Anda di halaman 1dari 5

Modul Pengenalan Digital Marketing P age |1

1. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kini internet telah
menjadi sumber informasi yang populer dikarenakan mampu menawarkan akses informasi
yang mudah, cepat, dan dalam jumlah yang hampir tidak terbatas (Nurjanah et al., 2017).
Bahkan tren pemasaran di dunia beralih dari yang semula konvensional (offline) menjadi
digital (online). Strategi digital marketing ini lebih prospektif karena memungkinkan para
calon pelanggan potensial untuk memperoleh segala macam informasi mengenai produk dan
bertransaksi melalui internet (Purwana et al., 2017). Perkembangan teknologi dan perubahan
perilaku manusia pada akhirnya menjadi pendorong pelaku bisnis untuk melakukan strategi
komunikasi pemasaran dengan menggunakan strategi pemasaran digital (Wirawan & Oktivera,
2016).
Memasuki era digital seperti saat ini, kemudahan dan praktis menjadi tuntutan yang besar
dalam setiap aktivitas. Dampak digitalisasi bukan hanya pada adanya internet, tetapi juga
digitalisasi pada sektor ekonomi. Kondisi tersebutlah yang menyebabkan munculnya ekonomi
digital. Salah satu bentuk perkembangan teknologi digital dibidang ekonomi yang dapat
dijadikan sarana untuk memperoleh keuntungan ialah e- commerce (Damayanti et al., 2021).
2. Konsep Kewirausahaan Digital
Pengembangan UMKM berbasis digital menjadi salah satu alternatif penyelamatan sektor
UMKM di masa pandemi Covid-19. Dengan begitu pandemi Covid-19 telah membuat
tumbuhnya ekosistem kewirausahaan digital. Dalam konteks ini, kewirausahaan digital
merupakan bentuk bisnis yang memanfaatkan kecanggihan teknologi digital, baik proses
hingga pada pemasaran produk dan jasa. Dengan kata lain, semua jenis usaha yang menjual
produknya secara online baik menggunakan website atau aplikasi termasuk dalam ranah
kewirausahaan digital. Penggunaan aplikasi e-commerce dan pemanfaatan media sosial dalam
pemasaran digital termasuk ranah kewirausaahan digital. Dengan demikian, masa depan
kewirausahaan digital bisa menjadi salah satu sektor yang akan banyak memberikan kontribusi
positif pada penguatan perekonomian Indonesia (Arianto, 2020). Pelaku bisnis mulai
menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk menjalankan maupun menunjang
kegiatan bisnis mereka. Pergerakan dan perubahan cara berbisnis yang kian cepat ke arah
digitalisasi ini memaksa pelaku bisnis untuk beradaptasi mengikuti perubahan tersebut. Bagi
perusahaan besar, perubahan pola bisnis yang mengarah pada proses digitalisasi ini tidak terlalu
mengalami kendala dikarenakan dengan karakteristik perusahaan besar yang memiliki sumber
daya yang cukup baik. Namun, bagi UMKM proses digitalisasi ini akan membutuhkan banyak
persiapan (Idah & Pinilih, 2019).
Universitas Bina Sarana Informatika |
Modul Pengenalan Digital Marketing P age |2

