Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO

(Daya Saing Digital)

Disusun oleh

Mutiara Haryani (202014579015)

KELAS X-4D

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL (FIPPS)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022
1. Pendahuluan
Kehadiran era digitalisasi sudah tidak dapat dielakkan lagi. Indonesia perlu
mempersiapkan langkah-langkah strategis agar mampu beradaptasi dengan era industri
digital ini. Beragam kegiatan usaha bermunculan dengan kreatifitas yang
mengagumkan diberbagai bidang dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi, seperti perdagangan, transportasi, perbankan, pendidikan, ekspedisi,
perhotelan, beragam jasa bahkan pelayanan di pemerintahan pun berbasis digital.
Lahirnya teknologi digital saat ini berdampak terhadap kehidupan manusia di seluruh
dunia. Dimana semua proses dilakukan secara sistem otomatisasi di dalam semua
proses aktivitasi.

Salah satu momentum yang menjadi pergerakan perkembangan era digitalisasi adalah
ketika hadirnya Covid-19. Hadirnya pandemi Covid-19 memang memberikan dampak
duka mendalam bagi setiap negara di dunia, baik secara kesehatan maupun ekonomi.
Namun meski demikian, di sisi lain pandemik Covid-19 telah mendongkrak
penyesuaian revolusi digital mulai dari cara kerja, cara beraktivitas, cara berkonsumsi,
cara belajar, cara bertransaksi yang sebelumnya offline dengan kontak fisik beralih
menjadi online dan digital. Kondisi tersebut, setidaknya menyadarkan pada kita publik
bahwa untuk menjadikan sektor digital sebagai pendorong ekonomi pada masa
mendatang harus disertai upaya ekstra keras dari semua pemangku kepentingan.

2. Peluang (Opportunities)
Saat ini masyarakat semakin adaptif dalam memanfaatkan teknologi, termasuk untuk
tujuan ekonomi. Teknologi digital telah membuka kemungkinan kolaborasi yang lebih
besar di antara para pemangku kepentingan ekonomi dalam rangka memperluas
perdagangan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan akses ke layanan
publik. Peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini didukung oleh
fakta bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 populasi terbesar di dunia. Usia
produktif Indonesia berjumlah sekitar 191 juta penduduk atau 70,7% dari total
penduduk. Dengan potensi tersebut, maka akan ada lebih banyak terobosan dan inovasi
di masa depan.
Selain itu terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan guna melebarkan peluang
Indonesia dalam daya saing digital :
a. Membangun Toko Online
Membangun toko online adalah membuat sebuah website atau platform sebagai
sarana bagi transaksi pembelian produk secara online. Karena potensi bisnis
ecommerce yang besar di Indonesia, berjualan online merupakan salah satu ide
bisnis digital terbaik.
b. Membuat aplikasi mobile
Saat ini jumlah pengguna mobile di Indonesia mencapai 350 juta jiwa. Jika
memiliki keahlian membuat aplikasi mobile, baik untuk platform Android atau
Apple, Seseorang bisa mencoba menekuni bisnis digital ini. Mengembangkan
kemampuan agar mampu membuat aplikasi yang menjadi solusi bagi banyak orang
seperti halnya Gojek. Tipsnya, pelajari potensi pasar dan temukan gap of the
market, yaitu ranah bisnis yang belum digarap oleh siapapun. Jika menjadi orang
yang pertama terjun di bidang tersebut tentu saja akan berpeluang memperoleh
peluang usaha yang sangat besar.

3. Tantangan (Challenge)
Transformasi digital perlu mendapat perhatian dan dukungan kita bersama.
Kementerian Investasi/BKPM merilis artikel bahwa terdapat beberapa tantangan utama
bagi Indonesia pada perkembangan revolusi digital, diantaranya adalah; Cyber Security
(keamanan siber pada segala fasilitas digital di Indonesia), Persaingan yang ketat,
Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), Ketersediaan akses Internet untuk
seluruh wilayah Indonesia, dan Regulasi yang belum mengikuti perkembangan zaman.

Dengan adanya perkembangan digitalisasi dapat memungkinkan munculnya model


bisnis baru, integrasi antar sektor bisnis, serta perubahan model bisnis pada sektor yang
sudah ada. Perkembangan teknologi informasi memberikan dampak yang signifikan
terhadap perekonomian Indonesia. Perkembangan ini mampu menciptakan model
bisnis dan pelaku ekonomi baru yang sangat dinamis, sehingga mampu menggeser
praktik- praktik ekonomi tradisional yang eksis sebelumnya (Satria, 2018). Sedangkan
penguasaan teknologi digital adalah salah satu hal yang masih dapat dikatakan minim
di Indonesia. Hal inilah yang harus diantisipasi dan diselesaikan oleh pemerintah
menjelang bonus demografi. Bonus demografi akan maksimal apabila penduduk usia
produktif memiliki kesehatan yang layak, pendidikan, dan keterampilan yang memadai.
Apabila kemajuan teknologi tidak diiringi dengan keterampilan masyarakat dalam
memanfaatkan teknologi tersebut, maka Indonesia dikhawatirkan hanya akan menjadi
penonton dan pangsa pasar produk asing.

Seiring dengan dinamika era


globalisasi dan dimensi
Profesionalisme, di dunia saat
ini telah terjadi pergeseran
pola pikir atau paradigma
para pengelola usaha
terutama bisnis serta dunia
pendidikan dimana harapan-
harapan dari implementasi
digital proses operasional
organisasi mendapatkan
tantangan nilai tambah baru
dan daya cipta yang tidak
terbatas (unbound creativity).
Berdasarkan survei dari Price
Waterhouse Coopers(PWC),
secara wilayah, Asia Pasifik memiliki harapan terbesar untuk lima tahun
mendatang mendapatkan tingkat pengembalianmanfaat (gain) diantara 10 s.d 30%
melalui penerapan prinsip-prinsip Industri. Hal ini bisa terwujud dengan dampak
penggunaan konsep “IoT” yang mengontrol dengan ketat aspek efisiensi cara kerja di
segala lini sebagai prioritas serta dilakukannya proses produksi yang berbiaya rendah
serta mendapatkan penghasilan tambahan dari produk sampingan (non-core products).
Bagaimana hal ini dapat terwujud? tentu jawaban yang paling utama dan senantiasa
muncul adalah peningkatan kapasitas dari Profesional yang bekerja dibalik suatu
organisasi yang menerapkan Industri digitalisasi. Dalam laporan World Economic
Forum’s:Future of Jobs Report 2018,perubahan teknologi di era Industri digitalisasi
disebutkan dapat membawa dampak positif pada sektor bisnis yang pada akhirnya
memberikan dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya itu, perubahan
teknologi juga memungkinkan tumbuhnya lapangan kerja baru yang tidak pernah
diduga sebelumnya. Jadi tidak hanya menghilangkan beberapa bidang
pekerjaan(negative mind), perkembangan teknologi telah membuat penyesuaian
terhadap beberapa pekerjaan sehingga memungkinkan munculnya cabang pekerjaan
baru(positive mind).Bagaimana dengan kesiapan Indonesia? Menurut Departemen
Tenaga Kerja, Indonesia harus memiliki 113 juta tenaga kerja terampil sebagai
indikator kemapanan daya saing tenaga kerja. Sebagai Informasi, berdasarkan hasil
riset Badan Perencanaan dan Pengembangan Kementerian Ketenagakerjaan yang
diolah dari data BPS, diinformasikan bawah jumlah tenaga kerja terampil saat ini adalah
berkisarsekitar57 juta orangdari total penduduk Indonesia.Dengan ilustrasi diatas,
menurut Depnakertrans artinya Indonesia membutuhkan pasokantenaga kerja terampil
per tahun hinggatahun 2030 sekitar 3,7 juta/tahun. Masing-masing 1,59 juta tenaga
kerja tingkatahli tersertifikasi, 0,46 juta tenaga kerja level teknisi atau analis
tersertifikasi, dan 1,85 juta tenaga kerja tingkatoperator atau pelaksana
tersertifikasi.Selain itu, untuk mengimbangi kemajuan teknologi dengan keterampilan
tenaga kerja, dibutuhkan pelatihan dasar seperti teknik analisis, pengoperasian
infrastuktur digital dan ICT(Information and communications technology). Secara
global, hasil penelitian lembaga McKinsey Global Institute menunjukkan sekitar 30%
tugas dari dua pertiga jenis pekerjaan akan dapat digantikan oleh teknologi seperti
robot atau kecerdasan buatan. McKinsey memprediksi otomatisasi tersebut akan
mengakibatkan hilangnya 3-14% profesi pada 2030. Sekitar 75 hingga 375 juta tenaga
kerja di dunia artinya harus berganti bidang mata pencaharianyang masih menggunakan
pola lama dengan pekerjaan baru yang menuntut Profesionalisme.

4. Upaya (Effort)
Menkominfo menyatakan kepemimpinan digital sebagai titik kritikal dalam mendorong
transformasi digital nasional. Oleh karena itu, Pemerintah menyiapkan program
stimulus untuk meningkatkan kecakapan lanjutan atau advance digital skills melalui
program Digital Leadership Academy (DLA). Program DLA merupakan stimulus bagi
manajer dan pemimpin tertinggi dalam organisasi sektor publik dan privat di Indonesia
dengan kompetensi kepemimpinan digital. Pelatihan dirancang dengan materi yang
mencakup penyusunan strategi, pengembangan ekosistem digital yang solid
antarpemangku kepentingan, peningkatan kompetensi teknis di bidang digital, serta
penciptaan budaya, pola pikir, dan keterampilan digital. Menkominfo Johnny G. Plate
menyatakan program DLA Kementerian Kominfo pada tahun 2021 telah mencetak
kurang lebih 300 pemimpin digital. Tahun ini jumlah peserta program DLA
ditingkatkan menjadi 550 orang dan Kementerian Kominfo memperluas mitra
perguruan tinggi.

Tahun 2022 ini, pelaksanaan program DLA melibatkan delapan perguruan tinggi dan
satu global tech company Amazon Web Services. Setiap peserta akan mengikuti
pendidikan eksekutif terkustomisasi sesuai dengan kebutuhan transformasi digital di
Indonesia. Tema pelatihan dan jumlah alokasi peserta program Pelatihan DLA beragam
sesuai dengan mitra global. Tema Digital Transformation in Smart City bermitra
dengan National University of Singapore (NUS) untuk 105 peserta. Tema Digital
Transformation in Digital Business bermitra dengan Tsinghua University untuk 110
peserta. Adapun tema Delivering Public Services: Efficiency, Equity, and Quality
bermitra dengan Harvard University untuk 10 peserta, dan tema Digital
Transformation: Policy and Practice University of Oxford sebanyak 65 peserta.
Kemudian, tema Digital Leadership: Transformation in a VUCA (volatility,
uncertainty, complexity, and ambiguity) World Cornell University dengan alokasi 50
peserta. Tema Digital Transformation Strategies dengan mitra Imperial College London
sebanyak 25 peserta. Tema Digital Business Strategy: Harnessing Our Digital Future
dengan mitra Massachusetts Institute of Technology (MIT) sebanyak 10 peserta, dan
tema Organizational Design for Digital Transformation dengan Massachusetts Institute
of Technology (MIT) sebanyak 10 peserta. Selanjutnya tema Digital Transformation
dengan mitra University of Cambridge sebanyak 15 peserta; dan tema Driving
Government Digital Transformation with One Data and Smart City dengan mitra
Amazon Web Services (AWS) sebanyak 150 peserta.

5. Persaingan (Competition)
Daya Saing Digital Indonesia di kancah Internasional masih terbilang cukup tertinggal
jika dibandingkan dengan negara tetangga kita yaitu Singapura. Negara Singapura
sangat maju dalam budaya digitalnya dengan keberadaan beberapa industri kreatif
digital yang sudah dikenal oleh dunia, seperti Grab, Lazada, Air Trunk, Property Guru,
Trax, Bigo, dan lain-lain. Selain itu, terdapat beberapa perusahaan pemasaran digital
(digital marketing) yang berkembang dan memiliki nilai investasi yang tidak kalah
dengan perusahaan besar menurut data review Clutch, antara lain; SGK, First Page
Digital Singapore, Creative For More, Rioks, Oom Pte Ltd, SocialFin, Metric Digital
Singapore, Markettible, dll.

Indonesia memang tidak masuk pada peringkat atas dalam daya saingdigital (digital
competitiveness) tingkat global. Pada akhir tahun 2017, Indonesia berada pada
peringkat ke-59 tingkat daya saing digital di dunia, dibawah Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filipina pada kawasan Asia Tenggara. Namun setelah tahun tersebut
Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada data IMD, Indonesia mampu
mengungguli Filipina di tahun 2020. Indonesia sedang tumbuh dalam pencapaian di

6. Kesimpulan
Perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan kompetisi
yang ketat. Mobilitas manusia, distribusi barang, serta lalu lintas modal dan informasi
semakin cepat berkembang melalui digitalisasi. Dibutuhkan kejelian dan juga antisipasi
yang strategis serta terintegrasi bagi mereka yang berkecimpung didalam dunia
pengembangan SDM dalam upaya perubahan yang bersifat distruptive serta multi talent
khususnya pada sisi kompetensi yang melekat pada individu, untuk merubah tantangan
dalam menghadapi era industri digitalisasi menjadi peluang yang terbuka luas.

Industri juga merupakan salah satu support system yang perlu diperhatikan dalam
perkembangan era digitalisasi sebab Perlunya pengupayaan agar terbentuknya struktur
pasar industri kreatif dengan persaingan sempurna yang mempermudah pelaku industri
kreatif untuk melakukan bisnis dalam sektor yang dituju

Kemudian bagian penting lainnya yang memerlukan banyak perhatian adalah


Teknologi. Teknologi merupakan enabler untuk mewujudkan kreativitas individu
dalam karya nyata. Teknologi dimasukkan kedalam pilar karena fungsinya sebagai
kendaraan dan perangkat (tools) bagi pengembangan landasan ilmu pengetahuan.
Teknologi bisa dipakai dalam berkreasi, memproduksi, berkolaborasi, mencari
informasi, distribusi dan sarana bersosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://ekon.go.id/publikasi/detail/3434/digitalisasi-mengakselerasi-transformasi-menuju-
ekonomi-baru-dengan-nilai-tambah-dan-daya-saing-yang-lebih-tinggi

https://kominfo.go.id/content/detail/40907/siaran-pers-no-116hmkominfo032022-tentang-
hadapi-laju-digitalisasi-kominfo-siapkan-stimulus-lewat-program-dla/0/siaran_pers

Ramdani Salim, Ahmad. “TANTANGAN SDM MENGHADAPI INDUSTRI 4.0:


PROFESIONALISME.” JIMEA-JURNAL INOVASI MANAJEMEN EKONOMI DAN
AKUNTASI VOL 1 NO 1 APRIL 2019 E-ISSN : 2684-8031, Apr. 2019.

Andriariza, Yan & Agustina, Lidya. (2020). PERKEMBANGAN DAN TANTANGAN


INDUSTRI TEKNOLOGI FINANSIAL INDONESIA DI ERA EKONOMI DIGITAL.
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan
Komunikasi. 11. 116. 10.17933/mti.v11i2.190.

SASMITADIHARJO, AFIANDI (2018-2020). DIPLOMASI EKONOMI INDONESIA


TERHADAP SINGAPURA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DIGITAL DUNIA
TAHUN.

Agus Setiono, Beni. Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi
Revolusi Industri 4.0. Mar. 2019.

EKA SATYA, VENTI. “STRATEGI INDONESIA MENGHADAPI INDUSTRI 4.0.” Vol. X,


No. 09/I/Puslit/Mei/2018, May 2018.

Anda mungkin juga menyukai