Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan Magang
Tercapainya target perkuliahan disebuah perguruan tinggi
tidak hanya melalui proses belajar mengajar secara teoritis di local
semata. Akan tetapi, praktek lapangan juga merupakan peran yang
tidak dapat diabaikan, dan bahkan sangat dituntut bagi seorang
mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar mereka siap pakai di
lapangan dan professional dalam keahlian nya masing-masing.
Pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan sarjana
yang akan mengisi posisi manajerial menengah sampai puncak
dengan bekal pengetahuan dan kemampuan yang didapat di
perguruan tinggi. Kenyataan di lapangansering kali menunjukkan
bahwa lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) belum mampu
secara optimal mengaplikasikan pengetahuan yang didapatnya
kedalam dunia kerja. Hal itu disebabkan karena adanya
kesenjangan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan di
lapangan yang lebih kompleks.
Magang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pendidikan pada program sarjana Akuntansi Syariah (S1) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Pada dasarnya
matakuliah magang ini adalah matakuliah wajib program studi
Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa Ekonomi Syariah Konsentrasi
Akuntansi Syariah yang memuat substansi kegiatan belajar di
lapangan yang dirancang untuk memberikan pengalaman praktis
kepada paramahasiswa dalam menggunakan aplikasi teori
kedalam praktek lapangan.
Kegiatan magang diharapkan dapat melengkapi
pengetahuan teoritis yang telah diperoleh mahasiswa di bangku
2

perkuliahan. Sehingga, para mahasiswa tidak hanya memahami


manajemen pada tataran teori belaka, melainkan juga memahami
manajemen dari sudut pandang yang lebih luas, yakni dari
implementasi akuntansi pada perusahaan dan instansi pemerintah.
Melalui kegiatan magang ini dapat memberikan bekal
pengalaman bekerja bagi mahasiswa sesuai dengan kompentensi
keilmuan yang dimiliki, dan mahasiswa juga diharapkan dapat
melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan kompetensi bidang
ilmu pada dunia kerja, serta mampu mengaplikasikan
keterampilan dan pengetahuan di tempat kerja sesuai tugas yang
dilaksanakan selama magang.
Perkembangan kehidupan dunia ekonomi dan bisnis saat ini
telah mengalami pergeseran pradigma, yaitu dari ekonomi berbasis
sumber daya ke pradigma ekonomi berbasis pengetahuan dan
kreativitas. Pergeseran tersebut terjadi karena pradigma ekonomi
berbasis sumber daya yang selama ini di pandang cukup efektif
dalam mengakserelasi pembangungan ekonomi dan
pengembangan bisnis di anggap telah gagal mengadaptasi dan
mengakomodasi berbagai perubahan lingkungan bisnis. Seiring
dengan berjalannya waktu, kebutuhan masyarakat pun semakin
mengalami peningkatan seperti sifat manusia yang tidak puas,
pertambahan penduduk yang semakin meningkat, kemajuan ilmu
teknologi dan informasi , perubahan taraf hidup yang semakin
meningkat, dan kebudayaan yang semakin maju sehingga
kebutuhan bervariasi dan beranekaragam membuat perkembangan
ekonomi kreatif di arus pembangunan ekonomi modern ini harus
membuat inovasi-inovasi sehingga membuat perkembangan
ekonomi kreatif semakin meningkat.(Faisal R. Dongoran, 2016,59-
60).
3

Pembangunan ekonomi adalah mencapai masyarakat adil


dan makmur. Indikator utama keberhasilan pembangunan
ekonomi yakni penurunan tingkat kemiskinan. Selain itu
penurunan tingkat pengangguran diharapkan juga mampu
menurunkan jumlah kemiskinan. Orang – orang yang belum
memiliki pekerjaan dituntut untuk segera mencari pekerjaan agar
mampu keluar dari masalah kemiskinan. Menanggapi masalah
pengangguran, pemerintah telah memberlakukan kebijakan untuk
mengurangi angka pengangguran dan memberikan manfaatnya
kepada penganggur.

Berdasarkan data Sensus Penduduk Tahun 2010, Jumlah


Penduduk Indonesia adalah sebanyak 237.641.326 jiwa. Pada tahun
2015 diperkirakan Jumlah Penduduk Indonesia meningkat menjadi
lebih dari 250 juta orang. Sedangkan menurut data Sekernas
Februari 2015, jumlah Penduduk Usia Kerja mencapai 184.599.615
jiwa. Angka ini akan terus meningkat setiap tahunnya mengikuti
laju pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Sampai dengan Februari 2015, jumlah Angkatan Kerja di


Indonesia adalah sebanyak 128.301.588 jiwa dan jumlah Penduduk
Yang Bekerja sebanyak 120.846.821 jiwa. Angkatan kerja Indonesia
sangat besar, lapangan kerja terbatas, tingkat partisipasi kerja
menurun dan struktur pasar tenaga kerja di Indonesia pun berubah
relatif cepat. Kondisi ini dapat mengakibatkan tingkat
pengangguran di Indonesia menjadi semakin tinggi. Melihat
perkembangan pasar kerja di Indonesia yang semakin pesat, SDM
dituntut untuk memiliki keterampilan , keahlian, kompetensi, dan
daya saing yang tinggi.

Namun, tidak semua orang mampu untuk memenuhi


tuntutan tersebut. Lapangan usaha yang kurang memadai,
4

ditambah dengan masih adanya kesenjangan pendidikan di


Indonesia, membuat jumlah penggangguran semakin tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya Pengangguran Terbuka, hingga
Februari 2015 jumlahnya mencapai 7.454.767 jiwa. Sehingga untuk
menjembatani kesenjangan tersebut diperlukan pelatihan kerja bagi
para penganggur untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak hanya bagi
penganggur saja, pelatihan kerja juga diperlukan bagi orang yang
telah memiliki pekerjaan agar dapat meningkatkan produktivitas
kerjanya.(Roselina Yolanda,2015,p.1-2)

Pada saat ini pemerintah sangat mengencarkan program


pelatihan kerja bagi masyarakat yang belum memiliki pekerjaan,
dan keterampilan agar masyarakat tersebut memiliki keahlian yang
akan digunakan untuk mencari kerja. Dengan program pelatihan
kerja tersebut masyarakat dituntut untuk mampu mengembangkan
skill individu yang dimiliki agar mempunyai modal yang kuat
untuk mencari kerja.(E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana, 2015,p.547-548)

Dari permasalahan diatas maka penulis tertarik mengambil


tema untuk dijadikan bahan Laporan Magang yaitu tentang
“Penurunan Tingkat Pengangguran Melalui Pelatihan Tenaga
Kerja di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dan Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar”

B. Tujuan Kegiatan Magang


Magang adalah kegiatan akademik sebagai bagian dari beban
kurikulum program studi Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi
Syariah yang wajib diikuti oleh mahasiswa dalam bentuk praktek
di industri/institusi/instansi pemerintah sesuai dengan
kompetensi bidang/program studi. Kegiatan magang diharapkan
mampu memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang
5

kesesuaian penerapan kompetensi keilmuan yang dimiliki dengan


kebutuhan industri/institusi/instansi pemerintah.
Secara umum, tujuan diadakannya magang bagi mahasiswa
program studi Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah
adalah untuk memberikan bekal pengalaman bekerja bagi
mahasiswa sesuai dengan kompetensi keilmuan yang dimiliki.
Namun, secara khusus tujuan magang adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai
dengan kompetensi bidang ilmu pada dunia kerja.
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan keterampilan dan
pengetahuan di tempat kerja sesuai tugas yang dilaksanakan
selama magang.
3. Mahasiswa dapat menguraikan gambaran tugas dan
pekerjaan sesuai dengan kompetensi keilmuannya.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kendala-kendala
kompetensi antara teori dan praktek dalam melaksanakan
tugas selama magang pada industry atau instansi
pemerintah.
C. Manfaat Kegiatan Magang
1. Bagi Peserta Magang
a. Dapat melihat perbandingan teori yang didapat selama
perkuliahan dengan penerapan praktek di lapangan selama
kegiatan magang belangsung.
b. Menjadikan mahasiswa yang kreatif, memiliki rasa tanggung
jawab terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan serta
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
2. Bagi IAIN Batusangkar
a. Mahasiswa dapat menyelesaikan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, agar kampus dapat
6

melahirkan yang mampu bersaing dalam dunia kerja


nantinya.
b. Untuk menciptakan mahasiswa yang kreatif, rasa tanggung
jawab terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan.
c. Terciptanya link kerja dengan mahasiswa magang yang
memiliki skill dan wawasan agar bekerjasama dengan
perusahaan atau instansi terkait untuk mendapatkan
karyawan atau pegawai dari Jurusan Ekonomi Syariah
konsentrasi Akuntansi Syariah IAIN Batusangkar.
3. Bagi Instansi (PMPTSP dan NAKER Tanah Datar)
a. Dengan adanya mahasiswa magang dapat membantu
meringankan pekerjaan karyawan.
b. Terwujudnya kerjasama yang baik antara instansi
pendidikan dengan instansi tempat magang yaitu Bappeda&
PM Kabupaten Tanah Datar.
D. Sistematika Pelaporan
1. BentukatauSistematikapenulisanlaporanmagang
a. BagianAwal
1) Kulit depan /cover
2) Kulit dalam
3) Lembaran pengesahan
4) Kata pengantar
5) Daftar isi
6) Daftar lampiran
b. Bagian Isi
1) BAB I : Pendahuluan
2) BAB II : KajianTeori
3) BAB III : GambaranUmum Perusahaan
4) BAB IV : Pembahasan dan Analisis
5) BAB V : Penutup
7

c. Bagian Akhir
1) Daftar pustaka
2) Lampiran
2. TeknikPelaporan
Langkah pertama dalam pembuatan laporan adalah
menentukan topik/judul. Judul harus singkat dan padat
(usahakan tidak lebih dari 16 kata), tetapi harus jelas dan
sebaiknya menggunakan tema yang akan dilaporkan. Setelah
didapatkan topik/tema yang akan dilaporkan, dapatkan data-
data yang dibutuhkan, kemudian di analisis dengan
menggunakan teori yang ada. Ketentuan umum dalam
pembuatann laporan magang adalah sebagai berikut:
a. Jenis huruf yang digunakan book antique dengan 12, rata
kiri kanan.
b. Kertas yang digunakan untu kprint out adalah HVS putih
berukuran A4 atau kuarto.
c. Batas ketikan adalah 4 cm dari pinggir kiri 3 cm dari pinggir
kanan, pinggir atas dan dari pinggir bawah.
d. Ketikan antara baris secara umum berjarak 1,5 spasi, kecuali
untuk judul tabel, judul gambar atau dibawah lampiran
berjarak 1 spasi.
e. Judul bab dengan baris awal dibawahnya berjarak 4 spasi.
f. Judul sub bab atau sub-sub bab dengan baris terakhir di
atasnya berjarak 3 spasi, sedangkan dengan baris awal di
bawahnya berjarak 1,5 spasi.
g. Baris akhir judul table dengan garis atas tabel, dan garis
bawah dengan judulgambar juga berjarak 1,5 spasi.
h. Bagian awal dari laporan, sebelum pendahuluan di beri
nomor halaman dengan angka romawi kecil (i, ii, iii, iv dst).
8

i. Bagian isi sampai bagian akhir dari laporan yaitu mulai dari
pendahuluan sampai akhir diberi nomor halaman dengan
angka (1, 2, 3, 4, 5 dst). Nomor halaman ditempatkan disudut
kanan atas berjarak 1,5 cm dari pinggir atas dan 3 cm dari
pinggir kanan atas. Halaman judul bab tidak dituliskan
nomor halamannya.
j. Penomoran untuk bab dengan angka romawi besar (I, II, III,
IV dan V)
k. Untuk sub bab menggunakan huruf capital menurut abjad
(A, B, C, D dst)
l. Untuk sub-sub bab dapat digunakan angka (1, 2, 3, 4, dst)
atau huruf kecil menurut abjad (a, b, c, d, dst)
m. Satu alinea terdiri dari beberapa kalimat yang menjelaskan
satu kelompok pemikiran, atau satu kelompok bahasan
tentang suatu persoalan yang relatif sama.
n. Penulisan istilah cetak miring atau garis bawahi. Untuk
istilah asing yang telah di Indonesiakan agar mengikuti ejaan
Bahasa Indonesia.
9

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

A. Sejarah Singkat Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu


Satu Pintu dan Tenaga Kerja ( DPMPTSP DAN NAKER ) Tanah
Datar
Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan
Tenaga Kerja merupakan suatu Dinas yang bergerak dibidang
Penanaman modal, Perizinan, Kesektariatan dan Tenaga Kerja.
Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan
Tenaga Kerja adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar yang
berkedudukan sebagai Dinas Daerah.. DinasPenanaman Modal
Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja merupakan salah
satu unit organisasi berada dibawah naungan Pemerintahan
Daerah, Kabupaten Tanah Datar.
Dinas PMPTSP DAN NAKER Kabupaten Tanah Datar
memiliki sejarah yang cukup indah, mengapa penulis katakan
sejarah yang cukup indah karena dulu namanya KPPT (Kantor
Perizinan Pelayanan Terpadu) Tanah Datar pada tahun 2009,
singkat cerita pada awal tahun 2017 tepatnya bulan januari tahun
2017 KPPT naik ekselon atau telah bergabung menjadi Dinas
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga
Kerja (DPMPTSP DAN NAKER) sesuai dengan PERDA yang
terkait, maka dengan penggabungan tersebut tergabung empat
bidang di dalam satu dinas.
10

Adapun bidang-bidang yang berada di DPMPTSP DAN


NAKER Kabupaten Tanah Datar yaitu:
1. Bidang Sekretariat
2. Bidang Tenaga Kerja ( NAKER )
3. Bidang Perizinan
4. Bidang Penanaman Modal

Visi Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu


Pintu dan Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar tahun 2016-
2021:“Meningkatnya Investasi Dan Kesempatan Kerja Melalui

Penyiapan Potensi Investasi, Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan


Ketersediaan Tenaga Kerja Yang Siap Pakai”.

Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu


dan Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar berdasarkan
visinya menetapkan misi sebagai berikut :

1. Mewujudkan aparatur yang disiplin dan profesional


Mewujudkan sarana dan prasarana pelayanan yang
memadai.
2. Menyiapkan potensi investasi yang dapat dipromosikan dan
dikerjasamakan.
3. Meningkatkan pelayanan terpadu satu pintu bidang
penanaman modal .
4. Meningkatkan pelayanan ketenagakerjaan .
5. Meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan.
6. Menciptakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan
penyempurnaan legislasi dalam proses pelayanan
penanaman modal dan ketenagakerjaan.
7. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penanaman
modal dan ketenagakerjaan
11

B. Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu


Satu Pintu dan Tenaga Kerja ( DPMPTSP DAN NAKER ) Tanah
Datar
12

C. Hasil Operasional
1. Kepala Dinas dan Sekretaris
Penanggung jawab program dan wakil penanggung jawab
program.
2. Bidang Sekretariat
a. Kasubag Umum dan Kepegawaian
Merupakan bidang yang bergerak dalam kegiatan :
1) Penyedia jasa suarat-menyurat.
2) Penyedia jasa komunikasi,sumber daya air dan listrik.
3) Penyedia jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan
dinas/operasional dinas.
4) Penyedia jasa kebersihan kantor.
5) Penyedia jasa perbaikan peralatan kerja.
6) Penyedia alat tulis kantor.
7) Penyediaan barang cetakan dan pengadaan.
8) Penyedia komponen instalisasi listrik/penerangan
bangunan kantor.
9) Penyedia bahan bacaan dari peraturan perundang-
undangan.
10) Penyediaan makanan dan minuman.
11) Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi keluar daerah.
12) Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor,kendaraan
dinas/operasional,peralatan gedung kantor.
b. Kasubag Perencanaan dan Evaluasi
Merupakan bidang yang bergerak dalam kegiatan :
1. Pendidikan dan pelatihan formal.
2. Penyusun laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi
kinerja skpd.
3. Penyusun laporan keuangan akhir tahun dan
perencanaan tahunan.
13

3. Bidang Tenaga Kerja


a. Kasi Pelatihan Produktivitas Tenaga Kerja
1) Penyusun data base tenaga kerja daerah.
2) Pembangunan balai latihan kerja.
3) Pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencari
kerja.
4) Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana BLK.
5) Penyusun informasi Bursa Tenaga Kerja.
6) Kerjasama pendidikan dan pelatihan.
c. Kasi Pengembangan Iklim, Promosi Dan Kerjasama
Program kegiatan yaitu koordinasi perencanaan dan
pengembangan penanaman modal.
d. Kasi Pembinaan, Penempatan dan Perluasan Kesempatan
Kerja
Program kegiatan nya yaitu :
1) Penyebarluasan informasi tenaga kerja.
2) Penyiapan tenaga kerja siap pakai.
3) Pengembangan kelembagaan produktivitas dan
pelatihan Kewirausahaan
e. Kasi Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja
1) Fasilitas penyelesaian prosedur, penyelesaian
perselisihan hubungan industri.
2) Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan tentang
ketenagakerjaan.
3) Penyususn kebijakan standarisasi upah tenaga kerja.
4) Pemantauan kinerja lembaga penyalur tenaga kerja
5) Peningkatan pengawasan,perlindungan dan penegakan
hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
14

3. Bidang Perizinan
Secara umum Bidang Perizinan merupakan bidang yang
bergerak untuk mengurus segala izin seperti:
a. IMB (Izin Mendirikan Bangunan).
b. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan).
c. HO (Izin Gangguan).
d. IUJK (Izin Usaha Jasa Kontruksi).
e. Surat Izin Mendirikan Apotik
4. Bidang Penanaman Modal
Bidang Penanaman Modal yang bergerak dan mengatur
tentang Investasi-investasi.
15

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Pengangguran
1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan
jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang
melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir
untuk mencari pekerjaan. Pengangguran merupakan suatu
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan
kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat
memperoleh pekerjaan tersebut.
Dalam setiap periode, bagian Pemutusan Kerja dari
orang-orang yang bekerja kehilangan pekerjaan mereka, dan
sebagaian Perolehan Pekerjaan dari para penganggur
memperoleh pekerjaan. Tingkat pemutusan kerja dan perolehan
kerja inilah yang menentukan tingkat pengangguran.
Pengangguran terbuka dapat pula wujud sebagai akibat dari
kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari
kemunduran perkembangan sesuatu industri. Pengangguran
terbuka dapat juga dikatakan sebagai wujud dari kegiatan
ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari
kemunduran perkembangan suatu industri.
Pengangguran terbuka adalah pengangguran baik
sukarela (mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan
pekerjaan lebih baik) maupun secara terpaksa (mereka yang
mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan). Pengangguran
ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan padahal
16

telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas
mencari pekerjaan atau malas bekerja. .(Faisal R. Dongoran,
2016,64-65).
Dapat disimpulkan pengertian dari pengangguran
terbuka adalah seseorang yang termasuk dalam kelompok
penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja,
dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari
pekerjaan.

2. Jenis-Jenis Pengangguran
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat
digolongkan kepada tiga jenis yaitu pengangguran friksional,
struktural dan musiman.
a. Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang
terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan
pencari kerja dan lowongan pekerjaan yang ada. Kesulitan
temporer ini dapat berbentuk sekedar waktu yang
diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau
terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Disatu
pihak, pencari kerja tidak hanya sekedar mencari pekerjaan
yang dapat memberikan penghasilan yang tertinggi dan
kondisi kerja yang terbaik di antara beberapa alternatif.
Proses pemilihan seperti itu memerlukan waktu. Dipihak
lain, pengusaha tidak begitu saja mengisi lowongan kerja
yang ada dengan orang yang datang pertama kali melamar.
Untuk mengisi satu lowongan tertentu pengusaha
cenderung untuk memilih seseorang yang dianggap terbaik
diantara calon-calon yang ada. Pengisian lowongan seperti
ini memerlukan proses seleksi, berarti membutuhkan waktu.
17

Selama proses yang demikian, seorang pelamar yang


menunggu panggilan untuk seleksi atau ujian masuk ( yang
belum pasti akan diterima) adalah tergolong pengangguran
friksional.
Pengangguran friksional dapat pula terjadi karena
kurangnya mobilitas pencari kerja dimana lowongan
pekerjaan justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si
pencari kerja. Selain itu pengangguran friksional juga terjadi
karena pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya
lowongan pekerjaan dan demikian juga pengusaha tidak
mengetahui dimana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai.
b. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural terjadi karena terjadi
perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian.
Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan
dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan
sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan
diri dengan keterampilan baru tersebut.
c. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian
musim. Diluar musim panen dan turun kebawah banyak
orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka
hanya sekedar menunggu musim yang baru. Selama masa
menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai
pengangguran musiman.
3. Penganggur dan Setengah Penganggur
Pendekatan angkatan kerja yang membedakan orang
yang bekerja dan menganggur pada dasarnya menimbulkan
tiga masalah pokok, yaitu :
18

a. Menyangkut penentuan batas jam kerja yang berbeda-beda.


Dalam hubungan ini belum dapat dirumuskan dasar
konsepsional untuk memilih batas jam kerja yang tepat.
b. Pembedaan tenagakerja atau dua golongan yang bekerja dan
menganggur tidak menggambarkan masalah tenagakerja
yang sebenarnya, pemilihan batas jam kerja yang pendek,
misalnya satu jam dalam seminggu, memberikan tingkat
pengangguran yang rendah. Angka golongan yang bekerja
menjadi dibesar-besarkan karena sebagian dari golongan ini
sebenarnya bekerja hanya beberapa jam saja dalam
seminggu.
Sebaliknya pemilihan jam kerja yang panjang, misalnya dua
hari atau 14jam seminggu, akan menunjukan tingkat
pengangguran yang relatif tinggi. Angka ini memperkecil
jumlah golongan yang bekerja karena orang yang bekerja 5-9
jam seminggu misalnya masih digolongkan sebagai
penganggur.
c. Pembedaan atas orang yang bekerjadan menganggur tidak
menunjukan apa-apa mengenai tingkat pendapatan dan
produktifitas seseorang. Pada dasrnya orang bekerjs untuk
memperoleh penghasilan. Ada orang yang bekerja 40 jam
seminggu atau lebih tetapi pendapatannya rendah, sedang
yang lain bekerja kurang dari 20 jam misalnya akan tetapi
penghasilannya lebih besar.
Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja ke dalam
tiga golongan yaitu :
a. Menganggur yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan.
19

b. Setengah menganggur yaitu mereka yang kurang


dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja,
produktivitas kerja dan pendapatan.
c. Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan (Payaman
J.Simanjuntak,1998,p.14-16).
B. Pelatihan Kerja
1. Pengertian Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan
kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja
pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
Kementrian Ketenagakerjaan melalui Direktorat Jendral
Bina Pelatihan dan Produktivitas sebagai penyelenggara
pelatihan kerja memiliki Unit Pelaksana Teknis Bidang
Pelatihan Kerja mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan pelatihan dan pemberdayaan bagi tenaga kerja,
dan/atau instruktur dan/atau tenaga pelatihan. Berdasarkan
Peraturan Menteri No. 21 Tahun 2015 Unit Pelaksanakan Teknis
Pelatihan Kerja diklasifikasi dalam 3(tiga) kelas yaitu :
1. Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja
Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja mempunyai tugas
pengembangan pelatihan, pemberdayaan, dan sertifikasi
tenaga kerja, instruktur, dan tenaga pelatihan.
2. Balai Latihan Kerja Kelas I
Balai Latihan Kerja Kelas I mempunyai tugas melaksanakan
pelatihan, pemberdayaan, dan uji kompentensi tenaga kerja.
3. Balai Latihan Kerja Kelas II
Balai Latihan Kerja Kelas II mempunyai tugas melaksanakan
pelatihan, pemberdayaan, dan uji kompetensi tenaga kerja.
20

2. Penyelenggara Pelatihan Kerja


1. Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah
Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah yang
menyelenggarakan pelatihan kerja wajib mendaftar pada
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota dan diterbitkan oleh kepala instansi yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota.
Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah dan/atau
perusahaan harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada kepala instansi yang bertanggungjawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota, dengan melampirkan :
a. Surat keterangan keberadaan lembaga/unit pelatihan
kerja dari instansi yang membawahi/unit pelatihan kerja.
b. Struktur organisasi induk dan/atau unit yang menangani
pelatihan.
c. Nama penanggung jawab.
d. Program pelatihan berbasis kompetensi.
e. Daftar instruktur dan tenaga kepelatihan.
f. Daftar inventaris sarana dan prasarana pelatihan kerja.
2. Lembaga Pelatihan Kerja Swasta
Lembaga Pelatihan Kerja Swasta yang
menyelenggarakan pelatihan kerja wajib memiliki izin. Izin
Lembaga Pelatihan Kerja Swasta diterbitkan oleh kepala
instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota dan diberikan untuk jangka waktu paling
lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu yang sama.
Untuk mendapatkan izin, Lembaga Pelatihan Kerja
Swasta harus mengajukan permohonan secara tertulis
21

kepada kepala instansi yang bertanggungjawab di bidang


ketenagakerjaan kabupaten/kota, dengan melampirkan :
a. Copy akte pendirian dan/atau akte perubahan sebagai
badan hukum dan tanda bukti pengesahan dari instansi
yang berwenang.
b. Daftar nama yang dilengkapi dengan riwayat hidup
penanggung jawab Lembaga Pelatihan Kerja.
c. Copy surat tanda bukti kepemilikan atau penguasaan
sarana, prasarana dan fasilitas pelatihan kerja untuk
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sesuai dengan
program pelatihan yang akan diselenggarakan.
d. Program pelatihan kerja berbasis kompetensi.
e. Profil Lembaga Pelatihan Kerja yang meliputi antara lain
: struktur organisasi, alamat, telepon dan faximile.
f. Daftar instruktur dan tenaga kepelatihan.
3. Program Pelatihan Kerja
1. Program Kios 3in1
1) Pengertian Program Kios 3in1
Kios 3in1 Kementrian Ketenagakerjaan
merupakan aplikasi berbasis internet/web yang
dibangun sebagai sarana untuk mensinergikan tiga
keegiatan pelatihan, sertifikasi dan penempatan,
terutama untuk unit atau KIOS yang lansung memberi
pelayanan kepada masyarakat (pencari kerja, pemberi
kerja atau unsur lain dalam masyarakat yang berkaitan
dengan aktivitas pelatihan, sertifikasi dan penempatan).
KIOS 3in1 merupakan bentuk revitalisasi dari Balai
Latihan Kerja (BLK) oleh Kementrian Ketenagakerjaan.
22

a. Tujuan Kios 3in1


1) Meningkatkan efesiensi, efektivitas, dan relevansi
penyelenggaraan pelatihan, sertifikasi dan
penempatan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
2) Mewujudkan sinergitas dan keterpaduan antara
penyelenggaraan pelatihan, sertifikasi dan
penempatan dalam rangka optimalisasi
penanggulangan pengangguran.
3) Sebagai wadah untuk menghimpun, mengelola
dan menyebarluaskan informasi tentang kegiatan
pelatihan, sertifikasi/uji kompetensi dan
kesempatan kerja.
4) Mendukung Gerakan Nasional Penanggulangan
Pengangguran melalui wadah media informasi
interaktif.
b. Sasaran Kios 3in1
Adapun sasaran model KIOS 3in1 adalah
terwujudnya penyelenggaraan pelatihan, sertifikasi
dan penempatan yang terkoordinasi, terpadu dan
besinergi melalui informasi Kios 3in1 untuk
optimalisasi penanggulangan pengangguran.
c. Manfaat Kios 3in1
1) Bagi Pencari Kerja
a) Tersedianya informasi yang aktual dan terkini
tentang kegiatan pelatihan sertifikasi dan
kesempatan kerja yang mudah diakses.
b) Mendapatkan pekerjaan lebih mudah, cepat
dan murah.
23

2) Bagi Perusahaan
a) Mendapatkan kerja yang kompeten, sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dengan mudah
dan cepat serta murah.
b) Tersedianya informasi pelatihan, sertifikasi
dan lowongan kerja yang dapat digunkan oleh
perusahaan sebagai sumber penyediaan dan
pengembangan SDM perusahaan.
3) Bagi Pemerintah
a) Sebagai sumber informasi dan bahan masukan
bagi perumusan kebijakan dibidang
peningkatan dan pengendalian kualitas SDM
serta perluasan kesmpatan kerja dalam rangka
penanggulangan pengangguran.
b) Tersedianya pemetaan kebutuhan (demand)
dan persediaan (supply) tenaga kerja, termasuk
pemetaan tenaga kerja ter PHK.
d. Keunggulan dan Keterbatasan
1) Keunggulan
a) Mensinergikan pencari kerja/pengguran, para
pengusaha dan masyarakat, dan pemerintah
dalam kaitannya dengan peningkatan
kompetensi tenaga kerja.
b) Mensinergikan pelatihan, sertifikasi dan
penempatan tenaga kerja dalam satu kesatuan
sytem KIOS.
c) Mempermudah pemetaan kebutuhan dan
persediaan tenaga kerja dengan kualitas tenaga
kerja pada peringkat tertentu, termasuk
pemetaan tenaga kerja ter PHK.
24

d) Sebagai salah satu program unggulan untuk


mengurangi pengangguran dan mempercepat
penempatan tenaga kerja kompeten.
2) Keterbatasan
a) Tidak semua pencari kerja dan pengusaha
mendapat akses ke internet karena lokasi tidak
dalam jangkuan atau sulit di akses dengan
internet.
b) Perangkat keras ke lunak KIOS 3in1
mempunyai keterbatasan usia teknis dan
ekonomis sehingga harus selalu diperbaharui-
update.
c) Belum seluruh masyarakat mau dan mampu
menggunakan teknologi informasi berbasis
internet atau web (Roselina Yolanda,2015,p.7-
16)
Besarnya angka pengangguran yang ada saat ini bukan
hanya di akibatkan dari pertumbuhan ekonomi yang belum
mampu menyerap angkatan kerja secara optimal namun juga
disebabkan rendahnya kualitas dan kompetensi angkatan kerja
tersebut. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah adalah melalui penyelenggaraan pelatihan kerja.
Kebijakan ini memberikan penawaran bagi tenaga kerja
Indonesia untuk dapat meningkatkan kompetensi dan daya
saingnya sehingga dapat meningkatkan produktivitas tenaga
kerja yang dapat mengurangi angka pengangguran dan
mengentaskan kemiskinan.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan
untuk mencapai suatu kompetensi tertentu di mana materi,
metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada
25

terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang


dipelajari.
Dalam Undang-undang no 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan ada beberapa pasal dan ayat yang membahas
tentang pelatihan antara lain :
a. Pasal 9, menyatakan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan
dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan.
b. Pasal 10, menyatakan bahwa ; (1) Pelatihan kerja
dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja
dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja. (2) Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan
program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi
kerja. (3) Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan
program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi
kerja. (4).
c. Pasal 13, menyatakan bahwa; (1) Pelatihan kerja
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah
dan/atau lembaga pelatihan kerja swasta. (2) Pelatihan kerja
dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau tempat
kerja. (3) Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam menyelenggarakan pelatihan
kerja dapat bekerja sama dengan swasta.
Dari kutipan pasal dan ayat diatas, diketahui bahwa
pentingnya pelatihan kerja untuk membekali, meningkatkan,
dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan.
26

2. Jenis Pelatihan Kerja


Berbagai jenis pelatihan kerja yang dikembangkan di Balai
Latihan Kerja. Jenisjenis pelatihan kerja dapat dikelompokkan menjadi
4. Hal ini disampaikan oleh tim penyusun Modul Pelatihan Berbasis
Kompetensi, Memilih Sumberdaya Pelatihan untuk penyusunan
Program Pelatihan (2009) antara lain :
a. Competency Based Training (Pelatihan Berbasis Kompetensi)
Pelatihan yang program dan kurikulum disusun
berdasarkan kompetensi yang hendak dicapai.
b. Community Based Training (Pelatihan Berbasis Komunitas)
Pelatihan yang program dan kurikulum disusun
berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat atau dikenal
juga dengan pelatihan berbasis masyarakat (PBM).
c. Module Training System (Sistem Pelatihan Berdasarkan
Modul) Pelatihan dengan program yang sudah disusun
berdasarkan modul yang sudah ada.
d. Tailor Made (Pelatihan Berdasarkan Pesanan)
Pelatihan yang program dan kurikulum disusun
berdasarkan permintaan masyarakat industri.
Jenis pelatihan menurut lamanya program pelatihan (
menurut jangka waktu pelaksanaannya) antara lain terdiri dari:
a. Pelatihan dengan jangka waktu yang singkat, misalnya
pelatihan yang hanya membutuhkan waktu 2 atau 3 hari saja
, pelatihan ini hanya untuk program-program yang singkat.
b. Pelatihan dengan jangka waktu yang panjang, jenis
pelatihan ini membutuhkan waktu yang lama contohnya
pada program pelatihan teknisi/ diploma.
Jenis pelatihan menurut kualifikasi peserta yaitu jenis
pelatihan yang disesuaikan dengan kualifikasi dan jenisnya
dimana program disusun mengacu kepada standar
27

keterampilan Nasional, khusus atau Internasional sesuai


dengan kejuruan masing-masing guna memenuhi kebutuhan
pasar kerja di dalam maupun luar negeri.
4. Sistem Pelaksanaan Program Pelatihan Kerja
Balai Latihan Kerja memiliki sistem dalam melaksanakan
program pelatihan, ada beberapa sistem yang digunakan dalam
melaksanakan program pelatihan kerja antara lain :
a. Sistem Pemagangan
Sistim ini merupakan gabungan antara pelatihan di
lembaga pelatihan dengan On the job training di perusahaan
dengan pola 4-7-1. Untuk tahun pertama yang berarti 4
bulan di lembaga pelatihan, 7 bulan di perusahaan dan 1
bulan review dan testing di lembaga pelatihan. Sistem
pemagangan ini untuk kejuruan tertentu dikembangkan
secara berjenjang selama 3 tahun yaitu dari tahun pertama,
kedua dan ketiga alokasi waktu pelatihan dilembaga
pelatihan diperkecil. Hal tersebut dilakukan untuk
menghasilkan tenaga terampil dan komplek pada tingkat
teknisi utama.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas
SDM di Indonesia, Kementrian Ketenagakerjaan RI telah
menyelenggarakan program pemagangan, baik didalam
maupun diluar negeri.
Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan
kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan
dilembaga pelatihan dengan bekerja secara lansung dibawah
bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh
yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang
dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasi
keterampilan atau keahlian tertentu.
28

Program pemagangan merupakan salah satu upaya


pemerintah untuk mengurangi pengangguran yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian (discrepancy) antara
kompetensi yang dimiliki oleh pencari kerja dengan
kualifikasi yang dipersyaratkan oleh pasar kerja
(perusahaan).
Program pemagangan dilandasi oleh :
a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 Tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.17/MEN/VII/2007 Tentang Tata Cara
Perizinan dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.08/MEN/V/2008 Tentang Tata Cara
Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di Luar
Negeri.
e. Peraturan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor PER.22/MEN/IX/2009 Tentang Penyelenggaraan
Pemagangan Dalam Negeri.
1) Pemagangan Dalam Negeri
Program pemagangan dalam negeri adalah
program pemagangan yang dilaksanakan oleh
perusahaan-perusahaan di dalam negeri melalui :
a) Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN)
Program Pemagangan dalam negeri dibiayai
oleh Pusat (Kemnaker)dan dilaksanakan oleh Dinas
Ketenagakerjaan tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota
29

bekerjasama dengan Forum Komunikasi Jejaring


Pemagangan.
b) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Program Pemagangan dalam negeri dibiayai
oleh Pusat (Kemnaker)dan dilaksanakan oleh Dinas
Ketenagakerjaan tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota
dan dilaksanakan melalui kerjasama dengan
perusahaan-perusahaan.
c) Dana Mandiri Perusahaan
Program pemagangan dalam negeri ini adalah
program pemagangan yang dibiayai lansung oleh
perusahaan.
2) Pemagangan Luar Negeri
Pemagangan Luar Negeri adalah bagian dari
sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara utuh
dan terpadu di Indonesia dan di luar negeri oleh lembaga
pelatihan kerja atau perusahaan atau instansi pemerintah
atau lembaga pendidikan dibawah bimbingan dan
pengawasan instruktur dan/atau pekerja yang lebih
berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau
jasa dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian
tertentu (Permenakertrans Nomor :
Per.08/MEN/V/2008). Program pemagangan luar negeri
dilaksanakan oleh :
a) IM Japan bekerjasama dengan Kemnaker RI
Program pemagangan luar negeri melalui
kerjasama dengan IM Japan telah dilaksanakan sejak
tahun 1993. Im Japan adalah asosiasi perusahan skla
menengah di jepang.
30

b) Sending Organization
Program pemagangan luar negeri yang
dilaksanakan oleh Sending organization adalah
program pemagangan yang dilaksanakan oleh
Lembaga Pelatihan kerja Swasta (LPKS) yang telah
mendapatkan izin untuk menyelenggarakan program
pemagangan ke luar negeri.
c) Perusahaan
Program pemagangan luar negeri yang
dilaksanakan oleh perusahaan adalah program
pemagangan yang dilaksanakan untuk meningkatkan
keterampilan/keahlian karyawannya (Roselina
Yolanda,2015,P.51-61)
b. Sistem Institusional
Sistem ini merupakan sistem pelatihan yang
konvensional dimana seluruh pelatihan dilaksanakan di
BLK. Dengan demikian pelatihan dapat diselenggarakan
secara intensif. Namun demikian sistem institusional ada
pula kelemahannya yaitu siswa tidak mengetahui secara
langsung lingkungan dan kondisi kerja yang sebenarnya.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut dibuat komposisi
dimana 25% dari pelatihan dilakukan secara On the job
training diperusahaan.
Sistim institusional dikembangkan di BLK yang tidak
banyak industrinya atau untuk program yang sifatnya non
standar.
c. Sistem Pelatihan Keliling (Mobile Training Unit)
Sistem pelatihan keliling diselenggarakan secara
berpindah-pindah dari suatu lokasi ke lokasi yang
memerlukan pelatihan. Untuk itu diperlukan unit pelatihan
31

keliling (mobilet training unit) yang terdiri dari perangkat


keras dan perangkat lunak serta instruktur yang memadai.
Sistem pelatihan keliling dikembangkan di BLK yang
lingkungan sosial ekonominya bersifat pedesaan dan
mobilitas penduduknya masih terbatas sasarannya adalah
peningkatan produktivitas dan penghasilan penduduk desa
sehingga dimungkinkan terjadi kesempatan kerja di desa
yang bersangkutan, selanjutnya diharapkan dapat
ditekan/dihindari terjadi urbanisasi.
d. Sistem Pelatihan Teknisi
Sistem ini merupakan kerja sama triparti antara BLK,
Perguruan Tinggi/Politeknik dan Industri. Sistem ini
dirancang untuk mengahasilkan tenaga kerja tingkat teknisi
dengan sertifikat diploma III. Program disusun untuk jangka
waktu 3 tahun dengan perbandingan teori praktek antara
40/60 atau 50/50. Pelatihan akademik diberikan oleh dosen
politeknik pelatihan teknisi/keterampilan diberikan oleh
instruktur BLK dan praktek lapangan oleh tentor instruktur.
Sistem pelatihan teknisi dikembangkan di BLK tertentu yang
potensial.
e. Sistem Pelatihan Off The Job Training
Pelatihan yang dirancang dan dilaksanakan bukan
pada tempat kerja yang sesungguhnya. dengan lama
pelatihan antara 80 sampai dengan 240 jam latihan,
ditambah dengan bimbingan pasca pelatihan selama 16
sampai dengan 35 jam latihan. Bagi peserta pelatihan yang
dinyatakan lulus diberikan sertifikat.
5. Peserta Pelatihan Kerja
Dalam melaksanakan Pelatihan Kerja dibutuhkan Peserta
pelatihan , Pelatihan kerja tidak akan terlaksana jika peserta
32

pelatihan tidak ada. Syarat-syarat yang harus dimiliki untuk


menjadi peserta pelatihan diatur di dalam Peraturan
Pemerintah No 71 Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja Bab III
pasal 7 ayat (1) Peserta latihan kerja adalah masyarakat, pencari
kerja, calon pekerja, pekerja, maupun pekerja yang lepas dari
pekerjaannya, ayat (2) Peserta latihan kerja wajib memenuhi
persyaratan, ayat (3) Persyaratan pesertadan metode latihan
bagi peserta penyandang cacat diatur dan dilaksanakan
tersendiri sesuai dengan tingkat kondisi mental dan atau fisik
yang bersangkutan dalam upaya pemberian kesempatan kerja
dan penempatan pada jabatan kerja yang sesuai, ayat (4)
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Dalam melaksanakan pelatihan kerja, tidak terlepas juga
dari peran masyarakat dalam mensukseskan program pelatihan
dimana masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya
untuk berperan dalam setiap penyelenggaraan latihan kerja,
yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara perorangan
maupun kelompok baik dalam bentuk sumbangan pemikiran,
penyediaan sarana, instruktur, biaya dan informasi latihan kerja
sebagaimana diatur di dalam Peraturan Pemerintah No 71
Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja Bab V pasal 19 ayat (1) dan
(2). Syarat-syarat untuk menjadi peserta pelatihan menurut
Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi Sumatera Barat No 05/A3/ 2014 tentang Pembentukan
Tim Penyusun Standar Pelayanan (SP) satuan Kerja Perangkat
Daerah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sumbar
Tahun 2014 adalah (1) Pencari Kerja (pencaker) yang berumur
17 s/d 35 tahun (2) Minimal Pendidikan SLTP (3)Sehat Jasmani
33

dan Rohani (4) Sanggup mengikuti pelatihan sesuai dengan


jadwal.
6. Tujuan Pelatihan Kerja
Pelatihan Kerja dilaksanakan untuk mecapai tujuan-
tujuan yang ingin dicapai, Secara Umum Tujuan diadakannya
Pelatihan Kerja adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan/persyaratan pengetahuan,
keterampilan dan produktifitas kerja bagi para pencari
kerja/penganggur dengan tujuan agar mampu mengisi
lowongan yang ada baik lokal (AKL) maupun antar daerah
(AKAL), mampu mengisi kebutuhan ekspert jasa tenaga
kerja (AKAN) dan mampu menciptakan lapangan kerja
secara mandiri/ memperluas kesempatan kerja (wirausaha).
Terpenuhinya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bagi para pekerja/karyawan usaha kecil dan
menengah dengan tujuan agar (a) Mampu meningkatkan
produktifitas kerja (b) Mampu meningkatkan kualitas
produksi/pengembangan penggunaan peralatan/mesin
baru dan perkembangan teknologi (c) Mampu
menyesuaikan dengan perkembangan perkembangan
peralatan/mesin baru dan iptek (d) Mampu meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan pekerja.(Amir,2007)
34

BAB IV
ANALISIS DAN PELAPORAN
A. Balai Latihan Kerja ( BLK )
Balai Latihan Kerja adalah suatu badan yang melaksanakan
Non Formal berupa pelatihan dalam memberikan pengetahuan dan
keterampilan kerja dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang
memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk menjadi tenaga
kerja siap pakai dan peningkatan produktifitas kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2012 tentang Kerjasama Penggunaan
Balai Latihan Kerja oleh Swasta Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1
dijelaskan bahwa Balai Latihan Kerja yang selanjutnya disingkat
BLK, adalah tempat diselenggarakannya proses pelatihan kerja bagi
peserta pelatihan sehingga mampu dan menguasai suatu jenis dan
tingkat kompetensi kerja tertentu untuk membekali dirinya dalam
memasuki pasar kerja dan/atau usaha mandiri maupun sebagai
tempat pelatihan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
BLK adalah sebuah wadah yang menampung kegiatan
pelatihan untuk memberikan, memperoleh, meningkatkan serta
mengembangkan keterampilan, produktivitas, disiplin, sikap kerja,
dan etos kerja yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek
dari pada teori. BLK berfungsi untuk merumuskan Kebijakan
Teknis di bidang Pelatihan Tenaga Kerja, pelaksanaan Pelayanan
Umum bidang Pelatihan Tenaga Kerja dan Pemberian pelayanan
penunjang penyelenggaraan pemerintah daerah.
B. Fungsi Balai Latihan Kerja
Balai Latihan Kerja berfungsi untuk mendukung suksesnya
misi, tugas pokok dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dalam rangka mempersiapkan SDM atau calon tenaga kerja yang
35

berkualitas dan kompeten serta memenuhi permintaan kebutuhan


pasar baik yang bekerja di perusahaan maupun yang
berwirasusaha sendiri melalui penyelenggaraan pelatihan dari
berbagai bidang kejuruan dan tingkatan yang merupakan
kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat / pemerintah lintas
kabupaten/ kota. Fasilitas dan program pelatihan kerja di BLK
ditujukan untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja dan
mengurangi angka pengangguran di daerah, dengan
memanfaatkan fasilitas pelatihan tersebut, pencari kerja akan siap
diserap pasar kerja dan industry.
Jadi tujuan pendirian BLK adalah :
a. Tercapai dan terwujudnya peningkatan kompetensi tenaga kerja
melalui program pelatihan kerja sehingga menjadi tenaga kerja
yang berkualitas, kompeten dan bersaing tinggi.
b. Terbentuknya perubahan sikap dan peningkatan kerja serta etos
kerja sehingga menjadi tenaga kerja yang produktif, mandiri
dan profesional.
c. Meningkatnya penghasilan dan kesejahteraan masyarakat.
C. Karakteristik Balai Latihan Kerja
Balai Latihan Kerja memiliki karakteristik dan keunggulan-
keunggulan dalam rangka meningkatkan program pelatihan bagi
peserta pelatihan, beberapa karakteristik dari Balai Latihan Kerja
adalah :
1. Balai Latihan Kerja adalah tempat atau wadah
berkumpulnya orang-orang untuk merencanakan,
melaksanakan suatu kegiatan yang hendak dicapai sesuai
dengan ide, gagasan, cita-cita yang mereka inginkan dengan
kebutuhan dan kesempatan kerja.
2. Balai Latihan Kerja adalah untuk pelaksanaan teknis yang
ada dibawah dan bertanggungjawab kepada kantor pusat
36

Kementrian Tenaga Kerja dan secara teknis fungsional


mendapat bimbingan dari pusat latihan.
3. Balai Latihan Kerja merupakan salah satu pendidikan Non
Formal yang sampai saat ini tidak memungut biaya dari
peserta pelatihan. Peserta mengikuti pelatihan secara gratis
dan mendapatkan fasilitas sesuai jenis pelatihan yang
diikuti.
4. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Balai Latihan Kerja
dilaksanakan secara terus-menerus sehingga pendidikan
seseorang itu pada hakekatnya tidak mudah berakhir
dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
5. Memberikan Pelatihan berbagai macam kejuruan dilakukan
di dalam maupun di luar Balai Latihan Kerja .
Dalam melaksanakan pelatihan Balai Latihan Kerja
berpedoman kepada Trilogi Latihan Kerja, yaitu ;
1. Latihan Kerja harus sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
2. Latihan Kerja harus senantiasa mutakhir sesuai dengan
perkembangan IPTEK( Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).
3. Latihan kerja merupakan kegiatan bersifat terpadu dengan
Dinas/ Instansi,
Badan Usaha milik pemerintah/ swasta, asosiasi profesi
dan masyarakat. Pelaksanaan pelatihan di BLK harus sesuai
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dengan
Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan yang dilakukan
pada Balai Latihan Kerja ( BLK) adalah berbasis kompetensi
agar nantinya angkatan kerja yang dihasilkan tidak hanya
memiliki pengetahuan saja, tetapi juga memiliki sikap kerja dan
keterampilan sehingga siap pakai dan mampu bersaing.
37

D. Faktor Eksternal dan Internal Pelatihan Kerja BLK


1. Faktor Eksternal Pelatihan Kerja BLK
Menurut Erlinda (2010) Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan Program Pelatihan Kerja BLK
terdiri dari faktor Eksternal dan Internal , dimana faktor
Eksternal BLK antara lain :
a. Pertumbuhan Ekonomi yang Berdampak pada
Kesempatan Kerja
Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi berperngaruh
positif terhadap perluasan kesempatan kerja. Hal ini sesuai
dengan pandangan yang dikemukan oleh Neoklasik,
semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
semakin tinggi pula pertumbuhan kesempatan kerjanya.
Secara normal dinegara berkembang, setiap pertumbuhan
ekonomi 3 % akan berakibat perluasan kesempatan kerja
ekitar 1% atau dengan kata lain pertambahan kesempatan
kerja 1% memerlukan pertumbuhan ekonomi sekitar 3%.
Kesempatan kerja mengandung pengertian lapangan
pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja
akibat suatu kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian
pengertian kesempatan kerja adalah mencakup lapangan
pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan kerja yang
masih lowong.
b. Sektor Unggulan Daerah
Hingga saat ini , sektor pertanian masih menjadi
sektor unggulan dalam menciptakan lapangan pekerjaan di
Sumatera Barat. Hal tersebut dikarenakan Sumatera Barat,
adalah salah satu provinsi di Indonesia di wilayah pulau
Sumatera, yang memiliki keanekaragaman hayati, dengan
kondisi wilayah yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis,
38

dengan kondisi curah hujan dan kelembaban yang


mendukung bagi berbagai jenis tanaman tropis.
Sektor ekonomi yang menggunakan sumber daya
lokal baik sumber daya manusia (tenaga kerja) dan bahan
baku yang dapat memenuhi permintaan pasar baik di dalam
maupun di luar daerah merupakan penentu pertumbuhan
ekonomi dari suatu daerah.
c. Globalisasi dan Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi dan pasar global
menyebabkan tingkat persaingan Sumber Daya Manusia
(SDM) dipasar kerja Nasional maupun Internasional terus
meningkat seiring dengan peningkatan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi baru pada berbagai bidang
dunia usaha serta kebutuhan tingkat profesionalisme yang
semakin tinggi.
Kondisi tersebut diatas akan berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pelatihan keterampilan pada BLK, seperti
contohnya tenaga kerja terdidik dari luar negeri yang masuk ke
Indonesia akan semakin besar sehingga persaingan dunia kerja
bagi lulusan BLK akan semakin ketat. Pusat-pusat pelatihan
keterampilan milik luar negeri juga akan semakin mudah
menyelenggarakan pelatihan keterampilan yang lebih
berkualitas dan bermutu.
2. Faktor Internal Pelatihan Kerja BLK
Pelatihan kerja merupakan hak setiap pekerja dalam
rangka meningkatkan dan mengembangkan keterampilan serta
keahlian sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut ada 4 faktor penting yang
harus ada dalam pelaksanaan pelatihan, yaitu; Instruktur
(tenaga kepelatihan), kurikulum, sarana dan prasarana. Hal
39

tersebut ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 13 tahun


2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 15, bahwa penyelenggara
pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :
a. Tersedianya tenaga kepelatihan.
b. Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan.
c. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja. Dan
d. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan
penyelenggaraan pelatiha kerja.
Keempat syarat diatas harus dipenuhi oleh lembaga-
lembaga pelatihan baik lembaga pelatihan milik pemerintah,
maupun milik swasta, apabila salah satu faktor tersebut diatas
tidak terpenuhi maka pelatihan tidak dapat dilaksanakan. Hal
ini ditegaskan di dalam UU no. 13 tahun 2003 pasal 17, ayat 1
yang menerangkan bahwa instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan di kapubaten/ kota dapat
menghentikan sementara penyelenggaraan pelatihan kerja,
apabila tidak sesuai dengan arah pelatihan kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9; dan/ atau tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15. Untuk
ketentuan penghentian sementara pelaksanaan pelatihan juga
diatur di dalam UU no. 13 tahun 2003 pasal 17 yang terdiri dari
beberapa ayat yang berbunyi:
a. Ayat (2) berbunyi; Penghentian sementara pelaksanaan
penyelenggaraan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), disertai alasan dan saran perbaikan dan
berlaku paling lama 6 (enam) bulan.
b. Ayat (3) berbunyi; penghentian sementara pelaksanaan
penyelenggaraan pelatihan kerja hanya dikenakan terhadap
program pelatihan yang tidak memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 15.
40

c. Ayat (4) berbunyi; Bagi penyelenggara pelatihan kerja


dalam waktu 6(enam) bulan tidak memenuhi dan
melengkapi saran perbaikan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dikenakan sanksi penghentian program pelatihan.
d. Ayat (5) berbunyi; Penyelenggara pelatihan kerja yang
tidak menaati dan tetap melaksanakan program pelatihan
kerja yang telah dihentikan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) dikenakan sanksi pencabutan izin dan pembatalan
pendaftaran penyelenggara pelatihan.
E. Balai Latihan Kerja (BLK) Tanah Datar
Tekan pengangguran, Dinas Tenaga Kerja Tanah Datar
Siapkan Tenaga Kerja Trampil. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh kementrian Tenaga Kerja baik di pusat, Provinsi Sumtra Barat
maupun Kabupaten Tanah Datar untuk mengentaskan
pengangguran yang jumlahnya semakin meningkat.
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar telah
meluncurkan program-program yang sifatnya membekali generasi
muda dengan keterampilan sehingga mereka mampu bersaing
dalam bursa tenaga kerja. Menurut cacatan ada banyak 7000
pencari kerja di Kabupaten Tanah Datar , dan hal itu menjadi
tantangan bagi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar untuk
melakukan upaya penekanan tingkat pengangguran, oleh sebab itu
Dinas Tenaga Kerja melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Batusangkar
melaksanakan pelatihan bagi mereka yang sedang mencari
pekerjaan.
Pada Balai Latihan Kerja (BLK) tersebut para pencari kerja
dilatih Garmen Aparel bagi generasi muda putri dan Bengkel
Sepeda Motor Yunior bagi generasi Muda Putra. Pelatihan tersebut
diadakan selama 38 hari bagi angkatan pertama yang dilatih oleh
dua orang instruktur.
41

Selain dari pelatihan tersebut, Dinas Tenaga Kerja


Kabupaten Tanah Datar juga mempersiapkan seleksi magang
jepang yang direkrut oleh Nakertrans Sumbar. Yang mana sebelum
melakukan seleksi magang tersebut, para peserta dilatih dulu
selama satu bulan oleh mantan para pemagang yang telah kembali
untuk mengajarkan kepada peserta magang baru mengenai
matematika dasar.
Setelah menjalaini pelatihan ini Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Tanah Datar berharap lulusan atau peserta pelatihan
tersebut mampu berusaha sendiri atau bekerja di tempat yang
sudah ada. Bahkan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar
berharap sangat kepada para peserta latihan agar mereka turut
mengentasan pengangguran dengan membuka usahanya sendiri.
F. Sosialisasi Penyebarluasan Bursa Tenaga Kerja Kabupaten Tanah
Datar
Selain mengadakan pelatihan kerja, Dinas Tenaga Kerja
Tanah Datar juga menggelar sosialisasi penyebarluasan informasi
bursa kerja. Yang mana tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah
untuk terwujudnya pelayanan pasar kerja secara cepat, tepat waktu
dan akurat kepada pencari kerja dan pengguna tenaga kerja serta
pemerintahan dan agar terciptanya kondisi pasar kerja yang lebih
baik, sehingga pencari kerja mudah menemukan pekerjaan dengan
mengisi lowongan kerja secara tepat, cepat dan benar.
Selain itu Dinas Tenaga Kerja Tanah Datar menghimbau
kepada pengusaha, diwajibkan untuk melapor kepada pemerintah
kota melalui Dinas Tenaga Kerja agar melaporkan lowongan-
lowongan yang tersedia sesuai dengan Keppres No.4 Tahun 1980.
Karena berdasarkan data dari Januari sampai Agustus 2017 untuk
pencari kerja di Kabupaten Tanah Datar sebanyak 9870 orang dan
42

didominasi oleh pencari kerja perempuan yaitu sebannyak 5981


orang, sedangkan pencari kerja laki-laki berjumlah 3889 orang.
43

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dari Januari sampai Agustus 2017 untuk
pencari kerja di Kabupaten Tanah Datar sebanyak 9870 orang dan
didominasi oleh pencari kerja perempuan yaitu sebannyak 5981
orang, sedangkan pencari kerja laki-laki berjumlah 3889 orang.
Untuk mengurangi jumlah pengangguran tersebut Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar menyelenggarakan kegiatan
pelatihan kerja melalui Balai Latihan Kerja Batusangkar, dengan
berbagai program pelatihan baik pelatihan mengenai mekanik dan
keterampilan kuliner. Yang mana dari program pelatihan tersebut
diharapakan lulusan atau peserta pelatihan tersebut mampu
berusaha sendiri atau bekerja di tempat yang sudah ada. Bahkan
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar berharap sangat
kepada para peserta latihan agar mereka turut mengentasan
pengangguran dengan membuka usahanya sendiri.
B. Saran
Pelaksanaan program pelatihan kerja yang dilaksanakan
oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tanah Datar sudah berjalan
baik, namun akan lebih baik lagi apabila Dinas Tenaga Kerja bisa
melaksanakan saran berikut :
a. Disamping mendorong intervensi pemerintah dalam
memperbaiki, memelihara serta melakukan penambahan aset
pada Dinas Penanaman Modal Pelayanan terpadu Satu Pintu
dan Tenaga Kerja (DPMPTSP DAN NAKER) Tanah Datar
melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Batusangkar, Dinas
Penanaman Modal Pelayanan terpadu Satu Pintu dan Tenaga
Kerja (DPMPTSP DAN NAKER) Tanah Datar sebaiknya juga
meningkatkan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya
44

mengatasi masalah pendanaan serta mengoptimalkan


penyelengaraan pelatihan kerja agar lebih berorientasi pada
kebutuhan pasar kerja.
b. Menjadikan Balai Latihan Kerja Batusangkar sebagai Badan
Layanan Umum kemudian di otonomikan yang bisa
memanfaatkan tenaga kepelatihan tamu, baik yang berasal dari
kalangan universitas seperti politeknik maupun profesional.
c. Diharapkan Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSP DAN NAKER) Tanah Datar
bisa menjadi informan yang lebih baik lagi dari yang biasanya
dalam memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan
bagi para pencari kerja.
45

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amir,HT.2007.Pengembangan Program Pelatihan Kerja pada Balai


Latihan Kerja Instruktur dan Pengembangan Surabaya.Jurnal
Balitbang Jawa timur.Cakrawala Edisi I,bulan ke-6.

Arka,Sudarsana.2015.Analisis.Pengaruh.Pendidikan,.Pdrb PerKapita.
Dan.Tingkat Pengangguran. Terhadap.Jumlah. Penduduk .Miskin
Provinsi Bali.E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Udayana,

Faisal R,Dongoran.2016.Analisis Jumlah Pengangguran Dan


Ketenagakerjaan Terhadap Keberadaan Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah Di Kota Medan.Jurnal Edutech Vol. 2 No. 2.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigarsi Republik


Indonesia No.8 tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan Berbasis Kompetensi.

Simanjuntak,Payaman.1998.Pengantar Ekonomi Sumber Daya


Manusia.Jakarta.Lembaga Pendidikan Fakultas UI.

Yolanda,Roselina.2015. Pedoman Pelatihan Tenaga Kerja. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai