Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIK PENDIDIKAN DALAM SEKTOR


TENAGA PENDIDIK UNTUK MENYONGSONG INDONESIA EMAS

Oleh
Kelompok 4 :

ANSHORI DAULATUL ISLAM 41038103231001


NENDEN NOER KUSMAWATI 41038103231014
YETI NURHAYATI 41038103231029
NUR INDAH JUNIATI 41038103231124

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan
segala usaha dalam penyusunan makalah Analisis Perencanaan Strategik Pendidikan
Dalam Sektor Tenaga Pendidik Untuk Menyongsong Indonesia Emas ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Bapak dosen mata kuliah
Perencanaan Stratejik Pendidikan yang bertindak sebagai pembimbing dalam membuat
makalah ini. Semoga Allah Swt membalas segala amal kebaikannya dengan pahala yang
berlipat ganda, Amiin.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi Pendidkan. Namun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di kemudian
hari.
Oleh karena itu, sangat mahfum apabila makalah ini masih terdapat hal-hal yang
dirasa belum lengkap serta memuaskan semua pihak. Kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca budiman sangat dinantikan guna sempurnanya Makalah ini.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Bandung, November 2023


Penulis,

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................................3

BAB II ISI..................................................................................................................................4

A. Teori Pendidikan.................................................................................................................4

B. Teori Manajemen Strategik.................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................10

A. Perencanaan Strategik Indonesia di Bidang Pendidikan dalam Menyongsong Indonesia


Emas..................................................................................................................................10

B. Analisis Sektor Tenaga Pendidik dalam Kebijakan Strategik Indonesia..........................14

BAB II PENUTUP...................................................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................................................16

B. Saran..................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia menyambut usia 100 tahun merdeka pada tahun 2045 mendatang. Saat
mencapai usia emas tersebut, Indonesia dicanangkan untuk membangun kebangkitan
generasi emas yang membawa pada kualitas Negara yang kuat. Melalui momentum
tersebut, Indonesia bercita-cita menjadi negara dengan pendapatan perkapita yang setara
dengan negara maju, sehingga dapat keluar dari Middle Income Trap (MIT). Generasi
Emas 2045 diperkirakan akan meneruskan upaya generasi sebelumnya dalam membantu
Indonesia menempuh berbagai tantangan global, dan meningkatkan kesejahteraan
nasional. Untuk mencapai visi ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan sasaran dan
target yang ambisius di berbagai bidang seperti pendidikan, teknologi, dan ekonomi.
Dalam mewujudkan impian tersebut disusun Visi Indonesia Tahun 2045 dengan 4 (empat)
pilar, yaitu: (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan,
serta (4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan (Bappenas,
2019).

Menyongsong generasi emas yang tangguh dan bermoral menuntut peran guru
dalam menyiapkan siswa memiliki keterampilan abad XXI yang berkarakter, berpikir
kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, kolaboratif, dan kompetitif. Berbagai tantangan
dalam menyiapkan siswa yang tangguh dan bermoral diantaranya: globalisasi, teknologi,
migrasi, kompetisi internasional, perubahan pasar, tantangan lingkungan dan politik
internasional. Upaya pemerintah menyiapkan generasi emas dengan pembangunan di
bidang pendidikan, diantaranya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum dan
peningkatan profesionalisme guru.

Pembelajaran dengan belajar merupakan suatu kegiatan yang tak dapat dipisahkan
dari sepanjang perjalanan manusia. Dari belajar inilah setiap individu dapat meningkatkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Dengan kegiatan di dalam proses belajar mengajar
setiap individu memperoleh ilmu, keterampilan, dan kelakuan yang lebih baik. Kegiatan
belajar hakikatnya dilaksanakan dalam mengupgrade kemampuan atau kompetensi setiap
individu (Pribadi, 2009:21). Sedangkan menurut Schunk (2012:5). Pembelajaran
hakikatnya menghadirkan perubahan yang dapat melebur kedalam perilaku setiap
individu, ataupun ke dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang diperoleh
dari implementasi ataupun bentuk-bentuk proses pengalaman lainnya. Tolak ukur dari
setiap proses pembelajaran itu adalah pembelajaran yang melibatkan setiap individu,
pembelajaran dapat bertahan lama meresap dan tidak termakan oleh waktu, serta
pembelajaran dapat didapatkan langsung dengan metode pengalaman.

