SMK, antara lain: berupa softskill yang mendorong
lulusan SMK dapat bekerja adaptif
a. Pengorganisasian Program Link
dengan lingkungannya.
and Match 8+i
Pemerintah telah mengeluarkan Adapun tujuan dari kebijakan-kebijakan
kebijakan Link and Match 8+I tersebut, agar dapat bersaing baik secara
yaitu kebijakan kemitraan antara internasional dalam pasar tenaga kerja.
sekolah dan dunia kerja untuk Selain itu, tujuan dari kebijakan
memberikan kesempatan kepada penyerapan lulusan SMK adalah:
siswa untuk berpartisipasi dalam
a. Memperluat hubungan antara dunia
pelatihan, magang, perbaikan
pendidikan dan dunia industri.
penyusunan kurikulum dengan
Kebijakan Link and Match 8+I
dunia kerja dan perbaikan teaching
menjadi jembatan antara SKM dan
factory. Dengan demikian siswa
dunia kerja sehingga lulusan SMK
dapat memperoleh pengalaman
dapat lebih mudah mendapatkan
praktis dan keterampilan yang
pekerjaan yang sesuai dengan
relevan. Menurut Maulina,
keterampilan dan minat.
Program ini memberikan efek
b. Meningkatkan angka partisipasi
positif pada beberapa SMK di
pendidikan dan pengurangan putus
Indonesia, akan tetapi masih
sekolah terutama bagi golongan
ditemukan beberapa kesenjangan
menengah kebawah, yang sengaja
sehingga pelaksanaan Link and
memilih pendidikan SMK agar
Match 8+I perlu pengorganisasian
dapat langsung bekerja.
rapi dan tepat sehingga dapat
c. Mendorong pengembangan industri
berjalan semestinya, karena selama
yang lebih maju dan modern
ini program Link and Match masih
dengan penyiapan tenaga kerja
berjalan searah dari SMK,
yang terampil, adaptif, kompeten
komitmen dari dunia industri masih
dan berdaya saing internasional.
kurang.
d. Mendongkrak investasi. Dengan
b. Pembentukan karakter kerja bagi
sumber daya manusia yang
siswa SMK
berkualitas tinggi, maka akan
Siswa yang akan bekerja di dunia
mendorong perusahaan untuk
kerja, masih perlu mendapatkan
berinvestasi, sehingga dapat
ilmu tambahan yang mendukung
mendorong perekonomian negara.
kemampuan hardskillnya.
Berdasarkan analisis studi
menunjukkan bahwa proses
BAB III

ALTERNATIF KEBIJAKAN

Berdasarkan masalah kebijakan 2) Terjadi penurunan angka


yang dihadapi di atas, maka perlu pengangguran lulusan SMK yang saat
dilakukan peramalan, yaitu proses ini masih 10,38% (Rahman, 2022)
memperkirakan secara sitematik tentang 3) Terjadi percepatan peningkatan Indeks
apa yang paling mungkin terjadi di masa Pembangunan Manusia Indonesia
depan berdasar informasi masa lalu dan untuk mengejar ketertinggalan dari
sekarang yang dimiliki agar kesalahannya negara maju.
dapat diperkecil. Hal ini dilakukan sebagai
Dengan melihat perkembangan masa
usaha memperkirakan perubahan (Riyanto
depan dan harapan yang ingin dicapai,
& Mulyono, 2019). Untuk dapat melihat
maka dibuat langkah untuk mencapai
bagaimana proyeksi nilai skor Indeks
tujuan yang telah disebutkan, dengan
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
membandingkan upaya yang telah
apabila dilakukan atau tidak dilakukan
dilakukan saat ini dengan alternatif
intervensi, maka salah satu metode
kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk
proyeksi yang dapat dilakukan adalah
mengubah keadaan tersebut. Caranya
metode peramalan ekstrapolatif
adalah dengan melalukan manipulasi kecil,
menggunakan analisis antar-waktu (time-
sedang dan tinggi terhadap variabel yang
series analysis). Analisis ini merupakan
dianggap mampu menunjang akselerasi
data numerik yang dihimpun pada
daya saing lulusan SMK yaitu melalui
beberapa titik waktu dan ditampilkan
veriabel relevansi kurikulum, metode
secara kronologis dan akan menghasilkan
pembelajaran, pelatihan praktek, tanggung
trend. Berdasarkan proyeksi time series
jawab pembiayaan, kualifikasi pendidik
yang dilakukan, maka bila tidak dilakukan
dan kelembagaan. Selanjutnnya ketiga
intervensi maka Indonesia baru akan
manipulasi tadi dijadikan beberapa
mengejar ketertinggalan dari negara
alternatif kebijakan dengan tetap
Thailand dan Malaysia dalam 20 tahun ke
mempertimbangkan kebijakan status quo.
depan, dengan catatan mereka tidak
Pilihan alternatif kebijakan yang diperoleh
meningkat skor IPMnya. Tentu hal ini
antara lain: 1) mempertahankan kebijakan
merupakan pekerjaan besar yang harus
yang bersifat top down dari Kementerian
diselesaikan, oleh karena itu perlu dicari
Pendidikan dan Kebudayaan 2) ektensi
alternatif untuk memperbaiki hal tersebut.
program link & match (kerjasama dengan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
industri) secara nasional 3) global
adalah dengan meningkatkan kualitas
industry-oriented school.
tenaga kerja dengan peningkatan akselerasi
daya saing lulusan SMK.. Dengan
demikian diharapkan agar:
1) Terjadi peningkatan daya serap lulusan
SMK ke dunia kerja (industri)
Tabel 1. Alternatif Kebijakan Metode May

BAB IV

TINDAKAN KEBIJAKAN

Berdasarkan hasil pengukuran dan dari Kemendikbud (Status Quo) dengan


analisis menggunakan teknik Analytical 19, dan kebijakan Ekstensifikasi program
Hierarchy Process (AHP), maka terdapat 5 Link & match (Kerjasama dengan Industri)
(lima) kriteria kebijakan untuk secara nasional dengan 30 (dalam skala
menentukan kebijakan terbaik berdasarkan 100).
dari skala prioritasnya yaitu efektivitas,
Dengan hasil analisa AHP, maka
dampak, efisiensi biaya, kemudahan
perubahan yang perlu dilakukan
pelaksanaan dan terakhir resistensi.
pemerintah dari kondisi yang ada saat ini
Melalui penghitungan AHP dengan 5
(status quo) menuju ke kebijakan Global
(lima) kriteria dan 5 (lima) variabel
Industry-oriented Program, antara lain:
kebijakan yaitu relevansi kurrikulum,
metode pembelajaran, pelatihan praktek, 1. Dari segi relevansi kurrikulum,
tanggung jawab pembiayaan, kualifikasi saat ini pemerintah masih
pendidik dan kelembagaan lembaga menggunakan kurikulum yang
pendidikan, maka alternatif kebijakan penetapan perubahannya masih
Global Industry-oriented Program berasal dari kemendikbud
menjadi kebijakan yang paling baik untuk (ditetapkan oleh pemerintah secara
dilaksanakan agar dapat meningkatkan periodic). Saat ini sudah ada
kompetensi dari lulusan SMK di dunia kebijakan penyusunan kurikulum
industri. Nilai penghitungan untuk bekerjasama dengan industri, akan
kebijakan Global Industry-oriented tetapi belum diterapkan secara
Program sebesar 51 lebih besar optimal. Untuk mencapai program
dibandingkan dengan kebijakan Top Down
yang berorientasi pada industri pembiayaan lain. Dana dari pihak
maka kurikulum yang diterapkan ketiga (industri) dan pendanaan
perlu menyesuaikan permintaan secara mandiri menjadi solusi
dari industri. untuk mengatasi keterbatasan dana
2. Dari segi metode pembelajaran, SMK. Pendanaan secara mandiri
saat ini metode pembelajaran masih dapat melalui pembentukan SMK
bersifat konvensional, dimana sebagai Badan Layanan Umum
metode pembelajaran di kelas dan Daerah (BLUD).
pelatihan praktek. Sebaiknya, 5. Dari segi kualifikasi pendidik,
untuk mengakomodasi kebutuhan saat ini tenaga pendidik yang
industri maka perlu di bangun mengajar di SMK masih belum
teaching factory dengan teknologi cukup mumpuni untuk mengikuti
yang update dan penggunaan kebutuhan dari dunia industri,
bahasa inggris sesuai dengan karena kualifikasi pendidikan dan
penggunaan di industri. pelatihan masih ditentukan oleh
3. Dari segi pelatihan praktek, pemerintah (kemendikbud).
jangka waktu pelatihan praktek Pemerintah perlu menyesuaikan
SMK berupa magang masih sesuai kompetensi tenaga pendidik
dengan kurikulum dan standar dari dengan kebutuhan industri dengan
kemendikbud, yaitu 3-5 bulan menetapkan kualifikasi pendidikan,
magang di tempat industri pelatihan dan keahlian yang sesuai
(Maulina & Yoenanto, 2022). Agar dengan permintaan dan standar dari
lulusan SMK lebih familiar dengan industri. Tenaga pendidik SMK
kondisi industri yang dapat mengikuti pelatihan yang
sesungguhnya dan sesuai dengan diselenggarakan oleh
kebutuhan industri, maka perusahaan/industri.
pemerintah perlu meningkatkan 6. Dari segi kelembagaan lembaga
lama magang siswa SMK dengan pendidik, lembaga pendidikan
mewajibkan SMK melakukan SMK saat ini masih dibawah dinas
magang 70% dari porsi waktu pendidikan di daerah, namun
belajar. secara kebijakan masih mengikuti
4. Dari segi tanggung jawab kebijakan pusat di bawah
pembiayaan, saat ini tanggung kemendikbud. SMK agar dapat
jawab pembiayaan masih menjadi lembaga yang lebih
menggunakan Anggaran mandiri dan fleksibel dalam
Pendapatan dan Belanja Negara memenuhi kebutuhan industri,
(APBN) dan Anggaran Pendapatan pemerintah perlu mendorong
dan Belanja Daerah (APBD), perubahan kelembagaan SMK
melalui Bantuan Operasional menjadi BLUD, dengan
Sekolah (BOS) sesuai peraturan menerapkan prinsip-prinsip good
pemerintah Nomor 19 tahun 2005 school governance. Good school
tentang Standar Nasional governance ini menerapkan prinsip
Pendidikan. Pendanaan yang kolaborasi antara Pemerintah,
berasal dari satu sumber swasta dan masyarakat dengan
mengakibatkan SMK sulit untuk prinsip partisipasi, transparansi,
mengembangkan diri, sehingga akuntabilitas.
perlu ada dukungan sumber
Perubahan kebijakan SMK dengan sama (status quo) akan memperlebar angka
berorientasi pada industri perlu secepatnya pengangguran lulusan SMK dan Indeks
diterapkan di Indonesia, sehingga dapat Pembangunan Manusia Indonesia akan
mencapai tujuan yang diharapkan. menurun.
Konsekuensi dari kebijakan yang masih

BAB V

RENCANA IMPLEMENTASI

Berdasarkan uraian di atas, pemerintah statue quo untuk lebih


diharapkan segera mengambil langkah mendalami kelemahan dan
konkrit guna mengejar ketertinggalan mengidentifikasi area of
kualitas SDM di Indonesia. Kebijakan improvement yang dapat
akselerasi daya saing lulusan SMK dikembangkan lebih jauh.
berdasarkan hasil analisis alternatif Penentuan prioritas industri
kebijakan sebelumnya perlu segara untuk dikembangkan juga
dilaksanakan. Adapun rencana aksi yang dibahas dalam tahapan ini
dicoba untuk diusulkan akan dibagi agar perumusan kebijakan
menjadi 3 (tiga) tahapan besar antara lain baru memiliki
sebagai berikut. kemungkinan pencapaian
lebih baik.
1. Tahap Persiapan. Pada tahapan
• Melakukan audiensi dan
ini pemerintah, dalam hal ini
public hearing kebijakan.
Kementerian Pendidikan dan
Kegiatan ini dilakukan
Budaya, perlu melakukan langkah
guna mendengar masukan
awal implementasi kebijakan
dan kritikan masyarakat,
dalam penyusunan rencana dan
akademisi, dan instansi
persiapan sumber daya yang
pemerintah lainnya. Hasil
dibutuhkan. Tahap persiapan yang
pembahasan tersebut dapat
dilakukan setidaknya menyangkut
digunakan dalam
beberapa kegiatan antara lain:
melakukan perencanaan
• Melakukan evaluasi status
kebijakan.
quo.
• Pemetaan aktor yang
Kegiatan ini diharapkan
terlibat.
dapat mempelajari kondisi
Kegiatan ini dimaksudkan
dan aturan yang ada guna
untuk menentukan instansi
mengidentifikasi area yang
mana saja yang terlibat
perlu dilakukan perubahan
dalam program ini. Pihak
dan area mana yang tidak.
Kementerian Pendidikan
Dalam kegiatan persiapan
dan Kebudayaan selaku
ini juga dilakukan evaluasi
leading sector
atas pencapaian kebijakan
menggandeng Pendidikan dan
instansi/kementerian yang Kebudayaan serta para
memiliki kepentingan pelaku industri juga
dalam industri tertentu merumuskan mekanisme
untuk memberikan input perubahan kurikulum
dalam perumusan dalam waktu singkat guna
kebijakan. Bersama dengan mengantisipasi perubahan
kementerian/instansi lain, dan perkembangan
Kementerian Pendidikan industri.
dan Kebudayaan • Melakukan identifikasi
menetapkan kriteria pelaku kebutuhan sumber daya,
industri yang akan diajak baik anggaran,
kerja sama infrastruktur, dan SDM.
mengembangkan Kementerian Pendidikan
Pendidikan kejuruan. dan Kebudayaan serta
• Menyusun roadmap asosiasi pelaku industri
program kebijakan. bersama mengidentifikasi
Berdasarkan hasil evaluasi kebutuhan untuk
dan public hearing, melakukan implementasi
Kementerian Pendidikan kebijakan baru beserta
dan Kebudayaan menentukan pihak yang
menentukan peta jalan bertanggung jawab atas
serta timeline pelaksanaan pembiayaan suatu program
program dan kebijakan atau kegiatan.
perbaikan Pendidikan
kejuruan yang baru. 2. Tahap Implementasi.
Roadmap dan timeline Pada tahapan ini, pemerintah
berguna untuk memberikan memulai menerapkan kebijakan
batasan waktu pelaksanaan global industry-oriented program
tiap-tiap kegiatan agar dengan cara memilih beberapa
program dapat sekolah SMK potensial yang
diimplementasikan tepat dianggap mampu menjadi pilot
waktu. project ini. Adapun rincian rencana
• Menyusun kurikulum dan aksi
detil program. • Mencari perusahaan yang
Kementerian Pendidikan berpotensi menjadi partner
dan Kebudayaan beserta industri dari sektor industri
asosiasi industri yang terpilih. Kegiatan ini
menjadi prioritas bersama- bertujuan untuk menggaet
sama merumuskan para pelaku industri melalui
kurikulum baru yang MoU kerja sama sebagai
berorientasi pada output;
perkembangan industri saat
ini. Selain itu, Kementerian
• Mencari sekolah yang 3. Tahap Evaluasi Implementasi.
potensial dijadikan pilot- Tahapan evaluasi merupakan tahap
project dalam satu tahun,
dan akan dilakukan pada 4. yang dibutuhkan untuk mencari
tahun-tahun berikutnya; kekurangan program untuk
• Komunikasi awal dijadikan bahan pertimbangan
(memberikan pemahaman untuk memperbaiki implementasi
mengenai peran dan posisi kebijakan.
sekolah SMK, serta peran
pelaku industri dalam 5. Timeline
kurikulum baru); Pelaksanaan penerapan kebijakan
• Menjalin kerja sama dengan akan dilaksanakan pada Juli tahun
pelaku industri terpilih; 2024
• Mengubah sistem Juli-September 2023 (mencari
Kelembagaan SMK partner, komunikasi awal dan
menjadi BLUD secara menjalin kerja sama)
bertahap, diutamakan pada Oktober-Desember 2023
sekolah SMK yang satu (penyusunan kurikulum dan
wilayah dengan SMK metode belajar)
terpilih untuk pilot project Januari-April 2024 (mengubah
serta SMK berlokasi sama sistem kelembagaan SMK menjadi
dengan industri sektor BLUD)
prioritas. Januari-Juni 2024 (recruitment
• Rekrutmen SDM guru, guru dan tenaga ahli sesuai
instruktur, tenaga ahli guna kurikulum baru)
meningkatkan kompetensi
tenaga pengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R. (2021). Cover depan STATISTIK PENDIDIKAN 2021 i. Badan Pusat Statistik.
Ahmanda, W., Maulana, A., Murtinugraha, R. E., & Arifah, S. (2022). IMPLEMENTASI
PROGRAM SMK PUSAT KEUNGGULAN DILIHAT DARI KONSEP 8+i LINK AND
MATCH. Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan, 2(2), 1–14.
https://doi.org/10.17509/jptb.v2i2.51290
Asian Productivity Organization. (2022). Asian Productivity Organization (APO)
Productivity Databook 2022. 1–212.
Indonesia, B. P. S. (2021). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2019. Badan Pusat
Statistik, 11(84), 1–28.
Pratiwi, I., Solihin, L., Atamadiredja, G., & Utama, B. (2021). Risalah kebijakan. Pusat
Penelitian Kebijakan, 3(April), 1–8.
Ri, K. K., Perencanaan, B., Pengembangan, D. A. N., & Ketenagakerjaan, P. P. (2024).
REVIEW.
Sulistyanto, S., Mutohhari, F., Kurniawan, A., & Ratnawati, D. (2021). Kebutuhan
kompetensi di era revolusi industri 4.0: review perspektif pendidikan vokasional. Jurnal
Taman Vokasi, 9(1), 25–35. https://doi.org/10.30738/jtv.v9i1.7742
Triwahyudi, J. (2020). Manajemen Kemitraan Sekolah dan Dunia Industri Dalam Penyerapan
Lulusan SMK. Media Manajemen Pendidikan, 3(1), 88.
https://doi.org/10.30738/mmp.v3i1.4323
Mariah, S., & Sugandi, M. (2020). Kesenjangan softskills lulusan SMK dengan Kebutuhan
Tenaga Kerja di Industri. 1–26. https://library.vspu.net/handle/123456789/66.

Anda mungkin juga menyukai