3. Konsep Digital Marketing


Manfaat internet semakin sangat terasa bagi para pemakainya yang tidak bisa lepas dari
dunia internet ini. Seperti misalnya para internet marketer, narablog, blogger, dan juga
sekarang toko online semakin mempunyai tempat di mata para konsumen yang sedang mencari
barang tertentu. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan,
pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan capaian
tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia (Febriyantoro & Arisandi, 2018).
Digital Marketing adalah salah satu media pemasaran yang saat ini sedang banyak diminati
oleh masyarakat untuk medukung berbagai kegiatan yang dilakukan. Mereka sedikit demi
sedikit mulai meninggalkan model pemasaran konvesional/tradisional beralih ke pemasaran
modern yaitu digital marketing (Pradiani, 2018). Serta digital marketing dapat memudahkan
promosi penjualan, seperti penggunaan media sosial yang banyak digunakan oleh para pemasar
(Oktaviani & Rustandi, 2018).
4. Karakteristik Digital Marketing
Menurut (Rapitasari, 2016) secara sederhana, terdapat dua jenis karakteristik bisnis yang
harus dikenali dalam menentukan untuk menggunakan digital marketing, yaitu :
A. Mengenali karakteristik pelanggan atau calon pelanggan
Dalam hal ini, terdapat dua jenis karakteristik pelanggan, yaitu pelanggan yang telah aktif
dalam kegiatan online, atau pelanggan yang akan aktif dalam kegiatan online. Jika pelanggan
adalah pihak yang menggunakan teknologi digital dalam mencari atau membeli produk dan
jasa yang ditawarkan, maka penggunaan digital marketing adalah sebuah pilihan terbaik.
Sebaliknya, jika pelanggan tidak memerlukan penggunaan teknologi digital, maka tidak perlu
menggunakan strategi digital marketing. Namun demikian, pelanggan yang belum
menggunakan tersebut bukan berarti tidak akan pernah menggunakan dan dapat menjadi calon
pelanggan di masa depan, oleh karena itu, penggunaan digital marketing tetap perlu
dipertimbangkan sebagai strategi pemasaran dengan target jangka panjang.
B. Mengenali kesesuaian karakteristik produk atau jasa atau merek dengan digital marketing
Hampir semua jenis produk/jasa/merek dapat dijual secara online. Prinsip ini mendasari
argumen bahwa tidak perlu ada karakteristik khusus untuk dapat menjual barang melalui
strategi digital marketing.
5. Konsep Technopreneurship
Dalam wacana nasional, istilah technopreneurship mengacu pada pemanfaatan teknologi
informasi untuk pengembangan wirausaha. Jenis wirausaha dalam pengertian
technopreneurship disini tidak hanya dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, seperti
Universitas Bina Sarana Informatika |
Modul Pengenalan Digital Marketing P age |3

vendor IT, web hosting, atau web design, tetapi segala jenis usaha, seperti meubel, restaurant,
pertanian, retail ataupun kerajinan tangan. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan
disini adalah pemakaian internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan
online (e-Commerce), pemanfaatan software/program khusus untuk memotong biaya produksi
dan kegiatan operasional lainnya. Sebagai contoh, penggunaan Perangkat Lunak tertentu akan
mengurangi biaya produksi bagi perusahaan Meubel. Jika sebelumnya, mereka harus membuat
prototype dengan membuat kursi sebagai sample dan mengirimkan sample tersebut, maka
dengan pemakaian Perangkat Lunak tertentu, maka perusahaan tersebut tidak perlu
mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi dalam
bentuk soft-copy saja. Demikian pula pada bidang pertanian misalnya, upaya pembuatan
peralatan pertanian, pembuatan irigasi pertanian untuk membantu mengalirkan air ke lahan
pertanian secara lebih baik. Technopreneur pada bidang industri, yaitu upaya menemukan alat-
alat canggih yang dapat membantu proses produksi supaya lebih efektif dan efisien (Hartono,
2011).

6. Penerapan Technopreneurship
Pentingnya technopreneurship dewasa ini berkenaan dengan keterikatannya pada ilmu dan
teknologi. Ketika negara menggunakan pendekatan peningkatan kemampuan teknologi sebagai
pendorong peningkatan produksi nasional dan dalam banyak negara sebagai strategi
competitive advantage, maka technopreneurship adalah program yang termasuk didalamnya
sebagai bagian integral dari peningkatan budaya (culture) kewirausahaan. Technopreneurship
perlu mengkolaborasikan budaya dan konsepsi, yaitu budaya inovasi, kewirausahaan, dan
kreativitas, serta konsep inkubator bisnis, penelitian, pengembangan, knowledge management
dan learning organization, yang didukung oleh kapabilitas wirausahanya sendiri, koneksitas
dan kolaboratif (Mopangga, 2015).
Teknologi informasi dan komunikasi berupa sumber daya informasi yang saling terhubung
dalam satu kontrol manajemen langsung yang sama dan memiliki pembagian wewenang fungsi
yang terpadu, membentuk sebuah sistem yang terdiri dari hardware, software, informasi, data,
aplikasi, komunikasi, dan manusia. Perusahaan yang dibantu aktivitasnya dengan teknologi
informasi seperti keuangan, sumber daya manusia, pemeliharaan dan pemasaran dapat bekerja

Universitas Bina Sarana Informatika |


Modul Pengenalan Digital Marketing P age |4

lebih efektif dan efisien dibandingkan ketika belum memanfaatkan teknologi informasi
(Firdaus & Widyasastrena, 2018).
Sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Indonesian masih kurang jiwa
kewirausahaannya. Hal ini dikarenakan proses belajar mengajar kewirausahaan di perguruan
tinggi masih banyak pada pengembangan pengetahuan dan teori. Melalui pengembangan
technopreneurship diharapkan materi perkuliahan kewirausahaan diperkaya dengan technology
skill, sehingga mahasiswa dapat menguasai konsep dan teori kewirausahaan ( Business skill :
kewirausahaan, pemasaran, Bisnis plan, dan manajemen/bisnis) dan technology skill (invention
dan inovation, penawaran dan permintaan teknologi, intelectual property management atau
HAKI, disain produk dan kemasan) (Hamid, 2013). Untuk lebih jelasnya kerangka pikir
pengembangan teknopreneurship dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Pengembangan Technopreneurship

7. E-Commerce
Electronic Commerce (e-commerce) merupakan konsep baru yang biasa digambarkan
sebagai proses jual beli barang atau jasa pada World Wide Web Internet (Shim, Qureshi, Siegel,
2000) dalam Suyanto (2003:11) atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi
melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung, 2000) dalam Suyanto
(2003:11). Sedangkan menurut Kalakota dan Whinston (1997) dalam Suyanto (2003:11)
mendefinisikan e-commerce dari beberapa perspektif berikut :
1. Perspektif Komunikasi : e-commerce merupakan pengiriman informasi, produk/layanan,
atau pembayaran melalui lini telepon, jaringan komputer atau sarana eletronik lainnya.
2. Perspektif Proses Bisnis : e-commerce merupakan aplikasi teknologi menuju otomisasi
transaksi dan aliran kerja perusahaan.

Universitas Bina Sarana Informatika |


Modul Pengenalan Digital Marketing P age |5

3. Perspektif Layanan: e-commerce merupakan salah satu alat yang memenuhi keinginan
perusahaan, konsumen dan manajemen dalam memangkas service cost ketika meningkatkan
mutu barang dan kecepatan pelayanan.
4. Perspektif Online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli produk dan informasi di
internet dan jasa online lainnya.
Salah satu fungsi dari pemanfaatan e-commerce ini adalah adanya efisiensi terhadap
dunia usaha. Baik efisien secara materil (biaya) maupun secara non-materil (tenaga dan waktu).
Dari segi biaya, perusahaan dapat menekan biaya misalnya dengan me- manfaatkan telepon
dan internet sebagai media penawaran dan promosi barang atau jasa. Karena hal tersebut akan
lebih murah dibandingkan dengan cara tradisional atau offline. Di sisi lain, efisiensi biaya ini
juga bisa terjadi karena adanya pengurangan tenaga kerja pada posisi tertentu. Selain itu,
penggunaan e-commerce juga dapat menekan waktu kerja. Hal ini terjadi misalnya dengan
pemanfaatan fax dan email dalam mengirimkan berbagai surat bisnis (Maryama, 2018).
Sistem e-commerce dapat mempermudah sistem jual beli yang ada di Indonesia.
Orang-orang juga lebih tertarik untuk membeli barang dengan menggunakan teknologi e-
commerce ketimbang harus pergi belanja konvensional. Berdasarkan fenomena tersebut
menunjukkan bahwa tingkat konsumeris masyarakat semakin tinggi disebabkan olah
mudahnya untuk membeli barang. Masyarakat tidak lagi melihat harga tetapi lebih kepada
kecepatan dan kenyamanan belanja melalui e-commerce. Selain itu, pembelian barang melalui
e-commerce bukan lagi atas dasar kebutuhan tetapi lebih kepada trend yang terjadi di
lingkungan sosial. Trend yang dimasud adalah banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk
membeli barang karna melihat iklan di e-commerce sangat menarik dari pada membeli secara
konvensional (Ridwan, Masrul, & Juhaepa, 2018).
7. Penggolongan E-Commerce
Penggolongan e-commerce yang lazim dilakukan orang ialah berdasarkan sifat
transaksinya. Menurut Suyanto (2003:45) tipe-tipe berikut segera bisa dibedakan :
1. Business to business (B2B), adalah model e-commerce dimana pelaku bisnisnya adalah
perusahaan, sehingga proses transaksi dan interaksinya adalah antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya. Contoh model e-commerce ini adalah beberapa situs e-banking yang
melayani transaksi antar perusahaan.
2. Business to Consumer (B2C), adalah model e-commerce dimana pelaku bisnisnya
melibatkan langsung antara penjual (penyedia jasa e-commerce) dengan individual buyers atau
pembeli. Contoh model e-commerce ini adalah airasia.com.

Universitas Bina Sarana Informatika |

Anda mungkin juga menyukai