Guru dalam pembelajaran memiliki peranan penting, Belajar tanpa guru adalah
ilusi, sebab dari seluruh komponen pembelajaran yang terdapat semacam kurikulum,
fasilitas prasarana, prosedur pembelajaran, guru, siswa, orang tua, serta area, yang sangat
memastikan ialah guru. Guru mempunyai peran yang sangat mulia, dari merekalah
terbentuk generasi emas Indonesia. Terlebih guru mengemban amanat guna mewujudkan
pembelajaran nasional yakni berkembangnya kemampuan partisipan didik supaya
menjadi manusia yang beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan sebagai masyarakat Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

Menghadapi generasi emas 2045 terdapat banyak permasalahan dalam pendidikan


di Indonesia, Berdasarkan laporan, Mutu pembelajaran di Indonesia pada tahun tahun ini
dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Terbukti dalam hasil dari survei keahlian pelajar
yang dijabarkan dalam Programme for International Student Assessment (PISA)
Desember 2019 di Paris, yang menempatkan Indonesia di posisi ke-72 dari 77 negara
yang di survei. Indonesia berada dalam peringkat 6 terbawah dari 77 negara, masih
tertinggal dari beberapa Negara jiran seperti Malaysia ataupun Brunei Darussalam.
Education Index dari Human Development Reports (2017), menempatkan Indonesia
dalam posisi ke- 7 di antara Negara-negara ASEAN dengan nilai 0,622. nilai paling tinggi
diraih oleh Singapore (0,832), Brunei Darussalam (0,704), Malaysia (0, 719), Thailand
serta Filipina bersama mempunyai skor 0,661. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang rendah menjadi akibat daya saing saing rendah di kawasan Asia Tenggara. Data dari
UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016, menjabarkan
kualitas pembelajaran di Indonesia berada dalam posisi 10 dari 14 negara berkembang.
Sebaliknya mutu guru selaku bagian strategis dalam pembelajaran, berada dalam posisi
ke-14 dari 14 negeri berkembang di dunia. Sehingga perlu peran guru dalam

2
menghadirkan pembelajaran yang inovatif, interaktif dan komunikatif dalam
menyongsong generasi emas Indonesia 2045. (UPI, 2021)

Berdasarkan data dan informasi tersebut maka sector tenaga pendidik menjadi
fokus bahasan yang akan dilakukan oleh peneliti dalam analisis perencanaan strategis
pendidikan yang diupayakan pemerintah untuk menyongsong Indonesia Emas. Dalam
penelitian tersebut maka fokus penelitian terangkum dalam judul “Analisis Perencanaan
Strategik Pendidikan Dalam Sektor Tenaga Pendidik Untuk Menyongsong
Indonesia Emas”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka pemakalah akan
merumuskannya dalam sebuah pertanyaan , diantaranya adalah

1. Bagaimana Perencanaan Strategis Pendidikan Dalam Sektor Tenaga Pendidik Yang


Diupayakan Pemerintah Untuk Menyongsong Indonesia Emas?
2. Bagaimana Ketercapaian Perencanaan Strategis Pendidikan Dalam Sektor Tenaga
Pendidik Yang Diupayakan Pemerintah Untuk Menyongsong Indonesia Emas?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka pemakalah bertujuan:

1. Untuk mengetahui Perencanaan Strategis Pendidikan Dalam Sektor Tenaga Pendidik


Yang Diupayakan Pemerintah Untuk Menyongsong Indonesia Emas?
2. Untuk mengetahui Ketercapaian Perencanaan Strategis Pendidikan Dalam Sektor
Tenaga Pendidik Yang Diupayakan Pemerintah Untuk Menyongsong Indonesia
Emas?

3
BAB II
ISI

A. Teori Pendidikan
Pengertian teori pendidikan adalah teori yang digunakan dalam proses
belajar mengajar. Salah satu penerapan teori belajar yang terkenal adalah teori
dari John Dewey yaitu teori “learning by doing”. Teori belajar ini merupakan
subordinat dari teori pendidikan. Karenanya sebelum membahas teori belajar
tersebut, perlu diuraikan pengertian teori pendidikan.

Menurut Moore (1974) istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk
menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga
merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa
datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah
melakukan prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah
praktek.

Jika dihubungkan dengan pendidikan maka teori pendidikan


merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas
tentang aspek- aspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem.
Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah
pandangan atau serangkaian pendapat ihwal pendidikan yang disajikan dalam
sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem mengandung arti suatu
kelompok tertentu yang setidaknya memiliki hubungan khusus secara timbal
balik dan memiliki informasi.

Sagala (2006:4), mengatakan bahwa teori pendidikan adalah sebuah


sistem konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan sebagai
asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang berperan sebagai definisi
menerangkan makna.
Asumsi pokok pendidikan adalah pendidikan adalah aktual artinya
pendidikan bermula dari kodisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan
lingkungan belajarnya, pendidikan adalah normatif artinya pendidikan tertuju
pada mencapai hal-hal yang baik, dan pendidikan adalah suatu proses
pencapaian tujuan artiya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari
kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.

Teori pendidikan ini dibagi menjadi empat, yaitu pendidikan klasik,


pendidikan personal, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional. Dari
keempat teori pendidikan tersebut akan menghasilkan desain kurikulum
sendiri atau berbeda yang akan menciptakan masyarakat sesuai dengan tujuan.
Menurut Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat) teori
pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti
Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa
pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari
khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli
tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan,
sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan
anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta
didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya

5
menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan
model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan
memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum
humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada
aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
3. Pendidikan Teknologik
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang
mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan
pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya
ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah
pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan
praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli
bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan
keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi
disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan
disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para
peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan
pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan
keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi
sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada
penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang
bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja

6
sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi
dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada
guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi
antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan,
antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui
berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih
sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta
fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta
memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.

B. Teori Manajemen Strategik Pendidikan


Rencana strategis adalah dokumen yang menjadi panduan bagi
organisasi dalam upaya mencapai tujuan-tujuannya, melalui identifikasi
permasalahan, cara memecahkan permasalahan, dan cara-cara
mengoptimalkan sumber daya organisasi dalam mengembangkan organisasi.
Peranan rencana strategik sangat penting. Hal ini terkait dengan akan
diidentifikasikan faktor-faktor strategik dari lingkungan internal dan eksternal
serta menentukan pilihan-pilihan strategik untuk mengarahkan langkah-
langkah yang harus ditempuh oleh organisasi di masa depan, sehingga kinerja
organisasi pendidikan berlangsung secara continue, termasuk di sekolah
sebagai satu bentuk organisasi.

Manajemen strategik pendidikan adalah proses atau rangkaian kegiatan


perencanaan, pengambilan keputusan pada dunia pendidikan yang mendasar
dan menyeluruh, serta penetapan cara pelaksanaannya, yang dilakukan oleh
manajemen puncak dan dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan di
dalam lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan. Menurut Pech dan
Robinso, manajemen strategik pendidikan dikatakan sebagai keseluruhan dan
tindakan yang mengarah pada rumusan (konstruksi) dan implementasi tujuan

7
organisasi. Sedangkan konsep manajemen strategik pendidikan menurut
Nawawi adalah perencanaan skala besar (disebut perencanaan strategik)
menuju masa depan yang jauh (disebut visi), dan didefinisikan sebagai
keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak (keputusan itu bersifat
fundamental dan primer), agar organisasi dapat berinteraksi secara efektif
(disebut misi), dalam upaya menciptakan sesuatu (kegiatan perencanaan untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa dan jasa) yang berkualitas, guna
mengoptimalkan pencapaian tujuan (disebut tujuan strategik) dan berbagai
tujuan organisasi (disebut sebagai tujuan strategik). Manajemen strategik
menurut Nawawi adalah perencanaan skala besar (disebut perencanaan
strategik) menuju masa depan yang jauh (disebut visi), dan didefinisikan
sebagai keputusan manajemen puncak (disebut rencana strategik). Dalam
upaya menghasilkan sesuatu (kegiatan perencanaan untuk menghasilkan
barang dan/atau jasa dan jasa yang berkualitas, dengan tujuan untuk
mengoptimalkan pencapaian tujuan (dikenal sebagai tujuan strategik) dan
berbagai tujuan (tujuan operasi) organisasi Pengelolaan pendidikan yang
efektif dan efisien harus dilakukan secara bersama-sama dalam suatu
organisasi pendidikan tersebut agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai
dengan baik.

Perencanaan pendidikan memiliki posisi yang strategik dalam


keseluruhan proses pendidikan. perencanaan pendidikan akan dapat
memberikan kejelasan arah usaha dalam proses pendidikan. dengan kejelasan
arah ini usaha pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian, salah satu indikator keberhasilan proses pendidikan terletak
pada kualitas perencanaan pendidikan yang menyeluruh.

Perencanaan memiliki dua arti penting. Pertama, sebagai pijakan (titik


awal) dari keseluruhan proses manajemen. Kedua, berfungsi mengarahkan
segenap aktivitas dalam organisasi. Perencanaan secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu perencanaan strategik, standing plans yaitu
rencana yang relatif baku untuk jangka waktu tertentu, dan single-use plans

8
yaitu rencana untuk sekali/sebuah program/kegiatan. Sekolah sebagai salah
satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujudkan pendidikan
nasional harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam menjalankan peran
sebagai

lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal.
Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat langkah
sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan formal.

Agar pengelolaan sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik,


dibutuhkan rencana strategik sebagai suatu upaya/cara untuk mengendalikan
organisasi (sekolah) secara efektif dan efisien, sampai kepada implementasi
garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan sasarannya dapat
tercapai. Perencanaan strategik merupakan landasan bagi sekolah dalam
menjalankan proses pendidikan. komponen dalam perencanaan strategik
paling tidak terdiri dari visi, misi, tujuan, sasaran dan strategik (cara mencapai
tujuan dan sasaran). Perumusan terhadap visi, misi, tujuan, sasaran dan
strategik tersebut harus dilakukan pengelolaan sekolah, agar sekolah memiliki
arah kebijakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pengelolaan pendidikan yang efektif dan efisien harus dilakukan secara
bersama-sama dalam suatu organisasi pendidikan tersebut agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Strategik Indonesia di Bidang Pendidikan dalam Menyongsong


Indonesia Emas
Pendidikan berperan sentral untuk membangun bangsa yang maju, modern, dan
sejahtera. Pendidikan berperan besar terhadap peningkatan kualitas hidup manusia
sekaligus mewujudkan kehidupan masyarakat dan bangsa yang bermartabat. Untuk
mewujudkan Indonesia Emas 2045, Pemerintah Indonesia telah merumuskan kebijakan-
kebijakan strategis di bidang pendidikan.

Kebijakan strategis tersebut disusun untuk mencapai sasaran berupa meningkatnya


taraf pendidikan rakyat Indonesia sehingga mampu menciptakan SDM yang unggul.
Rata-rata lama sekolah penduduk menjadi 12 tahun pada tahun 2045. APK pendidikan
tinggi ditingkatkan mencapai 60 persen dan angkatan kerja lulusan pendidikan menengah
keatas meningkat menjadi 90 persen pada tahun 2045.

Untuk mencapai sasaran di atas diperlukan investasi pembangunan pendidikan


yang lebih besar, pengembangan metode penyelenggaraan pendidikan tinggi yang
berbasis teknologi informasi, dan pengembangan pendidikan tinggi melalui program
diploma (tidak harus S1) berdasarkan keahlian yang dibutuhkan dunia kerja.

Adapun strategi pembangunan pendidikan sampai tahun 2045 adalah sebagai


berikut:

1. Peningkatan Akses dan Partisipasi Pendidikan


Seluruh penduduk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas pada
semua jenjang pendidikan tanpa diskriminasi. Rata-rata lama sekolah penduduk
berusia 15 tahun ke atas diperkirakan terus meningkat dan mencapai 12 tahun atau
setara dengan kelas 3 SMA/SMK/ sederajat pada tahun 2045 (Tabel 3-1). Penduduk
dengan taraf pendidikan ≤ SD/sederajat terus menurun dan untuk penduduk dengan
taraf pendidikan jenjang menengah dan tinggi meningkat.
2. Pemerataan Layanan Pendidikan
Pemerataan layanan pendidikan (equity of access to education service)
memastikan bahwa penduduk Indonesia terbebas dari kendala geografi dan keuangan
untuk mendapatkan hak dasar layanan pendidikan. Satuan pendidikan harus terbangun
di tingkat desa dan kecamatan serta daerah terpencil dan kepulauan dengan
mempertimbangkan karakteristik daerah. Pemerataan layanan pendidikan menjangkau
kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan penduduk yang berstatus sosial-
ekonomi lemah.
3. Peningkatan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Pendidikan
Meskipun pemerintah telah memberi perhatian besar pada bidang pendidikan
melalui penyediaan alokasi anggaran sebesar 20 persen dari APBN, peran masyarakat
termasuk sektor swasta didorong untuk mendukung pembangunan pendidikan. Peran
masyarakat dan kontribusi sektor swasta dalam pembangunan pendidikan juga
didorong dalam hal penyelenggaraan pendidikan secara langsung. Pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan swasta memberi sumbangan terhadap
peningkatan pemerataan layanan dan partisipasi pendidikan.
4. Peningkatan Profesionalisme Guru
Kualitas pendidikan tergantung pada guru yang memiliki empat kompetensi:
profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial. Kompetensi profesional dan pedagogik
merupakan faktor utama dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Proses
pembelajaran yang berkualitas disertai penerapan metode inovatif dengan bantuan
teknologi pendidikan. Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan diperkuat melalui
revitalisasi sistem pendidikan keguruan agar melahirkan guru profesional, dengan
memperbaiki proses seleksi calon guru berbasis prestasi (merit system), termasuk
pembinaan guru berbasis kinerja.
5. Perubahan Pendekatan Pembelajaran
Kemajuan teknologi pendidikan telah mengubah peran guru dan pendekatan
pembelajaran menjadi lebih kreatif. Dengan sumber belajar online dan kemajuan
teknologi yang memudahkan akses ke sumber belajar alternatif, metode pembelajaran
akan berkembang ke arah peer-to-peer networking, dialog, pertukaran informasi, dan
cara belajar berpola kolaborasi dan kerja sama/kerja kelompok merujuk paradigma
pembelajaran abad ke-21.
Pendekatan pembelajaran beralih dari expository learning approach ke
discovery learning approach. Perubahan pendekatan pembelajaran sejalan dengan
pengembangan kurikulum, yang terus dilakukan penyesuaian agar selaras dengan
perkembangan mutakhir dan dinamika kehidupan masyarakat modern. Melalui
kerangka kompetensi abad ke-21, siswa berpengetahuan akan dilengkapi dengan
11
kemampuan kreatif– kritis, karakter yang kuat (bertanggung jawab, sosial, toleran,
produktif, adaptif), dan didukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan
berkomunikasi.
Pembangunan pendidikan mengarah pada terciptanya proses pembelajaran
yang menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi (high-order thinking), yaitu
kegiatan pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik berpikir kritis (critical
thinking), kreatif (creative thinking), imajinatif (imaginative thinking), serta mampu
berpikir secara komprehensif, analitis, dan mengambil kesimpulan.
6. Peningkatan Budaya Sekolah
Satuan pendidikan berkembang sebagai sarana pembelajaran yang efektif
dengan membangun budaya sekolah yang berorientasi mutu, dengan melibatkan
seluruh pemangku kepentingan—orangtua, kepala sekolah, guru, murid, komunitas—
dalam proses pembelajaran. Pendidikan dimaknai sebagai learning, bukan schooling.
Pendidikan sebagai learning bermakna setiap anak didik harus dapat mengoptimalkan
segenap potensi dan bakat serta mengeksplorasi semua daya yang dimiliki, agar dapat
tumbuh-kembang melalui proses pembelajaran efektif.
7. Peningkatan Budaya Baca
Budaya baca ditumbuhkan dan diperkuat dengan memperbanyak perpustakaan
baik di satuan pendidikan maupun di masyarakat. Perpustakaan dijadikan sebagai
salah satu sumber pembelajaran utama untuk membangun masyarakat berpengetahuan
(knowledge society). Melalui perpustakaan, budaya baca ditumbuhkan yang
mencerminkan tingkat literasi masyarakat. Literasi merupakan faktor esensial dalam
membangun pondasi yang kokoh bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan.
8. Peningkatan Penguasaan Bahasa Asing dan Pelestarian Bahasa Daerah
Kemampuan berbahasa asing menjadi prasyarat di era global dan memasuki
pasar kerja yang semakin kompetitif. Bahasa asing, terutama bahasa Inggris, perlu
dikuasai sejak dini dan diajarkan paling kurang sejak kelas 4 sekolah dasar. Upaya
melestarikan bahasa daerah menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan. Untuk
merawat khazanah kebudayaan bangsa, bahasa daerah tetap diajarkan di sekolah agar
penutur bahasa ibu terus bersambung dan mencegah kepunahan bahasa daerah.
9. Peningkatan Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja yang memiliki keahlian khusus dan keterampilan spesifik bekerja di sektor
ekonomi. Pendidikan vokasi merupakan pilihan strategis untuk membekali penduduk
12
usia-muda produktif mengenai pengetahuan know-how— kemahiran teknis yang
diperlukan di dunia kerja. Penguatan pendidikan vokasi ditempuh melalui reorientasi
dari supply-driven menjadi demand-driven, yang disertai fleksibilitas dalam
pengembangan program studi, bidang keahlian, dan mata pelajaran baru mengikuti
dinamika pasar kerja.
10. Peningkatan Tenaga Kerja Berpendidikan dan Kewirausahaan
Untuk menopang struktur ekonomi modern yang berbasis pada industri
diperlukan skilled labor force. Tenaga kerja perlu memiliki kualifikasi pendidikan
tinggi dan mempunyai pengetahuan, keterampilan teknikal, serta kecakapan hidup dan
jiwa kewirausahaan. Para lulusan lembaga pendidikan perlu memiliki jiwa
kewirausahaan agar lebih berorientasi pada penciptaan lapangan kerja.
11. Peningkatan Bidang Ilmu di Perguruan Tinggi
Penduduk yang menempuh pendidikan tinggi diarahkan untuk menguasai
bidang ilmu yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi. Pengembangan
bidang ilmu di perguruan tinggi akan diselaraskan dengan dinamika perekonomian
nasional dan kebutuhan pembangunan.
Tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi banyak terserap di sektor jasa, industri,
dan infrastruktur. Dalam 30 tahun ke depan ketiga sektor tersebut meningkatkan
kebutuhan sarjana bidang ilmu keteknikan. Dibandingkan negara-negara di ASEAN,
proporsi sarjana teknik (insinyur) terhadap total penduduk Indonesia masih sangat
sedikit. Dari total 750 ribu insinyur, hanya sekitar 9 ribu orang yang bekerja sebagai
insinyur profesional.
Kekurangan sarjana teknik sejalan dengan data UNESCO Institute for
Statistics (UIS, 2013-2015). Rasio sarjana teknik per 1 juta penduduk di Indonesia
relatif rendah yaitu 2.671 dibandingkan dengan negara lain, berturut-turut Malaysia
(3.334), India (3.380), Thailand (4.421), dan Cina (5.730).
Dalam rangka menghadapi era Revolusi Industri 4.0, perguruan tinggi juga
diharapkan mampu beradaptasi dengan pembelajaran Science, Technology,
Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM) serta mempersiapkan lulusan dengan
keterampilan profesional dan intelektual yang memadai. Lulusan pendidikan tinggi
diharapkan mampu menguasai literasi baru terkait data, informasi, dan teknologi;
serta mampu berpikir kritis, berkolaborasi, dan kreatif dalam memecahkan masalah.
Profesi yang berlandaskan STEAM dan berbasis media digital dan komunikasi
membutuhkan tenaga terampil dan berkeahlian sesuai dengan bidang ilmu yang
13
sesuai. Saat ini persentase lulusan bidang ilmu STEAM baru mencapai 39,9%
(505.156 mahasiswa) dari total lulusan sebanyak 1.267.559 mahasiswa.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja ke depan, pengembangan bidang ilmu
STEAM di perguruan tinggi perlu didorong sehingga bisa menghasilkan lulusan
dengan proporsi bidang ilmu STEAM yang lebih besar dari saat ini.
12. Perguruan Tinggi sebagai Pusat Keunggulan
Perguruan tinggi dikembangkan sebagai pusat keunggulan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, dengan menggalakkan riset ilmiah - dasar
dan terapan - untuk dapat melahirkan invention dan innovation.
Pengembangan riset ilmiah di masa depan diarahkan pada thematic-based
research, yang berorientasi pada pemecahan masalah dan menggunakan pendekatan
lintas disiplin ilmu. Perguruan tinggi di wilayah Indonesia diperkuat dengan
membangun pusat keunggulan untuk bidang ilmu tertentu, sekaligus berperan sentral
sebagai penggerak pembangunan di daerah.
13. Peningkatan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sebagai salah satu pusat dari proses pembentukan
kepribadian anak didik diperlukan untuk membangun watak yang baik, memupuk
mental yang tangguh, dan menanamkan nilai nilai kebajikan yang selaras dengan
moral dan etika yang hidup di dalam masyarakat. Melalui pendidikan karakter,
kepribadian yang positif akan tumbuh dan menjelma dalam wujud budi pekerti luhur,
perilaku individual dan sosial yang baik, dan menjaga integritas merujuk pada nilai-
nilai moral dan etika.

B. Analisis Sektor Tenaga Pendidik dalam Kebijakan Strategik Indonesia


Secara umum, strategi-strategi pendidikan yang sudah disusun oleh pemerintah
Indonesia susah sangat baik bahkan bisa menunjang terwujudnya visi Indonesia 2024.
Dalam hal peningkatan kualitas tenaga pendidik pun sudah termasuk dalam strategi
nasional tersebut. Namun ada satu hal yang belum menjadi perhatian di dalam startegi-
strategi pendidikan tersebut, yaitu masalah peningkatan kuantitas tenaga pendidiknya.

Bappenas telah menyusun dokumen tentang Visi Indonesia 2045 yang didalamnya
terdapat kebijakan strategis dalam bidang pendidikan. Pada tahun 2045 diperkirakan
jumlah penduduk Indonesia mencapai 318,9 juta jiwa dengan peningkatan sebesar 19
persen di usia produktif (15-64 tahun). Pada tahapan tersebut indonesia memasuki periode
demographic dividend atau bonus demografi.

14
Selain dalam hal peningkatan jumlah penduduknya, Bappenas telah menetapkan
beberapa sasaran pendidikan yaitu rata-rata lama sekolah penduduk menjadi 12 tahun
pada tahun 2045. APK pendidikan tinggi ditingkatkan mencapai 60 persen dan angkatan
kerja lulusan pendidikan menengah keatas meningkat menjadi 90 persen pada tahun 2045.

Melihat apa yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya, tentu peningkatan


jumlah peserta didik harus diiringi oleh jumlah tenaga pendidiknya. Apalagi Indonesia
mencanangkan target yang tinggi baik di jenjang pendidikan menengah atas maupun
pendidikan tinggi. Dari kebijakan-kebijakan strategis yang sudah disusun Indonesia,
belum ditemukan adanya strategi peningkatan jumlah tenaga pendidik, namun untuk
strategi peningkatan kualitas tenaga pendidik sudah ada.

15
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Generasi Emas 2045 merupakan visi yang sudah ditetapkan dan tentunya harus
diupayakan agar bisa terwujud. Indonesia sudah merancang kebijakan-kebijakan strategik
agar visi tersebut bisa terwujud, khususnya dalam bidang pendidikan Indonesia sudah
memiliki 13 strategi pembangunan pendidikan hingga 2045.

Strategi pembangunan pendidikan menuju Generasi Emas 2045 sudah sangat baik,
begitupun dalam sektor tenaga pendidik. Dalam strategi pembangunan pendidikan sudah
terdapat strategi peningkatan kualitas tenaga pendidiknya, namun belum ditemukan
strategi untuk meningkatkan kuantitas tenaga pendidikanya, padahal target dari strategi
pembangunan pendidikan ini sangat besar khususnya dalam menghasilkan jumlah lulusan
yang banyak di tingkat pendidikan menengah ke atas.

B. Saran
Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi Generasi Emas 2024, diperlukan berbagai
strategi yang komprehensif, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam kebijakan strategi
pembangunan pendidikan perlu diadakan strategi untuk meningkatkan jumlah tenaga
pendidik. Walaupun saat ini rasio pendidik dan peserta didik masih aman, namun di
beberapa tahun kedepan Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk serta
peningkatan jumlah lulusan di tingkat pendidikan menengah ke atas, sehingga perlu
dipersiapkan strategi peningkatan jumlah pendidiknya.
Daftar Pustaka

A. Pribadi, B. (. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Arya.

Bappenas, K. (2019). Indonesia 2045:. JAKARTA: Bappenas.

Irwana. (2015, September 5). Teori Pendidikan. Retrieved from Pendidikan:


https://irwanarsenal.blogspot.com/2013/01/teori-pendidikan.html

Mudyahardjo, R. (2002). ilsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar,. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Cet. II.

Sagala, S. (2006). Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Schunk, D. H. (2012). Motivasi dalam Pendidikan Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta:
PT.Indeks.

Sukmadinata, N. S. (1997). Pengembangan kurikulum : teori dan praktek / Nana Syaodih


Sukmadinata ; editor Mukhlis. Bandung: Remaja rosda Karya.

Sukmadinata, S. (1997). Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosda Karya.

T. W. Moore. (1974). Educational Theory : An Introduction/. London: London : Roudledge.

UPI, H. (2021, Juni 8). Model Komunikasi dalam Praktek Pendidikan. Retrieved from Portal
Berita Universitas Pendidikan Indonesia: https://berita.upi.edu/model-komunikasi-
dalam-praktek-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai